بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
167
Makna Perniagaan di
Jalan Allah di Akhir Zaman yang
Dapat Menyelamatkan Umat Manusia dari
Azab yang pedih
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai hakikat perintah
Allah Swt. untuk “masuk surga” dalam
firman-Nya:
قِیۡلَ ادۡخُلِ الۡجَنَّۃَ ؕ قَالَ یٰلَیۡتَ قَوۡمِیۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾ بِمَا غَفَرَ لِیۡ
رَبِّیۡ وَ جَعَلَنِیۡ مِنَ الۡمُکۡرَمِیۡنَ ﴿﴾
Dikatakan kepadanya: “Masuklah
ke dalam surga.” Ia
berkata: “Wahai alangkah baiknya
jika kaumku mengetahui, karena apa Rabb-ku (Tuhan-ku) telah mengampuniku dan telah
menjadikan aku dari antara orang-orang yang di-muliakan.” (Yā
Sīn [36]:27-28).
Penyebutan surga secara khusus dalam ayat ini sehubungan dengan rajulun
yas’a (seorang laki-laki yang
berlari-lari) itu sangat penting artinya. Kalau kepada semua orang yang beriman sejati dalam Al-Quran telah dijanjikan surga, maka penyebutan secara
khusus ini nampaknya seperti berlebih-lebihan dan tidak pada
tempatnya, padahal tidak demikian.
Bahesyti
Maqbarah (Pekuburan Ahli Surga)
Salah satu maknanya
berkenaan laki-laki pemberani” di Akhir
Zaman ini – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- adalah pembuatan suatu kuburan khusus – bagi para Ahmadi peserta gerakan Al-Wasiyat -- di Qadian yang terkenal, yakni Bahisyti Maqbarah (Pekuburan Surgawi)
oleh Al-Masih
Mau’ud a.s. atas perintah Ilahi secara istimewa, dapat
merupakan penyempurnaan secara fisik bagi
perintah yang terkandung dalam salah
satu wahyu Ilahi yang diterima oleh
Pendiri Jemaat Ahmadiyah yakni: “Inni
anzaltu ma’aka al-jannah,” artinya, “Aku
telah menyebabkan surga turun bersama engkau” (Tadzkirah).
Nubuatan dalam wahyu
Ilahi yang diterima Pendiri Jemaat Ahmadiyah tersebut pun agaknya mendukung penjelasan bagi
kata-kata perintah قِیۡلَ ادۡخُلِ
الۡجَنَّۃَ -- “Masuklah ke dalam surga”, serta sesuai dengan beberapa firman Allah
Swt. berikut ini mengenai surga:
وَ اُزۡلِفَتِ الۡجَنَّۃُ لِلۡمُتَّقِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ بُرِّزَتِ الۡجَحِیۡمُ لِلۡغٰوِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ قِیۡلَ
لَہُمۡ اَیۡنَمَا کُنۡتُمۡ تَعۡبُدُوۡنَ ﴿ۙ﴾ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ
ؕ ہَلۡ یَنۡصُرُوۡنَکُمۡ اَوۡ
یَنۡتَصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ فَکُبۡکِبُوۡا فِیۡہَا ہُمۡ
وَ الۡغَاوٗنَ ﴿ۙ﴾ وَ جُنُوۡدُ اِبۡلِیۡسَ
اَجۡمَعُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan surga akan didekatkan bagi orang-orang
yang bertakwa, dan Jahannam
akan ditampakkan dengan jelas kepada orang-orang
yang sesat. Dan akan dikatakan kepada mereka: “Di manakah mereka yang kamu sembah selain Allah? Dapatkah mereka
menolong kamu atau menolong diri
mereka sendiri?” Lalu mereka akan
dijungkirkan ke dalamnya, mereka dan orang-orang
yang sesat, dan lasykar-lasykar iblis semuanya.
(Asy-Syu’ara [26]:91-96).
Makna ayat
وَ اُزۡلِفَتِ الۡجَنَّۃُ لِلۡمُتَّقِیۡنَ -- “Dan surga akan didekatkan bagi orang-orang
yang bertakwa, وَ بُرِّزَتِ الۡجَحِیۡمُ لِلۡغٰوِیۡنَ dan Jahannam akan ditampakkan dengan jelas kepada orang-orang yang sesat” erat hubungannya dengan firman Allah Swt.
berikut ini mengenai tawaran-Nya
kepada orang-orang beriman untuk melakukan jual-beli yang dapat menyelamatkan mereka dari azab
yang pedih:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی
تِجَارَۃٍ تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ
اَلِیۡمٍ ﴿﴾ تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ
تُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ
بِاَمۡوَالِکُمۡ وَ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ
لَّکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾ یَغۡفِرۡ
لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ وَ یُدۡخِلۡکُمۡ
جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ وَ مَسٰکِنَ طَیِّبَۃً فِیۡ
جَنّٰتِ عَدۡنٍ ؕ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ﴿ۙ﴾ وَ اُخۡرٰی
تُحِبُّوۡنَہَا ؕ نَصۡرٌ مِّنَ اللّٰہِ وَ
فَتۡحٌ قَرِیۡبٌ ؕ وَ بَشِّرِ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, maukah Aku
tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan
yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta kamu dan jiwa kamu. Yang demikian itu lebih
baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Dia
akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan
Dia akan memasukkan kamu ke kebun-kebun yang
di bawahnya mengalir sungai-sungai,
dan ke tempat-tempat tinggal suci lagi
menyenangkan di dalam surga yang kekal, itulah kemenangan
yang besar. Dan ada lagi karunia
lain yang kamu mencintainya, yaitu
pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (Ash-Shaff
[61]:11-14).
Kesuksesan Peniagaan Duniawi
Para Penyembah Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. &
Terjadinya Perang Dunia
Ayat ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجَارَۃٍ تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ -- “maukah Aku tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan yang akan
menyelamatkan kamu dari azab yang
pedih?” selain telah terbukti kebenarannya pada masa kehidupan Nabi Besar Muhammad saw. dan para Khulafatur- Rasyidin, agaknya
mengisyaratkan juga kepada zaman Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir
Zaman ini, ketika perniagaan dan perdagangan yang bersifat duniawi
akan berkembang dengan subur dan akan
terjadi perlombaan gila mencari keuntungan dalam perniagaan duniawi yang dilakukan
oleh bangsa-bangsa Barat yang mempertuhankan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.18:1-9 & 20-21), firman-Nya:
فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ
ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ
مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ
لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ اِلَّا
الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ ؕ وَ
الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi pengganti yang mewarisi
Kitab Taurat itu, mereka mengambil harta dunia yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu
lagi mereka akan meng-ambilnya.
Bukankah telah diambil perjanjian
dari mereka dalam Kitab bahwa mereka
tidak akan mengatakan sesuatu terhadap
Allah kecuali yang haq, dan mereka
telah mempelajari apa
yang tercantum di dalamnya? Padahal kampung akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang
yang bertakwa, apakah kamu tidak mau
mengerti? (Al-A’raf [7]:170).
'Aradha artinya: barang yang tidak kekal, barang-barang
duniawi yang rendah nilainya, barang-barang dagangan atau komoditi-komoditi
duniawi; benda atau sesuatu (Lexicon
Lane).
Tetapi kenyataan membuktikan bahwa kesuksesan perniagaan duniawi mereka
itu telah menjerumuskan mereka ke
dalam dua kali Perang Dunia yang dahsyat, dan terjadinya Perang Dunia III atau Perang Nuklir tinggal menunggu waktunya
saja, jika umat manusia di Akhir Zaman tidak menerima “tawaran” Allah Swt. dalam firman-Nya
sebelum ini (QS.61:11-14), yakni یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجَارَۃٍ تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ -- “Hai
orang-orang yang beriman, maukah Aku
tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan
yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?” (Ash-Shaff [61]:11).
Tawaran Melakukan “Perniagaan
di Jalan Allah”
Selanjutnya Allah Swt. menjelaskan mengenai jenis “perdagangan”
yang
akan mambawa keselamatan di dunia dan di akhirat tersebut:
تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ
تُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ
بِاَمۡوَالِکُمۡ وَ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ
لَّکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ
“Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta kamu dan jiwa kamu.
Yang demikian itu lebih baik bagi kamu
jika kamu mengetahui.” (Ash-Shaff
[61]:12).
Memang benar bahwa yang dimaksud dengan Rasul-Nya dalam ayat tersebut tertuju
kepada Nabi Besar Muhammad saw., dan janji Allah Swt. dalam ayat-ayat
selanjutnya telah menjadi kenyataan para masa kejayaan Islam yang pertama,
firman-Nya:
یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ وَ
یُدۡخِلۡکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ وَ مَسٰکِنَ طَیِّبَۃً
فِیۡ جَنّٰتِ عَدۡنٍ ؕ ذٰلِکَ
الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ﴿ۙ﴾ وَ اُخۡرٰی تُحِبُّوۡنَہَا ؕ نَصۡرٌ مِّنَ اللّٰہِ وَ فَتۡحٌ قَرِیۡبٌ ؕ وَ
بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ﴿﴾
Dia akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan Dia akan
memasukkan kamu ke kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, dan
ke tempat-tempat tinggal suci lagi
menyenangkan di dalam surga yang kekal, itulah kemenangan
yang besar. Dan ada lagi karunia
lain yang kamu mencintainya, yaitu
pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (Ash-Shaff
[61]:13-14).
Tetapi di Akhir
Zaman ini -- pada saat kemunduran
umat Islam telah mencapai puncaknya pada abad 14 hijriyah atau
abad 17 Masehi -- yang dimaksud dengan Rasul-Nya
dalam QS.61:12 adalah kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara
ruhani dalam wujud Rasul Akhir Zaman (QS.62:3-4) atau Al-Masih Mau’ud a.s. atau
misal Nabi Isa ibnu Maryam a.s. (QS.43:58).
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah
dalam ayat berikutnya Allah Swt. telah menyinggung masalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan para pengikut setia beliau -- yaitu
golongan hawwariyyin (QS.61:14-15) -- untuk memperingatkan umat Islam di Akhir Zaman ini agar tidak melakukan kesalahan fatal seperti yang dilakukan para pemuka agama Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili
(QS.4:158-159), firman-Nya:
فَلَمَّاۤ اَحَسَّ
عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ
الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَ اشۡہَدۡ
بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَ اتَّبَعۡنَا
الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَکَرُوۡا وَ
مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Maka tatkala Isa merasa
ada kekafiran pada mereka yakni
kaumnya ia berkata: ”Siapakah penolong-penolongku dalam urusan Allah?” Para hawari
berkata: “Kamilah para penolong urusan Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. “Ya Rabb (Tuhan) kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi.” Dan
mereka, yakni musuh
Al-Masih, merancang makar buruk dan Allah
pun merancang makar tandingan dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Ali
‘Imrān [3]:53-55).
Hawariyyin (Pengikut Setia) Misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di Akhir Zaman
Sehubungan ucapan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili mengenai adanya kekafiran dari Bani Israil terhadap pendakwaan beliau sebagai Al-Masih (Mesias/Mesiah) dalam firman
Allah Swt. tersebut, ternyata topik
yang sama dikemukakan pula dalam Surah Ash-Shaff 14-15 berupa perintah
Allah Swt. kepada umat Islam agar meniru sikap hawāriyyīn yang menolong
perjuangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israilli, bukannya meniru sikap buruk para pemuka agama Yahudi yang merangcang makar-buruk terhadap beliau, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی
ابۡنُ مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ
مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ
نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡۢ
بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ وَ
کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪ ﴾
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada hawāriyyīn (pengikut-pengikutnya), “Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” Berkata pengikut-pengikut yang setia itu: “Kamilah
penolong-penolong Allah.” Maka segolongan
dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan
lagi kafir, kemudian Kami
membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi orang-orang yang
menang. (Ash-Shaff [61]:15).
Dari ketiga golongan agama di antara kaum Yahudi, yang terhadap mereka Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. menyampaikan
tablighnya – kaum Parisi, kaum Saduki, dan kaum Essenes
– Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebelum
beliau diutus sebagai rasul Allah
termasuk golongan kaum Essenes.
Kaum Essenes adalah kaum yang sangat bertakwa,
hidup jauh dari kesibukan dan keramaian dunia, dan melewatkan waktu
mereka dalam berzikir dan berdoa, dan berbakti kepada sesama manusia. Dari kaum inilah berasal bagian
besar dari para pengikut beliau di
masa permulaan (“The Dead Sea
Community,” oleh Kurt Schubert, dan “The Crucifixion by an
Eye-Witness”). Mereka disebut “Para
Penolong” oleh Eusephus yakni Ansharullāh.
Nubuatan yang Kembali Terjadi
Kata-kata penutup Surah ini فَاَیَّدۡنَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ
فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ -- “kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman
terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka
menjadi orang-orang yang menang” sungguh sarat dengan nubuatan. Sepanjang zaman para pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – walau pun dari segi akidah mereka
telah menyeleweng dari Tauhid
Ilahi menjadi para penyembah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.5:117-119; QS.7:170) – tetapi mereka telah menikmati kekuatan dan kekuasaan atas musuh abadi
mereka – kaum Yahudi.
Orang-orang Nasrani telah menegakkan dan
memerintah kerajaan-kerajaan luas dan
perkasa, sedang kaum Yahudi tetap
merupakan kaum yang cerai-berai selama 2000 tahun sehingga mendapat julukan “the Wandering Jew” (“Yahudi
Pengembara”). Takdir Ilahi yang sama
akan terjadi juga bagi para Al-Masih
Mau’ud a.s. dan para pengikut sejati beliau yakni
golongan hawāriyyīn di Akhir Zaman.
Ketika Allah Swt. di Akhir Zaman ini benar-benar telah mengutus Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai
Al-Masih Mau’ud a.s. atau sebagai misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58), maka dari kalangan umat Islam yang melaksanakan perintah Allah Swt. tersebut
-- yakni yang beriman kepada “seorang laki-laki yang datang berlari-lari
dari bagian terjauh kota itu” (QS.36:31-28) -- hanyalah segolongan umat Islam yang tergabung dalam Jemaat
Ahmadiyah saja, sedangkan yang
lainnya lebih suka mengikuti jejak
para pemuka agama Yahudi dengan
berbagai makar-buruk yang dilakukannya, sehingga akibat akhirnya pun akan kembali terulang di Akhir Zaman ini, yakni فَاَیَّدۡنَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ
فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ -- “kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman
terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka
menjadi orang-orang yang menang.”
Jadi, mengisyaratkan kepada “kehidupan
surgawi” yang dapat diraih di dalam kehidupan
dunia itulah hakikat
pembuatan suatu kuburan khusus oleh Al-Masih Mau’ud a.s.
atas perintah Ilahi secara istimewa -- Bahisyti Maqbarah (Pekuburan Surgawi) di Qadian yang terkenal --
bagi para Ahmadi peserta gerakan pengorbanan
harta yang disebut Al-Wasiyat, dapat merupakan penyempurnaan secara fisik bagi perintah
yang terkandung dalam salah satu wahyu
Ilahi yang diterima oleh Pendiri
Jemaat Ahmadiyah yakni: “Inni anzaltu ma’aka al-jannah,” artinya,
“Aku telah menyebabkan surga turun
bersama engkau” (Tadzkirah), menggenapi firman-Nya kepada “laki-laki yang datang berlari-lari dari
bagian terjauh kota itu” (QS.36:21):
قِیۡلَ ادۡخُلِ الۡجَنَّۃَ ؕ قَالَ یٰلَیۡتَ قَوۡمِیۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾ بِمَا غَفَرَ لِیۡ
رَبِّیۡ وَ جَعَلَنِیۡ مِنَ الۡمُکۡرَمِیۡنَ ﴿﴾
Dikatakan kepadanya: “Masuklah
ke dalam surga.” Ia
berkata: “Wahai alangkah baiknya
jika kaumku mengetahui, karena apa Rabb-ku (Tuhan-ku) telah mengampuniku dan telah
menjadikan aku dari antara orang-orang yang di-muliakan.” (Yā
Sīn [36]:27-28).
Dengan demikian benarlah tawaran yang dikemukakan Allah Swt.
mengenai perniagaan yang akan menyelamatkan
manusia dari azab yang pedih
dalam firman-Nya sebelum ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی
تِجَارَۃٍ تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ
اَلِیۡمٍ ﴿﴾ تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ
تُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ
بِاَمۡوَالِکُمۡ وَ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ
لَّکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾ یَغۡفِرۡ
لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ وَ یُدۡخِلۡکُمۡ
جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ وَ مَسٰکِنَ طَیِّبَۃً
فِیۡ جَنّٰتِ عَدۡنٍ ؕ ذٰلِکَ
الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ﴿ۙ﴾ وَ اُخۡرٰی تُحِبُّوۡنَہَا ؕ نَصۡرٌ مِّنَ اللّٰہِ وَ فَتۡحٌ قَرِیۡبٌ ؕ وَ
بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, maukah Aku
tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan
yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta kamu dan jiwa kamu. Yang demikian itu lebih
baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Dia
akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan
Dia akan memasukkan kamu ke kebun-kebun yang
di bawahnya mengalir sungai-sungai,
dan ke tempat-tempat tinggal suci lagi
menyenangkan di dalam surga yang kekal, itulah kemenangan
yang besar. Dan ada lagi karunia
lain yang kamu mencintainya, yaitu
pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (Ash-Shaff
[61]:11-14).
Peringatan Allah Swt. dalam “Kisah Monumental Dua Putra Adam” dan Ayat Kursiy
Jadi, betapa beriman kepada Rasul Akhir
Zaman – yakni Al-Masih Mau’ud a.s.
atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) -- sangat penting
dilakukan, sebab “perniagaan
di jalan Allah” yang membuahkan keselamatan dalam kehidupan
di
dunia dan di akhirat tidak bisa dilakukan
sekehendak hati setiap orang beriman.
Mengisyaratkan kepada hal itulah peringatan
Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ
قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا
شَفَاعَۃٌ ؕ وَ الۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ
الظّٰلِمُوۡنَ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, belanjakanlah apa yang telah Kami
rezekikan kepada kamu sebelum datang hari
yang tidak ada jual-beli di dalamnya, tidak
ada persahabatan, dan tidak pula syafaat, dan orang-orang
yang kafir mereka itulah orang-orang
zalim. (Al-Baqarah [2]:255).
Kisah persembahan pengorbanan
yang dilakukan “dua putra Adam” -- Kain
dan Habel (QS.5:28-32) – hendaklah menjadi bahan renungan, karena dari kisah monumental tersebut terbukti bahwa
tidak setiap perngorbanan – bahkan peribadahan -- pasti
membuahkan “jual-beli, persahabatan, dan syafaat” seperti yang diharapkan pelakunya, jika hal tersebut dilakukan tidak sesuai dengan kehendak
Allah Swt., sebagaimana dikemukakan dalam
firman Allah Swt. dalam ayat kursiy
mengenai
orang yang diizinkan Allah
Swt. untuk memberikan syafaat, yakni Rasul Allah, firman-Nya:
اَللّٰہُ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَۚ اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ ۬ۚ لَا
تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ لَا نَوۡمٌ ؕ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی
الۡاَرۡضِ ؕ مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ
عِنۡدَہٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ؕ یَعۡلَمُ مَا
بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ ۚ
وَ لَا یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ
کُرۡسِیُّہُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ
الۡعَلِیُّ الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾
Allah, tidak ada Tuhan kecuali
Dia Yang
Maha Hidup, Yang Maha Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan
Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyentuh-Nya dan tidak pula
tidur. Milik-Nya apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi. Siapakah
yang da-pat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya? Dia
mengetahui apa pun yang ada di hadapan mereka dan apa pun di belakang me-reka,
dan mereka tidak meliputi se-suatu dari
ilmu-Nya kecuali apa yang Dia
kehendaki. Singgasana ilmu-Nya meliputi seluruh
langit dan bumi, dan tidak memberatkan-Nya menjaga keduanya,
dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung. (Al-Baqarah [2]:256).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 31 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar