Rabu, 05 Maret 2014

Makna "Perniagaan di Jalan Allah" di Akhir Zaman yang Dapat Menyelamatkan Umat Manusia dari Azab yang Pedih



  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  167

      Makna Perniagaan di Jalan Allah  di Akhir Zaman yang Dapat Menyelamatkan Umat Manusia dari Azab yang pedih   

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai hakikat perintah Allah  Swt. untuk “masuk surga” dalam firman-Nya:
قِیۡلَ ادۡخُلِ الۡجَنَّۃَ ؕ قَالَ یٰلَیۡتَ قَوۡمِیۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾  بِمَا غَفَرَ لِیۡ رَبِّیۡ وَ جَعَلَنِیۡ مِنَ الۡمُکۡرَمِیۡنَ ﴿﴾
Dikatakan kepadanya:  Masuklah ke dalam surga.”  Ia berkata: “Wahai alangkah baiknya jika kaumku mengetahui, karena apa Rabb-ku (Tuhan-ku) telah mengampuniku dan telah menjadikan aku dari antara orang-orang yang di-muliakan.” (Yā Sīn [36]:27-28). 
      Penyebutan surga secara khusus dalam ayat ini sehubungan dengan rajulun yas’a (seorang laki-laki yang berlari-lari) itu sangat penting artinya. Kalau kepada semua orang yang beriman sejati dalam Al-Quran telah dijanjikan surga, maka penyebutan secara khusus ini nampaknya seperti berlebih-lebihan dan tidak pada tempatnya, padahal tidak demikian.

Bahesyti Maqbarah (Pekuburan Ahli Surga)

       Salah satu maknanya berkenaan  laki-laki pemberani” di Akhir Zaman ini – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- adalah pembuatan suatu kuburan khusus – bagi  para Ahmadi peserta gerakan Al-Wasiyat -- di Qadian yang terkenal,  yakni  Bahisyti Maqbarah (Pekuburan Surgawi) oleh Al-Masih Mau’ud a.s.  atas perintah Ilahi secara istimewa, dapat merupakan penyempurnaan secara fisik bagi perintah yang terkandung dalam salah satu wahyu Ilahi yang diterima oleh Pendiri  Jemaat Ahmadiyah yakni: “Inni anzaltu ma’aka al-jannah,” artinya, “Aku telah menyebabkan surga turun bersama engkau” (Tadzkirah).
      Nubuatan  dalam wahyu Ilahi yang diterima Pendiri Jemaat Ahmadiyah tersebut pun agaknya mendukung penjelasan bagi kata-kata perintah   قِیۡلَ ادۡخُلِ الۡجَنَّۃَ   -- “Masuklah ke dalam surga”, serta sesuai dengan beberapa firman Allah Swt.  berikut ini mengenai surga:
وَ اُزۡلِفَتِ  الۡجَنَّۃُ   لِلۡمُتَّقِیۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ  بُرِّزَتِ الۡجَحِیۡمُ  لِلۡغٰوِیۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ  قِیۡلَ  لَہُمۡ اَیۡنَمَا کُنۡتُمۡ تَعۡبُدُوۡنَ ﴿ۙ﴾  مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ ہَلۡ یَنۡصُرُوۡنَکُمۡ  اَوۡ یَنۡتَصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  فَکُبۡکِبُوۡا فِیۡہَا  ہُمۡ  وَ الۡغَاوٗنَ ﴿ۙ﴾  وَ  جُنُوۡدُ   اِبۡلِیۡسَ  اَجۡمَعُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan surga akan didekatkan  bagi orang-orang yang bertakwa,   dan Jahannam akan ditampakkan dengan jelas kepada orang-orang yang sesat. Dan akan dikatakan kepada mereka: “Di manakah mereka yang kamu sembah  selain Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?” Lalu mereka akan dijungkirkan ke dalamnya, mereka dan orang-orang yang sesat,  dan lasykar-lasykar iblis semuanya.  (Asy-Syu’ara [26]:91-96). 
        Makna ayat   وَ اُزۡلِفَتِ  الۡجَنَّۃُ   لِلۡمُتَّقِیۡنَ -- “Dan surga akan didekatkan  bagi orang-orang yang bertakwa,  وَ  بُرِّزَتِ الۡجَحِیۡمُ  لِلۡغٰوِیۡنَ  dan Jahannam akan ditampakkan dengan jelas kepada orang-orang yang sesat  erat hubungannya dengan firman Allah Swt. berikut ini mengenai  tawaran-Nya kepada orang-orang beriman untuk melakukan jual-beli  yang dapat menyelamatkan mereka dari azab yang pedih:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجَارَۃٍ  تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾  تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ تُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  بِاَمۡوَالِکُمۡ وَ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ ذٰلِکُمۡ  خَیۡرٌ  لَّکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ  تَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾  یَغۡفِرۡ لَکُمۡ  ذُنُوۡبَکُمۡ وَ یُدۡخِلۡکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ وَ مَسٰکِنَ  طَیِّبَۃً  فِیۡ  جَنّٰتِ عَدۡنٍ ؕ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ﴿ۙ﴾  وَ اُخۡرٰی تُحِبُّوۡنَہَا ؕ نَصۡرٌ  مِّنَ اللّٰہِ وَ فَتۡحٌ  قَرِیۡبٌ ؕ وَ  بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, maukah Aku tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?  Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta kamu dan jiwa kamu. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.   Dia akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan Dia akan memasukkan kamu ke kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal suci lagi menyenangkan di dalam  surga yang kekal,  itulah kemenangan yang besar. Dan ada lagi karunia lain yang kamu mencintainya, yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (Ash-Shaff [61]:11-14).

Kesuksesan Peniagaan Duniawi  Para Penyembah Nabi Isa Ibnu Maryam Israili  a.s. &  Terjadinya Perang Dunia

      Ayat   ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجَارَۃٍ  تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ  --   maukah Aku tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?” selain telah terbukti kebenarannya pada masa kehidupan Nabi Besar Muhammad saw. dan para Khulafatur-  Rasyidin, agaknya mengisyaratkan juga kepada zaman  Al-Masih Mau’ud a.s.  di Akhir Zaman ini,  ketika perniagaan dan perdagangan yang bersifat duniawi akan berkembang dengan subur dan akan terjadi perlombaan gila mencari keuntungan dalam perniagaan duniawi yang dilakukan  oleh bangsa-bangsa Barat yang mempertuhankan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.18:1-9 & 20-21), firman-Nya:
فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ  اِلَّا الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ  ؕ وَ الدَّارُ  الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ  یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi  pengganti  yang mewarisi Kitab Taurat  itu, mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan meng-ambilnya. Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq, dan  mereka telah mempelajari  apa yang tercantum di dalamnya? Padahal  kampung  akhirat itu   lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti? (Al-A’raf [7]:170).
        'Aradha artinya:  barang yang tidak kekal, barang-barang duniawi yang rendah nilainya, barang-barang dagangan atau komoditi-komoditi duniawi; benda atau sesuatu  (Lexicon Lane).
        Tetapi kenyataan  membuktikan bahwa  kesuksesan perniagaan duniawi  mereka itu telah menjerumuskan mereka ke dalam dua kali Perang Dunia  yang dahsyat, dan terjadinya Perang Dunia III atau Perang Nuklir tinggal menunggu waktunya saja, jika  umat manusia di Akhir Zaman tidak menerima “tawaran” Allah Swt. dalam firman-Nya sebelum ini (QS.61:11-14), yakni   یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجَارَۃٍ  تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ   --   “Hai orang-orang yang beriman, maukah Aku tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?”   (Ash-Shaff [61]:11).

Tawaran  Melakukan “Perniagaan  di Jalan Allah

        Selanjutnya Allah Swt. menjelaskan  mengenai  jenis “perdagangan yang  akan mambawa keselamatan di dunia dan di akhirat tersebut:
تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ تُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  بِاَمۡوَالِکُمۡ وَ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ ذٰلِکُمۡ  خَیۡرٌ  لَّکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ  تَعۡلَمُوۡنَ
“Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta kamu dan jiwa kamu. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.” (Ash-Shaff [61]:12).
       Memang benar bahwa yang dimaksud dengan Rasul-Nya dalam ayat tersebut tertuju kepada Nabi Besar Muhammad saw., dan janji Allah Swt. dalam ayat-ayat selanjutnya telah  menjadi kenyataan para masa kejayaan  Islam yang pertama, firman-Nya:
یَغۡفِرۡ لَکُمۡ  ذُنُوۡبَکُمۡ وَ یُدۡخِلۡکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ وَ مَسٰکِنَ  طَیِّبَۃً  فِیۡ  جَنّٰتِ عَدۡنٍ ؕ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ﴿ۙ﴾  وَ اُخۡرٰی تُحِبُّوۡنَہَا ؕ نَصۡرٌ  مِّنَ اللّٰہِ وَ فَتۡحٌ  قَرِیۡبٌ ؕ وَ  بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ﴿﴾
Dia akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan Dia akan memasukkan kamu ke kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal suci lagi menyenangkan di dalam  surga yang kekal,  itulah kemenangan yang besar. Dan ada lagi karunia lain yang kamu mencintainya, yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (Ash-Shaff [61]:13-14).
        Tetapi  di Akhir Zaman ini    -- pada saat  kemunduran umat Islam  telah mencapai puncaknya pada abad 14 hijriyah atau abad 17 Masehi  -- yang dimaksud  dengan Rasul-Nya  dalam QS.61:12 adalah   kedatangan kedua kali   Nabi Besar Muhammad saw.    secara ruhani dalam wujud Rasul Akhir Zaman  (QS.62:3-4) atau Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa ibnu Maryam a.s. (QS.43:58).
      Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah dalam ayat berikutnya Allah Swt. telah menyinggung masalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan para pengikut  setia beliau -- yaitu golongan hawwariyyin (QS.61:14-15)   -- untuk memperingatkan   umat Islam  di  Akhir Zaman ini agar tidak melakukan kesalahan fatal  seperti yang dilakukan para pemuka agama Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (QS.4:158-159),  firman-Nya:
فَلَمَّاۤ  اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَ اشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ  اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَ اتَّبَعۡنَا الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾  وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Maka tatkala  Isa merasa   ada  kekafiran pada mereka yakni kaumnya ia berkata: Siapakah penolong-penolongku  dalam urusan Allah?” Para hawari berkata: “Kamilah  para penolong urusan Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah  diri“Ya Rabb (Tuhan) kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama   orang-orang yang menjadi saksi.”  Dan mereka,  yakni musuh Al-Masih, merancang makar  buruk  dan Allah pun merancang makar  tandingan  dan Allah sebaik-baik Perancang makar.  (Ali ‘Imrān [3]:53-55).

Hawariyyin (Pengikut Setia) Misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di Akhir Zaman

       Sehubungan   ucapan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili mengenai adanya kekafiran dari  Bani Israil terhadap pendakwaan beliau sebagai Al-Masih (Mesias/Mesiah) dalam firman Allah Swt.   tersebut,  ternyata topik yang sama dikemukakan pula dalam Surah  Ash-Shaff 14-15  berupa perintah Allah Swt. kepada umat Islam  agar meniru sikap  hawāriyyīn  yang menolong perjuangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israilli,    bukannya meniru sikap buruk para pemuka  agama Yahudi yang merangcang makar-buruk terhadap beliau, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا  اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪ ﴾  
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada  hawāriyyīn  (pengikut-pengikutnya), “Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” Berkata pengikut-pengikut yang setia itu: Kamilah penolong-penolong Allah.” Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (Ash-Shaff [61]:15). 
    Dari ketiga golongan agama di antara kaum Yahudi, yang terhadap mereka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  menyampaikan tablighnya – kaum Parisi, kaum Saduki, dan kaum Essenes – Nabi Isa Ibnu Maryam  a.s. sebelum beliau diutus sebagai rasul Allah termasuk golongan  kaum Essenes.
   Kaum Essenes adalah kaum yang sangat bertakwa, hidup jauh dari kesibukan dan keramaian dunia, dan melewatkan waktu mereka dalam berzikir dan berdoa, dan berbakti kepada sesama manusia. Dari kaum inilah berasal bagian besar dari para pengikut beliau di masa permulaan (“The Dead Sea Community,” oleh Kurt Schubert, dan “The Crucifixion by an Eye-Witness”). Mereka disebut “Para Penolong” oleh Eusephus yakni Ansharullāh.

Nubuatan yang    Kembali    Terjadi

   Kata-kata penutup Surah ini  فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ --    “kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi orang-orang yang menang” sungguh sarat dengan nubuatan. Sepanjang zaman para pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   – walau pun dari segi  akidah mereka  telah menyeleweng dari Tauhid Ilahi  menjadi para penyembah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.5:117-119; QS.7:170)     tetapi mereka telah menikmati kekuatan dan kekuasaan atas musuh abadi mereka – kaum Yahudi.
     Orang-orang Nasrani  telah menegakkan dan memerintah kerajaan-kerajaan luas dan perkasa, sedang kaum Yahudi tetap merupakan kaum yang cerai-berai selama 2000 tahun sehingga mendapat julukan “the Wandering Jew” (“Yahudi Pengembara”). Takdir Ilahi yang sama akan terjadi juga bagi para   Al-Masih Mau’ud a.s.  dan para pengikut sejati beliau   yakni  golongan hawāriyyīn  di   Akhir Zaman.
   Ketika Allah Swt.  di Akhir Zaman ini benar-benar telah mengutus Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. atau sebagai misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58),  maka dari kalangan umat Islam  yang melaksanakan   perintah Allah Swt.  tersebut   -- yakni yang beriman kepada “seorang laki-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” (QS.36:31-28) -- hanyalah segolongan umat Islam yang tergabung dalam Jemaat Ahmadiyah saja, sedangkan  yang lainnya lebih suka mengikuti jejak para pemuka agama Yahudi dengan berbagai makar-buruk yang dilakukannya, sehingga akibat akhirnya  pun akan kembali terulang di Akhir Zaman ini, yakni  فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ --    “kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.
    Jadi, mengisyaratkan kepada “kehidupan surgawi” yang dapat  diraih di  dalam kehidupan dunia   itulah  hakikat  pembuatan suatu kuburan khusus oleh Al-Masih Mau’ud a.s.  atas perintah Ilahi secara istimewa -- Bahisyti Maqbarah (Pekuburan Surgawi) di Qadian yang terkenal --  bagi  para Ahmadi peserta gerakan pengorbanan harta  yang disebut  Al-Wasiyat,      dapat merupakan penyempurnaan secara fisik bagi perintah yang terkandung dalam salah satu wahyu Ilahi yang diterima oleh Pendiri  Jemaat Ahmadiyah yakni: “Inni anzaltu ma’aka al-jannah,” artinya, “Aku telah menyebabkan surga turun bersama engkau” (Tadzkirah), menggenapi firman-Nya kepada “laki-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” (QS.36:21):
قِیۡلَ ادۡخُلِ الۡجَنَّۃَ ؕ قَالَ یٰلَیۡتَ قَوۡمِیۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾  بِمَا غَفَرَ لِیۡ رَبِّیۡ وَ جَعَلَنِیۡ مِنَ الۡمُکۡرَمِیۡنَ ﴿﴾
Dikatakan kepadanya:  Masuklah ke dalam surga.”  Ia berkata: “Wahai alangkah baiknya jika kaumku mengetahui, karena apa Rabb-ku (Tuhan-ku) telah mengampuniku dan telah menjadikan aku dari antara orang-orang yang di-muliakan.” (Yā Sīn [36]:27-28). 
Dengan demikian benarlah  tawaran yang dikemukakan Allah Swt. mengenai perniagaan yang akan  menyelamatkan manusia dari azab yang pedih dalam firman-Nya sebelum ini:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجَارَۃٍ  تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾  تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ تُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  بِاَمۡوَالِکُمۡ وَ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ ذٰلِکُمۡ  خَیۡرٌ  لَّکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ  تَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾  یَغۡفِرۡ لَکُمۡ  ذُنُوۡبَکُمۡ وَ یُدۡخِلۡکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ وَ مَسٰکِنَ  طَیِّبَۃً  فِیۡ  جَنّٰتِ عَدۡنٍ ؕ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ﴿ۙ﴾  وَ اُخۡرٰی تُحِبُّوۡنَہَا ؕ نَصۡرٌ  مِّنَ اللّٰہِ وَ فَتۡحٌ  قَرِیۡبٌ ؕ وَ  بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, maukah Aku tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?  Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta kamu dan jiwa kamu. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.   Dia akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan Dia akan memasukkan kamu ke kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal suci lagi menyenangkan di dalam  surga yang kekal,  itulah kemenangan yang besar. Dan ada lagi karunia lain yang kamu mencintainya, yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (Ash-Shaff [61]:11-14).

Peringatan  Allah Swt. dalam “Kisah Monumental Dua Putra Adam” dan Ayat Kursiy

      Jadi, betapa beriman kepada Rasul Akhir Zaman – yakni Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)   --  sangat penting dilakukan,   sebab “perniagaan di jalan Allah” yang membuahkan   keselamatan  dalam kehidupan  di dunia dan di akhirat  tidak bisa dilakukan sekehendak hati setiap orang beriman. Mengisyaratkan kepada hal itulah peringatan Allah Swt. dalam firman-Nya  berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَ الۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ  الظّٰلِمُوۡنَ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman,  belanjakanlah apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum datang hari yang tidak ada jual-beli  di dalamnya,  tidak ada persahabatan,  dan  tidak pula syafaat,   dan orang-orang yang kafir  mereka itulah orang-orang  zalim. (Al-Baqarah [2]:255).
       Kisah  persembahan  pengorbanan  yang dilakukan “dua putra Adam” -- Kain dan Habel  (QS.5:28-32) – hendaklah menjadi bahan renungan, karena dari kisah monumental tersebut terbukti bahwa tidak setiap perngorbanan – bahkan peribadahan  --  pasti membuahkan “jual-beli, persahabatan, dan syafaat” seperti yang diharapkan pelakunya, jika hal tersebut dilakukan tidak sesuai dengan kehendak Allah Swt., sebagaimana dikemukakan dalam  firman Allah Swt. dalam ayat kursiy     mengenai  orang yang diizinkan Allah Swt. untuk memberikan syafaat, yakni Rasul Allah, firman-Nya:
اَللّٰہُ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَۚ اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ ۬ۚ لَا تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ لَا نَوۡمٌ ؕ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ  عِنۡدَہٗۤ  اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ؕ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ  ۚ وَ لَا یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ الۡعَلِیُّ  الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾
Allah, tidak ada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Hidup, Yang  Maha Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyentuh-Nya dan tidak pula tidur. Milik-Nya apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun  yang ada di bumi.  Siapakah yang da-pat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya?  Dia mengetahui apa pun yang ada di hadapan mereka dan apa pun di belakang me-reka, dan mereka tidak meliputi se-suatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki.  Singgasana ilmu-Nya   meliputi seluruh langit dan bumi,  dan tidak memberatkan-Nya menjaga keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung. (Al-Baqarah [2]:256).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   31 Januari      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar