بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
172
Mereka yang Tuna dari Makrifat
Ilahi yang Hakiki, di Alam Akhirat akan Dibangkitkan dalam
Keadaan Buta
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai
makna lain syafaat, bahwa syafaat
adalah suatu cara untuk menjelmakan kasih-sayang
Allah Swt. dan karena Allah
Swt. bukanlah hakim, melainkan Mālik (Pemilik
dan Majikan), maka tidak ada yang dapat mencegah Dia dari memperlihatkan kasih-sayang-Nya kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya, dalam
hal ini adalah melalui Rasul Allah.
Kenapa demikian? Sebab menurut Al-Quran bahwa taat kepada Rasul Allah
berarti taat kepada Allah Swt. Wujud yang mengutus Rasul Allah tersebut dan durhaka kepada Rasul Allah berarti durhaka
kepada Allah Swt., firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
مَنۡ یُّطِعِ الرَّسُوۡلَ فَقَدۡ اَطَاعَ اللّٰہَ ۚ وَ مَنۡ تَوَلّٰی فَمَاۤ
اَرۡسَلۡنٰکَ عَلَیۡہِمۡ حَفِیۡظًا ﴿ؕ﴾
Barangsiapa menaati Rasul maka sungguh ia
menaati Allah, dan barangsiapa berpaling maka Kami sekali-kali tidak mengutus engkau
sebagai penjaga atas mereka. (An-Nisā
[4]:81).
Pentingnya
Mentaati Rasul Allah
Jadi, orang-orang yang mendustakan dan menentang Rasul Allah
yang kedatangannya telah dijanjikan
oleh Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir Zaman ini, bagaimana mungkin mereka itu akan dapat meraih “jual-beli, persahabatan,
dan syafaat” sebagaimana dikemukakan
dalam QS.2:255, padahal ketiga hal tersebut erat kaitannya dengan ketaatan kepada Rasul Allah, yang kepadanya Allah Swt. memberikan izin melakukan syafaat, firman-Nya:
اَللّٰہُ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا
ہُوَۚ اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ ۬ۚ لَا تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ لَا نَوۡمٌ ؕ لَہٗ مَا
فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ عِنۡدَہٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ؕ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ ۚ وَ لَا
یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ
الۡعَلِیُّ الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾
Allah, tidak ada Tuhan kecuali Dia Yang
Maha Hidup, Yang Maha Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan
Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyentuh-Nya dan tidak pula
tidur. Milik-Nya apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi. Siapakah
yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin Nya? Dia mengetahui apa pun yang ada di hadapan
mereka dan apa pun di belakang
mereka, dan mereka tidak meliputi
sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa
yang Dia kehendaki. Singgasana ilmu-Nya
meliputi seluruh langit dan bumi, dan tidak
memberatkan-Nya menjaga keduanya, dan Dia
Maha Tinggi, Maha Agung. (Al-Baqarah
[2]:256).
Bagi orang-orang yang berlaku
durhaka kepada Allah
Swt. dan Rasul Allah seperti itu tidak adabyang mereka tunggu-tunggu kecuali menunggu-nunggu genapnya (terjadinya) azab
Ilahi yang diperingatkan oleh Rasul Allah kepada mereka, firman-Nya:
ہَلۡ
یَنۡظُرُوۡنَ اِلَّا تَاۡوِیۡلَہٗ ؕ
یَوۡمَ یَاۡتِیۡ تَاۡوِیۡلُہٗ یَقُوۡلُ الَّذِیۡنَ نَسُوۡہُ مِنۡ قَبۡلُ قَدۡ
جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ۚ فَہَلۡ لَّنَا مِنۡ شُفَعَآءَ فَیَشۡفَعُوۡا
لَنَاۤ اَوۡ نُرَدُّ فَنَعۡمَلَ غَیۡرَ الَّذِیۡ کُنَّا
نَعۡمَلُ ؕ قَدۡ خَسِرُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ وَ ضَلَّ عَنۡہُمۡ مَّا کَانُوۡا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿٪﴾
Tidaklah yang
mereka tunggu-tunggu kecuali menjadi genap takwilnya yakni kenyataannya. Pada hari kenyataan itu datang, berkata orang-orang
yang dahulu melupakannya: “Sungguh rasul-rasul Rabb (Tuhan) kami telah datang
dengan haq, maka adakah bagi kami pemberi-pemberi
syafaat supaya mereka dapat memberi
syafaat untuk kami? Atau dapatkah
kami dikembalikan supaya kami
berbuat bukan seperti apa
yang senantiasa kami perbuat?” Sungguh mereka
telah merugikan dirinya sendiri dan lenyaplah
dari mereka apa yang senantiasa mereka ada-adakan itu. (Al-‘Arāf [7]:54).
Mereka yang Buta
Mata Hatinya (Mata Ruhaninya) di
Dunia
Ta’wiluhu dapat diartikan menjadi “genapnya apa
yang diperingatkan kepada mereka”,
yakni azab Ilahi. Di Akhir Zaman ini Allah Swt. telah
membangkitkan seorang pemberi syafaat,
yakni Rasul Akhir Zaman, tetapi
umumnya umat beragama mendustakan dan menentangnya, sehingga akibatnya peringatan Allah Swt. tentang kedatangan azab-Nya menjadi genap berupa terjadinya berbagai bencana dahsyat yang saat ini terus
menerus melanda berbagai kawasan dunia, firman-Nya:
فَکَاَیِّنۡ
مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَا وَ ہِیَ
ظَالِمَۃٌ فَہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی
عُرُوۡشِہَا وَ بِئۡرٍ مُّعَطَّلَۃٍ وَّ
قَصۡرٍ مَّشِیۡدٍ ﴿﴾ اَفَلَمۡ یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ
لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ
اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ فَاِنَّہَا لَا تَعۡمَی
الۡاَبۡصَارُ وَ لٰکِنۡ تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ ﴿﴾ وَ
یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ
اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ کَاَلۡفِ سَنَۃٍ
مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾ وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَمۡلَیۡتُ لَہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ ثُمَّ اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ
﴿٪﴾
Dan berapa
banyak kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya
sedang berbuat zalim lalu dinding-dindingnya jatuh atas atapnya, dan sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang menjulang tinggi. Maka apakah mereka tidak berpesiar di bumi,
lalu
menjadikan hati mereka memahami dengannya atau menjadikan telinga mereka
mendengar dengannya? Maka sesungguhnya bukan
mata yang buta tetapi yang buta adalah hati yang ada dalam dada.
Dan mereka meminta kepada engkau untuk mempercepat
azab, tetapi Allah tidak akan pernah mengingkari janji-Nya.
Dan sesungguhnya satu hari di sisi Rabb
(Tuhan) engkau seperti seribu tahun
menurut perhitungan kamu. Dan berapa banyaknya kota telah Aku memberi tangguh baginya padahal dia berlaku zalim, kemudian Aku
menangkapnya dan kepada Aku-lah
kembali mereka. (Al-Hājj [22]:46-49).
Ayat فَاِنَّہَا لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ وَ لٰکِنۡ
تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ --
“Maka sesungguhnya bukan mata yang buta tetapi yang buta adalah hati yang ada dalam dada” ini menjelaskan bahwa
orang-orang mati, orang-orang buta, dan orang-orang tuli, yang dibicarakan di sini atau di
tempat lain dalam Al-Quran (QS.2:18-19; QS.17:73; QS.20:125-129) adalah orang-orang yang ditilik dari segi ruhani telah mati, buta, dan tuli,
firman-Nya:
یَوۡمَ نَدۡعُوۡا کُلَّ اُنَاسٍۭ بِاِمَامِہِمۡ ۚ فَمَنۡ اُوۡتِیَ
کِتٰبَہٗ بِیَمِیۡنِہٖ فَاُولٰٓئِکَ
یَقۡرَءُوۡنَ کِتٰبَہُمۡ وَ لَا
یُظۡلَمُوۡنَ فَتِیۡلًا ﴿﴾ وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی
وَ اَضَلُّ سَبِیۡلًا ﴿﴾
Ingatlah hari itu ketika Kami akan
memanggil semua orang beserta pemimpin
mereka, lalu barangsiapa akan diberikan kitabnya di
tangan kanannya maka
mereka itu akan membaca kitab mereka
dan mereka tidak akan dizalimi
sedikit pun. Dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat pun ia akan buta juga dan bahkan lebih tersesat dari jalan. (Bani Israil [17]:72-73).
Mereka yang Dibangkitkan di Akhirat Dalam Keadaan Buta
Tangan kanan adalah lambang keberkatan,
sedang tangan kiri lambang hukuman. Pada tubuh manusia yang sebelah
kanan mempunyai semacam keunggulan terhadap yang kiri,
karena otot-otot di sebelah kanan pada umumnya lebih kuat dari yang
sebelah kiri.
Diserahkan catatan
mengenai perbuatan seseorang ke tangan kanannya seperti disebutkan dalam
ayat ini mengandung arti bahwa catatan
itu akan membawa keuntungan dan berkat atau kegembiraan
baginya. Lagi pula tangan kanan
menunjukkan kekuatan dan kekuasaan (QS.69:46).
Dipegangnya
catatan mereka di tangan kanan mereka oleh orang-orang beriman mengandung arti bahwa di masa hidup di dunia, mereka telah berpegang pada ketakwaan dengan kuat dan kemauan keras, sedang dipegangnya catatan oleh orang-orang kafir di tangan kiri mereka mengandung arti bahwa mereka tidak berjuang dengan kuat, tekun, dan semangat yang diperlukan untuk mencapai ketakwaan itu.
Makna وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ
ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی فَہُوَ فِی
الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی -- “Dan barangsiapa buta di dunia ini
maka di akhirat pun ia akan buta juga”, adalah bahwa orang-
orang yang tidak mempergunakan mata
ruhani mereka dengan cara yang wajar
di dunia ini akan tetap luput dari penglihatan ruhani di dalam akhirat. Al-Quran menyebut mereka yang
tidak merenungkan Tanda-tanda Allah
serta tidak memperoleh manfaat
darinya, dan orang-orang seperti itu di alam
akhirat pun akan tetap dalam keadaan buta.
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman-Nya berikut ini:
وَ مَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِکۡرِیۡ فَاِنَّ لَہٗ مَعِیۡشَۃً ضَنۡکًا وَّ
نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ اَعۡمٰی ﴿﴾ قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِیۡۤ اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ بَصِیۡرًا ﴿﴾ قَالَ کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا
ۚ وَکَذٰلِکَ الۡیَوۡمَ
تُنۡسٰی ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ
الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی ﴿﴾ اَفَلَمۡ یَہۡدِ لَہُمۡ
کَمۡ اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ یَمۡشُوۡنَ فِیۡ مَسٰکِنِہِمۡ ؕ
اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی
النُّہٰی ﴿﴾٪
Dan barangsiapa
berpaling dari mengingat Aku maka sesungguhnya baginya ada kehidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.
Ia berkata: "Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), mengapa Engkau membangkitkan aku dalam keadaan
buta, padahal sesungguhnya dahulu
aku dapat melihat?' Dia
berfirman: "Demikianlah telah
datang kepada kamu Tanda-tanda Kami, tetapi engkau melupakannya dan demikian pula engkau dilupakan pada hari ini." Dan demikianlah Kami mem-beri balasan orang
yang melanggar dan ia tidak beriman
kepada Tanda-tanda Rabb-nya (Tuhan-nya), dan niscaya azab- akhirat itu lebih keras dan lebih kekal. Maka apakah tidak memberi petunjuk kepada mereka berapa
ba-nyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, mereka berjalan-jalan di tempat-tempat tinggal mereka
yang telah hancur? Sesungguh-nya dalam
hal yang demikian itu benar-benar ada Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Thā Hā[20]:125-129).
Mereka yang Tuna
dari Makrifat Mengenai
Sifat-sifat Sempurna Allah Swt.
Seseorang yang sama sekali tidak ingat kepada Allah Swt. di dunia
serta menjalani cara hidup yang
menghalangi dan menghambat perkembangan
ruhaninya, dan dengan demikian membuat dirinya tidak layak menerima nur
dari Allah Swt. maka ia akan dilahirkan dalam keadaan buta di waktu kebangkitannya
kembali pada kehidupan di akhirat.
Hal itu menjadi demikian karena ruhnya
di dunia ini - yang akan berperan sebagai tubuh
bagi ruh yang lebih maju ruhaninya di alam akhirat - telah menjadi buta,
sebab ia telah menjalani kehidupan yang
bergelimang dosa di dunia ini, hal ini sesuai dengan firman Allah Swt.
sebelumnya:
وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی
فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی وَ اَضَلُّ
سَبِیۡلًا ﴿﴾
Dan barangsiapa buta di dunia ini
maka di akhirat pun ia akan buta juga dan bahkan lebih tersesat dari jalan. (Bani Israil [17]:73).
Sebagai jawaban
terhadap keluhan orang kafir mengapa
ia dibangkitkan buta padahal dalam kehidupan sebelumnya ia memiliki penglihatan jasmani, Allah Swt. akan
mengatakan bahwa ia telah menjadi buta
ruhani dalam kehidupannya di dunia, sebab telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya — yang akan berperan sebagai tubuh untuk ruh lain yang
ruhaninya jauh lebih berkembang di akhirat, maka di hari kemudian ia dilahirkan buta.
Ayat ini
dapat pula berarti, bahwa karena orang kafir tidak berusaha mengembangkan dalam dirinya Sifat-sifat Ilahi sebagaimana yang diperagakan oleh para Rasul Allah – khususnya Nabi Besar Muhammad saw. -- dan tetap asing dari sifat-sifat
itu, maka pada hari kebangkitan —
ketika sifat-sifat Ilahi itu
akan dinampakkan dengan segala keagungan dan kemuliaan —
maka ia sebagai seseorang yang terasing dari Sifat-sifat itu tidak akan
mampu mengenalinya dan dengan
demikian akan berdiri seperti orang buta
yang tidak mempunyai ingatan atau kenangan sedikit pun kepada
penjelmaan Sifat-sifat Ilahi
tersebut.
Makrifat Ilahi Sempurna yang Dimiliki Pendiri Jemaat
Ahmadiyah
Sehubungan
makna tersebut, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s. --
dalam kedudukannya sebagai Rasul
Akhir Zaman (QS.61:10) -- yang sering berkomunikasi
dengan Allah Swt. (QS.42:52-54) menulis dalam buku Kishty Nuh (Bahtera Nuh)
sebagai berikut:
Tuhan
itu adalah Tuhan Yang Mahasetia, dan kepada mereka yang tetap setia Dia
menampakkan pekerjaan-pekerjaan yang ajaib. Dunia setiap saat mau mengganyang
mereka, dan setiap lawan mereka gemas
terhadap mereka, tetapi Dia Yang menjadi Kawan-setia dari mereka
menyelamatkan mereka dari tiap-tiap mara-bahaya dan mengeluarkan mereka dari
setiap gelanggang pertarungan sebagai pemenang.
Betapa mujurnya orang itu yang berpegang teguh
kepada Tuhan semacam itu. Kepada-Nya kita beriman dan kita telah mengenal Dia.
Dari seantero dunia hanya Dia Sendiri Tuhan, Yang telah melimpahkan wahyu kepadaku, Yang telah menampakkan Tanda-tanda, Yang mengutusku sebagai Masih Mau’ud untuk
zaman ini. Kecuali Dia tidak ada Tuhan lagi baik di langit maupun di dunia ini.
Barangsiapa yang tidak beriman kepada-Nya ia
mahrum (luput) dari karunia dan pertolongan-Nya. Dari Tuhan kami, kami telah
menerima wahyu laksana matahari
berkilau-kilauan. Kami telah melihat bahwa Dia Sendiri Tuan di seluruh dunia,
kecuali Dia tidak ada lagi duanya. Sungguh Perkasa dan Berdiri Sendiri
Tuhan yang kami jumpai itu! Dan alangkah
kuatnya kudrat-kudrat itu yang dimiliki Tuhan yang kami lihat!
Sesungguhnya bagi Dia tiada sesuatu yang mustahil,
kecuali apa yang bertentangan dengan Kitab-Nya dan janji-Nya. Maka apabila
kamua berdoa hendaknya kamu jangan berbuat atau berlaku seperti orang-orang
naturalis yang bodoh, yang menggubah di
dalam khayalan mereka hukum kudrat
alam yang tidak mendapat mengesahan dari Kitab Tuhan, sebab mereka itu
mardud (tertolak), yang doa-doanya sekali-kali tidak akan terkabul.
Mereka itu buta, tidak dianugerahi pandangan
gaib; mereka itu mati, tidak hidup. Mereka mengemukakan di hadapan Tuhan suatu
hukum yang mereka rancang sendiri, dan mereka membatasi kudrat-kudrat-Nya, dan
menganggap Dia lemah tiada berdaya. Dengan demikian mereka akan diperlakukan
dengan keadaan pikiran mereka sendiri.
Akan
tetapi apabila kamu berdiri untuk memanjatkan doa maka kamu wajib meyakini
dahulu bahwa Tuhan kamu berkuasa atas tiap sesuatu, barulah doa-doa kamu akan dikabulkan, dan
kamu akan menyaksikan keajaiban-keajaiban
kudrat Ilahi yang kami telah melihatnya sendiri. Dan ingatlah,
persaksian kami bukan berdasarkan kepada dongengan belaka, melainkan berdasarkan kepada apa-apa yang
telah kami saksikan sendiri.
Bagaimanakah
doa seseorang akan dikabulkan kalau dia tidak percaya bahwa Tuhan
berkuasa atas tiap sesuatu? Dan bagaimana mungkin orang yang semacam itu mempunyai
keberanian untuk memanjatkan doa kepada Tuhan apabila ia ditimpa suatu
kesusahan mengenai hal-hal dimana perubahan-perubahan yang diharapkannya itu
akan bertentangan dengan hukum kudrat
alam yang dia fahami?
Tetapi, wahai orang-orang yang baik janganlah
seperti itu! Tuhan kamu adalah Wujud Yang menggantungkan segala bintang
gemintang di cakrawala raya tanpa tali barang seutas pun, dan Yang telah
menjelmakan dunia dan langit dari serba tiada. Apakah kamu akan berprangsangka
bahwa Dia tidak akan berdaya dalam
memnuhi kebutuhan kamu? Bahkan prasangka kamu sendiri akan menjauhkan kamu dari
karunia. Dalam Wujud Tuhan kami terdapat keajaiban-keajaiban yang tak
terpermanai banyaknya. Tetapi Dia tidak menampakkan keajaiban-keajaiban kepada mereka yang tidak mempercayai kekuasaan-Nya, dan tidak setia
dalam menyempurnakan keimanannya.
Sungguh alangkah malangnya orang-orang yang
hingga kini tidak mengetahui bahwasanya ia mempunyai satu Tuhan Yang berkuasa
atas tiap sesuatu! Surga kita adalah Tuhan kita, di dalam Dzat-Nya
terletak segala kelezatan yang selezat-lezatnya, sebab kami telah melihat-Nya,
dan segala keindah-permaian terdapat pada Wujud-Nya. Harta ini patut
dimiliki walau pun harus dengan mempertaruhkan jiwa dahulu. Permata ini
patut dibeli sekali pun harus dengan meniadakan segala wujud kita.
Wahai orang-orang yang mahrum (luput)!
Bergegaslah lari menuju Sumber mata-air kehidupan
yang bakal menyelamatkan kamu.
Apa gerangan yang harus kuperbuat dan bagaimanakah harus kusampaikan berita ini ke setiap kalbu manusia? Dengan
genderang bagaimana coraknya harus kucanangkan di lorong-lorong supaya
orang-orang dapat mendengar bahwa Tuhan itu ada? Dengan obat apakah harus
kusembuhkan agar telinga-telinga orang terbuka untuk mendengarnya?
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 5 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar