Senin, 10 Maret 2014

Mereka yang Tuna Makrifat Ilahi yang Hakiki, di Alam Akhirat akan Dibangkitkan Dalam Keadaan Buta



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  172

Mereka yang Tuna dari  Makrifat Ilahi  yang Hakiki, di Alam Akhirat akan Dibangkitkan dalam Keadaan Buta 

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  makna lain syafaat, bahwa  syafaat  adalah suatu cara untuk menjelmakan kasih-sayang Allah Swt.  dan karena Allah Swt.  bukanlah  hakim, melainkan Mālik (Pemilik dan Majikan), maka tidak ada yang dapat mencegah Dia dari memperlihatkan kasih-sayang-Nya kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya, dalam hal ini adalah melalui Rasul Allah.
     Kenapa demikian? Sebab menurut  Al-Quran bahwa taat kepada Rasul Allah berarti taat kepada Allah Swt. Wujud yang mengutus Rasul Allah tersebut  dan durhaka kepada Rasul Allah berarti durhaka kepada Allah Swt., firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
مَنۡ یُّطِعِ الرَّسُوۡلَ فَقَدۡ اَطَاعَ اللّٰہَ ۚ وَ مَنۡ تَوَلّٰی  فَمَاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ عَلَیۡہِمۡ حَفِیۡظًا  ﴿ؕ﴾
Barangsiapa menaati Rasul maka sungguh  ia menaati  Allah, dan barangsiapa berpaling maka Kami sekali-kali tidak mengutus engkau sebagai penjaga atas mereka. (An-Nisā [4]:81).

Pentingnya Mentaati Rasul Allah

   Jadi, orang-orang yang mendustakan dan menentang Rasul Allah yang kedatangannya telah dijanjikan oleh Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir Zaman ini, bagaimana mungkin mereka itu akan   dapat meraih “jual-beli, persahabatan, dan syafaat” sebagaimana dikemukakan dalam QS.2:255, padahal ketiga hal tersebut erat kaitannya dengan ketaatan kepada Rasul Allah, yang kepadanya Allah Swt. memberikan izin melakukan syafaat, firman-Nya:
اَللّٰہُ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَۚ اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ ۬ۚ لَا تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ لَا نَوۡمٌ ؕ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ  عِنۡدَہٗۤ  اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ؕ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ  ۚ وَ لَا یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ الۡعَلِیُّ  الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾
Allah, tidak ada Tuhan kecuali Dia   Yang Maha Hidup, Yang  Maha Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyentuh-Nya dan tidak pula tidur. Milik-Nya apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun  yang ada di bumi.  Siapakah yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin Nya?  Dia mengetahui apa pun yang ada di hadapan mereka dan apa pun di belakang mereka, dan mereka tidak meliputi sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki.  Singgasana ilmu-Nya   meliputi seluruh langit dan bumi,  dan tidak memberatkan-Nya menjaga keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung. (Al-Baqarah [2]:256). 
       Bagi orang-orang  yang berlaku  durhaka  kepada Allah Swt. dan Rasul Allah seperti  itu tidak adabyang mereka tunggu-tunggu kecuali menunggu-nunggu genapnya (terjadinya)   azab Ilahi yang diperingatkan oleh Rasul Allah kepada mereka, firman-Nya:
ہَلۡ یَنۡظُرُوۡنَ  اِلَّا تَاۡوِیۡلَہٗ ؕ یَوۡمَ یَاۡتِیۡ تَاۡوِیۡلُہٗ یَقُوۡلُ الَّذِیۡنَ نَسُوۡہُ مِنۡ قَبۡلُ قَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ۚ فَہَلۡ لَّنَا مِنۡ شُفَعَآءَ  فَیَشۡفَعُوۡا  لَنَاۤ  اَوۡ  نُرَدُّ فَنَعۡمَلَ غَیۡرَ الَّذِیۡ کُنَّا نَعۡمَلُ ؕ قَدۡ خَسِرُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ وَ ضَلَّ عَنۡہُمۡ مَّا کَانُوۡا  یَفۡتَرُوۡنَ ﴿٪﴾
Tidaklah yang  mereka tunggu-tunggu kecuali  menjadi genap  takwilnya yakni kenyataannya. Pada hari kenyataan itu datang,  berkata orang-orang yang dahulu melupakannya: “Sungguh  rasul-rasul Rabb (Tuhan) kami telah datang dengan haq, maka adakah bagi kami pemberi-pemberi syafaat supaya mereka dapat memberi syafaat untuk kami? Atau dapatkah kami dikembalikan supaya kami berbuat bukan seperti apa yang senantiasa kami perbuat?” Sungguh mereka telah merugikan dirinya sendiri dan lenyaplah dari mereka apa yang senantiasa  mereka ada-adakan itu. (Al-‘Arāf [7]:54).

Mereka yang  Buta Mata Hatinya (Mata Ruhaninya) di Dunia

       Ta’wiluhu dapat diartikan menjadi “genapnya apa  yang diperingatkan  kepada mereka”, yakni azab Ilahi. Di Akhir Zaman ini Allah Swt. telah membangkitkan seorang pemberi syafaat, yakni Rasul Akhir Zaman, tetapi umumnya  umat beragama mendustakan dan menentangnya, sehingga akibatnya peringatan Allah Swt. tentang kedatangan azab-Nya  menjadi genap berupa terjadinya berbagai bencana dahsyat yang saat ini terus menerus melanda berbagai kawasan dunia, firman-Nya:
فَکَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ  اَہۡلَکۡنٰہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ  فَہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ بِئۡرٍ  مُّعَطَّلَۃٍ   وَّ  قَصۡرٍ  مَّشِیۡدٍ ﴿﴾  اَفَلَمۡ یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ  اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ فَاِنَّہَا لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ  وَ لٰکِنۡ  تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ ﴿﴾  وَ  یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ  کَاَلۡفِ  سَنَۃٍ   مِّمَّا  تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾  وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ  اَمۡلَیۡتُ لَہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ  ثُمَّ اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪﴾
Dan berapa banyak kota yang Kami telah  membinasakannya, yang penduduknya sedang berbuat zalim  lalu  dinding-dindingnya  jatuh atas atapnya, dan sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang menjulang tinggi. Maka apakah mereka tidak berpesiar di bumi, lalu  menjadikan hati mereka memahami dengannya   atau menjadikan telinga  mereka mendengar dengannya? Maka sesungguhnya bukan mata yang buta  tetapi yang buta adalah hati yang ada dalam dada.  Dan mereka meminta kepada engkau untuk mempercepat azab, tetapi Allah  tidak akan pernah mengingkari janji-Nya. Dan sesungguhnya satu hari di sisi Rabb (Tuhan) engkau seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu.  Dan berapa banyaknya kota telah Aku memberi tangguh baginya padahal dia berlaku zalim, kemudian Aku menangkapnya dan kepada Aku-lah kembali mereka. (Al-Hājj [22]:46-49).
        Ayat  فَاِنَّہَا لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ  وَ لٰکِنۡ  تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ  -- “Maka sesungguhnya bukan mata yang buta  tetapi yang buta adalah hati yang ada dalam dada” ini menjelaskan bahwa orang-orang mati, orang-orang buta, dan orang-orang tuli, yang dibicarakan di sini atau di tempat lain dalam Al-Quran (QS.2:18-19; QS.17:73; QS.20:125-129) adalah orang-orang yang ditilik dari segi ruhani telah mati, buta, dan tuli,  firman-Nya:
یَوۡمَ نَدۡعُوۡا کُلَّ اُنَاسٍۭ بِاِمَامِہِمۡ ۚ فَمَنۡ اُوۡتِیَ کِتٰبَہٗ  بِیَمِیۡنِہٖ فَاُولٰٓئِکَ یَقۡرَءُوۡنَ  کِتٰبَہُمۡ وَ لَا یُظۡلَمُوۡنَ فَتِیۡلًا  ﴿﴾  وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ  اَعۡمٰی فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ   اَعۡمٰی  وَ اَضَلُّ  سَبِیۡلًا ﴿﴾
Ingatlah hari itu ketika Kami akan memanggil semua orang beserta pemimpin mereka,  lalu barangsiapa akan diberikan kitabnya di tangan kanannya  maka mereka itu akan membaca kitab mereka dan mereka tidak akan dizalimi sedikit pun. Dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat  pun  ia akan buta juga  dan bahkan   lebih tersesat dari jalan. (Bani Israil [17]:72-73).

Mereka yang Dibangkitkan di Akhirat Dalam Keadaan Buta

     Tangan kanan adalah lambang keberkatan, sedang tangan kiri lambang hukuman. Pada tubuh manusia yang sebelah kanan mempunyai semacam keunggulan terhadap yang kiri,  karena otot-otot di sebelah kanan pada umumnya lebih kuat dari yang sebelah kiri.
        Diserahkan catatan mengenai perbuatan seseorang ke tangan kanannya seperti disebutkan dalam ayat ini mengandung arti bahwa catatan itu akan membawa keuntungan dan berkat  atau kegembiraan baginya. Lagi pula tangan kanan menunjukkan kekuatan dan kekuasaan (QS.69:46).
      Dipegangnya  catatan mereka di tangan kanan mereka oleh orang-orang beriman mengandung arti bahwa di masa hidup di dunia, mereka telah berpegang pada ketakwaan dengan kuat dan kemauan keras, sedang dipegangnya catatan  oleh orang-orang kafir di tangan kiri mereka mengandung arti  bahwa mereka tidak berjuang dengan kuat, tekun, dan semangat yang diperlukan  untuk mencapai ketakwaan itu.
        Makna  وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ  اَعۡمٰی فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ   اَعۡمٰی     -- “Dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat  pun  ia akan buta juga”, adalah bahwa orang- orang yang tidak mempergunakan mata ruhani mereka dengan cara yang wajar di dunia ini akan tetap  luput dari penglihatan ruhani di dalam akhirat. Al-Quran menyebut mereka yang tidak merenungkan Tanda-tanda Allah serta tidak memperoleh manfaat darinya, dan orang-orang seperti itu di alam akhirat pun akan tetap dalam keadaan buta. Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman-Nya berikut ini: 
وَ مَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِکۡرِیۡ فَاِنَّ لَہٗ مَعِیۡشَۃً ضَنۡکًا وَّ نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ  اَعۡمٰی ﴿﴾  قَالَ رَبِّ  لِمَ حَشَرۡتَنِیۡۤ  اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ  بَصِیۡرًا ﴿﴾  قَالَ  کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا ۚ  وَکَذٰلِکَ  الۡیَوۡمَ  تُنۡسٰی ﴿﴾  وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ  یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی  ﴿﴾ اَفَلَمۡ یَہۡدِ لَہُمۡ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ یَمۡشُوۡنَ فِیۡ مَسٰکِنِہِمۡ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ  لَاٰیٰتٍ  لِّاُولِی  النُّہٰی ﴿﴾٪
Dan  barangsiapa ber­paling dari mengingat Aku maka sesungguhnya baginya ada kehidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.  Ia berkata: "Ya Rabb-ku (Tuhan­-ku), mengapa Engkau mem­bangkitkan aku dalam keadaan buta, padahal sesungguhnya dahulu aku dapat melihat?'   Dia  berfirman: "Demi­kianlah telah datang kepada kamu Tanda-tanda Kami, tetapi engkau melupakannya  dan demikian pula engkau dilupakan pada hari ini."   Dan demikianlah Kami mem-beri balasan orang yang me­langgar dan ia tidak beriman kepada Tanda-tanda Rabb-nya (Tuhan-nya), dan  niscaya azab- akhirat itu lebih keras dan lebih kekal.   Maka apakah tidak  mem­beri petunjuk kepada mereka  berapa ba-nyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, mereka berjalan-jalan di tempat-tempat tinggal mereka yang telah hancur? Sesungguh-nya dalam hal yang demikian itu benar-benar ada Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Thā Hā[20]:125-129).

Mereka yang Tuna dari  Makrifat  Mengenai  Sifat-sifat  Sempurna Allah Swt.

   Seseorang yang sama sekali tidak ingat kepada Allah Swt. di dunia serta menjalani cara hidup yang menghalangi dan menghambat perkembangan ruhaninya, dan dengan demikian membuat dirinya tidak layak menerima nur dari Allah Swt. maka ia  akan dilahirkan   dalam keadaan buta di waktu kebangkitannya kembali pada kehidupan di akhirat.
   Hal itu menjadi demikian  karena ruhnya di dunia ini - yang akan berperan sebagai tubuh bagi ruh yang lebih maju ruhaninya di alam akhirat - telah menjadi buta, sebab ia telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa di dunia ini, hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. sebelumnya:
وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ  اَعۡمٰی فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ   اَعۡمٰی  وَ اَضَلُّ  سَبِیۡلًا ﴿﴾
Dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat  pun  ia akan buta juga  dan bahkan   lebih tersesat dari jalan. (Bani Israil [17]:73).
  Sebagai jawaban terhadap keluhan orang kafir mengapa ia dibangkitkan buta padahal dalam kehidupan sebelumnya ia memiliki penglihatan jasmani, Allah Swt. akan mengatakan bahwa ia telah menjadi buta ruhani dalam kehidupannya di dunia, sebab telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya — yang akan berperan sebagai tubuh untuk ruh lain yang ruhaninya jauh lebih berkembang di akhirat, maka di hari kemudian ia dilahirkan buta.
   Ayat ini dapat pula berarti,  bahwa karena orang kafir tidak berusaha mengembangkan dalam dirinya Sifat-sifat Ilahi sebagaimana yang diperagakan oleh para Rasul Allah – khususnya Nabi Besar Muhammad saw.  -- dan tetap asing dari sifat-sifat itu, maka pada hari kebangkitan — ketika sifat-sifat Ilahi  itu  akan dinampakkan  dengan segala keagungan dan kemuliaan maka ia sebagai seseorang yang terasing dari Sifat­-sifat itu  tidak akan mampu mengenalinya dan dengan demikian akan berdiri seperti orang buta yang tidak mempunyai ingatan atau kenangan sedikit pun kepada penjelmaan  Sifat-sifat Ilahi tersebut.

Makrifat   Ilahi  Sempurna yang Dimiliki Pendiri Jemaat Ahmadiyah

    Sehubungan  makna tersebut,  Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s.   --  dalam kedudukannya sebagai Rasul Akhir Zaman  (QS.61:10) -- yang  sering berkomunikasi dengan Allah Swt. (QS.42:52-54) menulis dalam buku Kishty Nuh (Bahtera Nuh) sebagai berikut: 
      Tuhan  itu adalah Tuhan Yang Mahasetia, dan kepada mereka yang tetap setia Dia menampakkan pekerjaan-pekerjaan yang ajaib. Dunia setiap saat mau mengganyang mereka, dan setiap lawan mereka gemas  terhadap mereka, tetapi Dia Yang menjadi Kawan-setia dari mereka menyelamatkan mereka dari tiap-tiap mara-bahaya dan mengeluarkan mereka dari setiap gelanggang pertarungan sebagai pemenang.
        Betapa mujurnya orang itu yang berpegang teguh kepada Tuhan semacam itu. Kepada-Nya kita beriman dan kita telah mengenal Dia. Dari seantero dunia hanya Dia Sendiri Tuhan, Yang telah  melimpahkan wahyu kepadaku, Yang telah menampakkan Tanda-tanda, Yang mengutusku sebagai Masih Mau’ud untuk zaman ini. Kecuali Dia tidak ada Tuhan lagi baik di  langit maupun di dunia ini.
       Barangsiapa yang tidak beriman kepada-Nya ia mahrum (luput) dari karunia dan pertolongan-Nya. Dari Tuhan kami, kami telah menerima wahyu laksana matahari berkilau-kilauan. Kami telah melihat bahwa Dia Sendiri Tuan di seluruh dunia, kecuali Dia tidak ada lagi duanya. Sungguh Perkasa dan Berdiri Sendiri Tuhan  yang kami jumpai itu! Dan alangkah kuatnya kudrat-kudrat itu yang dimiliki Tuhan yang kami lihat!
        Sesungguhnya bagi Dia tiada sesuatu yang mustahil, kecuali apa yang bertentangan dengan Kitab-Nya dan janji-Nya. Maka apabila kamua berdoa hendaknya kamu jangan berbuat atau berlaku seperti orang-orang naturalis yang bodoh, yang menggubah  di dalam khayalan mereka hukum kudrat alam yang tidak mendapat mengesahan dari Kitab Tuhan, sebab mereka itu mardud (tertolak), yang doa-doanya sekali-kali tidak akan terkabul.
      Mereka itu buta, tidak dianugerahi pandangan gaib; mereka itu mati, tidak hidup. Mereka mengemukakan di hadapan Tuhan suatu hukum yang mereka rancang sendiri, dan mereka membatasi kudrat-kudrat-Nya, dan menganggap Dia lemah tiada berdaya. Dengan demikian mereka akan diperlakukan dengan keadaan pikiran mereka sendiri.
        Akan tetapi apabila kamu berdiri untuk memanjatkan doa maka kamu wajib meyakini dahulu bahwa Tuhan kamu berkuasa atas tiap sesuatu, barulah doa-doa kamu akan dikabulkan, dan kamu akan menyaksikan keajaiban-keajaiban kudrat Ilahi yang kami telah melihatnya sendiri. Dan ingatlah, persaksian kami bukan berdasarkan kepada dongengan belaka,  melainkan berdasarkan kepada apa-apa yang telah kami saksikan sendiri.
        Bagaimanakah  doa seseorang akan dikabulkan kalau dia tidak percaya bahwa Tuhan berkuasa atas tiap sesuatu? Dan bagaimana mungkin orang yang semacam itu mempunyai keberanian untuk memanjatkan doa kepada Tuhan apabila ia ditimpa suatu kesusahan mengenai hal-hal dimana perubahan-perubahan yang diharapkannya itu akan bertentangan dengan hukum kudrat alam yang dia fahami?
      Tetapi, wahai orang-orang yang baik janganlah seperti itu! Tuhan kamu adalah Wujud Yang menggantungkan segala bintang gemintang di cakrawala raya tanpa tali barang seutas pun, dan Yang telah menjelmakan dunia dan langit dari serba tiada. Apakah kamu akan berprangsangka bahwa  Dia tidak akan berdaya dalam memnuhi kebutuhan kamu? Bahkan prasangka kamu sendiri akan menjauhkan kamu dari karunia. Dalam Wujud Tuhan kami terdapat keajaiban-keajaiban yang tak terpermanai banyaknya. Tetapi Dia tidak menampakkan keajaiban-keajaiban kepada mereka yang tidak  mempercayai kekuasaan-Nya, dan tidak setia dalam menyempurnakan keimanannya.
       Sungguh alangkah malangnya orang-orang yang hingga kini tidak mengetahui bahwasanya ia mempunyai satu Tuhan Yang berkuasa atas tiap sesuatu! Surga kita adalah Tuhan kita, di dalam Dzat-Nya terletak segala kelezatan yang selezat-lezatnya, sebab kami telah melihat-Nya, dan segala keindah-permaian terdapat pada Wujud-Nya. Harta ini patut dimiliki walau pun harus dengan mempertaruhkan jiwa dahulu.  Permata ini  patut dibeli sekali pun harus dengan meniadakan segala wujud kita.
       Wahai orang-orang yang mahrum (luput)! Bergegaslah lari menuju Sumber mata-air kehidupan  yang bakal menyelamatkan  kamu. Apa gerangan yang harus kuperbuat dan bagaimanakah harus kusampaikan  berita ini ke setiap kalbu manusia? Dengan genderang bagaimana coraknya harus kucanangkan di lorong-lorong supaya orang-orang dapat mendengar bahwa Tuhan itu ada? Dengan obat apakah harus kusembuhkan agar telinga-telinga orang terbuka untuk mendengarnya?

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   5 Februari      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar