Senin, 03 Maret 2014

Dua Perumpamaan Para Pengikut Hakiki Nabi Besar Muhammad Saw. yang Berbeda Zaman



  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  164

     Dua    Perumpamaan Para Pengikut Hakiki Nabi Besar Muhammad Saw. yang  Berbeda Zaman

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  contoh kasus yang dikemukakan  sebelum ini mengenai para da’i Muslim lainnya yang  tidak pernah berlaku bagi para da’i Muslim dari Jemaat Ahmadiyah, yakni:  Marilah  bergabung  sebagai umat Islam sebab agama Islam (Al-Quran) dan umat Islam adalah sebagai agama dan umat yang terbaik  yang dibangkitkan untuk kepentingan umat manusia  (QS.5:4; QS.2:144; QS.3:111).”
      Lalu mereka yang diseru (dida’wahi)  balik bertanya: Islam dan Umat Islam yang mana yang menurut Anda  yang terbaik tersebut? Bukankah  menurut nabi Anda sendiri (Rasulullah saw.)  umat Islam di Akhir Zaman ini akan  terpecah-belah menjadi 73 firqah? Suatu perpecahan yang lebih besar dari perpecahan yang terjadi di kalangan kami, yakni 72 firqah?

Jawaban Para Da’i  Muslim dari Jemaat Ahmadiyah

      Para da’i Muslim dari Jemaat Ahmadiyah akan memberikan jawaban  bahwa: “Kamilah yang dimaksud oleh sabda Nabi Besar Muhammad saw., sebab hanya Jemaat kamilah yang sepenuhnya sama dengan keadaan umat Islam di masa Nabi Besar Muhammad saw., kecuali melakukan peperangan secara fisik, sebab jika kami melakukan hal tersebut seperti yang lainnya   akan semakin memperburuk citra Islam dan Nabi Besar Muhammad saw. yang suci dan merupakan rahmat bagi seluruh alam":
ومن هي يا رسول الله؟ قال: ما أنا عليه وأصحابي
“Dan siapakah mereka itu ya Rasulullah?” Bersabda: “Apa-apa yang aku dan para   sahabatku ada  padanya.”
      Berikut adalah beberapa contoh (bukti) bahwa di Akhir Zaman ini hanya Jemaat  Ahmadiyah sajalah komunitas Muslim yang benar-benar sama keadaannya dengan umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw.:
     (1) Umat Islam di masa  awal didirikan oleh Rasul Allah – yakni Nabi Besar Muhammad saw.   – dan di Akhir Zaman ini juga Jemaat Muslim Ahmadiyah didirikan oleh seorang Rasul Allah, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang atas perintah Allah telah mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi a.s. dan  Al-Masih Mau’ud a.s.. (QS.11:18; QS.62:3-4).
      (2) Sebagaimana halnya umat Islam di masa  Nabi Besar Muhammad saw. mendapat penentangan serta kezaliman yang sangat hebat atas pendakwaan beliau saw. sebagai Rasul Allah, demikian juga hal yang sama dialami oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat Muslim Ahmadiyah atas pendakwaan  beliau a.s. sebagai Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama dengan nama yang berlainan (QS.36:31; QS.51:53-54).
      (3) Sebagaimana halnya Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam adalah Rasul Allah dan umat  untuk seluruh umat manusia (QS.7:159; QS. QS.21:108; QS.25:2;  QS.34:29), demikian pula  Mirza Ghulam Ahmad a.s., sebagai Khalifah Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir Zaman – dan juga sebagai perwujudan kedatangan kedua kali para   Rasul Allah yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh berbagai umat beragama  dengan nama yang berlainan (QS.77:12-20)  --    da’wah beliau telah berhasil  menyebarkan  siar Islam yang hakiki  ke seluruh dunia  serta mendirikan Jemaat Ahmadiyah    di  203 negara di dunia  -- baik di negara-negara yang tergabung dalam PBB mau pun yang belum bergabung.
      (4) Sebagaimana umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw. dan di zaman para Khulafa-ur Rasyidin merupakan suatu Jama’ah  yang dipimpin oleh Imam yang diangkat oleh Allah Swt., demikian juga halnya dengan Jemaat Ahmadiyah, setelah wafatnya Mirza Ghulam Ahmad a.s. atau  Al-Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih yang Dijanjikan)  pada  1908,  komunitas Muslim Ahmadiyah  tetap merupakan suatu “jama’ah” yang hakiki,  karena secara berturut-turut telah dipimpin para Khalifatul Masih, yakni Khalifatul Masih I (Hakim Nuruddin -- 1908-1914); Khalifatul Masih II (Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad -- 1914-1965); Khalifatul Masih III (Mirza Nasir Ahmad -- 1965-1974); Khalifatul Masih IV (Mirza Tahir Ahmad -- 1974-2004), dan sejak tahun 2004 sampai saat sekarang Jemaat Ahmadiyah dipimpin oleh  Khalifatul Masih V, Mirza Masroor Ahmad.  
     Banyak lagi  bukti-bukti lainnya mengenai Jemaat Ahmadiyah yang menggenapi sabda Nabi Besar Muhammad saw. tentang   satu golongan yang selamat” dari 73 golongan (firqah) Islam yang berada dalam “api” sebagaimana yang ditanyakan oleh sahabat beliau saw.: 
ومن هي يا رسول الله؟ قال: ما أنا عليه وأصحابي
“Dan siapakah mereka itu ya Rasulullah?” Bersabda: “Apa-apa yang aku dan para   sahabatku ada  padanya.”

Dua Perumpamaan  Pengikut Hakiki Nabi Besar Muhammad Saw. dalam Taurat dan Injil

      Sehubungan dengan sabda Nabi Besar Muhammad  saw. tersebut,  Allah Swt. telah menampilkan dua macam perumpamaan mengenai dua kelompok pengikut  hakiki Nabi Besar Muhammad saw., yaitu  umat Islam yang hidup di masa beliau saw. dan  umat Islam yang hidup di masa kedatangan beliau saw. yang kedua kali di Akhir Zaman (QS.62:3-4) yaitu “kaum lain” sebagai pengganti (khalifah) yang dibangkitkan dari kalangan umat Islam (QS.5:55-57), firman-Nya:
 مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat ckeras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang  di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud   mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat, dan perumpaman mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]30).
  Inilah dua macam ciri khas penting bagi suatu bangsa maju dan jaya yang berusaha meninggalkan jejak mereka di atas jalur peristiwa sejarah dunia. Di lain tempat dalam Al-Quran (QS.5:55) orang-orang Muslim sejati dan baik telah dilukiskan sebagai yang baik hati dan rendah hati terhadap orang-orang mukmin dan keras serta tegas terhadap orang-orang kafir  اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُم    -- “sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang  di antara mereka.”
    Kata-kata, “Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat,” dapat juga ditujukan kepada pelukisan yang diberikan oleh Bible, yakni:  Kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran, lalu datang hampir dari bukit Ka-des” (Terjemahan ini dikutip dari “Alkitab” dalam bahasa Indonesia, terbitan “Lembaga Alkitab Indonesia” tahun 1958). Dalam bahasa Inggrisnya berbunyi: “He shined forth from mount Paran and he came with ten thousands of saints,” yang artinya: “Ia nampak dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran dan ia datang dengan sepuluh ribu orang kudus” (Deut. 33:2), Peny).
  Dan ungkapan “Dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman”,  dapat ditujukan kepada perumpamaan lain dalam Bible, yaitu: “Adalah seorang penabur keluar hendak menabur benih; maka sedang ia menabur, ada separuh jatuh di tepi jalan, lalu datanglah burung-burung makan, sehinga habis benih itu. Ada separuh jatuh di tempat yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, maka dengan segera benih itu tumbuh, sebab tanahnya tidak dalam. Akan tetapi ketika matahari naik, layulah ia, dan sebab ia tiada berakar, keringlah ia. Ada juga separuh jatuh di tanah semak dari mana duri itu pun tumbuh serta membantutkan benih itu. Dan ada pula se-paruh jatuh di tanah yang baik, sehingga mengeluarkan buah, ada yang seratus, ada yang enam puluh, ada yang tiga puluh kali ganda banyaknya” (Matius 13:3-8).
       Perumpamaan yang pertama  nampaknya  dikenakan kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. dan perumpamaan yang kedua dikenakan kepada para pengikut rekan sejawat dan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,  atau   Al-Masih Mau’ud a.s.  -- yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat Muslim Ahmadiyah yang beliau dirikan atas perintah Allah Swt. --  yang berangkat dari suatu permulaan yang sangat kecil dan tidak berarti telah ditakdirkan berkembang menjadi suatu organisasi perkasa, dan berangsur-angsur tetapi tetap maju  menyampaikan tabligh Islam ke seluruh pelosok dunia, sehingga Islam akan mengungguli dan menang atas semua agama, dan lawan-lawannya akan merasa heran dan iri hati terhadap kekuatan dan pamornya, firman-Nya: 
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ   وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaff [61]:10).

 Ucapan “Dua laki-laki Pemberani” yang Berbeda Zaman

       Kembali kepada pokok bahasan tentang “seorang laki-laki yang datang dari bagian terjauh kota itu”  yang datang menggenapi tiga orang rasul Allah yang datang sebelumnya, yang  telah didustakan oleh “penduduk kota itu”, firman-Nya:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ  رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ﴾  اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَا لِیَ  لَاۤ  اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ  اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾ ءَاَتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اٰلِہَۃً اِنۡ یُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّیۡ شَفَاعَتُہُمۡ شَیۡئًا  وَّ لَا  یُنۡقِذُوۡنِ ﴿ۚ﴾ اِنِّیۡۤ   اِذًا  لَّفِیۡ  ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ﴿﴾ اِنِّیۡۤ   اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ   فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki dengan berlari-lari, ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul  itu.  Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.   Dan mengapakah aku tidak menyembah Tuhan Yang menciptakan diriku  dan  Yang kepada-Nya  kamu akan dikembalikan?  Apakah aku akan mengambil selain Dia sebagai sembahan-sembahan, padahal jika Tuhan Yang Maha Pemurah menghendaki sesuatu kemudaratan bagiku  syafaat mereka itu  tidak akan bermanfaat bagiku sedikit pun, dan mereka tidak dapat menyelamatkanku?    Sesungguhnya jika aku berbuat demikian niscaya berada dalam kesesatan yang nyata.    Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb (Tuhan) kamu  maka dengarlah aku.” (Yā Sīn [36]:21-25). 
      Berikut adalah da’wah “laki-laki pemberani” di kalangan keluarga Fir’aun yang muncul membela kebenaran da’wah yang dikemukakan Nabi Musa a.s. kepada Fir’aun dan  para pembesarnya, firman-Nya:
وَ قَالَ الَّذِیۡۤ  اٰمَنَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوۡنِ اَہۡدِکُمۡ  سَبِیۡلَ  الرَّشَادِ ﴿ۚ﴾ یٰقَوۡمِ  اِنَّمَا ہٰذِہِ  الۡحَیٰوۃُ  الدُّنۡیَا مَتَاعٌ ۫ وَّ اِنَّ الۡاٰخِرَۃَ ہِیَ دَارُ الۡقَرَارِ ﴿﴾ مَنۡ عَمِلَ سَیِّئَۃً  فَلَا یُجۡزٰۤی  اِلَّا مِثۡلَہَا ۚ وَ مَنۡ عَمِلَ صَالِحًا مِّنۡ  ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی وَ ہُوَ مُؤۡمِنٌ  فَاُولٰٓئِکَ یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ یُرۡزَقُوۡنَ فِیۡہَا بِغَیۡرِ  حِسَابٍ ﴿﴾
Dan orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku. Aku akan menunjukkan kepada kamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia hanya kesenangan sementara,  dan sesungguhnya kehidupan akhirat  itulah tempat tinggal yang kekal.   Barangsiapa berbuat keburukan maka tidak akan dibalas kecuali dengan semisalnya,  sedangkan barangsiapa beramal saleh, baik  laki-laki ataupun perempuan dan ia orang yang beriman maka mereka akan  masuk  surga, mereka di dalamnya akan diberi rezeki  tanpa perhitungan (Al-Mu’mīn [40]:39-41).
  Sementara pembalasan terhadap perbuatan-perbuatan jahat orang-orang kafir itu akan setimpal dengan perbuatan-perbuatan mereka, ganjaran bagi amal saleh orang-orang yang beriman akan tanpa batas atau ukuran. Itulah tanggapan Islam berkenaan dengan surga dan neraka.  Selanjutnya ia berkata:
وَ یٰقَوۡمِ مَا لِیۡۤ  اَدۡعُوۡکُمۡ  اِلَی النَّجٰوۃِ وَ تَدۡعُوۡنَنِیۡۤ   اِلَی  النَّارِ ﴿ؕ﴾ تَدۡعُوۡنَنِیۡ  لِاَکۡفُرَ بِاللّٰہِ وَ اُشۡرِکَ بِہٖ مَا لَیۡسَ لِیۡ بِہٖ عِلۡمٌ ۫ وَّ اَنَا  اَدۡعُوۡکُمۡ  اِلَی الۡعَزِیۡزِ  الۡغَفَّارِ ﴿﴾ لَا جَرَمَ  اَنَّمَا تَدۡعُوۡنَنِیۡۤ  اِلَیۡہِ لَیۡسَ لَہٗ دَعۡوَۃٌ  فِی الدُّنۡیَا وَ لَا فِی الۡاٰخِرَۃِ  وَ اَنَّ مَرَدَّنَاۤ  اِلَی اللّٰہِ وَ اَنَّ الۡمُسۡرِفِیۡنَ ہُمۡ اَصۡحٰبُ النَّارِ ﴿﴾ فَسَتَذۡکُرُوۡنَ مَاۤ  اَقُوۡلُ لَکُمۡ ؕ وَ اُفَوِّضُ اَمۡرِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  بَصِیۡرٌۢ بِالۡعِبَادِ ﴿﴾
Dan hai kaumku, betapa keadaanku, aku mengajak kamu kepada keselamatan sedangkan kamu mengajak aku kepada Api.   Kamu menyeru aku supaya aku kafir kepada Allah dan menyekutukan-Nya yang  mengenainya aku sekali-kali tidak memiliki pengetahuan,  sedang aku mengajak kamu kepada Dzat Yang Maha Perkasa, Maha Pengampun.  Tidak ragu lagi bahwasanya apa yang kamu mengajakku kepadanya tidak mempunyai seruan  yang berpengaruh di dunia dan tidak pula di akhirat, dan bahwa  tempat kembali kami kepada Allah,  dan bahwa orang-orang yang melampaui batas mereka itulah penghuni Api.  Maka kamu segera akan ingat apa yang aku katakan kepada kamu, sedangkan aku menyerahkan urusanku kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (Al-Mu’mīn [40]:42-44).
 Makna kalimat  apa yang kamu mengajak aku kepadanya” dalam ayat   لَا جَرَمَ  اَنَّمَا تَدۡعُوۡنَنِیۡۤ  اِلَیۡہِ لَیۡسَ لَہٗ دَعۡوَۃٌ  فِی الدُّنۡیَا وَ لَا فِی الۡاٰخِرَۃِ    -- “Tidak ragu lagi bahwasanya apa yang kamu mengajakku kepadanya tidak mempunyai seruan  yang berpengaruh di dunia dan tidak pula di akhirat”, yakni tidak pantas diseru; tidak semestinya diseru; tidak mempunyai hak atau tuntutan untuk diseru.

Persamaan Makna Ucapan “Dua laki-laki Pemberani” yang Berbeda Zaman

   Hal yang menarik adalah, bahwa da’wah “laki-laki pemberani” yang muncul di Akhir Zaman ini dalam ayat-ayat sebelumnya diawali dengan seruan   یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ  -- “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul  itu.      اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ    --  Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk” dan diakhiri dengan seruan  اِنِّیۡۤ   اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ   فَاسۡمَعُوۡنِ  -- “Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb (Tuhan) kamu  maka dengarlah aku.”
     Sedangkan da’wah  laki-laki pemberani” dari kalangan keluarga Fir’aun  sekali pun   mengatakan “hai kaumku”,  tetapi diikuti dengan kalimat “ikutilah aku”, yakni  یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوۡنِ اَہۡدِکُمۡ  سَبِیۡلَ  الرَّشَادِ  -- “Hai kaumku, ikutilah aku. Aku akan menunjukkan kepada kamu jalan yang benar”,  dan di akhiri dengan ucapan:
فَسَتَذۡکُرُوۡنَ مَاۤ  اَقُوۡلُ لَکُمۡ ؕ وَ اُفَوِّضُ اَمۡرِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  بَصِیۡرٌۢ بِالۡعِبَادِ
Maka kamu segera akan ingat apa yang aku katakan kepada kamu, sedangkan aku menyerahkan urusanku kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. (Al-Mu’mīn [40]:44).
      Kalimat فَاسۡمَعُوۡن -- “maka dengarlah aku” yang dikatakan “laki-laki pemberani” di Akhir Zaman memiliki makna yang sama dengan kalimat  فَسَتَذۡکُرُوۡنَ مَاۤ  اَقُوۡلُ لَکُمۡ ؕ    -- “Maka kamu segera akan ingat apa yang aku katakan kepada kamu  yang dikatakan “laki-laki pemberani” dari kalangan keluarga Fir’aun, sebab pada hakikatnya para penentang Rasul Allah tersebut tidak mau mendengar  da’wah  atau  tidak  mempercayai da’wah yang disampaikan Rasul Allah yang diutus kepada mereka.
      Salah satu alasan mengapa “laki-laki pemberani” dari kalangan keluarga Fir’aun tidak mengatakan:   Hai kaumku ikutikah Musa” melainkan “Hai kaumku, ikutilah aku”, sebab pada hakikatnya pengutusan Nabi Musa a.s. – seperti juga Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. -- adalah hanya untuk kalangan Bani Israil saja (QS.2:88-89; QS.62:6-7),   bukan  diutus kepada Fir’aun dan kaumnya yang mereka itu bukan kaum Bani Israil.
       Sedangkan salah satu  alasan  ucapan “laki-laki pemberani” yang muncul di Akhir Zaman diawali dengan seruan   یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ  -- “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul  itu,      اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ    --  ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk” dan diakhiri dengan seruan  اِنِّیۡۤ   اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ   فَاسۡمَعُوۡنِ  -- “Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb (Tuhan) kamu maka dengarlah aku,” sebab pada hakikatnya  laki-laki pemberani” tersebut bukanlah Rasul Allah yang membawa syariat baru,  melainkan Rasul Allah yang sepenuhnya patuh-taat kepada syariat Islam (Al-Quran) yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw.  (QS.3:32; QS.4:70-71).

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   28 Januari      2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar