بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
165
“Pengaduan” Nabi Nuh a.s. Kepada Allah Swt. Mengenai Kedegilan Hati Kaumnya & Ucapan Penuh Rahmat Nabi Besar Muhammad Saw. Ketika terluka Parah Dalam Perang Uhud
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan persamaan ucapan “dua orang laki-laki pemberani” yang berbeda zaman, firman-Nya:
وَ یٰقَوۡمِ مَا لِیۡۤ
اَدۡعُوۡکُمۡ اِلَی النَّجٰوۃِ وَ
تَدۡعُوۡنَنِیۡۤ اِلَی النَّارِ ﴿ؕ﴾
تَدۡعُوۡنَنِیۡ لِاَکۡفُرَ بِاللّٰہِ وَ اُشۡرِکَ بِہٖ مَا
لَیۡسَ لِیۡ بِہٖ عِلۡمٌ ۫ وَّ اَنَا
اَدۡعُوۡکُمۡ اِلَی
الۡعَزِیۡزِ الۡغَفَّارِ ﴿﴾ لَا جَرَمَ اَنَّمَا
تَدۡعُوۡنَنِیۡۤ اِلَیۡہِ لَیۡسَ لَہٗ
دَعۡوَۃٌ فِی الدُّنۡیَا وَ لَا فِی
الۡاٰخِرَۃِ وَ اَنَّ مَرَدَّنَاۤ اِلَی اللّٰہِ وَ اَنَّ الۡمُسۡرِفِیۡنَ ہُمۡ
اَصۡحٰبُ النَّارِ ﴿﴾ فَسَتَذۡکُرُوۡنَ مَاۤ اَقُوۡلُ لَکُمۡ ؕ وَ اُفَوِّضُ اَمۡرِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بَصِیۡرٌۢ بِالۡعِبَادِ ﴿﴾
Dan hai kaumku, betapa keadaanku, aku mengajak kamu kepada keselamatan
sedangkan kamu mengajak aku kepada Api. Kamu menyeru aku supaya aku kafir kepada Allah
dan menyekutukan-Nya yang mengenainya aku sekali-kali tidak memiliki pengetahuan, sedang aku
mengajak kamu kepada Dzat Yang Maha Perkasa, Maha Pengampun. Tidak ragu
lagi bahwasanya apa yang kamu mengajakku
kepadanya tidak mempunyai seruan
yang berpengaruh di dunia dan tidak pula di akhirat, dan bahwa
tempat kembali kami kepada
Allah, dan bahwa orang-orang yang melampaui batas mereka
itulah penghuni Api. Maka kamu
segera akan ingat apa yang aku katakan kepada kamu, sedangkan aku menyerahkan urusanku kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Melihat
hamba-hamba-Nya.” (Al-Mu’mīn [40]:42-44).
Makna kalimat
“apa yang kamu mengajak aku
kepadanya” dalam ayat لَا
جَرَمَ اَنَّمَا تَدۡعُوۡنَنِیۡۤ اِلَیۡہِ لَیۡسَ لَہٗ دَعۡوَۃٌ فِی الدُّنۡیَا وَ لَا فِی الۡاٰخِرَۃِ -- “Tidak
ragu lagi bahwasanya apa yang kamu
mengajakku kepadanya tidak mempunyai seruan
yang berpengaruh di dunia
dan tidak pula di akhirat”,
yakni tidak pantas diseru; tidak
semestinya diseru; tidak mempunyai
hak atau tuntutan untuk diseru.
Persamaan Makna Ucapan “Dua
laki-laki Pemberani” yang Berbeda Zaman
Hal yang menarik adalah, bahwa da’wah “laki-laki pemberani” yang muncul di Akhir Zaman ini dalam ayat-ayat
sebelumnya diawali dengan seruan یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا
الۡمُرۡسَلِیۡنَ -- “Hai
kaumku, ikutilah rasul-rasul itu. اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ
اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ -- Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk” dan diakhiri dengan
seruan اِنِّیۡۤ اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ فَاسۡمَعُوۡنِ -- “Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb (Tuhan)
kamu maka dengarlah aku.” Firman-Nya:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ
رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ﴾ اتَّبِعُوۡا مَنۡ
لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَا لِیَ
لَاۤ اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ
وَ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾ ءَاَتَّخِذُ
مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اٰلِہَۃً اِنۡ یُّرِدۡنِ
الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّیۡ شَفَاعَتُہُمۡ شَیۡئًا وَّ لَا
یُنۡقِذُوۡنِ ﴿ۚ﴾ اِنِّیۡۤ
اِذًا لَّفِیۡ ضَلٰلٍ
مُّبِیۡنٍ ﴿﴾ اِنِّیۡۤ
اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ
فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki dengan berlari-lari,
ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul
itu.
Ikutilah mereka yang tidak
meminta upah dari kamu dan mereka
yang telah mendapat petunjuk. Dan mengapakah
aku tidak menyembah Tuhan Yang
menciptakan diriku dan Yang kepada-Nya kamu akan
dikembalikan? Apakah aku akan mengambil selain Dia sebagai
sembahan-sembahan, padahal jika Tuhan Yang Maha Pemurah menghendaki sesuatu
kemudaratan bagiku syafaat mereka
itu tidak akan bermanfaat bagiku sedikit
pun, dan mereka tidak dapat menyelamatkanku?
Sesungguhnya jika aku berbuat demikian
niscaya berada dalam kesesatan yang
nyata. Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb (Tuhan)
kamu maka dengarlah aku.” (Yā Sīn [36]:21-25).
Sedangkan da’wah “laki-laki
pemberani” dari kalangan keluarga Fir’aun
sekali pun mengatakan “hai kaumku”, tetapi diikuti
dengan kalimat “ikutilah aku”,
yakni یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوۡنِ اَہۡدِکُمۡ سَبِیۡلَ
الرَّشَادِ -- “Hai kaumku,
ikutilah aku. Aku akan menunjukkan kepada kamu jalan yang benar”, dan di akhiri dengan ucapan:
فَسَتَذۡکُرُوۡنَ مَاۤ اَقُوۡلُ لَکُمۡ ؕ وَ اُفَوِّضُ اَمۡرِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بَصِیۡرٌۢ بِالۡعِبَادِ
Maka kamu segera akan ingat apa yang aku katakan
kepada kamu, sedangkan aku
menyerahkan urusanku kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. (Al-Mu’mīn
[40]:44).
Kalimat فَاسۡمَعُوۡن -- “maka dengarlah aku” yang dikatakan “laki-laki pemberani” di Akhir Zaman
memiliki makna yang sama dengan kalimat فَسَتَذۡکُرُوۡنَ
مَاۤ اَقُوۡلُ لَکُمۡ ؕ -- “Maka kamu segera akan ingat apa yang aku katakan
kepada kamu” yang dikatakan “laki-laki pemberani” dari kalangan
keluarga Fir’aun, sebab pada
hakikatnya para penentang Rasul Allah
tersebut tidak mau mendengar da’wah atau tidak
mempercayai da’wah yang
disampaikan Rasul Allah yang diutus kepada mereka.
“Pengaduan” Nabi
Nuh a.s. kepada Allah Swt.
Sehubungan dengan hal tersebut,
berikut adalah “pengaduan” Nabi Nuh a.s. kepada Allah Swt. tentang kedegilan hati dan ketegaran tengkuk kaum
beliau terhadap da’wah yang beliau
lakukan, firman-Nya:
قَالَ رَبِّ اِنِّیۡ
دَعَوۡتُ قَوۡمِیۡ لَیۡلًا وَّ نَہَارًا ۙ﴿﴾ فَلَمۡ
یَزِدۡہُمۡ دُعَآءِیۡۤ
اِلَّا فِرَارًا ﴿﴾ وَ اِنِّیۡ کُلَّمَا دَعَوۡتُہُمۡ لِتَغۡفِرَ لَہُمۡ جَعَلُوۡۤا اَصَابِعَہُمۡ
فِیۡۤ اٰذَانِہِمۡ وَ اسۡتَغۡشَوۡا
ثِیَابَہُمۡ وَ اَصَرُّوۡا وَ اسۡتَکۡبَرُوا اسۡتِکۡبَارًا ۚ﴿﴾ ثُمَّ اِنِّیۡ
دَعَوۡتُہُمۡ جِہَارًا ۙ﴿﴾ ثُمَّ
اِنِّیۡۤ اَعۡلَنۡتُ لَہُمۡ وَ
اَسۡرَرۡتُ لَہُمۡ اِسۡرَارًا ۙ﴿﴾ فَقُلۡتُ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّکُمۡ ؕ اِنَّہٗ کَانَ
غَفَّارًا ﴿ۙ﴾
Ia (Nuh) berkata: “Hai Rabb-ku
(Tuhan-ku), sesungguhnya aku telah
menyeru kaumku malam dan siang, tetapi seruanku tidak menambah mereka
melainkan lari menjauh. Dan sesungguhnya setiap kali aku berseru kepada mereka agar Engkau memaafkan mereka,
mereka memasukkan jari-jarinya ke dalam
telinganya dan menutupkan pakaian mereka, dan mereka
gigih dalam kekafiran dan mereka
sangat menyombongkan diri. Kemudian sesungguhnya aku menyeru mereka secara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku telah menyeru secara
terbuka kepada mereka dan mengimbau
mereka secara sembunyi-sembunyi, lalu aku berkata: “Mohonlah ampun kepada Rabb (Tuhan) kamu, sesungguhnya Dia Maha
Pengampun. Dia akan mengirimkan atas kamu hujan dengan lebat, dan Dia
akan membantu kamu dengan harta dan anak-anak dan Dia akan menjadikan bagimu kebun-kebun dan akan menjadikan bagimu sungai-sungai. Apakah
yang terjadi dengan diri kamu bahwa kamu
tidak mengharapkan kemuliaan dari Allāh?
(Nuh [71]:6-12).
Kata-kata kiasan istaghsyau
tsiyābahum (menutupkan pakaian mereka) berarti mereka menolak mendengarkan Amanat Ilahi. Mereka menutup semua jalan ke dalam hati
mereka terhadap Amanat Ilahi itu. Tsiyāb
artinya “segala hati” (Lexicon Lane).
Jadi, Nabi Nuh a.s.
dalam memenuhi kewajibannya
sebagai Rasul Allah, beliau semaksimal mungkin telah menggunakan segala sarana dan cara yang ada pada diri beliau guna
membuat kaum beliau mau mendengarkan Amanat Ilahi. Tetapi kaum beliau sama-sama bertekad tidak mau menghiraukan Amanat Ilahi yang disampaikan Nabi Nuh a.s. kepada mereka: وَ اَصَرُّوۡا وَ اسۡتَکۡبَرُوا
اسۡتِکۡبَارًا – “dan mereka
gigih dalam kekafiran dan mereka
sangat menyombongkan diri.”
Berhala-berhala Sembahan Kaum Nabi Nuh a.s.
Lebih lanjutnya Nabi Nuh a.s. berkata mengenai kedegilan kaum beliau dalam mempertahankan kemusyrikan mereka:
قَالَ نُوۡحٌ رَّبِّ اِنَّہُمۡ
عَصَوۡنِیۡ وَ اتَّبَعُوۡا مَنۡ لَّمۡ
یَزِدۡہُ مَالُہٗ وَ
وَلَدُہٗۤ اِلَّا خَسَارًا ﴿ۚ﴾ وَ مَکَرُوۡا مَکۡرًا کُبَّارًا ﴿ۚ﴾
وَ قَالُوۡا
لَا تَذَرُنَّ اٰلِہَتَکُمۡ وَ لَا
تَذَرُنَّ وَدًّا وَّ لَا سُوَاعًا ۬ۙ وَّ لَا یَغُوۡثَ وَ یَعُوۡقَ وَ نَسۡرًا
﴿ۚ﴾ وَ قَدۡ
اَضَلُّوۡا کَثِیۡرًا ۬ۚ وَ لَا تَزِدِ الظّٰلِمِیۡنَ اِلَّا ضَلٰلًا ﴿﴾
مِمَّا
خَطِیۡٓــٰٔتِہِمۡ اُغۡرِقُوۡا
فَاُدۡخِلُوۡا نَارًا ۬ۙ فَلَمۡ
یَجِدُوۡا لَہُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَنۡصَارًا ﴿﴾
Nuh berkata: “Hai Rabb-ku
(Tuhan-ku), mereka sesungguhnya telah
mendurhakai aku, dan mengikuti
orang-orang yang hartanya dan keturunannya tidak menambah kepadanya selain
kerugian. Dan mereka telah merencanakan
makar buruk yang besar, dan mereka berkata: ”Janganlah kamu meninggalkan tuhan-tuhanmu, dan janganlah meninggalkan Wadd dan jangan pula Suwa’, dan jangan pula Yaghuts,
Ya’uq dan Nasr.” Dan sungguh
mereka telah menyesatkan banyak
orang, dan Eng-kau tidak akan
menambah bagi orang-orang
zalim kecuali kesesatan.” Disebabkan
dosa-dosa mereka, mereka ditenggelamkan dan dimasukkan ke dalam Api, dan mereka tidak mendapati bagi mereka penolong-penolong selain Allah. (Nuh [71]:22-26).
Wadd
adalah suatu berhala yang
disembah oleh Banu Kalb di Daumat-al-Jandal.
Berhala itu berbentuk seorang laki-laki, melambangkan tenaga kejantanan. Suwa’
adalah suatu berhala Banu Hudzail,
bentuknya seperti perempuan, melambangkan kecantikan perempuan. Yaghuts adalah
berhala suku Murad, dan Ya’uq dalam
bentuk kuda, disembah oleh suku Hamdan.,
sedangkan Nasr, berhala suku Dzu’l-Kila’, bentuknya seperti seekor
burung garuda atau ruak-ruak pemakan bangkai, melambangkan hidup panjang dan
pengertian mendalam.
Kaum Nabi Nuh a.s. bergelimang dalam kemusyrikan. Mereka mempunyai banyak berhala, lima di antaranya yang disebutkan di dalam ayat ini adalah
yang termasyhur. Orang-orang Arab, beberapa abad kemudian, diduga telah membawa
berhala-berhala itu dari Irak.
Hubal, berhala mereka yang paling masyhur dibawa dari Siria oleh
‘Amir bin Lohay. Berhala-berhala mereka yang utama ialah, Lat, Manat dan Uzza (QS.53:20-24) Atau, mereka mungkin
menamakan berhala-berhala mereka sendiri dengan nama berhala-berhala suku Nabi
Nuh a.s. , karena kedua bangsa itu tinggal tidak berjauhan antara
satu sama lain dan memang perhubungan umum ada di antara kedua bangsa itu.
Ucapan Penuh
Rahmat Nabi Besar Muhammad saw. Ketika Terluka Parah dalam Perang Uhud
Tiada yang mustahil atau di luar kemungkinan bahwa kedua bangsa yang musyrik itu, mempunyai nama-nama
yang sama bagi berhala-berhala
mereka. Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai doa Nabi Nuh a.s.:
وَ قَالَ نُوۡحٌ رَّبِّ لَا تَذَرۡ عَلَی
الۡاَرۡضِ مِنَ الۡکٰفِرِیۡنَ دَیَّارًا
﴿﴾ اِنَّکَ اِنۡ تَذَرۡہُمۡ یُضِلُّوۡا عِبَادَکَ وَ لَا یَلِدُوۡۤا اِلَّا
فَاجِرًا کَفَّارًا﴿﴾ رَبِّ اغۡفِرۡ لِیۡ وَ
لِوَالِدَیَّ وَ لِمَنۡ دَخَلَ
بَیۡتِیَ مُؤۡمِنًا وَّ لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ
وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ ؕ وَ لَا تَزِدِ الظّٰلِمِیۡنَ
اِلَّا تَبَارًا ﴿٪﴾
Dan Nuh berkata: “Hai Rabb-ku (Tuhan-ku), janganlah Engkau membiarkan di atas bumi
penghuni dari kalangan orang-orang
kafir. Sesungguhnya jika Engkau
membiarkan mereka, mereka akan
menyesatkan hamba-hamba Engkau dan mereka
tidak akan melahirkan kecuali orang-orang
berdosa lagi kafir. (Nuh
[71]:27-28).
Nabi-nabi
Allah sarat dengan nilai-nilai kebajikan manusiawi. Doa Nabi Nuh a.s. menunjukkan bahwa perlawanan
terhadap beliau tentu berlangsung sangat lama, gigih, dan tidak kunjung
berkurang, dan bahwa segala usaha
beliau membawa kaum beliau kepada jalan
lurus telah kandas dan gagal serta tidak ada kemungkinan yang
tinggal untuk penambahan lebih lanjut
jumlah pengikut yang kecil itu, dan pula bahwa para penentang beliau telah melampaui batas-batas yang wajar dalam menentang dan menganiaya beliau dengan para pengikut beliau, dan dalam
berkecimpung di dalam perbuatan-perbuatan
jahat. Keadaan telah begitu jauh sehingga seorang yang begitu berpembawaan kasih sayang seperti Nabi Nuh a.s.. terpaksa mendoa buruk untuk kaum
beliau.
Dalam keadaan yang sama, sikap
Nabi Besar Muhammad saw. terhadap para penentang beliau saw. menunjukkan
perbedaan yang sangat mencolok. Dalam
pertempuran Uhud, ketika dua buah
gigi beliau saw. patah dan beliau saw. terluka parah serta darah beliau
mengucur dengan derasnya, tetapi walau demikian kata-kata yang keluar dari mulut penuh berkat Nabi Besar Muhammad saw. adalah: “Betapa
suatu kaum akan memperoleh keselamatan, sedang mereka telah melukai nabi mereka
dan melumuri mukanya dengan darah, karena kesalahan yang tidak lain selain ia
telah mengajak mereka kepada Tuhan. Ya, Tuhan-ku, ampunilah kiranya kaumku ini,
sebab mereka tidak mengetahui apa yang mereka perbuat” (Zurqani dan Hisyam).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 29 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar