Sabtu, 08 Maret 2014

Rahasia Pertama Makrifat Alam Akhirat & Tiga Macam Ilmu Tentang Yaqin



  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  170

Rahasia Pertama Makrifat Alam Akhirat &
Tiga Macam Ilmu Tentang Yaqin

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  penjelasan ayat  وَ  بُرِّزَتِ الۡجَحِیۡمُ  لِلۡغٰوِیۡنَ   -- “Dan Jahannam akan ditampakkan dengan jelas kepada orang-orang yang sesat” (Asy-Syu’ara [26]:92). Hal itu dijelaskan secara terisnci dalam Surah At-Takātsur,  sehubungan dengan tiga tingkatan   yaqin, yakni ‘ilmu yaqin, ‘ainul-yaqin dan haqqul- yaqin, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اَلۡہٰکُمُ  التَّکَاثُرُ ۙ﴿﴾  حَتّٰی زُرۡتُمُ  الۡمَقَابِرَ ؕ﴿﴾  کَلَّا  سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ﴿﴾  ثُمَّ  کَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ؕ﴿﴾  کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ  الۡیَقِیۡنِ ؕ﴿﴾  لَتَرَوُنَّ  الۡجَحِیۡمَ ۙ﴿﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّہَا عَیۡنَ الۡیَقِیۡنِ ۙ﴿﴾  ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَئِذٍ عَنِ النَّعِیۡمِ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.     Dalam  upaya memperbanyak kekayaan  telah melalaikan kamu,   hingga kamu sampai di kuburan.    Sekali-kali tidak, segera kamu akan mengetahui.  Kemudian, sekali-kali tidak demikian, segera kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui hakikat itu dengan ilmu yakin.    Niscaya kamu akan melihat Jahannam,  kemudian kamu niscaya  akan melihatnya dengan mata yakin.   Kemudian pada hari itu kamu pasti akan ditanya  mengenai kenikmatan. (At-Takātsur [102]:1-9). 
   Dalam ayat 2 dan 3 Allah Swt. menggambarkan  ketamakan dan hasrat berlebihan pada manusia untuk mengungguli orang lain dalam jumlah kekayaan, kedudukan dan gengsi, itulah makna kata takātsur (upaya memperbanyak).  Ketiga  hal tersebut  merupakan penyebab utama segala kesulitan manusia dan merupakan penyebab kelalaian manusia terhadap nilai-nilai hidup yang lebih tinggi -- yaitu untuk memperagakan  Sifat-sifat sempurna Allah Swt. melalui  ibadah kepada Allah Swt. (QS.51:57) --  berupa pelaksanaan haququllāh dan haququl ‘ibād sebagaimana yang dicontohkan secara sempurna  oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22). Itulah makna yang terkandung dalam ayat  اَلۡہٰکُمُ  التَّکَاثُرُ ۙ -- “dalam  upaya memperbanyak kekayaan   telah melalaikan kamu.

Mereka yang Dirugikan Waktu

    Selanjutnya Allah Swt. berfirman حَتّٰی زُرۡتُمُ  الۡمَقَابِرَ    -- “hingga kamu sampai di kuburan.” Merupakan kemalangan manusia yang sangat besar, bahwa nafsunya untuk memperoleh barang-barang duniawi tidak mengenal batas dan tidak menyisihkan waktu sedikit pun untuk memikirkan Tuhan dan alam (kehidupan) akhirat. Ia tetap asyik dengan hal-hal tersebut, hingga  kematian merenggutnya, dan baru pada saat itulah ia menyadari, bahwa ia telah menyia-nyiakan hidupnya yang sangat berharga dalam mengejar-ngejar sesuatu yang tiada gunanya itu, benarlah firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ وَ الۡعَصۡرِ ۙ﴿﴾ اِنَّ  الۡاِنۡسَانَ لَفِیۡ خُسۡرٍ ۙ﴿﴾  اِلَّا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَ تَوَاصَوۡا بِالۡحَقِّ ۬ۙ  وَ تَوَاصَوۡا بِالصَّبۡرِ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam  kerugian,  kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan  saling menasihati mengenai kebenaran dan saling menasihati  mengenai kesabaran. (Al- ‘Ashr [103]:1-4).
   ‘Ashr berarti: masa; sejarah; silsilah dari abad ke abad; sore hari; atau petang hari. Al-ashran berarti: malam dan siang hari; pagi dan petang hari (Lexicon Lane). Sedangkan makna  al-insān (manusia) di sini berarti  manusia, seperti tersebut dalam QS.17:12; QS.18:55; QS.36:78; dan QS.70:20, yaitu manusia yang suka terburu-buru dan biasa bertengkar, atau manusia yang melawan rasul-rasul Allah.
  Merupakan kesaksian sejarah yang tidak pernah gagal, bahwa perseorangan-perseorangan atau bangsa-bangsa yang tidak mempergunakan kesempatan yang datang kepada mereka selama hidup di dunia dengan cara tepat serta menentang hukum kodrat alam abadi yang menentukan nasib manusia, tidak boleh tidak pasti menanggung kesedihan.
  Pribadi-pribadi dan bangsa-bangsa serupa inilah yang secara khusus terkena oleh rangkuman kata al-insān di dalam Surah ini. Hukum-hukum Allah    -- baik hukum syariat mau pun hukum alam -- tidak dapat dilawan; dan seandainya hukum-hukum itu ditentang pasti mendatangkan hukuman.
  Dalam Surah Al- ‘Ashr ini ini dan pada beberapa tempat lain dalam Al-Quran, orang-orang beriman disuruh supaya mereka sendiri, bukan saja harus mengikuti asas-asas yang benar dan baik serta cita-cita yang benar, tetapi harus juga menablighkannya kepada orang lain dan dengan demikian menolong menciptakan iklim sehat di sekitar mereka.
   Mereka selanjutnya diperintahkan supaya jangan berkecil-hati atau berputus asa waktu menghadapi perlawanan dan penindasan di tengah menjalankan tugas yang sangat berat itu, bahkan harus menanggung penderitaan dengan sabar dan tabah. Dengan demikian, Surah ini dengan sebuah ayat singkat telah meletakkan peraturan berperilaku yang dengan mengamalkan peraturan itu orang dapat menempuh hidup yang bahagia, sejahtera dan maju, baik di dunia maupun di akhirat.

Kehinaan yang Menimpa  Para “Koruptor” di Akhir Zaman

 Selanjutnya Allah Swt. berfirman  کَلَّا  سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ      -- “Sekali-kali tidak, segera kamu akan mengetahui, ثُمَّ  کَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ     --  “Kemudian, sekali-kali tidak demikian, segera kamu akan mengetahui.” Pengulangan ayat ini – selain bertujuan menambahkan tekanan pada dan membuat peringatan yang terkandung dalam Surah At-Takātsur lebih ampuh – juga merupakan bantahan Allah Swt. terhadap alasan apa pun yang dikemukakan oleh para pecinta kehidupan duniawi mengenai pentingnya berlomba-lomba memperbanyak harta kekayaan dan kekuasaan duniawi, karena berbagai  alasan mereka itu sama sekali tidak akan dapat menyelamatkan mereka dari akibat buruk yang ditimbulkan oleh upaya-upaya duniawi yang mereka lakukan tersebut.
Atau, Surah  At-Takātsur ini dapat ditujukan kepada pembalasan yang akan datang di belakang kesibukan manusia, yang secara membabi-buta   --  tanpa mempedulikan halal dan haram seperti myang dilakukan oleh para koruptor di Akhir Zaman ini -- berusaha memperoleh barang-barang duniawi di dalam kehidupan ini, dengan berbagai cara  dan rekayasa berjama’ah yang   dapat mereka lakukan,   firman-Nya:
وَ اَمَّا مَنۡ  اُوۡتِیَ کِتٰبَہٗ بِشِمَالِہٖ ۬ۙ فَیَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ  لَمۡ  اُوۡتَ کِتٰبِیَہۡ  ﴿ۚ﴾ وَ  لَمۡ  اَدۡرِ  مَا حِسَابِیَہۡ ﴿ۚ﴾  یٰلَیۡتَہَا کَانَتِ الۡقَاضِیَۃَ ﴿ۚ﴾  مَاۤ  اَغۡنٰی عَنِّیۡ  مَالِیَہۡ ﴿ۚ﴾  ہَلَکَ عَنِّیۡ  سُلۡطٰنِیَہۡ ﴿ۚ﴾  خُذُوۡہُ  فَغُلُّوۡہُ ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  الۡجَحِیۡمَ  صَلُّوۡہُ ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  فِیۡ سِلۡسِلَۃٍ  ذَرۡعُہَا سَبۡعُوۡنَ  ذِرَاعًا  فَاسۡلُکُوۡہُ ﴿ؕ﴾  اِنَّہٗ  کَانَ  لَا  یُؤۡمِنُ بِاللّٰہِ الۡعَظِیۡمِ ﴿ۙ﴾  وَ لَا یَحُضُّ عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ ﴿ؕ﴾  فَلَیۡسَ لَہُ  الۡیَوۡمَ ہٰہُنَا حَمِیۡمٌ ﴿ۙ﴾  وَّ لَا طَعَامٌ   اِلَّا مِنۡ غِسۡلِیۡنٍ ﴿ۙ﴾
Tetapi barangsiapa diberikan kitabnya di tangan kirinya, maka ia berkata: “Aduhai kiranya aku tidak diberi kitabku, dan aku tidak mengetahui apa perhitunganku itu. Aduhai sekiranya kematianku mengakhiri hidupku!  Sekali-kali tidak bermanfaat bagiku hartaku, hilang  lenyap dariku kekuasaanku.” Tangkaplah dia dan beleng-gulah dia  kemudian masukkanlah dia ke dalam Jahannam, lalu ikatlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.   Sesungguhnya ia dahulu ti-dak beriman kepada Allah Yang Maha Besar,  dan ia tidak menganjurkan untuk memberi makan kepada orang miskin.  Maka tidak ada baginya pada hari ini di sana seorang sahabat karib. Dan tidak ada makanan kecuali bekas  cucian luka,  tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang berdosa.” (Al-Hāqqah [69]:26-37). 

Makna  Belenggu Leher” dan“Panjangnya Rantai Pengikat” di Akhirat & Tiga Tingkatan Yaqin   Mengenai Neraka Jahannam

  Seseorang diberikan rekaman amalnya di dalam tangan kirinya adalah istilah yang dipakai Al-Quran yang menyatakan kegagalan dalam ujian.  Makna  یٰلَیۡتَہَا کَانَتِ الۡقَاضِیَۃَ    -- “Aduhai sekiranya kematianku mengakhiri hidupku.” Orang-orang kafir akan mengharapkan bahwa kematian akan menyudahi segala sesuatu sehingga tidak bakal ada kehidupan lain lagi, dan tidak ada lagi kewajiban mempertanggung-jawabkan perbuatan mereka di hadapan Allah Swt..
    Berulang-ulang telah diterangkan di dalam Al-Quran bahwa kehidupan sesudah mati bukan kehidupan baru, melainkan hanya merupakan citra (gambaran) dan penampilan fakta-fakta kehidupan dunia sekarang. Dalam ayat 31-34    penderitaan ruhani di dalam kehidupan dunia sekarang telah ditampilkan sebagai siksaan jasmani di akhirat.
 Rantai yang akan dikalungkan sekeliling leher menampilkan hasrat-hasrat duniawi, dan hasrat-hasrat itulah yang akan mengambil bentuk belenggu di akhirat. Demikian pula keterikatan pada dunia ini akan nampak sebagai belenggu kaki. Begitu juga terbakarnya hati di dunia pun nampak seperti lidah api yang menjilat-jilat. Itulah makna ayat  خُذُوۡہُ  فَغُلُّوۡہُ      -- “Tangkaplah dia dan belenggulah dia  ثُمَّ  الۡجَحِیۡمَ  صَلُّوۡہُ -- kemudian masukkanlah dia ke dalam Jahannam”.
 Makna ayat  ثُمَّ  فِیۡ سِلۡسِلَۃٍ  ذَرۡعُہَا سَبۡعُوۡنَ  ذِرَاعًا  فَاسۡلُکُوۡہُ -- “lalu ikatlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” Batas umur manusia pada umumnya  dapat ditetapkan 70 tahun, tanpa mencakup masa kanak-kanak dan masa tua-renta. Usia 70 tahun itu dibuang percuma (disia-siakan) oleh orang-orang kafir durjana dalam jerat godaan dunia dan dalam pemuasan ajakan hawa nafsunya.
 Ia tidak berusaha membebaskan diri dari ikatan rantai nafsu, dan karena itu di akhirat, rantai nafsu yang selama 70 tahun ia bergelimang di dalamnya, akan diwujudkan rantai sepanjang 70 hasta, setiap hasta menampilkan satu tahun, yang dengan itu si jahat itu akan dibelenggu.
   Kembali kepada Surah  At-Takātsur, makna ayat   کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ  الۡیَقِیۡنِ ؕ   -- “Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui hakikat itu dengan ilmu yakin.   Niscaya kamu akan melihat Jahannam,”  yakni seandainya manusia mempergunakan akal sehatnya dan mempergunakan ilmu yang dimilikinya, niscaya  ia akan melihat neraka Jahannam sungguh-sungguh menganga di hadapan matanya sendiri di dunia ini juga, yaitu ia akan mengetahui bahwa kesibukannya dalam mengejar kebesaran, kemegahan, dan keuntungan kebendaan dalam kehidupan duniawi yang sementara ini menyebabkan kehancuran total akhlaknya, itulah yang dimaksud dengan “neraka jahanam” di dunia ini.

Buku Islami Ushul ki Filasafi atau “Falsafah Ajaran Islam

   Ayat-ayat 5-8 Surah  At-Takātsur tidak meninggalkan syak (keraguan) sekelumit pun mengenai awal kehidupan neraka  di dalam dunia ini juga. Neraka di akhirat itu sebenarya disediakan di dunia ini, yang tersembunyi dari mata jasmani manusia tetapi dapat dikenal dengan perantaraan ‘ilmulyaqin  oleh mereka yang merenungkannya.
  Ayat-ayat Surah  At-Takātsur tersebut  menggambarkan tiga tingkat keyakinan manusia bertalian dengan neraka, yaitu (1)  ’ilmulyaqin atau keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu dengan mengambil kesimpulan; (2)  ‘ainulyaqin yaitu keyakinan dengan perantaraan atau berdasarkan penglihatan; dan (3) haqqulyaqin, yaitu keyakinan berdasarkan pengalaman sendiri.
  ‘Ilmulyaqin dapat diperoleh di dunia ini juga, dengan mengambil kesimpulan oleh mereka yang merenungkan dan menekuni hakikat kejahatan, namun sesudah mati ia akan melihat neraka dengan mata kepala sendiri, sedang pada Hari Kebangkitan ia akan menghayati (mengalami) sepenuhnya haqqulyaqin dengan benar-benar mengalami setelah masuk ke dalam neraka. Itulah makna tiga tingkat  yakin  yang dikemukakan firman-Nya:
   کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ  الۡیَقِیۡنِ ؕ﴿﴾  لَتَرَوُنَّ  الۡجَحِیۡمَ ۙ﴿﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّہَا عَیۡنَ الۡیَقِیۡنِ ۙ﴿﴾  ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَئِذٍ عَنِ النَّعِیۡمِ ٪﴿﴾
Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui hakikat itu dengan ilmu yakin.    Niscaya kamu akan melihat Jahannam,  kemudian kamu niscaya  akan melihatnya dengan mata yakin.   Kemudian pada hari itu kamu pasti akan ditanya  mengenai kenikmatan. (At-Takātsur [102]:6-9). 

Rahasia Makrifat Pertama Mengenai Alam Akhirat

   Mengenai makna ketiga tingkatan yaqin tersebut, berikut adalah penjelasan “laki-laki pemberani” yang muncul di Akhir Zaman ini   -- yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. – dalam buku beliau  dalam bahasa Urdu yang sangat terkenal, Islami Ushul ki Filasafi atau “Falsafah Ajaran Islam” yang sangat memberikan pencerahan  bagi para pencari kebenaran, Beliau menjelaskan:
      “Rahasia makrifat pertama ialah,  Quran Syarif berulang-ulang mengatakan bahwa alam akhirat bukanlah suatu barang baru, melainkan segala pemandangannya merupakan pantulan dan dampak-dampak kehidupan di dunia ini juga, sebagaimana Dia berfirman:
وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا
(Dan amalan tiap-tiap manusia  Kami mengikatnya  pada  lehernya, dan pada Hari Kiamat   Kami akan mengeluarkan baginya kitab yang akan didapatinya terbuka lebar).
       Yakni, di dunia ini  juga Kami telah mengikat dampak amal perbuatan setiap orang  pada lehernya, dan dampak-dampak terselubung itulah yang akan Kami zahirkan (jelmakan/munculkan) pada Hari Kiamat, dan Kami akan memperlihatkan dalam bentuk sebuah daftar  amal perbuatan yang terbuka (Bani Israil,14).
      Di dalam ayat ini terdapat kata  thāirun, maka hendaklah jelas bahwa  sebenarnya thāirun itu berarti burung, lalu secara kiasan diartikan juga sebagai amal perbuatan. Sebab setiap amal – yang baik maupun yang buruk – setelah dilakukan akan terbang seperti burung. Jerih-payahnya ataupun kelezatan amal itu akan sirna sedangkan kekotoran atau pun kebaikannya akan membekas di hati.
     Ini merupakan kaidah  Quran Syarif bahwa setiap amal terus membekas jejak-jejaknya secara terselubung. Bagaimana pun bentuk amal perbuatan manusia sesuai dengan itu Allah Ta'ala akan memperlihatkan perbuatan-Nya. Dan perbuatan Ilahi itu tidak akan membiarkan  dosa atau kebaikan  tersebut menjadi sia-sia, melainkan jejak-jejaknya akan dituliskan pada hati, wajah, mata, tangan, kaki. Inilah yang secara terselubung merupakan daftar suatu amal perbuatan, yang akan zahir   secara terbuka pada kehidupan akhirat.
     Kemudian berkenaan dengan para penghuni surga di tempat lain Dia berfirman:
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ
(Pada hari ketika engkau melihat laki-laki beriman dan perempuan beriman, cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan cmereka dan di sebelah kanan mereka  -- Al-Hadiid, 13).   
      Yakni, pada hari itu pun cahaya keimanan yang diperoleh orang-orang mukmin secara terselubung akan tampak berlari-lari secara terbuka di depan dan di kanan mereka.
       Di tempat lain dalam Al-Quran Dia berfirman kepada orang-orang yang berbuat buruk:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اَلۡہٰکُمُ  التَّکَاثُرُ ۙ﴿﴾  حَتّٰی زُرۡتُمُ  الۡمَقَابِرَ ؕ﴿﴾  کَلَّا  سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ﴿﴾  ثُمَّ  کَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ؕ﴿﴾  کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ  الۡیَقِیۡنِ ؕ﴿﴾  لَتَرَوُنَّ  الۡجَحِیۡمَ ۙ﴿﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّہَا عَیۡنَ الۡیَقِیۡنِ ۙ﴿﴾  ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَئِذٍ عَنِ النَّعِیۡمِ ٪﴿﴾
(Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.     Dalam  upaya memperbanyak kekayaan  telah melalaikan kamu,   hingga kamu sampai di kuburan.    Sekali-kali tidak, segera kamu akan mengetahui.  Kemudian, sekali-kali tidak demikian, segera kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui hakikat itu dengan ilmu yakin.    Niscaya kamu akan melihat Jahannam, kemudian kamu niscaya  akan melihatnya dengan mata yakin.   Kemudian pada hari itu kamu pasti akan ditanya  mengenai kenikmatan -- At-Takātsur [102]:1-9). 
      Yakni, keinginan  dan ketamakan berlebih-lebihan akan dunia telah merintangi kamu mencari akhirat hingga kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah lekatkan hati kamu kepada dunia. Kamu segera akan mengetahui bahwa melekatkan hati pada dunia tidaklah baik. Sekali lagi Aku mengatakan bahwa segera kamu akan mengetahui melekatkan hati  pada dunia tidaklah baik. Jikalau kamu memperoleh ilmu yang pasti  niscaya di dunia ini juga kamu akan melihat neraka, kemudian di alam barzakh kamu akan melihat  dengan penglihatan-penglihatan yang pasti, lalu kamu akan diminta pertanggungjawaban sepenuhnya pada Hari Kebangkitan, dan azab dalam bentuk  penuh akan menimpa diri kamu. Dam bukan hanya melalui ucapan saja melainkan melalui kondisi itu sendiri kamu akan memperoleh pengetahuan tentang neraka”.
    
Tiga Macam  Ilmu

    Di dalam ayat-ayat ini Allah Ta'ala menerangkan dengan jelas bahwa bagi orang-orang jahat di dunia ini ada kehidupan neraka terselubung. Dan  jika mereka memperhatikannya mereka akan melihat nerakanya masing-masing di dunia ini juga. Dan di sini Allah Ta'ala membagi ilmu dalam tiga tingkat, yakni: 'ilmul-yaqin, 'ainul yaqin dan haqqul-yaqin.
     Agar umum memahami berikut ini adalah contoh-contoh ketiga ilmu tersebut. Misalnya, jika seseorang melihat dari jauh kepulan asap tebal di suatu tempat maka pikirannya menghubungkan kenyataan tersebut kepada api dan ia yakin bahwa di sana ada api, karena antara asap dan api ada hubungan yang tidak terpisahkan. Di mana ada asap di sana pasti ada api. Ringkasnya,  pengetahuan yang demikian dinamakan 'ilmul-yaqin. Kemudian ketika dilihatnya nyala api maka pengetahuan demikian dinamakan  'ainul-yaqin, sedangkan jika ia sendiri masuk ke dalam api,  pengetahuan  demikian dinamakan haqqul-yaqin.
     Jadi, Allah Ta'ala berfirman bahwa 'ilmul-yaqin tentang adanya neraka dapat diperoleh di dunia ini juga, kemudian di alam barzakh akan diperoleh 'ainul-yaqin, dan pada Hari Kebangkitan pengetahuan itu juga yang akan sampai pada tingkat sempurna yaitu haqqul-yaqin.”
    Demikianlah penjelasan yang dikemukakan Pendiri Jemaat  Ahmadiyah berkenaan dengan rahasia yang terkandung dalam Surah  At-Takātsur, 1-9.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,    3 Februari      2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar