بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
170
Rahasia Pertama Makrifat Alam Akhirat &
Tiga Macam Ilmu Tentang Yaqin
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan penjelasan ayat وَ
بُرِّزَتِ الۡجَحِیۡمُ
لِلۡغٰوِیۡنَ -- “Dan Jahannam akan ditampakkan dengan jelas
kepada orang-orang yang sesat” (Asy-Syu’ara [26]:92). Hal itu
dijelaskan secara terisnci dalam Surah At-Takātsur, sehubungan dengan tiga tingkatan yaqin, yakni ‘ilmu yaqin, ‘ainul-yaqin
dan haqqul- yaqin, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ اَلۡہٰکُمُ التَّکَاثُرُ ۙ﴿﴾ حَتّٰی زُرۡتُمُ الۡمَقَابِرَ ؕ﴿﴾ کَلَّا
سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ﴿﴾ ثُمَّ کَلَّا
سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ؕ﴿﴾ کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ الۡیَقِیۡنِ ؕ﴿﴾ لَتَرَوُنَّ الۡجَحِیۡمَ ۙ﴿﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّہَا عَیۡنَ الۡیَقِیۡنِ
ۙ﴿﴾ ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَئِذٍ عَنِ النَّعِیۡمِ ٪﴿﴾
Aku baca dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Dalam upaya
memperbanyak kekayaan telah melalaikan
kamu, hingga kamu
sampai di kuburan. Sekali-kali tidak, segera kamu akan mengetahui. Kemudian, sekali-kali tidak demikian, segera kamu akan mengetahui.
Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui
hakikat itu dengan ilmu yakin. Niscaya kamu
akan melihat Jahannam, kemudian
kamu niscaya akan melihatnya dengan mata yakin. Kemudian pada
hari itu kamu pasti akan ditanya
mengenai kenikmatan. (At-Takātsur [102]:1-9).
Dalam ayat 2 dan 3 Allah Swt.
menggambarkan ketamakan dan hasrat
berlebihan pada manusia untuk mengungguli
orang lain dalam jumlah kekayaan, kedudukan dan gengsi,
itulah makna kata takātsur (upaya
memperbanyak). Ketiga hal tersebut
merupakan penyebab utama
segala kesulitan manusia dan
merupakan penyebab kelalaian manusia
terhadap nilai-nilai hidup yang lebih
tinggi -- yaitu untuk memperagakan Sifat-sifat sempurna Allah Swt.
melalui ibadah kepada Allah Swt. (QS.51:57) -- berupa pelaksanaan haququllāh dan haququl ‘ibād
sebagaimana yang dicontohkan secara sempurna
oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22). Itulah makna yang terkandung
dalam ayat اَلۡہٰکُمُ التَّکَاثُرُ ۙ -- “dalam
upaya memperbanyak kekayaan
telah melalaikan kamu.”
Mereka yang Dirugikan Waktu
Selanjutnya Allah Swt. berfirman حَتّٰی
زُرۡتُمُ الۡمَقَابِرَ -- “hingga kamu sampai di kuburan.” Merupakan kemalangan manusia yang sangat besar, bahwa nafsunya untuk memperoleh barang-barang
duniawi tidak mengenal batas dan tidak
menyisihkan waktu sedikit pun untuk memikirkan
Tuhan dan alam (kehidupan) akhirat. Ia tetap asyik dengan hal-hal tersebut, hingga kematian
merenggutnya, dan baru pada saat itulah
ia menyadari, bahwa ia telah menyia-nyiakan hidupnya yang sangat berharga dalam mengejar-ngejar sesuatu yang tiada gunanya itu, benarlah firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
وَ الۡعَصۡرِ ۙ﴿﴾ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ
لَفِیۡ خُسۡرٍ ۙ﴿﴾ اِلَّا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا
الصّٰلِحٰتِ وَ تَوَاصَوۡا بِالۡحَقِّ ۬ۙ
وَ تَوَاصَوۡا بِالصَّبۡرِ ٪﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Demi
masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal saleh
dan saling menasihati mengenai kebenaran
dan saling menasihati mengenai kesabaran. (Al- ‘Ashr [103]:1-4).
‘Ashr berarti: masa; sejarah; silsilah
dari abad ke abad; sore hari; atau petang hari. Al-ashran berarti: malam
dan siang hari; pagi dan petang hari (Lexicon
Lane). Sedangkan makna al-insān (manusia) di sini berarti manusia,
seperti tersebut dalam QS.17:12; QS.18:55; QS.36:78; dan QS.70:20, yaitu
manusia yang suka terburu-buru dan
biasa bertengkar, atau manusia yang melawan rasul-rasul Allah.
Merupakan kesaksian sejarah yang tidak pernah
gagal, bahwa perseorangan-perseorangan
atau bangsa-bangsa yang tidak
mempergunakan kesempatan yang datang
kepada mereka selama hidup di dunia dengan cara tepat serta menentang hukum
kodrat alam abadi yang menentukan nasib manusia, tidak boleh tidak pasti
menanggung kesedihan.
Pribadi-pribadi dan bangsa-bangsa serupa inilah yang secara khusus terkena oleh
rangkuman kata al-insān di dalam Surah ini. Hukum-hukum Allah -- baik hukum syariat mau pun hukum alam -- tidak dapat dilawan; dan
seandainya hukum-hukum itu ditentang pasti mendatangkan hukuman.
Dalam
Surah Al- ‘Ashr ini ini dan pada
beberapa tempat lain dalam Al-Quran, orang-orang
beriman disuruh supaya mereka sendiri, bukan saja harus mengikuti asas-asas yang benar dan baik serta cita-cita yang benar, tetapi harus juga menablighkannya kepada orang lain dan dengan demikian menolong
menciptakan iklim sehat di sekitar
mereka.
Mereka
selanjutnya diperintahkan supaya jangan berkecil-hati
atau berputus asa waktu menghadapi perlawanan dan penindasan di tengah menjalankan tugas yang sangat berat
itu, bahkan harus menanggung penderitaan
dengan sabar dan tabah. Dengan demikian, Surah ini dengan sebuah ayat singkat telah
meletakkan peraturan berperilaku yang
dengan mengamalkan peraturan itu
orang dapat menempuh hidup yang bahagia,
sejahtera dan maju, baik di dunia
maupun di akhirat.
Kehinaan yang Menimpa Para “Koruptor”
di Akhir Zaman
Selanjutnya Allah Swt. berfirman کَلَّا
سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ -- “Sekali-kali tidak, segera kamu akan mengetahui, ثُمَّ کَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ -- “Kemudian, sekali-kali tidak demikian, segera kamu akan mengetahui.” Pengulangan ayat ini – selain bertujuan
menambahkan tekanan pada dan membuat peringatan yang terkandung dalam Surah At-Takātsur lebih ampuh – juga merupakan
bantahan Allah Swt. terhadap alasan apa pun yang dikemukakan oleh
para pecinta kehidupan duniawi mengenai
pentingnya berlomba-lomba
memperbanyak harta kekayaan dan kekuasaan duniawi, karena berbagai alasan
mereka itu sama sekali tidak akan dapat menyelamatkan
mereka dari akibat buruk yang
ditimbulkan oleh upaya-upaya duniawi
yang mereka lakukan tersebut.
Atau, Surah At-Takātsur
ini dapat ditujukan kepada pembalasan
yang akan datang di belakang kesibukan
manusia, yang secara membabi-buta --
tanpa mempedulikan halal dan haram seperti myang dilakukan oleh para koruptor di Akhir Zaman ini -- berusaha memperoleh barang-barang duniawi di dalam kehidupan ini, dengan berbagai cara
dan rekayasa berjama’ah yang dapat mereka lakukan, firman-Nya:
وَ اَمَّا مَنۡ اُوۡتِیَ کِتٰبَہٗ
بِشِمَالِہٖ ۬ۙ فَیَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ
لَمۡ اُوۡتَ کِتٰبِیَہۡ ﴿ۚ﴾
وَ لَمۡ
اَدۡرِ مَا حِسَابِیَہۡ ﴿ۚ﴾ یٰلَیۡتَہَا کَانَتِ
الۡقَاضِیَۃَ ﴿ۚ﴾ مَاۤ اَغۡنٰی
عَنِّیۡ مَالِیَہۡ ﴿ۚ﴾ ہَلَکَ عَنِّیۡ سُلۡطٰنِیَہۡ ﴿ۚ﴾ خُذُوۡہُ فَغُلُّوۡہُ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ الۡجَحِیۡمَ
صَلُّوۡہُ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ فِیۡ
سِلۡسِلَۃٍ ذَرۡعُہَا سَبۡعُوۡنَ ذِرَاعًا
فَاسۡلُکُوۡہُ ﴿ؕ﴾ اِنَّہٗ
کَانَ لَا یُؤۡمِنُ بِاللّٰہِ الۡعَظِیۡمِ ﴿ۙ﴾ وَ لَا یَحُضُّ
عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ ﴿ؕ﴾ فَلَیۡسَ لَہُ
الۡیَوۡمَ ہٰہُنَا حَمِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ وَّ لَا طَعَامٌ
اِلَّا مِنۡ غِسۡلِیۡنٍ ﴿ۙ﴾
Tetapi barangsiapa
diberikan kitabnya di tangan kirinya, maka ia berkata: “Aduhai kiranya aku tidak diberi kitabku, dan aku tidak mengetahui apa perhitunganku itu. Aduhai sekiranya kematianku
mengakhiri hidupku! Sekali-kali
tidak bermanfaat bagiku hartaku, hilang
lenyap dariku kekuasaanku.” Tangkaplah dia dan beleng-gulah dia kemudian masukkanlah
dia ke dalam Jahannam, lalu ikatlah
dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya ia dahulu ti-dak beriman kepada Allah Yang Maha Besar, dan ia
tidak menganjurkan untuk memberi makan kepada orang miskin. Maka tidak
ada baginya pada hari ini di sana seorang sahabat karib. Dan tidak ada makanan kecuali bekas cucian luka, tidak
ada yang memakannya kecuali orang-orang
berdosa.” (Al-Hāqqah [69]:26-37).
Makna “Belenggu
Leher” dan“Panjangnya Rantai Pengikat”
di Akhirat & Tiga Tingkatan Yaqin
Mengenai Neraka
Jahannam
Seseorang diberikan rekaman amalnya di dalam tangan
kirinya adalah istilah yang dipakai Al-Quran yang menyatakan kegagalan dalam ujian. Makna یٰلَیۡتَہَا کَانَتِ الۡقَاضِیَۃَ -- “Aduhai sekiranya kematianku mengakhiri hidupku.” Orang-orang
kafir akan mengharapkan bahwa kematian
akan menyudahi segala sesuatu
sehingga tidak bakal ada kehidupan lain
lagi, dan tidak ada lagi kewajiban mempertanggung-jawabkan
perbuatan mereka di hadapan Allah Swt..
Berulang-ulang telah diterangkan di dalam
Al-Quran bahwa kehidupan sesudah mati
bukan kehidupan baru, melainkan hanya
merupakan citra (gambaran) dan
penampilan fakta-fakta kehidupan dunia
sekarang. Dalam ayat 31-34 penderitaan ruhani di dalam kehidupan dunia sekarang telah ditampilkan
sebagai siksaan jasmani di akhirat.
Rantai yang akan dikalungkan sekeliling
leher menampilkan hasrat-hasrat duniawi,
dan hasrat-hasrat itulah yang akan mengambil bentuk belenggu di akhirat. Demikian pula keterikatan pada dunia ini akan nampak sebagai belenggu kaki. Begitu juga terbakarnya
hati di dunia pun nampak seperti lidah
api yang menjilat-jilat. Itulah
makna ayat خُذُوۡہُ فَغُلُّوۡہُ -- “Tangkaplah dia dan belenggulah
dia
ثُمَّ الۡجَحِیۡمَ صَلُّوۡہُ -- kemudian masukkanlah dia ke dalam Jahannam”.
Makna ayat ثُمَّ
فِیۡ سِلۡسِلَۃٍ ذَرۡعُہَا
سَبۡعُوۡنَ ذِرَاعًا فَاسۡلُکُوۡہُ -- “lalu ikatlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” Batas
umur manusia pada umumnya dapat
ditetapkan 70 tahun, tanpa mencakup
masa kanak-kanak dan masa tua-renta. Usia 70
tahun itu dibuang percuma (disia-siakan) oleh orang-orang kafir durjana dalam jerat godaan dunia dan dalam pemuasan
ajakan hawa nafsunya.
Ia tidak berusaha membebaskan diri dari ikatan rantai nafsu, dan karena itu di
akhirat, rantai nafsu yang selama 70 tahun ia bergelimang di dalamnya,
akan diwujudkan rantai sepanjang 70 hasta,
setiap hasta menampilkan satu tahun, yang dengan itu si jahat itu akan dibelenggu.
Kembali kepada Surah At-Takātsur,
makna ayat کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ
عِلۡمَ الۡیَقِیۡنِ ؕ -- “Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui hakikat itu dengan ilmu yakin. Niscaya kamu
akan melihat Jahannam,” yakni seandainya
manusia mempergunakan akal sehatnya
dan mempergunakan ilmu yang
dimilikinya, niscaya ia akan melihat neraka Jahannam
sungguh-sungguh menganga di hadapan
matanya sendiri di dunia ini
juga, yaitu ia akan mengetahui bahwa kesibukannya dalam mengejar kebesaran, kemegahan, dan keuntungan
kebendaan dalam kehidupan duniawi
yang sementara ini menyebabkan kehancuran
total akhlaknya, itulah yang
dimaksud dengan “neraka jahanam” di
dunia ini.
Buku Islami
Ushul ki Filasafi atau “Falsafah Ajaran Islam”
Ayat-ayat 5-8 Surah At-Takātsur
tidak meninggalkan syak (keraguan) sekelumit
pun mengenai awal kehidupan neraka di dalam dunia
ini juga. Neraka di akhirat itu
sebenarya disediakan di dunia ini,
yang tersembunyi dari mata jasmani manusia tetapi dapat dikenal dengan perantaraan ‘ilmulyaqin
oleh mereka yang merenungkannya.
Ayat-ayat Surah
At-Takātsur
tersebut menggambarkan tiga tingkat keyakinan manusia bertalian dengan neraka, yaitu (1) ’ilmulyaqin atau keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu dengan mengambil kesimpulan; (2) ‘ainulyaqin yaitu keyakinan dengan perantaraan atau berdasarkan penglihatan; dan (3) haqqulyaqin, yaitu keyakinan berdasarkan pengalaman
sendiri.
‘Ilmulyaqin dapat diperoleh di dunia ini
juga, dengan mengambil kesimpulan
oleh mereka yang merenungkan dan menekuni hakikat kejahatan, namun sesudah mati
ia akan melihat neraka dengan mata kepala sendiri, sedang pada Hari Kebangkitan ia akan menghayati (mengalami) sepenuhnya haqqulyaqin
dengan benar-benar mengalami setelah masuk ke dalam neraka. Itulah makna tiga tingkat
yakin yang dikemukakan firman-Nya:
کَلَّا لَوۡ
تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ الۡیَقِیۡنِ ؕ﴿﴾ لَتَرَوُنَّ الۡجَحِیۡمَ ۙ﴿﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّہَا عَیۡنَ الۡیَقِیۡنِ
ۙ﴿﴾ ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَئِذٍ عَنِ النَّعِیۡمِ ٪﴿﴾
Sekali-kali
tidak! Jika kamu mengetahui hakikat
itu dengan ilmu yakin. Niscaya kamu
akan melihat Jahannam, kemudian
kamu niscaya akan melihatnya dengan mata yakin. Kemudian pada
hari itu kamu pasti akan ditanya
mengenai kenikmatan. (At-Takātsur [102]:6-9).
Rahasia
Makrifat Pertama Mengenai Alam
Akhirat
Mengenai makna ketiga tingkatan yaqin tersebut, berikut adalah
penjelasan “laki-laki pemberani” yang
muncul di Akhir Zaman ini -- yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s. – dalam buku beliau
dalam bahasa Urdu yang sangat terkenal, Islami Ushul ki Filasafi atau “Falsafah Ajaran Islam”
yang sangat memberikan pencerahan bagi para pencari kebenaran, Beliau menjelaskan:
“Rahasia makrifat
pertama ialah, Quran Syarif
berulang-ulang mengatakan bahwa alam akhirat bukanlah suatu barang baru,
melainkan segala pemandangannya merupakan pantulan dan dampak-dampak
kehidupan di dunia ini juga, sebagaimana Dia berfirman:
وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي
عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا
(Dan amalan tiap-tiap manusia
Kami mengikatnya pada lehernya, dan pada Hari
Kiamat Kami akan mengeluarkan baginya
kitab yang akan didapatinya terbuka lebar).
Yakni, di dunia ini
juga Kami telah mengikat dampak amal perbuatan setiap orang pada lehernya, dan dampak-dampak terselubung
itulah yang akan Kami zahirkan (jelmakan/munculkan) pada Hari Kiamat, dan Kami
akan memperlihatkan dalam bentuk sebuah daftar
amal perbuatan yang terbuka (Bani Israil,14).
Di
dalam ayat ini terdapat kata thāirun,
maka hendaklah jelas bahwa sebenarnya thāirun
itu berarti burung, lalu secara kiasan
diartikan juga sebagai amal perbuatan. Sebab setiap amal – yang baik maupun yang buruk – setelah dilakukan akan terbang seperti burung.
Jerih-payahnya ataupun kelezatan amal itu akan sirna
sedangkan kekotoran atau pun kebaikannya akan membekas di hati.
Ini merupakan
kaidah Quran Syarif bahwa setiap amal
terus membekas jejak-jejaknya secara terselubung. Bagaimana pun
bentuk amal perbuatan manusia sesuai dengan itu Allah Ta'ala akan
memperlihatkan perbuatan-Nya. Dan perbuatan Ilahi itu tidak akan
membiarkan dosa atau kebaikan tersebut menjadi sia-sia, melainkan jejak-jejaknya
akan dituliskan pada hati, wajah, mata, tangan, kaki. Inilah yang secara terselubung
merupakan daftar suatu amal perbuatan, yang akan zahir secara terbuka pada kehidupan akhirat.
Kemudian
berkenaan dengan para penghuni surga di tempat lain Dia berfirman:
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ
(Pada hari ketika engkau melihat laki-laki beriman dan perempuan
beriman, cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan cmereka
dan di sebelah kanan mereka -- Al-Hadiid, 13).
Yakni, pada hari itu pun cahaya keimanan yang
diperoleh orang-orang mukmin secara terselubung akan tampak berlari-lari secara
terbuka di depan dan di kanan mereka.
Di tempat lain dalam Al-Quran Dia berfirman kepada orang-orang yang
berbuat buruk:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ اَلۡہٰکُمُ التَّکَاثُرُ ۙ﴿﴾ حَتّٰی زُرۡتُمُ الۡمَقَابِرَ ؕ﴿﴾ کَلَّا
سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ﴿﴾ ثُمَّ کَلَّا
سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ؕ﴿﴾ کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ الۡیَقِیۡنِ ؕ﴿﴾ لَتَرَوُنَّ الۡجَحِیۡمَ ۙ﴿﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّہَا عَیۡنَ الۡیَقِیۡنِ
ۙ﴿﴾ ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَئِذٍ عَنِ النَّعِیۡمِ ٪﴿﴾
(Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Dalam upaya
memperbanyak kekayaan telah melalaikan
kamu, hingga kamu
sampai di kuburan. Sekali-kali tidak, segera kamu akan mengetahui. Kemudian, sekali-kali tidak demikian, segera kamu akan mengetahui.
Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui
hakikat itu dengan ilmu yakin. Niscaya kamu
akan melihat Jahannam, kemudian
kamu niscaya akan melihatnya dengan mata yakin. Kemudian pada
hari itu kamu pasti akan ditanya
mengenai kenikmatan -- At-Takātsur [102]:1-9).
Yakni, keinginan
dan ketamakan berlebih-lebihan akan dunia telah merintangi kamu mencari akhirat hingga kamu masuk ke
dalam kubur. Janganlah lekatkan
hati kamu kepada dunia. Kamu segera akan mengetahui bahwa melekatkan hati pada
dunia tidaklah baik. Sekali lagi Aku mengatakan bahwa segera kamu akan
mengetahui melekatkan hati pada dunia
tidaklah baik. Jikalau kamu memperoleh ilmu
yang pasti niscaya di dunia ini juga kamu akan melihat neraka, kemudian di alam barzakh kamu akan melihat dengan penglihatan-penglihatan yang pasti,
lalu kamu akan diminta pertanggungjawaban sepenuhnya pada Hari Kebangkitan, dan
azab dalam bentuk penuh akan menimpa
diri kamu. Dam bukan hanya melalui ucapan saja melainkan melalui kondisi itu
sendiri kamu akan memperoleh pengetahuan tentang neraka”.
Tiga Macam Ilmu
Di dalam
ayat-ayat ini Allah Ta'ala menerangkan dengan jelas bahwa bagi orang-orang
jahat di dunia ini ada kehidupan neraka terselubung. Dan jika mereka memperhatikannya mereka akan
melihat nerakanya masing-masing di dunia ini juga. Dan di sini Allah
Ta'ala membagi ilmu dalam tiga tingkat, yakni: 'ilmul-yaqin,
'ainul yaqin dan haqqul-yaqin.
Agar umum
memahami berikut ini adalah contoh-contoh ketiga ilmu tersebut.
Misalnya, jika seseorang melihat dari jauh kepulan asap tebal di suatu
tempat maka pikirannya menghubungkan kenyataan tersebut kepada api dan
ia yakin bahwa di sana ada api, karena antara asap dan api
ada hubungan yang tidak terpisahkan. Di mana ada asap di sana pasti ada api.
Ringkasnya, pengetahuan yang demikian
dinamakan 'ilmul-yaqin. Kemudian ketika dilihatnya nyala api maka
pengetahuan demikian dinamakan 'ainul-yaqin,
sedangkan jika ia sendiri masuk ke dalam api, pengetahuan
demikian dinamakan haqqul-yaqin.
Jadi, Allah
Ta'ala berfirman bahwa 'ilmul-yaqin tentang adanya neraka dapat
diperoleh di dunia ini juga, kemudian di alam barzakh akan diperoleh 'ainul-yaqin,
dan pada Hari Kebangkitan pengetahuan itu juga yang akan sampai pada
tingkat sempurna yaitu haqqul-yaqin.”
Demikianlah
penjelasan yang dikemukakan Pendiri Jemaat
Ahmadiyah berkenaan dengan rahasia
yang terkandung dalam Surah At-Takātsur,
1-9.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 3
Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar