بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
184
Khalifah Nabi
Besar Muhammad Saw. di Akhir Zaman Berpangkat Nabi
Allah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan firman-Nya mengenai zaman mulkan ‘ādhan (pemerintahan yang
menggigit/zhalim) dan zaman mulkan jabriyān (penindasan dan
penzaliman/diktator) sampai jatuhnya Imperium Turki Ustmaniyah, selanjutnya
Nabi Besar Muhammad saw. bersabda “Tsumma takūnu khilāfatun ‘alā minhāji-
nubuwwah -- kemudian
berlaku pula zaman Kekhalifahan yang berjalan di atas cara hidup zaman kenabian.” Setelah mengucapkan nubuatan
tersebut beliau saw. diam:
تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون , ثم يرفعها
الله إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة , فتكون ما شاء الله أن
تكون , ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها , ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله أن
تكون , ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها , ثم تكون ملكا جبريا فتكون ما شاء الله
أن تكون , ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها , ثم تكون خلافة على منهاج النبوة . ثم سكت
" .
“Akan ada masa nubuwwat (kenabian) pada kalian selama yang Allah kehendaki,
Allah mengangkat/menghilangkannya kalau Allah kehendaki. Lalu akan ada khilāfatun ‘alā minhājin- nubuwwah -- masa khilafah di atas jalan
kenabian selama yang Allah kehendaki. Kemudian Allah
mengangkatnya jika Allah menghendaki. Lalu ada mulkan ‘ādhan -- masa kerajaan
yang dhalim/menggigit selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah
mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada mulkan jabriyān – masa kerajaan
tirani (diktator) selama yang
Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan
ada lagi khilāfatun ‘alā minhājin- nubuwwah -- masa kekhilafahan di atas manhaj Nubuwwah”. Kemudian
beliau diam” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/273 dan Ath-Thayalisi no. 439;
dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah no. 5].
(Riwayat Ahmad).
Silsilah Khilafat
dalam Islam di Masa Awal dan Akhir
Sabda
Nabi Besar Muhammad saw. tersebut berhubungan erat dengan firman Allah Swt.
berikut ini:
وَعَدَ اللّٰہُ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ
عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ
الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ
مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ اَمۡنًا ؕ
یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ
شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ
فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Allah
telah berjanji kepada orang-orang
yang beriman dan beramal
saleh di antara kamu niscaya
Dia akan menjadikan mereka itu khalifah
di bumi ini sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka khalifah, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka
agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka,
dan niscaya Dia akan mengubah keadaan
mereka dengan keamanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan se-suatu
dengan-Ku, dan barangsiapa kafir
sesudah itu mereka itulah orang-orang
durhaka. (An-Nūr
[24]:56).
Dikarenakan ayat ini berlaku sebagai
pendahuluan untuk mengantarkan masalah khilafat, maka dalam ayat-ayat
QS.52:55 sebelumnya berulang-ulang telah diberi tekanan mengenai ketaatan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Tekanan ini merupakan isyarat mengenai tingkat
dan kedudukan seorang khalifah
dalam Islam. Ayat ini berisikan janji
Allah Swt. bahwa orang-orang Muslim
akan dianugerahi pimpinan ruhani maupun
duniawi.
Janji
Allah Swt. itu diberikan kepada seluruh umat
Islam, tetapi lembaga khilafat akan mendapat bentuk nyata dalam wujud perorangan-perorangan tertentu,
yang akan menjadi penerus Nabi Besar Muhammad saw. serta wakil seluruh umat Islam. Janji
mengenai ditegakkannya khilafat
adalah jelas dan tidak dapat menimbulkan salah
paham.
Karena kini Nabi Besar Muhammad saw. satu-satunya hadi (petunjuk
jalan) umat manusia untuk selama-lamanya (QS.3:32] QS.4:70-71), maka khilafat
beliau saw. akan terus berwujud dalam
salah satu bentuk di dunia ini sampai Hari
Kiamat, karena semua khilafat yang lain telah tiada lagi
(QS.62:3-4).
Inilah, di
antara banyak keunggulan yang lainnya
lagi, merupakan kelebihan Nabi Besar
Muhammad saw. yang menonjol
di atas semua nabi dan rasul Allah
lainnya. Di Akhir Zaman ini
-- sesuai dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. dalam Hadits sebelum ini
– umat manusia telah menyaksikan khalifah ruhani beliau saw. yang
terbesar dalam wujud Pendiri Jemaat Ahmadiyah., Mirza Ghulam Ahmad a.s. – Imam
Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s. – sebagaimana
sabda beliau saw. “Tsumma takūnu khilāfatun ‘alā minhāji- nubuwwah -- “kemudian berlaku pula zaman Kekhalifahan yang berjalan di atas cara hidup zaman kenabian.” Setelah mengucapkan nubuatan
tersebut beliau saw. diam.
Benarlah firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ
وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا
مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ
مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata. Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya
kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
Khalifah Nabi Besar Muhammad saw. dari “Kaum
Lain”
Mengisyaratkan kepada pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani
dalam wujud Rasul Akhir Zaman
itulah ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- “Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ” (Al-Jumu’ah [62]:3-4).
Firman
Allah Swt. mengenai janji keberadaan khilafat di lingkungan umat Islam dalam QS.24:56 dan sabda Nabi Besar
Muhammad saw. dalam hadits tersebut: Tsumma
takūnu khilāfatun ‘alā minhāji- nubuwwah -- “kemudian berlaku pula zaman Kekhalifahan yang
berjalan di atas cara hidup zaman
kenabian” , kedua rujukan tersebut menjawab banyak pertanyaan
yang timbul sehubungan dengan masalah Rasul
Allah dan Mujaddid baik mengenai orangnya
mau pun jumlahnya.
Berikut ini
beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai jawaban
masalah tersebut:
1. Di
kalangan Bani Israil, walau pun Nabi
Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. keduanya nabi
(rasul) Allah, namun terdapat perbedaan, yaitu Nabi Musa a.s. adalah nabi (rasul) Allah yang membawa syariat (Taurat) sedangkan Nabi Harun
a.s. merupakan Khalifah Nabi Musa a.s. yang mentaati hukum Taurat (QS.7:143), sebab Nabi Harun a.s. dalam silsilah kenabian di lingkungan Bani Israil berkedudukan sebagai imam, demikian pula halnya dengan para rasul Allah selanjutnya sampai dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sebab Injil hanya merupakan penyempurna hukum Taurat (QS.2:88-89; QS.5:45-48; QS.57:28).
Kenyataan tersebut membatalkan
pendapat keliru yang berkembangan di
kalangan umumnya umat Islam, bahwa
setiap nabi atau rasul Allah membawa syariat,
sehingga dengan pemahaman yang keliru tersebut mereka melontarkan fitnah bahwa karena Mirza
Ghulam Ahmad a.s. mendakwakan sebagai
rasul Allah maka dengan pendakwaannya tersebut ia telah membatalkan
agama (syariat) Islam (Al-Quran)
sebagai agama dan kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4).
Pemahaman jahiliyah tersebut terus berkembang liar berupa munculnya
berbagai fitnah-fitnah lainnya,
antara lain bahwa: (a) Kalimah Syahadat orang-orang Ahmadiyah
berbeda dengan Kalimah Syahadat Umat Islam;
(b) Kitab suci orang-orang Ahmadiyah bukan Al-Quran melainkan Tadzkirah;
(c) Ibadah haji orang-orang Ahmadiyah bukan ke Mekkah melainkan ke Qadian,
serta fitnah-fitnah lainnya lagi.
Khalifah Berpangkat Nabi Allah di Kalangan Umat
Islam & Kutukan
Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(2)
Mungkin saja di kalangan Bani
Israil telah muncul banyak para nabi
(rasul) Allah lainnya yang jumlahnya
lebih dari 12
orang (QS.7:161), tetapi menurut Allah Swt. di antara mereka yang
berkedudukan sebagai imam atau khalifah
hanya 12 orang saja, termasuk Nabi Daud
a.s. (QS.38:27) dan Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s..
Demikian
pula halnya mengenai para mujaddid yang muncul di kalangan umat Islam di setiap abad, yang menurut
Allah Swt. sebagai mujaddid hanya 12 orang
saja, termasuk di dalamnya Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) atau Al-Masih Mau’ud a.s.
Jadi, sebagaimana halnya di kalangan Bani Israil yang menjadi para Khalifah setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.
adalah para nabi (rasul) Allah, demikian pula halnya bukan hal
yang perlu diperdebatkan jika di
kalangan umat Islam pun di antara
para Khalifah serta para Mujaddid Islam ada yang berpangkat nabi (rasul) Allah, yaitu Mirza Ghulam
Ahmad a.s. yakni “nabi ummati”
atau “nabi buruzi” (QS.4:70-71).
Apabila Nabi
Besar Muhammad saw. telah bersabda
bahwa “ulama umatku bagaikan nabi-nabi
Bani Israil” -- yakni para mujaddid dan para wali Allah maka bukan hal
yang aneh jika di kalangan para Khalifah beliau saw. pun ada pula yang benar-benar berpangkat
nabi (rasul) Allah, dalam hal ini adalah Mirza
Ghulam Ahmad a.s., hal ini
sesuai dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan ketinggian ruhani Abu Bakar Shiddiq r.a., bahwa “orang-orang
yang terbaik di antara umatku
adalah Abu Bakar, kecuali jika ada
lagi nabi”, firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ
اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ
الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ
مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا﴿٪﴾
Dan barangsiapa
taat kepada Allah dan Rasul ini
maka mereka akan termasuk di antara
orang-orang yang
Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka
itulah sahabat yang sejati. Itulah karunia
dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Menge-tahui. (An-Nisā [4]:70-71).
Sehubungan dengan para Khalifah Nabi Musa a.s. di kalangan Bani Israil, hal menarik dari
kenyataan tersebut adalah bahwa Allah Swt. menyebutkan secara khusus kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. terhadap sikap buruk Bani Israil terhadap kedua rasul
Allah tersebut, firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ
وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا
یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ کَانُوۡا لَا
یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾ تَرٰی کَثِیۡرًا
مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ
اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ
﴿﴾
Orang-orang yang kafir dari
kalangan Bani Israil telah dilaknat
oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam,
hal demikian itu karena mereka
senantiasa durhaka dan melampaui
batas. Mereka tidak
pernah saling mencegah
dari kemungkaran yang dikerjakannya, benar-benar sangat
buruk apa yang senantiasa mereka
kerjakan. Engkau melihat kebanyakan dari mereka menjadikan
orang-orang kafir sebagai pelindung,
dan benar-benar sangat buruk apa yang
telah mereka dahulukan bagi diri mereka yaitu bahwa Allah murka
kepada mereka, dan di dalam azab
inilah me-reka akan kekal. (Al-Māidah [5]:79-81).
Dua Kali Hukuman
Allah Swt. kepada Bani Israil dan Bani Isma’il (Umat Islam)
Dari antara semua nabi Bani Israil, Nabi Daud
a.s. dan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. tergolong
paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penzaliman
orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. mencapai
puncaknya, ketika beliau dipakukan pada kayu salib, sedangkan penderitaan
serta kepapaan yang dialami oleh Nabi Daud
a.s. dari kaum yang tak mengenal terima kasih itu, tercermin di dalam Mazmurnya yang sangat
merawankan hati. Dari lubuk hati yang
penuh kepedihan, Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengutuk
mereka.
Kutukan Nabi Daud
a.s. . mengakibatkan orang-orang Bani Israil dihukum oleh Nebukadnezar
dari kerajaan Babilonia yang
menghancurluluhkan Yerusalem dan
membawa orang-orang Bani Israil sebagai tawanan pada tahun 556 sebelum Masehi
(QS.2:260) sedangkan akibat kutukan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mereka ditimpa bencana dahsyat, karena Titus
dari kerajaan Romawi yang menaklukkan Yerusalem dalam tahun ± 70 Masehi,
membinasakan kota dan menodai
rumah-ibadah dengan jalan menyembelih babi — binatang yang sangat dibenci
oleh orang-orang Yahudi — di dalam rumah-ibadah
itu.
Mengisyaratkan kepada kedua hukuman
Allah Swt. itulah kepada Bani Israil itulah firman-Nya dalam QS.17:5-9. Selain berupaya membunuh para nabi Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.2:88-89), salah
satu di antara dosa-dosa besar yang
membangkitkan amarah Tuhan atas kaum Yahudi ialah, mereka tidak melarang satu
sama lain, terhadap kejahatan yang begitu merajalela di tengah-tengah mereka.
Kenyataan sejarah membuktikan bahwa pemuatan ayat-ayat
mengenai dua kali hukuman Ilahi kepada Bani
Israil di dalam Al-Quran (QS.17:5-9). merupakan nubuatan
yang terjadi pula di kalangan umat Islam sebagai akibat kedurhakaan mereka kepada para mujaddid serta para wali
Allah besar yang mereka tuduh
sebagai orang-orang kafir dan mereka zalimi,
bahkan di antara orang-orang
suci tersebut ada pula yang
mereka bunuh pula akibat hasutan dan fitnah yang dilontarkan para pemuka
agama Islam dan penguasa
yang merasa sangat terusik kemapanan duniawinya oleh orang-orang
suci tersebut, firman-Nya:
وَ قَضَیۡنَاۤ اِلٰی بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ فِی
الۡکِتٰبِ
لَتُفۡسِدُنَّ فِی الۡاَرۡضِ
مَرَّتَیۡنِ وَ لَتَعۡلُنَّ عُلُوًّا کَبِیۡرًا ﴿﴾ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ اُوۡلٰىہُمَا
بَعَثۡنَا عَلَیۡکُمۡ عِبَادًا
لَّنَاۤ اُولِیۡ بَاۡسٍ شَدِیۡدٍ فَجَاسُوۡا خِلٰلَ الدِّیَارِ ؕ وَ کَانَ
وَعۡدًا مَّفۡعُوۡلًا ﴿﴾ ثُمَّ رَدَدۡنَا
لَکُمُ الۡکَرَّۃَ عَلَیۡہِمۡ وَ اَمۡدَدۡنٰکُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّ بَنِیۡنَ وَ
جَعَلۡنٰکُمۡ اَکۡثَرَ نَفِیۡرًا ﴿﴾ اِنۡ اَحۡسَنۡتُمۡ اَحۡسَنۡتُمۡ لِاَنۡفُسِکُمۡ ۟ وَ اِنۡ اَسَاۡتُمۡ فَلَہَا ؕ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ لِیَسُوۡٓءٗا وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا
الۡمَسۡجِدَ کَمَا دَخَلُوۡہُ اَوَّلَ مَرَّۃٍ وَّ لِیُتَبِّرُوۡا مَا
عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا ﴿﴾ عَسٰی رَبُّکُمۡ
اَنۡ یَّرۡحَمَکُمۡ ۚ وَ اِنۡ
عُدۡتُّمۡ عُدۡنَا ۘ وَ جَعَلۡنَا
جَہَنَّمَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ حَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan telah
Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Niscaya kamu akan melakukan kerusakan di muka bumi
ini dua kali, dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang sangat besar.” Apabila
datang saat sempurnanya janji
yang pertama dari kedua
janji itu, Kami membangkitkan untuk menghadapi kamu
hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat, dan mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah,
dan itu merupakan suatu janji yang pasti
terlaksana. Kemudian Kami
mengembali-kan lagi kepada kamu kekuatan untuk melawan mereka, dan Kami membantu kamu dengan harta dan
anak-anak, dan Kami menjadikan kelompok kamu lebih besar dari sebelumnya. Jika
kamu berbuat ihsan, kamu berbuat ihsan
bagi diri kamu sendiri, dan jika
kamu berbuat buruk maka itu untuk diri
kamu sendiri. Lalu bila datang saat sempurnanya
janji yang kedua itu Kami
membangkitkan lagi hamba-hamba Kami yang lain supaya mereka mendatangkan kesusahan kepada pemimpin-pemimpin kamu
dan supaya mereka memasuki masjid seperti pernah mereka memasukinya pada kali
pertama, dan supaya mereka
meng-hancurluluhkan segala yang telah mereka kuasai. Boleh jadi kini Rabb (Tuhan) kamu akan menaruh kasihan kepada kamu,
tetapi jika kamu kembali kepada
perbu-atan buruk, Kami pun akan
kembali menimpakan hukuman dan ingatlah, Kami telah jadikan Jahannam, penjara bagi orang-orang kafir. (Bani
Israil [17]:5-9).
“Orang kafir” Sebagai Sarana Allah Swt. Untuk Menghukum “Kaum Pilihan” yang Durhaka
Firman Allah Swt. tersebut mengisyaratkan
salah satu Sunnah Allah Swt. yaitu ketika orang-orang
beriman -- yang pada zamannya --
merupakan “kaum pilihan” Allah
Swt. tersebut melakukan kedurhakaan
kepada Allah Swt. dan Rasul Allah, maka Allah Swt. menjadikan bangsa
kafir sebagai sarana untuk menghukum
mereka, sebagaimana yang telah terjadi pada Bani
Israil, berupa penyerbuan dahsyat pasukan Raja Nebukadnezar
dari kerajaan Babilonia dan serbuan
panglima Titus dari kerajaan Romawi.
Demikian pula ketika Allah Swt. menghukum umat Islam atas kedurhakaan yang mereka lakukan terhadap
Nabi Besar Muhammad saw., terhadap
para Khalifatur- Rasyidin dan para Mujaddid yang muncul di setiap abad – termasuk di Akhir Zaman ini --
telah menggunakan bangsa kafir
yang memiliki kekuatan tempur yang
hebat serta kejam sebagai sarananya,
yaitu bangsa Mongolia dan Tartar yang dipimpin oleh Jenghis Khan dan anaknya,
Khulaku Khan, dan bangsa-bangsa yang disebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog), yakni bangsa-bangsa
Kristen barat yang bermata biru (QS.20:103-105;
QS.18:95-102; QS.21:97-98).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 15 Februari
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar