Senin, 24 Maret 2014

Khalifah Nabi Besar Muhammad Saw. di Akhir Zaman Berpangkat Nabi Allah



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  184

    Khalifah  Nabi Besar Muhammad Saw. di Akhir Zaman  Berpangkat Nabi Allah   

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan firman-Nya mengenai  zaman mulkan ‘ādhan (pemerintahan yang menggigit/zhalim)  dan  zaman  mulkan jabriyān (penindasan dan penzaliman/diktator) sampai  jatuhnya Imperium Turki Ustmaniyah, selanjutnya Nabi Besar Muhammad saw. bersabda  Tsumma takūnu khilāfatun ‘alā minhāji- nubuwwah    -- kemudian berlaku pula zaman Kekhalifahan  yang berjalan di atas cara hidup zaman kenabian.”  Setelah  mengucapkan nubuatan tersebut   beliau  saw. diam:
تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون , ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة , فتكون ما شاء الله أن تكون , ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها , ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله أن تكون , ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها , ثم تكون ملكا جبريا فتكون ما شاء الله أن تكون , ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها , ثم تكون خلافة على منهاج النبوة . ثم سكت " .
Akan ada masa nubuwwat (kenabian) pada kalian selama yang Allah kehendaki, Allah mengangkat/menghilangkannya kalau Allah kehendaki. Lalu akan ada khilāfatun ‘alā minhājin- nubuwwah --  masa khilafah di atas    jalan kenabian selama yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendaki. Lalu ada  mulkan ‘ādhan -- masa  kerajaan yang dhalim/menggigit selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada   mulkan  jabriyān – masa  kerajaan  tirani (diktator)  selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada lagi khilāfatun ‘alā minhājin- nubuwwah -- masa kekhilafahan di atas manhaj Nubuwwah”. Kemudian beliau diam” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/273 dan Ath-Thayalisi no. 439; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah no. 5].   (Riwayat Ahmad).

Silsilah Khilafat dalam Islam di Masa Awal dan Akhir

        Sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut berhubungan erat dengan firman Allah Swt. berikut ini:
وَعَدَ  اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ  الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ  اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا  یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ  کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman  dan  beramal saleh di antara kamu niscaya Dia  akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi ini sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka khalifah, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka,  dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan keamanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan se-suatu dengan-Ku, dan barangsiapa kafir sesudah itu  mereka itulah orang-orang  durhaka.  (An-Nūr [24]:56).
        Dikarenakan ayat ini berlaku sebagai pendahuluan untuk mengantarkan masalah khilafat, maka dalam ayat-ayat QS.52:55 sebelumnya berulang-ulang telah diberi tekanan mengenai ketaatan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Tekanan ini merupakan isyarat mengenai tingkat dan kedudukan seorang khalifah dalam Islam. Ayat ini berisikan janji Allah Swt. bahwa orang-orang Muslim akan dianugerahi pimpinan ruhani maupun duniawi.
      Janji Allah Swt. itu diberikan kepada seluruh umat Islam, tetapi lembaga khilafat akan mendapat bentuk nyata dalam wujud perorangan-perorangan tertentu, yang akan menjadi penerus  Nabi Besar Muhammad saw.  serta wakil seluruh umat Islam. Janji mengenai ditegakkannya khilafat adalah jelas dan tidak dapat menimbulkan salah paham.
       Karena kini  Nabi Besar Muhammad  saw.  satu-satunya hadi (petunjuk jalan) umat manusia untuk selama-lamanya (QS.3:32] QS.4:70-71), maka  khilafat beliau  saw. akan terus berwujud dalam salah satu bentuk di dunia ini sampai Hari Kiamat, karena semua khilafat yang lain telah tiada lagi (QS.62:3-4).
         Inilah, di antara banyak keunggulan yang lainnya lagi, merupakan kelebihan Nabi Besar Muhammad saw.   yang menonjol di atas semua nabi dan rasul Allah lainnya. Di Akhir Zaman   ini   -- sesuai dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. dalam Hadits sebelum ini – umat manusia telah menyaksikan khalifah ruhani beliau saw. yang terbesar dalam wujud Pendiri Jemaat Ahmadiyah., Mirza Ghulam Ahmad a.s.   Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s.  – sebagaimana  sabda beliau saw. Tsumma takūnu khilāfatun ‘alā minhāji- nubuwwah    -- “kemudian berlaku pula zaman Kekhalifahan  yang berjalan di atas cara hidup zaman kenabian.”  Setelah  mengucapkan nubuatan tersebut   beliau  saw. diam.  Benarlah firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar.    (Al-Jumu’ah [62]:3-5).

Khalifah  Nabi Besar Muhammad saw.  dari “Kaum Lain

      Mengisyaratkan kepada pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw.  secara ruhani dalam wujud Rasul Akhir Zaman itulah   ayat    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  -- “Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ” (Al-Jumu’ah [62]:3-4).
        Firman Allah Swt. mengenai janji  keberadaan khilafat di lingkungan umat  Islam dalam QS.24:56 dan sabda Nabi Besar Muhammad saw. dalam hadits  tersebut: Tsumma takūnu khilāfatun ‘alā minhāji- nubuwwah -- “kemudian berlaku pula zaman Kekhalifahan  yang berjalan di atas cara hidup zaman kenabian” , kedua  rujukan tersebut menjawab  banyak pertanyaan yang timbul sehubungan dengan masalah Rasul Allah dan  Mujaddid   baik mengenai  orangnya mau pun jumlahnya.
       Berikut ini beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai jawaban masalah tersebut:
       1. Di kalangan Bani Israil,  walau pun Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. keduanya   nabi (rasul) Allah, namun terdapat perbedaan, yaitu Nabi Musa a.s. adalah nabi (rasul) Allah yang membawa syariat (Taurat) sedangkan Nabi Harun a.s.  merupakan Khalifah Nabi Musa a.s. yang mentaati hukum Taurat (QS.7:143), sebab Nabi Harun a.s. dalam silsilah kenabian di lingkungan Bani Israil  berkedudukan sebagai imam, demikian pula halnya dengan para rasul Allah selanjutnya sampai dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sebab Injil hanya merupakan penyempurna hukum Taurat (QS.2:88-89; QS.5:45-48; QS.57:28).
        Kenyataan tersebut  membatalkan pendapat keliru yang berkembangan di kalangan umumnya umat Islam, bahwa setiap nabi atau rasul Allah membawa syariat, sehingga dengan pemahaman yang keliru tersebut  mereka melontarkan fitnah bahwa karena Mirza Ghulam Ahmad a.s. mendakwakan sebagai  rasul  Allah  maka dengan pendakwaannya tersebut ia telah  membatalkan agama (syariat) Islam (Al-Quran) sebagai agama dan kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4).
       Pemahaman jahiliyah tersebut terus berkembang liar berupa munculnya berbagai fitnah-fitnah lainnya, antara lain bahwa:  (a) Kalimah Syahadat orang-orang Ahmadiyah berbeda dengan  Kalimah  Syahadat Umat Islam; (b) Kitab suci orang-orang Ahmadiyah bukan Al-Quran melainkan Tadzkirah; (c) Ibadah haji orang-orang Ahmadiyah bukan ke Mekkah melainkan ke Qadian, serta fitnah-fitnah lainnya lagi.

Khalifah Berpangkat Nabi Allah  di Kalangan Umat Islam  & Kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

       (2)  Mungkin saja di kalangan Bani Israil telah muncul banyak para nabi (rasul) Allah lainnya yang jumlahnya lebih  dari  12 orang (QS.7:161), tetapi menurut Allah Swt. di antara mereka yang berkedudukan sebagai imam  atau khalifah hanya 12 orang saja, termasuk Nabi Daud a.s. (QS.38:27) dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..  
       Demikian pula halnya mengenai para  mujaddid yang muncul di kalangan umat Islam di setiap abad, yang menurut Allah Swt.  sebagai mujaddid  hanya 12 orang saja, termasuk di dalamnya  Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) atau   Al-Masih Mau’ud a.s.
      Jadi,  sebagaimana halnya di kalangan Bani Israil yang menjadi para Khalifah  setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. adalah para nabi (rasul) Allah, demikian pula halnya bukan hal yang perlu diperdebatkan jika di kalangan umat Islam pun di antara para   Khalifah serta  para Mujaddid Islam ada yang berpangkat nabi (rasul) Allah, yaitu Mirza Ghulam Ahmad a.s. yakni “nabi ummati” atau  nabi buruzi” (QS.4:70-71).
       Apabila Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda    bahwa “ulama umatku bagaikan nabi-nabi Bani Israil    -- yakni para mujaddid dan para wali Allah ­­  maka bukan hal yang aneh jika di kalangan  para Khalifah  beliau saw. pun ada pula yang benar-benar berpangkat nabi (rasul) Allah,  dalam hal ini adalah Mirza Ghulam Ahmad a.s., hal ini sesuai dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan ketinggian ruhani Abu Bakar Shiddiq r.a.,  bahwa “orang-orang yang terbaik di antara  umatku adalah Abu Bakar, kecuali jika ada lagi nabi”, firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾  ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا﴿٪﴾
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka  itulah sahabat yang sejati.  Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Menge-tahui. (An-Nisā [4]:70-71).
       Sehubungan  dengan para Khalifah Nabi Musa a.s. di kalangan Bani Israil,  hal menarik dari kenyataan tersebut adalah bahwa Allah Swt. menyebutkan secara khusus kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. terhadap sikap buruk Bani Israil terhadap kedua rasul Allah tersebut, firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ  وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾   کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾  تَرٰی کَثِیۡرًا مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ 
Orang-orang  yang kafir  dari kalangan Bani Israil telah   dilaknat oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam, hal demikian itu karena mereka senantiasa durhaka dan melampaui batas.   Mereka tidak pernah  saling mencegah dari kemungkaran yang dikerjakannya, benar-benar sangat  buruk apa yang senantiasa  mereka kerjakan. Engkau melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang kafir  sebagai pelindung, dan benar-benar sangat buruk apa yang telah  mereka dahulukan  bagi diri mereka   yaitu bahwa Allah  murka kepada mereka, dan di dalam azab inilah me-reka akan kekal. (Al-Māidah [5]:79-81).

Dua  Kali Hukuman Allah Swt. kepada Bani Israil dan Bani Isma’il (Umat Islam)

        Dari antara semua nabi Bani Israil, Nabi Daud a.s.    dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penzaliman orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  mencapai puncaknya, ketika beliau dipakukan pada  kayu salib, sedangkan  penderitaan serta kepapaan yang dialami oleh Nabi Daud  a.s. dari kaum yang tak mengenal terima kasih itu, tercermin di dalam Mazmurnya yang sangat merawankan hati. Dari lubuk hati yang penuh kepedihan, Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  mengutuk mereka.
       Kutukan Nabi Daud a.s. . mengakibatkan orang-orang Bani Israil dihukum oleh Nebukadnezar dari kerajaan Babilonia  yang menghancurluluhkan Yerusalem dan membawa orang-orang Bani Israil sebagai tawanan pada tahun 556 sebelum Masehi (QS.2:260) sedangkan akibat kutukan Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s.  mereka ditimpa bencana dahsyat, karena Titus dari kerajaan Romawi  yang menaklukkan Yerusalem dalam tahun ± 70 Masehi, membinasakan kota dan menodai rumah-ibadah dengan jalan menyembelih babi — binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi — di dalam rumah-ibadah itu.  
       Mengisyaratkan kepada  kedua hukuman Allah Swt. itulah  kepada Bani Israil itulah  firman-Nya dalam QS.17:5-9. Selain berupaya membunuh para nabi Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.2:88-89), salah satu di antara dosa-dosa besar yang membangkitkan amarah Tuhan atas kaum Yahudi ialah, mereka tidak melarang satu sama lain, terhadap kejahatan yang begitu merajalela di tengah-tengah mereka.
        Kenyataan sejarah membuktikan bahwa pemuatan  ayat-ayat  mengenai dua kali hukuman Ilahi  kepada Bani Israil di dalam Al-Quran (QS.17:5-9).  merupakan nubuatan yang terjadi pula  di kalangan umat Islam sebagai akibat kedurhakaan mereka kepada para mujaddid  serta para wali Allah besar yang mereka tuduh sebagai orang-orang kafir dan  mereka zalimi, bahkan  di antara   orang-orang suci tersebut  ada pula yang mereka   bunuh pula  akibat hasutan dan fitnah yang dilontarkan para pemuka  agama Islam  dan penguasa yang  merasa sangat terusik  kemapanan   duniawinya  oleh orang-orang suci tersebut, firman-Nya: 
وَ قَضَیۡنَاۤ  اِلٰی بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ فِی الۡکِتٰبِ لَتُفۡسِدُنَّ فِی الۡاَرۡضِ مَرَّتَیۡنِ  وَ لَتَعۡلُنَّ  عُلُوًّا کَبِیۡرًا ﴿﴾  فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ اُوۡلٰىہُمَا بَعَثۡنَا عَلَیۡکُمۡ  عِبَادًا  لَّنَاۤ   اُولِیۡ  بَاۡسٍ  شَدِیۡدٍ فَجَاسُوۡا خِلٰلَ الدِّیَارِ ؕ وَ کَانَ وَعۡدًا  مَّفۡعُوۡلًا ﴿﴾  ثُمَّ رَدَدۡنَا لَکُمُ الۡکَرَّۃَ عَلَیۡہِمۡ وَ اَمۡدَدۡنٰکُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّ بَنِیۡنَ وَ جَعَلۡنٰکُمۡ  اَکۡثَرَ  نَفِیۡرًا ﴿﴾  اِنۡ اَحۡسَنۡتُمۡ اَحۡسَنۡتُمۡ لِاَنۡفُسِکُمۡ ۟ وَ اِنۡ اَسَاۡتُمۡ فَلَہَا ؕ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ  لِیَسُوۡٓءٗا  وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا الۡمَسۡجِدَ کَمَا دَخَلُوۡہُ  اَوَّلَ مَرَّۃٍ  وَّ  لِیُتَبِّرُوۡا مَا عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا ﴿﴾  عَسٰی رَبُّکُمۡ اَنۡ یَّرۡحَمَکُمۡ ۚ وَ اِنۡ عُدۡتُّمۡ عُدۡنَا ۘ وَ جَعَلۡنَا جَہَنَّمَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ  حَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan   telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Niscaya  kamu akan melakukan kerusakan di muka bumi ini dua kali,  dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang sangat besar.”   Apabila datang saat sempurnanya janji yang pertama dari kedua janji itu,  Kami membangkitkan untuk menghadapi kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat, dan mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah, dan itu merupakan suatu janji yang pasti terlaksana.    Kemudian Kami mengembali-kan lagi kepada kamu kekuatan untuk melawan mereka, dan Kami membantu kamu dengan harta dan anak-anak, dan  Kami menjadikan kelompok kamu lebih besar dari sebelumnya.   Jika kamu berbuat ihsan, kamu berbuat ihsan  bagi diri kamu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk  maka itu untuk diri kamu sendiri. Lalu bila datang saat sempurnanya janji yang kedua itu Kami membangkitkan lagi hamba-hamba Kami yang lain supaya mereka mendatangkan kesusahan kepada pemimpin-pemimpin kamu   dan supaya mereka memasuki masjid seperti pernah mereka memasukinya pada kali pertama, dan supaya mereka meng-hancurluluhkan segala yang telah mereka kuasai.  Boleh jadi kini Rabb (Tuhan)  kamu akan menaruh kasihan kepada kamu, tetapi jika kamu kembali kepada perbu-atan buruk, Kami pun akan kembali menimpakan hukuman dan ingatlah, Kami telah jadikan Jahannam, penjara bagi orang-orang kafir. (Bani Israil [17]:5-9).

“Orang kafir” Sebagai Sarana Allah Swt.  Untuk Menghukum “Kaum Pilihan” yang Durhaka

          Firman Allah Swt. tersebut mengisyaratkan salah satu   Sunnah Allah Swt.  yaitu  ketika orang-orang beriman -- yang pada zamannya -- merupakan “kaum pilihan” Allah Swt.   tersebut  melakukan kedurhakaan kepada Allah Swt. dan Rasul Allah, maka Allah Swt. menjadikan bangsa   kafir  sebagai sarana  untuk menghukum mereka, sebagaimana yang telah terjadi pada Bani Israil,  berupa penyerbuan dahsyat pasukan Raja Nebukadnezar dari kerajaan Babilonia dan serbuan panglima Titus dari kerajaan Romawi.
       Demikian pula ketika Allah Swt. menghukum umat Islam  atas kedurhakaan yang mereka lakukan terhadap Nabi Besar Muhammad saw., terhadap para Khalifatur- Rasyidin dan para Mujaddid  yang muncul di setiap abad – termasuk di Akhir Zaman  ini --  telah menggunakan bangsa kafir yang memiliki kekuatan tempur yang hebat serta kejam  sebagai sarananya, yaitu bangsa Mongolia dan Tartar yang dipimpin oleh Jenghis Khan dan  anaknya,  Khulaku Khan,  dan bangsa-bangsa yang disebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog), yakni bangsa-bangsa Kristen barat yang bermata biru (QS.20:103-105; QS.18:95-102; QS.21:97-98).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  15  Februari      2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar