Selasa, 11 Maret 2014

Makna "Peniuoan Nafiri" di Akhir Zaman & Bangkitnya "Kaum Bermata Biru" yang Satunya Matanya "Buta"



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  173

Makna “Peniupan Nafiri  di Akhir Zaman & Bangkitnya “Kaum   Bermata Biru  yang  Matanya Buta Sebelah

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  jawaban terhadap keluhan orang kafir mengapa ia dibangkitkan buta padahal dalam kehidupan sebelumnya ia memiliki penglihatan jasmani (QS.20:125-129).
      Allah Swt. akan mengatakan bahwa ia telah menjadi buta ruhani dalam kehidupannya di dunia,  sebab telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya — yang akan berperan sebagai tubuh untuk ruh lain yang ruhaninya jauh lebih berkembang di akhirat, maka di hari kemudian ia dilahirkan buta, firman-Nya:
وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ  اَعۡمٰی فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ   اَعۡمٰی  وَ اَضَلُّ  سَبِیۡلًا ﴿﴾
Dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat  pun  ia akan buta juga  dan bahkan   lebih tersesat dari jalan. (Bani Israil [17]:73).
 Ayat ini dapat pula berarti,  bahwa karena orang kafir tidak berusaha mengembangkan dalam dirinya Sifat-sifat Ilahi sebagaimana yang diperagakan oleh para Rasul Allah – khususnya Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32; QS.33:22) -- dan tetap asing dari sifat-sifat itu, maka pada hari kebangkitan — ketika sifat-sifat Ilahi  itu  akan dinampakkan  dengan segala keagungan dan kemuliaan maka ia sebagai seseorang yang terasing dari Sifat­-sifat itu  tidak akan mampu mengenalinya dan dengan demikian akan berdiri seperti orang buta yang tidak mempunyai ingatan atau kenangan sedikit pun kepada penjelmaan  Sifat-sifat Ilahi tersebut.

Makrifat   Ilahi  Sempurna yang Dimiliki Pendiri Jemaat Ahmadiyah

    Sehubungan  makna tersebut,  Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s.   --  dalam kedudukannya sebagai Rasul Akhir Zaman  (QS.61:10) -- yang  sering berkomunikasi dengan Allah Swt. (QS.42:52-54) menulis dalam buku Kishty Nuh (Bahtera Nuh) sebagai berikut: 
      Tuhan  itu adalah Tuhan Yang Mahasetia, dan kepada mereka yang tetap setia Dia menampakkan pekerjaan-pekerjaan yang ajaib. Dunia setiap saat mau mengganyang mereka, dan setiap lawan mereka gemas  terhadap mereka, tetapi Dia Yang menjadi Kawan-setia dari mereka menyelamatkan mereka dari tiap-tiap mara-bahaya dan mengeluarkan mereka dari setiap gelanggang pertarungan sebagai pemenang.
        Betapa mujurnya orang itu yang berpegang teguh kepada Tuhan semacam itu. Kepada-Nya kita beriman dan kita telah mengenal Dia. Dari seantero dunia hanya Dia Sendiri Tuhan, Yang telah  melimpahkan wahyu kepadaku, Yang telah menampakkan Tanda-tanda, Yang mengutusku sebagai Masih Mau’ud untuk zaman ini. Kecuali Dia tidak ada Tuhan lagi baik di  langit maupun di dunia ini.
       Barangsiapa yang tidak beriman kepada-Nya ia mahrum (luput) dari karunia dan pertolongan-Nya. Dari Tuhan kami, kami telah menerima wahyu laksana matahari berkilau-kilauan. Kami telah melihat bahwa Dia Sendiri Tuan di seluruh dunia, kecuali Dia tidak ada lagi duanya. Sungguh Perkasa dan Berdiri Sendiri Tuhan  yang kami jumpai itu! Dan alangkah kuatnya kudrat-kudrat itu yang dimiliki Tuhan yang kami lihat!
        Sesungguhnya bagi Dia tiada sesuatu yang mustahil, kecuali apa yang bertentangan dengan Kitab-Nya dan janji-Nya. Maka apabila kamua berdoa hendaknya kamu jangan berbuat atau berlaku seperti orang-orang naturalis yang bodoh, yang menggubah  di dalam khayalan mereka hukum kudrat alam yang tidak mendapat mengesahan dari Kitab Tuhan, sebab mereka itu mardud (tertolak), yang doa-doanya sekali-kali tidak akan terkabul.
      Mereka itu buta, tidak dianugerahi pandangan gaib; mereka itu mati, tidak hidup. Mereka mengemukakan di hadapan Tuhan suatu hukum yang mereka rancang sendiri, dan mereka membatasi kudrat-kudrat-Nya, dan menganggap Dia lemah tiada berdaya. Dengan demikian mereka akan diperlakukan dengan keadaan pikiran mereka sendiri.
        Akan tetapi apabila kamu berdiri untuk memanjatkan doa maka kamu wajib meyakini dahulu bahwa Tuhan kamu berkuasa atas tiap sesuatu, barulah doa-doa kamu akan dikabulkan, dan kamu akan menyaksikan keajiban-keajaiban kudrat Ilahi yang kami telah melihatnya sendiri. Dan ingatlah, persaksian kami bukan berdasarkan kepada dongengan belaka,  melainkan berdasarkan kepada apa-apa yang telah kami saksikan sendiri.
    Bagaimanakah  doa seseorang akan dikabulkan kalau dia tidak percahaya bahwa Tuhan berkuasa atas tiap sesuatu? Dan bagaimana mungkin orang yang semacam itu mempunyai keberanian untuk memanjatkan doa kepada Tuhan apabila ia ditimpa suatu kesusahan mengenai hal-hal dimana perubahan-perubahan yang diharapkannya itu akan bertentangan dengan hukum kudrat alam yang dia fahami?
      Tetapi, wahai orang-orang yang baik janganlah seperti itu! Tuhan kamu adalah Wujud Yang menggantungkan segala bintang gemintang di cakrawala raya tanpa tali barang seutas pun, dan Yang telah menjelmakan dunia dan langit dari serba tiada. Apakah kamu akan berprangsangka bahwa  Dia tidak akan berdaya dalam memnuhi kebutuhan kamu? Bahkan prasangka kamu sendiri akan menjauhkan kamu dari karunia. Dalam Wujud Tuhan kami terdapat keajaiban-keajaiban yang tak terpermanai banyaknya. Tetapi Dia tidak menampakkan keajaiban-keajaiban kepada mereka yang tidak  mempercayai kekuasaan-Nya, dan tidak setia dalam menyempurnakan keimanannya.
     Sungguh alangkah malangnya orang-orang yang hingga kini tidak mengetahui bahwasanya ia mempunyai satu Tuhan Yang berkuasa atas tiap sesuatu! Surga kita adalah Tuhan kita, di dalam Dzat-Nya terletak segala kelezatan yang selezat-lezatnya, sebab kami telah melihat-Nya, dan segala keindah-permaian terdapat pada Wujud-Nya. Harta ini patut dimiliki walau pun harus dengan mempertaruhkan jiwa dahulu.  Permata ini  patut dibeli sekali pun harus dengan meniadakan segala wujud kita.
    Wahai orang-orang yang mahrum (luput)! Bergegaslah lari menuju Sumber mata-air kehidupan  yang bakal menyelamatkan  kamu. Apa gerangan yang harus kuperbuat dan bagaimanakah harus kusampaikan  berita ini ke setiap kalbu manusia? Dengan genderang bagaimana coraknya harus kucanangkan di lorong-lorong supaya orang-orang dapat mendengar bahwa Tuhan itu ada? Dengan obat apakah harus kusembuhkan agar telinga-telinga orang terbuka untuk mendengarnya?

Allah Swt.  adalah “Tiang Utama” dari segala “Pembangunan”  & Peringatan kepada Umat Islam

       Hanya Rasul Allah sajalah yang memiliki makrifat Ilahi yang mendalam seperti itu. Mustahil seorang yang mengada-ada kedustaan terhadap Allah Swt. akan memiliki  makrifat Ilahi sempurna seperti itu. Selanjutnya  Mirza Ghulam Ahmad a.s.  Al-Masih Mau’ud a.s.  -- menulis:
     Jika kamu benar-benar kepunyaan Tuhan maka berkeyakinanlah bahwa Tuhan itu kepunyaan kamu sendiri. Di kala kamu sedang tidur Dia akan berjaga-jaga. Tengah kamu berlalai-lalai dari musuh kamu, Dia akan mengamat-amati musuh kamu dan mematahkan siasat-rencananya.
    Kamu sampai sekarang tidak mengetahui kudrat-kudrat apakah yang Tuhan  kamu miliki. Sekiranya kamu mengetahui tentulah tidak ada hari akan tiba kepada kamu dimana kamu bersedih hati memikirkan urusan-urusan keduniaan. Seorang yang memiliki sejumlah kekayaan  maukah kiranya dia menangis dan meratap-ratap hanya karena uangnya satu sen telah hilang?
      Kalau kamu memaklumi bahwa Tuhan akan mencukupi setiap keinginan kamu, mengapakah kamu demikian tenggelamnya dalam urusan duniawi? Tuhan adalah satu Khazanah yang maha berharga, maka ketahuilah nilai harga-Nya. Dia itu Penolong kamu dalam setiap langkah-tindakan kamu. Tanpa Dia kamu tidak berarti sedikit pun, begitu pula segala upaya dan rencana kamu tiada artinya.
       Janganlah kamu mengekor kepada kebiasaan kaum lain  yang menggantungkan andalan sepenuh-penuhnya kepada daya-upaya madiyah (materi). Sebagaimana seekor ular memakan tanah mereka bergantung kepada upaya madiyah (materi) yang rendah sifatnya. Bagai seekor burung elang dan ajing memakan bangkai  mereka membenamkan rahang mereka ke dalam, bangkai yang busuk.
        Mereka jauh melantur dari Tuhan, menyembah manusia-manusia, memakan daging babi dan meminum minuman keras laksana minum air. Karena mereka terlampau mengandalkan kepada daya-upaya materi dan tidak meminta tenaga kekuatan dari Tuhan, mereka itu jadi mati dan jiwa-ruhaniatnya telah lepas dari mereka laksana seekor burung merpati terbang meninggalkan sarangnya. Hatinya ditulari oleh penyakit kusta, penyakit memuja-muja urusan duniawi yang telah menggerogoti anggota-anggota tubuh batiniahnya. Oleh karena itu takutilah penyakit kusta semacam itu.
    Aku tidak melarang kamu untuk menyukai upaya-upaya kebendaan dengan memperhatikan had dan batasnya, apa yang kucegah ialah hendaknya kamu jangan menuruti kelakuan kaum lain yang menjadi budak dari upaya kebendaan atau usaha-usaha lahir itu semata-mata  lalu melupakan Tuhan, Yang juga mengatur segala upaya-upaya kebendaan. Jika kamu sungguh punya mata  niscaya akan nampak kepada kamu Tuhan dan  hanya Tuhan belaka, segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak berharga sama sekali.
     Kamu tidak dapat merentangkan tangan kamu, begitu pula tidak dapat melipatnya tanpa seizin Tuhan. Seorang yang mati ruhaninya akan menertawakan pernyataan ini, tetapi alangkah baiknya jika ia mati saja sekaligus daripada ia tertawa.”
       Nampaknya ucapan Pendiri Jemaat Ahmadiyah tersebut tertuju kepada  bangsa-bangsa Kristen dari Barat yang  meraih kesuksesan dalam kehidupan duniawi mereka (QS.18:1-9),  sekali  gus beliau memperingatkan umat Islam   di Akhir Zaman ini yang mulai meniru langkah-langkah duniawi mereka itu dan melupakan petunjuk Al-Quran, firman-Nya:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿ ﴾  وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿ ﴾  
Dan Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan. Dan demikianlah Kami  telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi   dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai Pemberi petunjuk dan Penolong.  (Al-Furqān [25]:31-32
      Jadi, sikap  umumnya umat Islam  di Akhir Zaman ini terhadap Al-Quran benar-benar sangat menyedihkan  seorang  laki-laki” yang “datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” (QS.36:21-28) yakni   di wilayah Hindustan – tepatnya di Qadian   --   yaitu  Mirza Ghulam Ahmad a.s.,  yang atas karunia Allah Swt. telah ditetapkan sebagai Rasul Akhir Zaman yang akan mewujudkan kajayaan Islam yang kedua kali, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaff [61]:10).

Azab Ilahi Setelah  Masa 1000 Tahun & Munculnya “Kaum yang Bermata Biru
         
     Kembali kepada firman-Nya sebelum ini mengenai mereka yang  mata hatinya mengalami kebutaan dalam firman-Nya:
فَکَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ  اَہۡلَکۡنٰہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ  فَہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ بِئۡرٍ  مُّعَطَّلَۃٍ   وَّ  قَصۡرٍ  مَّشِیۡدٍ ﴿﴾  اَفَلَمۡ یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ  اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ فَاِنَّہَا لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ  وَ لٰکِنۡ  تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ ﴿﴾  وَ  یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ  کَاَلۡفِ  سَنَۃٍ   مِّمَّا  تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾  وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ  اَمۡلَیۡتُ لَہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ  ثُمَّ اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪﴾
Dan berapa banyak kota yang Kami telah  membinasakannya, yang penduduknya sedang berbuat zalim  lalu  dinding-dindingnya  jatuh atas atapnya, dan sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang menjulang tinggi. Maka apakah mereka tidak berpesiar di bumi, lalu  menjadikan hati mereka memahami dengannya   atau menjadikan telinga  mereka mendengar dengannya? Maka sesungguhnya bukan mata yang buta  tetapi yang buta adalah hati yang ada dalam dada.  Dan mereka meminta kepada engkau untuk mempercepat azab, tetapi Allah  tidak akan pernah mengingkari janji-Nya. Dan sesungguhnya satu hari di sisi Rabb (Tuhan) engkau seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu.  Dan berapa banyaknya kota telah Aku memberi tangguh baginya padahal dia berlaku zalim, kemudian Aku menangkapnya dan kepada Aku-lah kembali mereka. (Al-Hājj [22]:46-49).
        Sehubungan dengan ayat  وَ  یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ  کَاَلۡفِ  سَنَۃٍ   مِّمَّا  تَعُدُّوۡنَ  -- “Dan mereka meminta kepada engkau untuk mempercepat azab, tetapi Allah  tidak akan pernah mengingkari janji-Nya” (ayat 48), Nabi Besar Muhammad saw. menurut riwayat pernah bersabda bahwa tiga abad pertama Islam akan merupakan masa yang terbaik, sesudah itu kepalsuan akan tersebar dan suatu masa kegelapan akan datang dan meluas sampai seribu tahun (Tirmidzi). Masa 1000 tahun ini dipersamakan dengan satu hari, berikut firman Allah Swt.  mengenai proses diturunkan-Nya  wahyu Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung. (As-Sajdah [32]:6).
      Dalam masa  kemunduran  umat Islam secara berangsur-angsur selama 1000 tahun tersebut  satu kaum yang bermata biru (QS.20:103-104)  -- yakni Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog)  atau bangsa-bangsa Kristen dari Eropa (Kitab Wahyu 20:1-10;  QS.18:94-102; QS.21:96-101) -- akan bangkit dan menyebar luas ke seluruh dunia
Orang-orang bermata biru itulah yang karena sombong dan takaburnya, yang diakibatkan oleh karena memperoleh kemuliaan duniawi dan kekuasaan politik (QS.18:1-9) telah digambarkan memberi tantangan kepada  Nabi Besar Muhammad saw,   untuk mempercepat azab Ilahi  yang — begitulah dikatakan oleh beliau  saw. — akan menimpa mereka pada waktu yang ditentukan dan dijanjikan itu, firman-Nya:
یَّوۡمَ یُنۡفَخُ فِی الصُّوۡرِ وَ نَحۡشُرُ الۡمُجۡرِمِیۡنَ  یَوۡمَئِذٍ  زُرۡقًا ﴿﴾ۚۖ  یَّتَخَافَتُوۡنَ بَیۡنَہُمۡ  اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا عَشۡرًا ﴿﴾  نَحۡنُ اَعۡلَمُ بِمَا یَقُوۡلُوۡنَ اِذۡ یَقُوۡلُ اَمۡثَلُہُمۡ طَرِیۡقَۃً اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا یَوۡمًا ﴿﴾٪
Hari ketika  nafiri (terompet) akan ditiup, dan Kami akan menghimpun orang-orang berdosa yang bermata biru pada hari itu.  Mereka saling berbisik-­bisik di antara mereka: "Tidaklah kamu akan  tinggal melainkan hanya sepuluh."  Kami lebih mengetahui mengenai apa yang akan mereka katakan ketika  berkata orang yang paling baik cara hidupnya  di antara mereka: "Tidaklah kamu tinggal melainkan sehari." (Thā Hā [20]:103-105).
   Makna “peniupan   nafiri” (peniupan terompet) dalam ayat tersebut  melambangkan pengutusan Rasul Allah  di Akhir Zaman yang mengumandangkan “seruan Ilahi” yang diamanatlan Allah Swt. kepadanya. Isyarat dalam ayat ini nampaknya terutama ditujukan kepada bangsa­-bangsa Kristen dari barat yang bermata biru, dan mereka itu buta  mata ruhaninya serta menyimpan rasa benci tidak kunjung padam terhadap Islam dan Nabi Besar  Muhammad saw..
  "Sepuluh"  dalam ayat  اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا عَشۡرًا -- "Tidaklah kamu akan  tinggal melainkan hanya sepuluh,"    di sini berarti 10 abad (1000 tahun). Isyarat itu ditujukan kepada sepuluh abad (1000 tahun) sesudah hijrah Nabi Besar Muhammad saw. dari Makkah ke Madinamh yang selama itu bangsa-bangsa Eropa hampir tetap dalam keadaan tidur belaka.  Baru pada permulaan abad ke-17  bangsa-­bangsa Eropa keluar dari keadaan tidurnya lalu mulai menyebar ke seluruh dunia serta menaklukkan dunia (QS.18:19-23), yaitu kira-kira 1000 tahun sesudah Nabi Besar Muhammad saw,  mulai bertabligh pada awal abad ke-7.
  Thariqat al-qaum berarti “kaum yang terbaik atau paling lurus” (Aqrab-al-Mawarid). Yaum (hari)di sini berarti seribu tahun yang disinggung dalam QS.22:48 dan bersesuaian dengan "sepuluh" yang tersebut dalam ayat yang mendahuluinya, yaitu sepuluh abad atau 1000 tahun.
 Yaum berarti pula waktu yang hakiki. Dalam pengertian inilah maka orang-orang kafir - ketika ditimpa oleh siksaan Tuhan - dilukiskan mengatakan bahwa masa kesejahteraan dan kemajuan  duniawi mereka itu hanya berlaku satu hari saja, yaitu sangat pendek. Itulah makna ayat   اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا یَوۡمًا  --  "Tidaklah kamu tinggal melainkan sehari."

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   6 Februari      2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar