بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
173
Makna “Peniupan Nafiri” di Akhir Zaman & Bangkitnya “Kaum
Bermata Biru” yang Matanya Buta
Sebelah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada
akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan jawaban
terhadap keluhan orang kafir mengapa ia
dibangkitkan buta padahal dalam
kehidupan sebelumnya ia memiliki penglihatan
jasmani (QS.20:125-129).
Allah
Swt. akan mengatakan bahwa ia telah menjadi buta
ruhani dalam kehidupannya di dunia,
sebab telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya — yang akan berperan sebagai tubuh untuk ruh lain yang
ruhaninya jauh lebih berkembang di akhirat, maka di hari kemudian ia dilahirkan buta, firman-Nya:
وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی
فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی وَ اَضَلُّ
سَبِیۡلًا ﴿﴾
Dan barangsiapa buta di dunia ini
maka di akhirat pun ia akan buta juga dan bahkan lebih tersesat dari jalan. (Bani Israil [17]:73).
Ayat ini dapat pula berarti, bahwa karena orang kafir tidak berusaha mengembangkan
dalam dirinya Sifat-sifat Ilahi sebagaimana
yang diperagakan oleh para Rasul Allah – khususnya Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32;
QS.33:22) -- dan tetap asing dari sifat-sifat itu, maka pada hari kebangkitan — ketika sifat-sifat Ilahi itu
akan dinampakkan dengan segala keagungan dan kemuliaan —
maka ia sebagai seseorang yang terasing dari Sifat-sifat itu tidak akan
mampu mengenalinya dan dengan
demikian akan berdiri seperti orang buta
yang tidak mempunyai ingatan atau kenangan sedikit pun kepada
penjelmaan Sifat-sifat Ilahi
tersebut.
Makrifat Ilahi Sempurna yang Dimiliki Pendiri Jemaat
Ahmadiyah
Sehubungan
makna tersebut, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s. --
dalam kedudukannya sebagai Rasul
Akhir Zaman (QS.61:10) -- yang sering berkomunikasi
dengan Allah Swt. (QS.42:52-54) menulis dalam buku Kishty Nuh (Bahtera Nuh)
sebagai berikut:
Tuhan
itu adalah Tuhan Yang Mahasetia, dan kepada mereka yang tetap setia Dia
menampakkan pekerjaan-pekerjaan yang ajaib. Dunia setiap saat mau mengganyang
mereka, dan setiap lawan mereka gemas
terhadap mereka, tetapi Dia Yang menjadi Kawan-setia dari mereka
menyelamatkan mereka dari tiap-tiap mara-bahaya dan mengeluarkan mereka dari setiap
gelanggang pertarungan sebagai pemenang.
Betapa mujurnya orang itu yang berpegang teguh
kepada Tuhan semacam itu. Kepada-Nya kita beriman dan kita telah mengenal Dia.
Dari seantero dunia hanya Dia Sendiri Tuhan, Yang telah melimpahkan wahyu kepadaku, Yang telah menampakkan Tanda-tanda, Yang mengutusku sebagai Masih Mau’ud untuk
zaman ini. Kecuali Dia tidak ada Tuhan lagi baik di langit maupun di dunia ini.
Barangsiapa yang tidak beriman kepada-Nya ia
mahrum (luput) dari karunia dan pertolongan-Nya. Dari Tuhan kami, kami telah
menerima wahyu laksana matahari
berkilau-kilauan. Kami telah melihat bahwa Dia Sendiri Tuan di seluruh dunia,
kecuali Dia tidak ada lagi duanya. Sungguh Perkasa dan Berdiri Sendiri
Tuhan yang kami jumpai itu! Dan alangkah
kuatnya kudrat-kudrat itu yang dimiliki Tuhan yang kami lihat!
Sesungguhnya bagi Dia tiada sesuatu yang
mustahil, kecuali apa yang bertentangan dengan Kitab-Nya dan janji-Nya. Maka
apabila kamua berdoa hendaknya kamu jangan berbuat atau berlaku seperti
orang-orang naturalis yang bodoh, yang menggubah di dalam khayalan mereka hukum kudrat alam yang tidak mendapat
mengesahan dari Kitab Tuhan, sebab mereka itu mardud (tertolak), yang
doa-doanya sekali-kali tidak akan terkabul.
Mereka itu buta, tidak dianugerahi pandangan
gaib; mereka itu mati, tidak hidup. Mereka mengemukakan di hadapan Tuhan suatu
hukum yang mereka rancang sendiri, dan mereka membatasi kudrat-kudrat-Nya, dan
menganggap Dia lemah tiada berdaya. Dengan demikian mereka akan diperlakukan
dengan keadaan pikiran mereka sendiri.
Akan
tetapi apabila kamu berdiri untuk memanjatkan doa maka kamu wajib meyakini
dahulu bahwa Tuhan kamu berkuasa atas tiap sesuatu, barulah doa-doa kamu akan dikabulkan, dan
kamu akan menyaksikan keajiban-keajaiban
kudrat Ilahi yang kami telah melihatnya sendiri. Dan ingatlah,
persaksian kami bukan berdasarkan kepada dongengan belaka, melainkan berdasarkan kepada apa-apa yang
telah kami saksikan sendiri.
Bagaimanakah doa seseorang akan dikabulkan kalau dia tidak
percahaya bahwa Tuhan berkuasa atas tiap sesuatu? Dan bagaimana mungkin orang
yang semacam itu mempunyai keberanian untuk memanjatkan doa kepada Tuhan
apabila ia ditimpa suatu kesusahan mengenai hal-hal dimana perubahan-perubahan
yang diharapkannya itu akan bertentangan dengan hukum kudrat alam yang dia fahami?
Tetapi, wahai orang-orang yang baik janganlah
seperti itu! Tuhan kamu adalah Wujud Yang menggantungkan segala bintang
gemintang di cakrawala raya tanpa tali barang seutas pun, dan Yang telah
menjelmakan dunia dan langit dari serba tiada. Apakah kamu akan berprangsangka
bahwa Dia tidak akan berdaya dalam
memnuhi kebutuhan kamu? Bahkan prasangka kamu sendiri akan menjauhkan kamu dari
karunia. Dalam Wujud Tuhan kami terdapat keajaiban-keajaiban yang tak
terpermanai banyaknya. Tetapi Dia tidak menampakkan keajaiban-keajaiban kepada mereka yang tidak mempercayai kekuasaan-Nya, dan tidak setia
dalam menyempurnakan keimanannya.
Sungguh alangkah malangnya orang-orang yang
hingga kini tidak mengetahui bahwasanya ia mempunyai satu Tuhan Yang berkuasa atas tiap sesuatu! Surga kita adalah Tuhan kita,
di dalam Dzat-Nya terletak segala kelezatan yang selezat-lezatnya, sebab kami
telah melihat-Nya, dan segala keindah-permaian terdapat pada Wujud-Nya.
Harta ini patut dimiliki walau pun harus dengan mempertaruhkan jiwa
dahulu. Permata ini patut dibeli sekali pun harus dengan
meniadakan segala wujud kita.
Wahai orang-orang yang mahrum (luput)!
Bergegaslah lari menuju Sumber mata-air kehidupan
yang bakal menyelamatkan kamu.
Apa gerangan yang harus kuperbuat dan bagaimanakah harus kusampaikan berita ini ke setiap kalbu manusia? Dengan
genderang bagaimana coraknya harus kucanangkan di lorong-lorong supaya
orang-orang dapat mendengar bahwa Tuhan itu ada? Dengan obat apakah harus
kusembuhkan agar telinga-telinga orang terbuka untuk mendengarnya?
Allah Swt. adalah “Tiang Utama” dari segala “Pembangunan”
& Peringatan kepada Umat Islam
Hanya Rasul Allah sajalah yang memiliki makrifat Ilahi yang mendalam seperti
itu. Mustahil seorang yang mengada-ada kedustaan
terhadap Allah Swt. akan memiliki makrifat Ilahi sempurna seperti itu.
Selanjutnya Mirza Ghulam Ahmad a.s. – Al-Masih Mau’ud a.s. -- menulis:
Jika kamu benar-benar kepunyaan
Tuhan maka berkeyakinanlah bahwa Tuhan itu kepunyaan kamu sendiri. Di
kala kamu sedang tidur Dia akan berjaga-jaga. Tengah kamu berlalai-lalai dari
musuh kamu, Dia akan mengamat-amati musuh kamu dan mematahkan
siasat-rencananya.
Kamu sampai sekarang tidak mengetahui kudrat-kudrat
apakah yang Tuhan kamu miliki. Sekiranya
kamu mengetahui tentulah tidak ada hari akan tiba kepada kamu dimana kamu
bersedih hati memikirkan urusan-urusan keduniaan. Seorang yang memiliki
sejumlah kekayaan maukah kiranya dia
menangis dan meratap-ratap hanya karena uangnya satu sen telah hilang?
Kalau kamu memaklumi bahwa Tuhan akan
mencukupi setiap keinginan kamu, mengapakah kamu demikian tenggelamnya dalam
urusan duniawi? Tuhan adalah satu Khazanah
yang maha berharga, maka ketahuilah nilai harga-Nya. Dia itu Penolong kamu
dalam setiap langkah-tindakan kamu. Tanpa Dia kamu tidak berarti sedikit pun,
begitu pula segala upaya dan rencana kamu tiada artinya.
Janganlah kamu mengekor kepada kebiasaan kaum lain
yang menggantungkan andalan sepenuh-penuhnya kepada daya-upaya madiyah (materi).
Sebagaimana seekor ular memakan tanah mereka bergantung kepada upaya madiyah
(materi) yang rendah sifatnya. Bagai seekor burung elang dan ajing memakan
bangkai mereka membenamkan rahang mereka
ke dalam, bangkai yang busuk.
Mereka jauh melantur dari Tuhan, menyembah
manusia-manusia, memakan daging babi dan meminum minuman keras laksana minum
air. Karena mereka terlampau mengandalkan kepada daya-upaya materi dan tidak meminta tenaga kekuatan dari Tuhan,
mereka itu jadi mati dan jiwa-ruhaniatnya telah lepas dari mereka laksana
seekor burung merpati terbang
meninggalkan sarangnya. Hatinya ditulari oleh penyakit kusta, penyakit memuja-muja urusan duniawi yang telah
menggerogoti anggota-anggota tubuh batiniahnya. Oleh karena itu takutilah penyakit kusta semacam itu.
Aku tidak melarang kamu untuk menyukai
upaya-upaya kebendaan dengan memperhatikan had dan batasnya, apa yang kucegah
ialah hendaknya kamu jangan menuruti kelakuan kaum lain yang menjadi budak
dari upaya kebendaan atau usaha-usaha lahir itu
semata-mata lalu melupakan Tuhan, Yang
juga mengatur segala upaya-upaya kebendaan. Jika kamu sungguh punya mata
niscaya akan nampak kepada kamu Tuhan
dan hanya
Tuhan belaka, segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak berharga sama
sekali.
Kamu tidak dapat merentangkan tangan kamu,
begitu pula tidak dapat melipatnya tanpa seizin
Tuhan. Seorang yang mati ruhaninya akan menertawakan pernyataan ini, tetapi
alangkah baiknya jika ia mati saja sekaligus daripada ia tertawa.”
Nampaknya ucapan Pendiri Jemaat
Ahmadiyah tersebut tertuju kepada bangsa-bangsa Kristen dari Barat
yang meraih kesuksesan dalam kehidupan
duniawi mereka (QS.18:1-9),
sekali gus beliau memperingatkan umat Islam di Akhir
Zaman ini yang mulai meniru langkah-langkah
duniawi mereka itu dan melupakan petunjuk
Al-Quran, firman-Nya:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ
مَہۡجُوۡرًا ﴿ ﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا
لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا
وَّ نَصِیۡرًا ﴿ ﴾
Dan Rasul
itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku),
sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan. Dan demikianlah Kami
telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap
nabi dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai Pemberi petunjuk dan Penolong. (Al-Furqān [25]:31-32
Jadi, sikap umumnya umat Islam di Akhir Zaman ini terhadap Al-Quran
benar-benar sangat menyedihkan “seorang laki-laki”
yang “datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” (QS.36:21-28)
yakni di wilayah Hindustan –
tepatnya di Qadian -- yaitu
Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
yang atas karunia Allah Swt.
telah ditetapkan sebagai Rasul Akhir
Zaman yang akan mewujudkan kajayaan Islam yang kedua kali,
firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaff
[61]:10).
Azab Ilahi Setelah Masa 1000 Tahun & Munculnya “Kaum yang Bermata Biru”
Kembali kepada firman-Nya
sebelum ini mengenai mereka yang mata hatinya mengalami kebutaan dalam firman-Nya:
فَکَاَیِّنۡ
مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَا وَ ہِیَ
ظَالِمَۃٌ فَہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی
عُرُوۡشِہَا وَ بِئۡرٍ مُّعَطَّلَۃٍ وَّ
قَصۡرٍ مَّشِیۡدٍ ﴿﴾ اَفَلَمۡ یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ
یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ اَوۡ اٰذَانٌ
یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ فَاِنَّہَا لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ وَ لٰکِنۡ
تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ ﴿﴾ وَ
یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ
اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ
کَاَلۡفِ سَنَۃٍ مِّمَّا
تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾ وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ
اَمۡلَیۡتُ لَہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ
ثُمَّ اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪﴾
Dan berapa
banyak kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya
sedang berbuat zalim lalu dinding-dindingnya jatuh atas atapnya, dan sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang menjulang tinggi. Maka apakah mereka tidak berpesiar di bumi,
lalu
menjadikan hati mereka memahami dengannya atau menjadikan telinga mereka
mendengar dengannya? Maka sesungguhnya bukan
mata yang buta tetapi yang buta adalah hati yang ada dalam dada.
Dan mereka meminta kepada engkau untuk mempercepat
azab, tetapi Allah tidak akan pernah mengingkari janji-Nya.
Dan sesungguhnya satu hari di sisi Rabb
(Tuhan) engkau seperti seribu tahun
menurut perhitungan kamu. Dan berapa banyaknya kota telah Aku memberi tangguh baginya padahal dia berlaku zalim, kemudian Aku
menangkapnya dan kepada Aku-lah kembali
mereka. (Al-Hājj [22]:46-49).
Sehubungan dengan ayat وَ یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ
وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ کَاَلۡفِ
سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ -- “Dan mereka meminta kepada engkau untuk mempercepat
azab, tetapi Allah tidak akan pernah mengingkari janji-Nya” (ayat 48), Nabi Besar Muhammad
saw. menurut riwayat pernah bersabda bahwa tiga abad pertama Islam
akan merupakan masa yang terbaik,
sesudah itu kepalsuan akan tersebar
dan suatu masa kegelapan akan datang dan meluas sampai seribu tahun (Tirmidzi). Masa 1000 tahun ini dipersamakan dengan satu hari, berikut firman Allah
Swt. mengenai proses diturunkan-Nya wahyu
Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ
اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ
اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ
مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا
تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia
mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu
hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung. (As-Sajdah [32]:6).
Dalam masa kemunduran umat Islam secara berangsur-angsur selama
1000 tahun tersebut satu kaum yang bermata biru (QS.20:103-104) -- yakni Ya’juj
(Gog) dan Ma’juj (Magog) atau bangsa-bangsa
Kristen dari Eropa (Kitab Wahyu 20:1-10; QS.18:94-102; QS.21:96-101) -- akan bangkit dan menyebar luas ke seluruh
dunia
Orang-orang bermata biru itulah yang karena sombong
dan takaburnya, yang diakibatkan oleh
karena memperoleh kemuliaan duniawi
dan kekuasaan politik (QS.18:1-9)
telah digambarkan memberi tantangan
kepada Nabi Besar Muhammad saw, untuk mempercepat azab Ilahi yang — begitulah
dikatakan oleh beliau saw. — akan
menimpa mereka pada waktu yang
ditentukan dan dijanjikan itu,
firman-Nya:
یَّوۡمَ یُنۡفَخُ فِی الصُّوۡرِ وَ نَحۡشُرُ الۡمُجۡرِمِیۡنَ یَوۡمَئِذٍ
زُرۡقًا ﴿﴾ۚۖ یَّتَخَافَتُوۡنَ
بَیۡنَہُمۡ اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا
عَشۡرًا ﴿﴾ نَحۡنُ اَعۡلَمُ
بِمَا یَقُوۡلُوۡنَ اِذۡ یَقُوۡلُ اَمۡثَلُہُمۡ طَرِیۡقَۃً اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ
اِلَّا یَوۡمًا ﴿﴾٪
Hari ketika nafiri
(terompet) akan ditiup, dan Kami akan menghimpun orang-orang berdosa
yang bermata biru pada hari itu. Mereka saling
berbisik-bisik di antara mereka: "Tidaklah kamu akan tinggal
melainkan hanya sepuluh."
Kami lebih mengetahui mengenai apa yang akan mereka katakan
ketika berkata orang yang paling baik cara hidupnya di antara mereka: "Tidaklah kamu tinggal melainkan sehari." (Thā Hā [20]:103-105).
Makna “peniupan
nafiri”
(peniupan terompet) dalam ayat tersebut
melambangkan pengutusan Rasul Allah di Akhir
Zaman yang mengumandangkan “seruan
Ilahi” yang diamanatlan Allah Swt. kepadanya. Isyarat dalam ayat ini
nampaknya terutama ditujukan kepada bangsa-bangsa
Kristen dari barat yang bermata biru,
dan mereka itu buta mata ruhaninya serta menyimpan rasa benci tidak kunjung padam terhadap Islam dan Nabi Besar Muhammad saw..
"Sepuluh"
dalam ayat اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا عَشۡرًا -- "Tidaklah kamu
akan tinggal melainkan hanya sepuluh," di sini berarti 10 abad (1000 tahun).
Isyarat itu ditujukan kepada sepuluh abad (1000 tahun) sesudah hijrah Nabi Besar Muhammad saw. dari
Makkah ke Madinamh yang selama itu bangsa-bangsa
Eropa hampir tetap dalam keadaan tidur
belaka. Baru pada permulaan abad
ke-17 bangsa-bangsa Eropa keluar dari keadaan tidurnya lalu mulai menyebar
ke seluruh dunia serta menaklukkan dunia
(QS.18:19-23), yaitu kira-kira 1000 tahun sesudah Nabi Besar Muhammad saw, mulai bertabligh pada awal abad ke-7.
Thariqat
al-qaum berarti “kaum yang terbaik
atau paling lurus” (Aqrab-al-Mawarid). Yaum (hari)di sini berarti seribu tahun yang disinggung dalam
QS.22:48 dan bersesuaian dengan "sepuluh" yang tersebut dalam ayat
yang mendahuluinya, yaitu sepuluh abad
atau 1000 tahun.
Yaum
berarti pula waktu yang hakiki. Dalam pengertian inilah maka orang-orang kafir - ketika ditimpa oleh siksaan Tuhan - dilukiskan mengatakan
bahwa masa kesejahteraan dan kemajuan duniawi mereka itu hanya berlaku satu hari saja, yaitu sangat pendek.
Itulah makna ayat اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ
اِلَّا یَوۡمًا
-- "Tidaklah kamu tinggal
melainkan sehari."
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 6 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar