Senin, 24 Maret 2014

"'Ulama Umat" Nabi Besar Muhammad Saw. yang Seperti Para Nabi Bani Israil adalah Para Mujaddid (Pembaharu Ruhani)



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  183

   ‘Ulama  Umat Nabi Besar Muhammad Saw. yang Seperti Para Nabi Bani Israil adalah Para Mujaddid (Pembaharu Ruhani)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan firman-Nya mengenai  jumlah  12 suku-suku Bani Israil dan Bani Isma’il, jumlah tersebut  sesuai pula  dengan jumlah 12 bulan dalam satu tahun, firman-Nya:
اِنَّ عِدَّۃَ الشُّہُوۡرِ عِنۡدَ اللّٰہِ اثۡنَا عَشَرَ شَہۡرًا فِیۡ  کِتٰبِ اللّٰہِ یَوۡمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ مِنۡہَاۤ  اَرۡبَعَۃٌ  حُرُمٌ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ۬ۙ  فَلَا تَظۡلِمُوۡا فِیۡہِنَّ اَنۡفُسَکُمۡ وَ قَاتِلُوا الۡمُشۡرِکِیۡنَ کَآفَّۃً کَمَا یُقَاتِلُوۡنَکُمۡ کَآفَّۃً ؕ وَ اعۡلَمُوۡۤا اَنَّ  اللّٰہَ  مَعَ الۡمُتَّقِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,  menurut ketetapan Allah sejak hari Dia menciptakan seluruh langit dan bumi, di antaranya ada empat yang suci.  Itulah agama yang lurus, karena itu janganlah kamu menzalimi  dirimu sendiri di dalamnya. Dan perangilah orang-orang musyrik itu semua sebagaimana mereka semua memerangi kamu, dan ketahuilah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang bertakwa. (At-Taubah [9]:36).

Dua Belas Orang Rasul Allah Setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. & Para Mujaddid di Kalangan Umat Islam

      Jumlah 12 orang pemimpin di kalangan 12 suku Bani Israil  yang dikemukakan dalam ayat-ayat tersebut  mengisyaratkan pula kepada   para Imam atau  Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan Bani Israil  setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s., firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ  فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ  ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh   Kami benar-benar telah  berikan Alkitab kepada Musa dan Kami  mengikutkan rasul-rasul di belakangnya,   Kami  berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan juga Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Maka apakah patut setiap datang kepadamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu  kamu berlaku takabur, lalu  sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh?    Dan mereka berkata:  Hati kami tertutup.” Tidak, bahkan Allah telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka  maka sedikit sekali apa yang mereka imani. (Al-Baqarah [2]:88-89).
        Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. ‘ulamā-u ummatiy  kal-anbiyā-i  banī  Isrāīla  (para  ’ulama umatku seperti nabi-nabi Bani Israil),    bukanlah para ‘ulama  dalam pengertian umum – yang disebut   juga  ustadz atau kyai atau ajengan atau buya dll – melainkan maksudnya adalah para  wali Allah yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah Swt. yakni para mujaddid yang muncul di setiap abad, seperti Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz yang dipercayai sebagai mujaddid Islam yang pertama setelah masa khulafa-ur- Rasyidin, lalu Imam Syafi’i, Imam Ghazali, Syeikh ‘Abdul Qadir Jailani  dan  para ulama rabbani lainnya.
       Sehubungan dengan hal tersebut berdasarkan riwayat dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya Allah akan mengutus (menghadirkan) bagi umat ini (umat Islam) orang yang akan memperbaharui (urusan) agama mereka pada setiap akhir seratus tahun.” (Hadits riwayat al-Bukhari, bab Al Fitan. no. 7068. Imam Abu Dawud dalam Sunannya hadits no 4921. Al Baihaqy dalam Ma’rifatus Sunan wal Atsar,  h. 52).     
       Ibnu Ziyad telah menyebutkan tokoh-tokoh  Islam yang disebut-sebut sebagai mujaddid pada zamannya, yakni:
1.      Mujaddid  abad pertama  Sayyidina Umar bin Abdul al-Aziz,
2.      Mujaddid  abad kedua Imam Syafi’i,
3.      Mujaddid  abad ketiga  Ibnu al-Suraij atau Imam al-Asy’ari,  
4.      Mujaddid  abad keempat Al-Sha’luky atau Abu Hamid al-Asfiraainy atau Qadhi Abu Bakar al-Baqilany,
5.      Mujaddid  abad  kelima Imam al-Ghazali,
6.      Mujaddid  abad  keenam Fakhrurrazi atau al-Rafi’i  
7.      Mujaddid  abad ketujuh Ibnu Daqiq al-Id,
8.      Mujaddid  abad kedelapan    Al-Bulqaini atau Zainuddin al-Iraqi atau Ibnu binti al-Miilaq,
9.      Mujaddid  abad  kesembilan Zakariya al-Anshari atau al-Suyuthi (al-Suyuthi telah menisbahkan mujaddid kepada dirinya sendiri),
10. Mujaddid  abad kesepuluh  Ibnu Hajar al-Haitamy atau Imam al-Ramli,
11. Mujaddid  abad kesebelas  Al-Quthub Abdullah bin ‘Alawi al-Hadad ‘Alawi,  
12. Mujaddid  abad keduabelas Al-Quthub Ahmad bin Umar ibnu Sumith ‘Alawi.
      Nama Mujaddid-mujaddid    abad  pertama sampai abad ketiga belas  disebutkan dalam sebuah buku yang bernama Hujajul Kiramah karangan Nawab Shiddiq Hasan Khan (Bahasa Parsi). Dalam buku itu pada halaman 135-139 tercantum nama-nama Mujaddid dimulai abad ke 1 sampai 14 sbb:
1.      ’Umar bin ‘Abdul ‘Aziz  
2.      Imam Syafi’i dan setengah orang mengatakan Ahmad bin Hambal,
3.      Abu Syarah atau Abu Hasan Asy’ari, 
4.      Abu Ubaidullah,
5.      Imam Ghazali, 
6.      Abdul Qadir Al-Jailani, 
7.      Ibnu Thaimiyah, 
8.      Ibnu Hajar Asqwalani, 
9.      Imam Suyuthi, 
10. Imam Muhammad Thahir Gujarati, 
11.    Alif Tsani Sarhindi,
12.    Syekh Waliyullah Muhadits Delhi, 
13.   Sayid Ahmad Barelwi, 
14.   Imam Mahdi / Isa Al-Masih yang dijanjikan Rasulullah saw..
          Sumber lainnya  menerangkan nama-nama mujaddid dan tugas  tajdid (pembaharuan)   yang dilakukannya:
1. Umar Abdul Aziz lahir tahun 60 Hijrah, mujaddid di dalam bidang pemerintahan
2. Imam Ahmad bin Hanbal lahir tahun 164 Hijrah,  mujaddid di dalam fitnah   terhadap Al-Quran,
3. Imam Ghazali lahir tahun 450 Hijrah,  mujaddid dalam menghidupkan agama
4. Syeikh Abdul Qadir Jailani lahir tahun 471 Hijrah,  mujaddid dalam ilmu suluk,
5. Syeikhul Islam Ibn Taimiah lahir tahun 661 Hijrah,  mujaddid dalam menentang bidaah dan berpegang dengan Al-Quran & Sunnah,
6. Jalaluddin Sayuti lahir tahun 849 Hijrah, mujaddid dalam ilmu-ilmu Islam,
7. Ahmad Surhandi lahir tahun 971 Hijrah, mujaddid menentang Din Ilahi ciptaan Akbar,
9. Syeikh Waliullah Dehlawi,  mujaddid dalam menghidupkan ilmu Hadits di India,
10. Muhammad bin Abdul Wahab,  mujaddid di dalam aqidah.

Lima Zaman yang Dialami Umat Islam

      Namun dari sumber-sumber lainnya menyebutkan  susunan nama  para mujaddid  yang lain lagi  sehingga timbul pertanyaan: Mengapa bisa terjadi seperti itu?  Jawaban atas pertanyaan tersebut  adalah:
      1. Berbeda dengan para Rasul (nabi) Allah yang  harus mendakwakan diri mengenai kenabian atau kerasulan yang disandangnya dari Allah Swt.,  sedangkan  para mujaddid   mau pun para wali Allah mereka itu tidak ada kewajiban  harus mendakwakan dirinya sebagai mujaddid atau sebagai wali Allah.  
      2.  Tugas ke-mujaddid-an  para mujaddid di kalangan umat Islam tidak secara otomatis berlaku bagi seluruh wilayah kekuasaan umat Islam,  melainkan berlaku pada masanya dan pada wilayah  di mana para mujaddid tersebut ada. Demikian juga  tugas ke-mujaddid-an  (pembaharuan) yang mereka lakukan pun  tidak sama, sesuai dengan kasus-kasus keagamaan yang sedang terjadi pada wilayah mujaddid yang berangkutan ada, karena itu sangat wajar jika dalam  abad-abad tersebut terdapat lebih dari seorang  yang dianggap sebagai mujaddid.
     4.  Kadang-kadang terjadi juga seorang yang dianggap mujaddid pada abad tertentu mengeritik keras   bahkan mengeluarkan fatwa kafir terhadap pemahaman yang dikemukakan mujaddid sebelumnya, contohnya Ibnu Taimiyah terhadap pemahaman Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.
      5. Jangka waktu tajdid (pembaharuan) yang dilakukan oleh para mujaddid tersebut hanya 1 abad (100 tahun), karena itu tidak menjadi keharusan bahwa tajdid (pembaharuan)  oleh seorang mujaddid  berlaku secara umum bagi abad-abad selanjutnya sebagaimana yang difahami oleh para pengikut berbagai thariqah  atau mazhab  sehingga mengakibatkan semakin maraknya perpecahan  yang terjadi di kalangan umat Islam (QS.30:21-33; QS.6:160).
      Sehubungan dengan hal itu, berikut ini adalah sabda Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan  berbagai   zaman yang  dilalui oleh umat Islam   -- sekali gus sebagai jawaban dari pertanyaan  yang muncul tersebut –     Nabi Besar Muhammad saw. bersabda yang diriwayatkan oleh Huzaifah bin Yaman r.a.:
تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون , ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة , فتكون ما شاء الله أن تكون , ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها , ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله أن تكون , ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها , ثم تكون ملكا جبريا فتكون ما شاء الله أن تكون , ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها , ثم تكون خلافة على منهاج النبوة . ثم سكت " .
Akan ada masa nubuwwat (kenabian) pada kalian selama yang Allah kehendaki, Allah mengangkat/menghilangkannya kalau Allah kehendaki. Lalu akan ada khilāfatun ‘alā minhājin- nubuwwah --  masa khilafah di atas    jalan kenabian  selama yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendaki. Lalu ada  mulkan ‘ādhan   -- masa  kerajaan yang  dhalim/menggigit  selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada   mulkan  jabriyān – masa  kerajaan  tirani (diktator) selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada lagi khilāfatun ‘alā minhājin- nubuwwah -- masa kekhilafahan di atas manhaj Nubuwwah”. Kemudian beliau diam” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/273 dan Ath-Thayalisi no. 439; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah no. 5].   (Riwayat Ahmad).
         Dalam Hadist diatas, Nabi Besar Muhammad saw. membagi zaman menjadi 5 (lima) bagian. Berdasarkan  hadist tersebut kita bisa menerka bahwa zaman selepas kekhalifahan Khulafaur Rasyidin adalah zaman fitnah. Zaman ini bermula dari sejak turunnya Sayidina Hasan bin Ali r.a. dari tampuk kekhalifahan yang sah --  demi menjaga keutuhan umat Islam  -- serta menyerahkannya kepada Muawiyah bin Abu Sufyan r.a. -- dan berakhir tahun 1924 M.
       Termasuk dalam zaman mulkan ‘ādhan (pemerintahan yang zhalim/menggigit) dan zaman  mulkan jabriyān (penindasan dan penzaliman/diktator)  tersebut adalah zaman Bani Umaiyah, Bani Abbasiyah, Bani Mamluk, Bani Fatimiyah, Moghul, Seljuk, Ayubiah sampai ke zaman jatuhnya kekhalifahan Ustmaniyah
   Pemerintahan mereka umumnya buruk, tetapi ada beberapa yang bisa dikecualikan, seperti zaman Khalifah  Umar bin Abdul Aziz – yang dikenal sebagai mujaddid abad pertama –   ‘Abdullah bin Az Zubair, Sultan Muhammad Al Fateh, dan Salahuddin Al Ayubi

Zaman Khilafat atas Jalan Kenabian  di Akhir Zaman

       Setelah zaman  mulkan ‘ādhan (pemerintahan yang menggigit/zhalim)  dan zaman  mulkan jabriyān (penindasan dan penzaliman/diktator) sampai  jatuhnya Imperium Turki Ustmaniyah, selanjutnya Nabi Besar Muhammad saw. bersabda Tsumma takūnu khilāfatun ‘alā minhāji- nubuwwah    -- kemudian berlaku pula zaman Kekhalifahan  yang berjalan di atas cara hidup zaman kenabian.”  Setelah  mengucapkan nubuatan tersebut   beliau  saw. diam.
      Sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut berhubungan erat dengan firman Allah Swt. berikut ini:
وَعَدَ  اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ  الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ  اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا  یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ  کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman  dan  beramal saleh di antara kamu niscaya Dia  akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi ini sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka khalifah, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka,  dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan keamanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, dan barangsiapa kafir sesudah itu  mereka itulah orang-orang  durhaka.  (An-Nūr [24]:56).
        Dikarenakan ayat ini berlaku sebagai pendahuluan untuk mengantarkan masalah khilafat, maka dalam ayat-ayat QS.52:55 sebelumnya berulang-ulang telah diberi tekanan mengenai ketaatan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Tekanan ini merupakan isyarat mengenai tingkat dan kedudukan seorang khalifah dalam Islam. Ayat ini berisikan janji Allah Swt. bahwa orang-orang Muslim akan dianugerahi pimpinan ruhani maupun duniawi.
      Janji Allah Swt. itu diberikan kepada seluruh umat Islam, tetapi lembaga khilafat akan mendapat bentuk nyata dalam wujud perorangan-perorangan tertentu, yang akan menjadi penerus  Nabi Besar Muhammad saw.  serta wakil seluruh umat Islam. Janji mengenai ditegakkannya khilafat adalah jelas dan tidak dapat menimbulkan salah paham.
        Oleh sebab kini  Nabi Besar Muhammad  saw.  satu-satunya hadi (petunjuk jalan) umat manusia untuk selama-lamanya (QS.3:32] QS.4:70-71), maka  khilafat beliau saw. akan terus berwujud dalam salah satu bentuk di dunia ini sampai Hari Kiamat, karena semua khilafat yang lain telah tiada lagi.
       Inilah, di antara banyak keunggulan yang lainnya lagi, merupakan kelebihan Nabi Besar Muhammad saw.   yang menonjol di atas semua nabi dan rasul Allah lainnya. Di Akhir Zaman   ini   -- sesuai dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. dalam Hadits sebelum ini – umat manusia telah menyaksikan khalifah ruhani beliau saw. yang terbesar dalam wujud Pendiri Jemaat Ahmadiyah., Mirza Ghulam Ahmad a.s.   Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s.  – sebagaimana  sabda beliau saw. Tsumma takūnu khilāfatun ‘alā minhāji- nubuwwah    -- “kemudian berlaku pula zaman Kekhalifahan  yang berjalan di atas cara hidup zaman kenabian.”  Setelah  mengucapkan nubuatan tersebut   beliau  saw. diam.

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  14  Februari      2014





Tidak ada komentar:

Posting Komentar