بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
183
‘Ulama
Umat Nabi Besar Muhammad Saw.
yang Seperti Para Nabi Bani Israil adalah Para Mujaddid (Pembaharu Ruhani)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan firman-Nya
mengenai jumlah 12
suku-suku Bani Israil dan Bani Isma’il, jumlah tersebut sesuai pula
dengan jumlah 12 bulan dalam
satu tahun, firman-Nya:
اِنَّ عِدَّۃَ الشُّہُوۡرِ عِنۡدَ اللّٰہِ اثۡنَا عَشَرَ شَہۡرًا فِیۡ کِتٰبِ اللّٰہِ یَوۡمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
مِنۡہَاۤ اَرۡبَعَۃٌ حُرُمٌ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ
الۡقَیِّمُ ۬ۙ فَلَا تَظۡلِمُوۡا فِیۡہِنَّ اَنۡفُسَکُمۡ وَ قَاتِلُوا
الۡمُشۡرِکِیۡنَ کَآفَّۃً کَمَا یُقَاتِلُوۡنَکُمۡ
کَآفَّۃً ؕ وَ اعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ مَعَ الۡمُتَّقِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya bilangan
bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, menurut ketetapan
Allah sejak hari Dia menciptakan
seluruh langit dan bumi, di antaranya ada empat yang suci. Itulah agama
yang lurus, karena itu janganlah
kamu menzalimi dirimu sendiri di
dalamnya. Dan perangilah orang-orang
musyrik itu semua sebagaimana mereka
semua memerangi kamu, dan ketahuilah, sesungguhnya
Allah beserta orang-orang bertakwa. (At-Taubah [9]:36).
Dua Belas Orang Rasul Allah
Setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun
a.s. & Para Mujaddid di
Kalangan Umat Islam
Jumlah 12 orang pemimpin di kalangan 12
suku Bani Israil yang dikemukakan
dalam ayat-ayat tersebut mengisyaratkan
pula kepada para Imam atau Rasul Allah yang dibangkitkan di
kalangan Bani Israil setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.,
firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ
بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ
بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی
اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ
فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ
فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡا
قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh Kami
benar-benar telah berikan Alkitab kepada
Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di
belakangnya, Kami berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda
yang nyata, dan juga Kami
memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Maka apakah patut setiap datang kepadamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu kamu berlaku takabur, lalu sebagian
kamu dustakan dan sebagian lainnya
kamu bunuh? Dan mereka berkata: ”Hati kami tertutup.” Tidak, bahkan Allah
telah mengutuk mereka karena kekafiran
mereka maka sedikit sekali apa yang mereka imani. (Al-Baqarah [2]:88-89).
Dengan
demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. ‘ulamā-u ummatiy kal-anbiyā-i
banī Isrāīla (para
’ulama umatku seperti nabi-nabi Bani Israil), bukanlah para ‘ulama dalam pengertian umum
– yang disebut juga ustadz
atau kyai atau ajengan atau buya dll –
melainkan maksudnya adalah para wali Allah yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah Swt. yakni
para mujaddid
yang muncul di setiap abad, seperti Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz yang dipercayai sebagai mujaddid Islam yang pertama setelah masa khulafa-ur- Rasyidin, lalu Imam
Syafi’i, Imam Ghazali, Syeikh ‘Abdul Qadir Jailani dan
para ulama rabbani lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut berdasarkan riwayat
dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah akan
mengutus (menghadirkan) bagi umat ini (umat Islam) orang yang akan
memperbaharui (urusan) agama mereka pada setiap akhir seratus tahun.”
(Hadits riwayat al-Bukhari, bab Al Fitan.
no. 7068. Imam Abu Dawud dalam Sunannya
hadits no 4921. Al Baihaqy dalam Ma’rifatus
Sunan wal Atsar, h. 52).
Ibnu Ziyad telah menyebutkan tokoh-tokoh
Islam yang disebut-sebut sebagai mujaddid
pada zamannya, yakni:
1. Mujaddid abad pertama Sayyidina
Umar bin Abdul al-Aziz,
2. Mujaddid abad kedua Imam Syafi’i,
3. Mujaddid abad ketiga Ibnu al-Suraij atau Imam al-Asy’ari,
4.
Mujaddid abad keempat Al-Sha’luky atau Abu Hamid
al-Asfiraainy atau Qadhi Abu Bakar
al-Baqilany,
5.
Mujaddid abad
kelima Imam al-Ghazali,
6. Mujaddid abad keenam Fakhrurrazi
atau al-Rafi’i
7. Mujaddid abad ketujuh Ibnu Daqiq al-Id,
8. Mujaddid abad kedelapan Al-Bulqaini atau Zainuddin al-Iraqi atau Ibnu binti al-Miilaq,
9. Mujaddid abad kesembilan Zakariya al-Anshari atau al-Suyuthi (al-Suyuthi
telah menisbahkan mujaddid kepada dirinya sendiri),
10. Mujaddid abad kesepuluh Ibnu Hajar al-Haitamy atau Imam al-Ramli,
11. Mujaddid abad kesebelas Al-Quthub Abdullah bin
‘Alawi al-Hadad ‘Alawi,
12. Mujaddid abad keduabelas Al-Quthub Ahmad bin Umar ibnu Sumith ‘Alawi.
Nama Mujaddid-mujaddid abad
pertama sampai abad ketiga belas
disebutkan dalam sebuah buku yang bernama Hujajul Kiramah karangan Nawab Shiddiq Hasan Khan (Bahasa Parsi).
Dalam buku itu pada halaman 135-139 tercantum nama-nama Mujaddid dimulai abad
ke 1 sampai 14 sbb:
1. ’Umar bin ‘Abdul ‘Aziz
2. Imam Syafi’i dan setengah
orang mengatakan Ahmad bin Hambal,
3. Abu Syarah atau Abu Hasan Asy’ari,
4. Abu Ubaidullah,
5. Imam Ghazali,
6. Abdul Qadir Al-Jailani,
7. Ibnu Thaimiyah,
8. Ibnu Hajar Asqwalani,
9. Imam Suyuthi,
10. Imam Muhammad Thahir Gujarati,
11.
Alif Tsani Sarhindi,
12. Syekh Waliyullah Muhadits Delhi,
13. Sayid Ahmad Barelwi,
14. Imam Mahdi / Isa Al-Masih yang dijanjikan Rasulullah
saw..
Sumber lainnya menerangkan nama-nama mujaddid dan tugas tajdid (pembaharuan) yang dilakukannya:
1.
Umar Abdul Aziz lahir tahun 60 Hijrah, mujaddid di dalam bidang pemerintahan
2. Imam Ahmad bin Hanbal lahir tahun 164 Hijrah, mujaddid di dalam fitnah terhadap Al-Quran,
2. Imam Ahmad bin Hanbal lahir tahun 164 Hijrah, mujaddid di dalam fitnah terhadap Al-Quran,
3. Imam Ghazali
lahir tahun 450 Hijrah, mujaddid dalam menghidupkan agama
4. Syeikh Abdul Qadir Jailani lahir tahun 471 Hijrah, mujaddid dalam ilmu suluk,
5. Syeikhul Islam Ibn Taimiah lahir tahun 661 Hijrah, mujaddid dalam menentang bidaah dan berpegang dengan Al-Quran & Sunnah,
4. Syeikh Abdul Qadir Jailani lahir tahun 471 Hijrah, mujaddid dalam ilmu suluk,
5. Syeikhul Islam Ibn Taimiah lahir tahun 661 Hijrah, mujaddid dalam menentang bidaah dan berpegang dengan Al-Quran & Sunnah,
6. Jalaluddin
Sayuti lahir tahun 849 Hijrah, mujaddid
dalam ilmu-ilmu Islam,
7. Ahmad Surhandi lahir tahun 971 Hijrah, mujaddid menentang Din Ilahi ciptaan Akbar,
9. Syeikh Waliullah Dehlawi, mujaddid dalam menghidupkan ilmu Hadits di India,
7. Ahmad Surhandi lahir tahun 971 Hijrah, mujaddid menentang Din Ilahi ciptaan Akbar,
9. Syeikh Waliullah Dehlawi, mujaddid dalam menghidupkan ilmu Hadits di India,
10. Muhammad bin
Abdul Wahab, mujaddid di dalam aqidah.
Lima
Zaman yang Dialami Umat Islam
Namun dari sumber-sumber lainnya menyebutkan susunan nama para mujaddid yang lain lagi
sehingga timbul pertanyaan: Mengapa bisa terjadi seperti itu? Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah:
1. Berbeda
dengan para Rasul (nabi) Allah yang harus mendakwakan
diri mengenai kenabian atau kerasulan yang disandangnya dari Allah
Swt., sedangkan para mujaddid mau pun para wali Allah mereka itu tidak ada kewajiban harus mendakwakan
dirinya sebagai mujaddid atau sebagai
wali Allah.
2.
Tugas ke-mujaddid-an para mujaddid
di kalangan umat Islam tidak secara
otomatis berlaku bagi seluruh wilayah
kekuasaan umat Islam, melainkan berlaku pada masanya dan pada wilayah di mana para mujaddid tersebut ada. Demikian juga tugas ke-mujaddid-an (pembaharuan) yang mereka lakukan pun tidak
sama, sesuai dengan kasus-kasus
keagamaan yang sedang terjadi pada wilayah mujaddid yang berangkutan ada, karena itu sangat wajar jika
dalam abad-abad tersebut terdapat lebih dari seorang yang dianggap sebagai mujaddid.
4. Kadang-kadang terjadi juga seorang yang
dianggap mujaddid pada abad tertentu mengeritik keras bahkan mengeluarkan fatwa kafir terhadap pemahaman
yang dikemukakan mujaddid sebelumnya,
contohnya Ibnu Taimiyah terhadap
pemahaman Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.
5. Jangka
waktu tajdid (pembaharuan) yang
dilakukan oleh para mujaddid tersebut
hanya 1 abad (100 tahun), karena itu
tidak menjadi keharusan bahwa tajdid (pembaharuan) oleh seorang mujaddid berlaku secara umum
bagi abad-abad selanjutnya
sebagaimana yang difahami oleh para
pengikut berbagai thariqah atau mazhab
sehingga mengakibatkan semakin maraknya perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam (QS.30:21-33; QS.6:160).
Sehubungan
dengan hal itu, berikut ini adalah sabda Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan berbagai zaman
yang dilalui oleh umat Islam -- sekali gus sebagai jawaban dari pertanyaan yang muncul tersebut – Nabi Besar Muhammad saw. bersabda yang
diriwayatkan oleh Huzaifah bin Yaman r.a.:
تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون , ثم يرفعها
الله إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة , فتكون ما شاء الله أن
تكون , ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها , ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله أن
تكون , ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها , ثم تكون ملكا جبريا فتكون ما شاء الله
أن تكون , ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها , ثم تكون خلافة على منهاج النبوة . ثم سكت
" .
“Akan ada masa nubuwwat (kenabian) pada kalian selama yang Allah kehendaki,
Allah mengangkat/menghilangkannya kalau Allah kehendaki. Lalu akan ada khilāfatun ‘alā minhājin- nubuwwah -- masa khilafah di atas jalan kenabian selama yang Allah kehendaki. Kemudian Allah
mengangkatnya jika Allah menghendaki. Lalu ada mulkan ‘ādhan -- masa kerajaan
yang dhalim/menggigit selama
yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu
akan ada mulkan
jabriyān – masa kerajaan tirani (diktator) selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah
mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada lagi khilāfatun ‘alā minhājin- nubuwwah -- masa kekhilafahan di atas manhaj
Nubuwwah”. Kemudian beliau diam” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/273 dan Ath-Thayalisi
no. 439; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah
no. 5]. (Riwayat Ahmad).
Dalam Hadist diatas, Nabi Besar Muhammad saw.
membagi zaman menjadi 5 (lima)
bagian. Berdasarkan hadist tersebut kita
bisa menerka bahwa zaman selepas kekhalifahan Khulafaur Rasyidin adalah zaman fitnah. Zaman ini bermula dari
sejak turunnya Sayidina Hasan bin Ali
r.a. dari tampuk kekhalifahan
yang sah -- demi menjaga keutuhan umat Islam -- serta menyerahkannya kepada Muawiyah bin Abu Sufyan r.a. -- dan
berakhir tahun 1924 M.
Termasuk dalam zaman mulkan ‘ādhan (pemerintahan yang zhalim/menggigit)
dan zaman mulkan jabriyān (penindasan dan penzaliman/diktator) tersebut adalah zaman Bani Umaiyah, Bani Abbasiyah,
Bani Mamluk, Bani Fatimiyah, Moghul, Seljuk, Ayubiah sampai ke zaman jatuhnya kekhalifahan Ustmaniyah.
Pemerintahan mereka umumnya buruk, tetapi ada beberapa yang bisa dikecualikan, seperti
zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz – yang dikenal sebagai mujaddid abad pertama –
‘Abdullah bin Az Zubair, Sultan Muhammad
Al Fateh, dan Salahuddin Al Ayubi.
Zaman Khilafat atas Jalan Kenabian
di Akhir Zaman
Setelah zaman mulkan ‘ādhan (pemerintahan
yang menggigit/zhalim) dan zaman mulkan jabriyān (penindasan dan
penzaliman/diktator) sampai jatuhnya Imperium Turki Ustmaniyah, selanjutnya
Nabi Besar Muhammad saw. bersabda “Tsumma takūnu khilāfatun ‘alā minhāji-
nubuwwah -- kemudian
berlaku pula zaman Kekhalifahan yang berjalan di atas cara hidup zaman kenabian.” Setelah mengucapkan nubuatan
tersebut beliau saw. diam.
Sabda Nabi
Besar Muhammad saw. tersebut berhubungan erat dengan firman Allah Swt. berikut
ini:
وَعَدَ اللّٰہُ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ
عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ
الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ
مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ اَمۡنًا ؕ
یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ
شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ
فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Allah
telah berjanji kepada orang-orang
yang beriman dan beramal
saleh di antara kamu niscaya
Dia akan menjadikan mereka itu khalifah
di bumi ini sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka khalifah, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka
agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka,
dan niscaya Dia akan mengubah keadaan
mereka dengan keamanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu
dengan-Ku, dan barangsiapa kafir
sesudah itu mereka itulah orang-orang
durhaka. (An-Nūr
[24]:56).
Dikarenakan ayat ini berlaku sebagai pendahuluan
untuk mengantarkan masalah khilafat, maka dalam ayat-ayat QS.52:55
sebelumnya berulang-ulang telah diberi tekanan mengenai ketaatan kepada Allah Swt.
dan Rasul-Nya. Tekanan ini merupakan
isyarat mengenai tingkat dan kedudukan seorang khalifah dalam
Islam. Ayat ini berisikan janji Allah
Swt. bahwa orang-orang Muslim akan
dianugerahi pimpinan ruhani maupun duniawi.
Janji
Allah Swt. itu diberikan kepada seluruh umat
Islam, tetapi lembaga khilafat akan mendapat bentuk nyata dalam wujud perorangan-perorangan tertentu,
yang akan menjadi penerus Nabi Besar Muhammad saw. serta wakil seluruh umat Islam. Janji
mengenai ditegakkannya khilafat
adalah jelas dan tidak dapat menimbulkan salah
paham.
Oleh
sebab kini Nabi Besar Muhammad saw. satu-satunya hadi (petunjuk
jalan) umat manusia untuk selama-lamanya (QS.3:32] QS.4:70-71), maka khilafat
beliau saw. akan terus berwujud dalam
salah satu bentuk di dunia ini sampai Hari
Kiamat, karena semua khilafat yang lain telah tiada lagi.
Inilah, di
antara banyak keunggulan yang lainnya
lagi, merupakan kelebihan Nabi Besar
Muhammad saw. yang menonjol
di atas semua nabi dan rasul Allah
lainnya. Di Akhir Zaman ini
-- sesuai dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. dalam Hadits sebelum ini
– umat manusia telah menyaksikan khalifah ruhani beliau saw. yang
terbesar dalam wujud Pendiri Jemaat Ahmadiyah., Mirza Ghulam Ahmad a.s. – Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s. –
sebagaimana sabda beliau saw. “Tsumma takūnu
khilāfatun ‘alā minhāji- nubuwwah
-- “kemudian berlaku pula zaman
Kekhalifahan yang berjalan di atas cara hidup zaman kenabian.” Setelah mengucapkan nubuatan
tersebut beliau saw. diam.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 14 Februari
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar