بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
182
Dua Belas Pemimpin Bani Israil yang Dibangkitkan Setelah Nabi
Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan firman-Nya mengenai jaminan pemeliharaan Allah Swt. terhadap wahyu Al-Quran dalam firman -Nya:
اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا الذِّکۡرَ
وَ اِنَّا لَہٗ
لَحٰفِظُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
Kami-lah Yang menurunkan
peringatan ini, dan sesungguhnya Kami-lah
pemeliharanya. (Al-Hijr
[15]:10).
Pemeliharaan
Allah Swt. terhadap Al-Quran dan ajaran Islam yang difahami dan disunnahkan
oleh Nabi Besar Muhammad saw. tersebut
bukan hanya dalam segi teks Al-Quran
saja, tetapi juga meliputi pemeliharaan makna-makna
hakiki serta hikmah-hikmah yang terkandung
dalam ayat-ayat Al-Quran serta
pembukaan khazanah-khazanah baru
ruhaninya sesuai kebutuhan zaman, berikut firman-Nya
mengenai khazanah tak terbatas yang
terkandung dalam benda-benda di alam semesta jasmani ini:
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ مَا
نُنَزِّلُہٗۤ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang
tidak terbatas, dan Kami sama sekali tidak menurunkannya
melainkan dalam kadar (ukuran) yang
tertentu. (Al-Hijr [15]:22).
Allah
Swt. memiliki persediaan (khazanah) segala sesuatu
dalam jumlah yang tidak terbatas. Akan tetapi sesuai dengan rahmat-Nya yang tidak berhingga, Dia
mengarahkan pikiran atau otak manusia kepada satu benda yang tertentu, hanya bilamana
timbul suatu keperluan yang
sesungguhnya akan benda itu.
Seperti halnya alam semesta kebendaan, Al-Quran merupakan alam semesta keruhanian, di mana tersembunyi khazanah-khazanah ilmu keruhanian yang dibukakan kepada manusia
sesuai dengan keperluan zaman.
Mengisyaratkan kepada hal itulah firman-Nya berikut ini keada Nabi Besar
Muhammad saw.:
قُلۡ لَّوۡ
کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ
الۡبَحۡرُ قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ
لَوۡ جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah: "'Seandainya lautan menjadi tinta untuk menuliskan
kalimat-kalimat Rabb (Tuhan-ku), niscaya
lautan itu akan habis sebelum
kalimat-kalimat Rabb (Tuhan-ku) habis dituliskan, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai
tambahannya. (Al-Kahf
[18]:110).
Firman-Nya lagi:
وَ لَوۡ اَنَّ مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ شَجَرَۃٍ اَقۡلَامٌ
وَّ الۡبَحۡرُ یَمُدُّہٗ
مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ اَبۡحُرٍ مَّا نَفِدَتۡ
کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan seandainya pohon-pohon di bumi ini menjadi
pena dan laut ditambahkan kepadanya sesudahnya tujuh laut menjadi tinta, kalimat
Allah sekali-kali tidak akan habis. Se-sungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (Luqman [31]:28).
Bilangan “7” dan “70” digunakan dalam bahasa
Arab adalah menyatakan jumlah besar, dan bukan benar-benar “tujuh” dan “tujuh
puluh” sebagai angka-angka bilangan lazim.
Bualan yang Sia-sia
Bangsa-bangsa
Kristen dari barat membanggakan
diri atas penemuan-penemu-an dan hasil-hasil mereka yang besar dalam ilmu pengetahuan, dan nampaknya mereka
dikuasai anggapan keliru bahwa mereka telah berhasil mengetahui
seluk-beluk rahasia-rahasia takhliq
(penciptaan) itu sendiri.
Hal itu hanya pembualan yang sia-sia belaka. Rahasia-rahasia
Tuhan tidak ada habisnya (tidak
terbatas) dan tidak dapat diselami sehingga apa yang telah mereka temukan
sampai sekarang, dan apa yang nanti akan ditemukan dengan segala susah payah,
jika dibandingkan dengan rahasia-rahasia
Allah belumlah merupakan setitik
pun air dalam samudera.
Demikian pula merupakan pembualan pula mereka yang mengatakan bahwa karena Nabi Besar
Muhammad saw. telah bersabda ‘ulamā-u
ummatiy kal-anbiyā-i banī Isrāīla (para
’ulama umatku seperti nabi-nabi Bani Israil) maka setelah Nabi Besar
Muhammad saw. tidak perlu ada lagi nabi (rasul Allah), cukuplah dengan keberadaan
para ‘ulama Islam. Kenapa demikian? Sebab:
(1) Allah Swt. dengan jelas telah mewasiyatkan kepada Bani Adam mengenai kesinambungan kedatangan para Rasul Allah dari kalangan mereka
(QS.7:35-37);
(2) Allah Swt. dalam Al-Quran telah
menyatakan mengenai dua kali pengutusan
Nabi Besar Muhammad saw. di masa awal
dan di masa akhir (QS.62:3-4);
(3) Allah Swt. menyatakan bahwa yang akan
mewujudkan kejayaan Islam kedua kali di Akhir Zaman adalah Rasul
Allah (QS.61:10), bukan ‘ulama.;
(4) Di Akhir
Zaman ini semua umat beragama sepakat
sedang menanti-nanti kedatangan Rasul Allah
dengan nama (sebutan) yang berbeda-beda (QS.77:1-14);
(5) Nabi Besar Muhammad saw. pun telah
bersabda mengenai kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
atau misal Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. (QS.43:58).
Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: “ Kayfa antum idzā nazala- bnu
maryama fīkum wa imāmukum minkum -- Bagaimana keadaan
kamu apabila turun Ibnu Maryam di
antara kamu dan menjadi imam kamu di antara kamu”
(Riwayat Abu Hurairah r.a., dalam Shahih
Bukhari, Shahih Muslim dan Musnad Ahmad).
“Dari Abu Hurairah r.a., katanya
Rasulullah saw. bersabda: “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya,
sesungguhnya telah dekat masanya ‘Isa
anak Maryam akan turun di tengah-tengah kamu. Dia akan menjadi hakim yang
adil, akan dihancurkan salib, dibunuhnya babi,, dihapuskannya pajak, dan
kekayaan akan melimpah ruah, sehingga tidak seorang pun lagi yang bersedia
menerima pemberian”. (Shahih Bukhari & Shahih
Muslim).
Tugas Para Mujaddid dan Rasul Akhir Zaman
Pada hakikatnya makna sabda Nabi Besar
Muhammad saw. tersebut – yakni ‘ulamā-u ummatiy kal-anbiyā-i
banī Isrāīla (para
’ulama umatku seperti nabi-nabi Bani Israil) --
erat hubungannya dengan jaminan pemeliharaan Allah Swt. terhadap Al-Quran dari segi khazanah-khazanah ruhani serta hikmah-hikmahnya yang baru sebagaimana
dikemukakan firman-firman-Nya sebelum ini:
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ مَا
نُنَزِّلُہٗۤ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang
tidak terbatas, dan Kami sama sekali tidak menurunkannya
melainkan dalam kadar (ukuran) yang
tertentu. (Al-Hijr [15]:22).
Firman-Nya lagi:
قُلۡ لَّوۡ
کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ
الۡبَحۡرُ قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ
لَوۡ جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah: "'Seandainya lautan menjadi tinta untuk menuliskan
kalimat-kalimat Rabb (Tuhan-ku), niscaya
lautan itu akan habis sebelum
kalimat-kalimat Rabb (Tuhan-ku) habis dituliskan, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai
tambahannya. (Al-Kahf
[18]:110).
Lalu
firman-Nya:
وَ لَوۡ اَنَّ مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ شَجَرَۃٍ اَقۡلَامٌ
وَّ الۡبَحۡرُ یَمُدُّہٗ
مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ
اَبۡحُرٍ مَّا نَفِدَتۡ کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan seandainya pohon-pohon di bumi ini menjadi
pena dan laut ditambahkan kepadanya sesudahnya tujuh laut menjadi tinta, kalimat
Allah sekali-kali tidak akan habis. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (Luqman [31]:28).
Sehubungan dengan pembukaan khazanah-khazanah
ruhani serta hikmah-hikmah Al-Quran yang baru itulah Nabi Besar
Muhammad saw. telah menubuatan mengenai kemunculan para mujaddid (pembaharu ruhani)
di kalangan umat Islam pada
setiap abad yakni sebanyak 12 abad setelah masa 71 tahun masa penuh berkat Nabi Besar Muhammad saw. dan para Khulafatur Rasyidin – yakni Khalifah Abu
Bakar Shiddiq r.a., Khalifah Umar bin Khatththab r.a., Khalifah Utsman bin
‘Affan r.a., dan Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. – sebagaimana diisyaratkan jumlah nilai huruf muqatha’at alif-lam-mim, di awal Surah Al-Baqarah, yakni alif
nilainya 1, lam nilainya 30 dan mim nilainya 40.
Dua Belas “Mata Air” dan
Dua Belas “Pemimpin” di Kalangan Bani
Israil
Mengenai kedatangan para mujaddid di kalangan umat Islam setelah
masa 71 tahun yang penuh berkat
tersebut sesuai dengan firman Allah Swt.
mengenai kedatangan 12 pemimpin
(imam) di kalangan 12 suku Bani
Isra’il mau pun 12 suku Bani Isma’il,
firman-Nya:
وَ اِذِ اسۡتَسۡقٰی مُوۡسٰی
لِقَوۡمِہٖ
فَقُلۡنَا اضۡرِبۡ
بِّعَصَاکَ الۡحَجَرَ ؕ فَانۡفَجَرَتۡ
مِنۡہُ
اثۡنَتَاعَشۡرَۃَ عَیۡنًا ؕ قَدۡ عَلِمَ کُلُّ اُنَاسٍ مَّشۡرَبَہُمۡ ؕ کُلُوۡا وَ اشۡرَبُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ اللّٰہِ وَ لَا تَعۡثَوۡا فِی الۡاَرۡضِ مُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Musa memohonkan air untuk kaumnya maka Kami berfirman: “Pukullah batu itu dengan tongkat
engkau”, lalu memancarlah darinya dua belas mata air, sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya. Dikatakan kepada mereka: “Makan dan minumlah dari rezeki Allah,
dan janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang berbuat kerusakan di muka bumi.” (Al-Baqarah [2]:61).
Jumlah 12 mata air
tersebut sesuai dengan 12 suku Bani
Israil yakni keturunan Nabi Ya’qub
a.s. dari 12 orang putra beliau (Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon, Yusuf dan Benyamin). Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt.
berfirman:
وَ لَقَدۡ اَخَذَ اللّٰہُ
مِیۡثَاقَ بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ ۚ وَ
بَعَثۡنَا مِنۡہُمُ اثۡنَیۡ عَشَرَ نَقِیۡبًا ؕ وَ قَالَ اللّٰہُ اِنِّیۡ مَعَکُمۡ ؕ لَئِنۡ اَقَمۡتُمُ
الصَّلٰوۃَ وَ اٰتَیۡتُمُ الزَّکٰوۃَ وَ
اٰمَنۡتُمۡ بِرُسُلِیۡ وَ عَزَّرۡتُمُوۡہُمۡ وَ اَقۡرَضۡتُمُ اللّٰہَ قَرۡضًا
حَسَنًا لَّاُکَفِّرَنَّ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّکُمۡ جَنّٰتٍ
تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ فَمَنۡ کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ مِنۡکُمۡ فَقَدۡ ضَلَّ سَوَآءَ السَّبِیۡلِ ﴿﴾ فَبِمَا
نَقۡضِہِمۡ مِّیۡثَاقَہُمۡ لَعَنّٰہُمۡ وَ جَعَلۡنَا قُلُوۡبَہُمۡ قٰسِیَۃً ۚ
یُحَرِّفُوۡنَ الۡکَلِمَ عَنۡ مَّوَاضِعِہٖ ۙ وَ نَسُوۡا حَظًّا مِّمَّا ذُکِّرُوۡا
بِہٖ ۚ وَ لَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلٰی خَآئِنَۃٍ مِّنۡہُمۡ اِلَّا قَلِیۡلًا
مِّنۡہُمۡ فَاعۡفُ عَنۡہُمۡ وَ اصۡفَحۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الۡمُحۡسِنِیۡنَ﴿﴾
Dan sungguh Allah
benar-benar telah mengambil janji yang teguh dari Bani Israil, dan Kami membangkitkan di antara mereka dua
belas pemimpin. Dan Allah
berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta
kamu jika kamu dawam mendirikan
shalat, membayar zakat, beriman kepada rasul-rasul-Ku, membantu
mereka, dan meminjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik, niscaya akan Kuhapuskan dari kamu keburukan kamu,
dan niscaya akan Kumasukkan kamu ke dalam kebun-kebun
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Lalu barangsiapa
di antara kamu kafir sesudah itu,
maka sungguh sesatlah ia dari jalan lurus.” Tetapi karena
mereka melanggar janjinya
maka Kami laknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka se-makin keras,
mereka mengubah-ubah perkataan-perkataan
dari tempat-tempatnya, dan mereka melupakan
se-bagian dari apa yang dengannya me-reka telah diperingatkan. Dan niscaya engkau
akan melihat pengkhianatan dari mereka, kecuali sedikit dari mereka. Maka maafkanlah
mereka dan biarkanlah,
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berbuat ihsan. (Al-Māidah
[5]:13-14).
Firman-Nya lagi:
وَ قَطَّعۡنٰہُمُ اثۡنَتَیۡ عَشۡرَۃَ اَسۡبَاطًا اُمَمًا ؕ وَ اَوۡحَیۡنَاۤ
اِلٰی مُوۡسٰۤی اِذِ اسۡتَسۡقٰىہُ قَوۡمُہٗۤ اَنِ اضۡرِبۡ بِّعَصَاکَ الۡحَجَرَ ۚ
فَانۡۢبَجَسَتۡ مِنۡہُ اثۡنَتَا عَشۡرَۃَ عَیۡنًا ؕ قَدۡ عَلِمَ کُلُّ اُنَاسٍ
مَّشۡرَبَہُمۡ ؕ وَ ظَلَّلۡنَا عَلَیۡہِمُ الۡغَمَامَ وَ اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡہِمُ
الۡمَنَّ وَ السَّلۡوٰی ؕ کُلُوۡا مِنۡ طَیِّبٰتِ مَا رَزَقۡنٰکُمۡ ؕ وَ مَا
ظَلَمُوۡنَا وَ لٰکِنۡ کَانُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan Kami
membagi mereka menjadi dua belas suku
yang berkembang menjadi bangsa-bangsa. Dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: ”Pukullah batu itu dengan tongkat engkau” maka darinya memancar dua belas mata air, sungguh tiap-tiap suku mengetahui tempat minumnya
masing-masing. Dan Kami menaungkan awan di atas mereka serta Kami menurunkan kepada mereka manna dan
salwa, Kami berfirman: “Makanlah yang baik-baik
dari apa yang telah Kami
rezekikan kepada kamu.” Dan
sekali-kali mereka tidaklah
berbuat zalim kepada Kami melainkan mereka menzalimi dirinya sendiri. (Al-A’rāf [7]:161).
Bahwa
sekarang tidak ada bekas kedua belas mata air di tempat itu tidak perlu diherankan, karena belum juga
diketahui dengan pasti di daerah tertentu mana Nabi Musa a.s. mengadakan perjalanan. Lagi pula memang
lazim dialami bahwa mata-mata air di
gunung yang kadang-kadang tidak mengeluarkan air lagi dan lobangnya tertutup.
Dua Belas
Bulan dalam Satu
Tahun
Peristiwa yang disebut di sini
terjadi ribuan tahun yang lalu dan umum mengetahui bahwa kadang-kadang ada sumber mata air yang menerbitkan air, tetapi tiba-tiba aliran air itu terhenti dan sumber itu menjadi kering. Seringkali sumber
yang pernah mengeluarkan air,
kemudian menjadi begitu keringnya
sehingga tiada berbekas lagi.
Sebenarnya pada akhir abad ke-15
pun masih ada duabelas sumber yang
mengalir di tempat itu. “Bukit cadas itu ada di perbatasan negeri Arab, dan
beberapa dari orang-orang senegeri beliau (Rasulullah saw.) tentu telah
melihatnya, jika pun beliau saw. sendiri tidak, dan sangat mungkin sekali
beliau sendiri melihatnya.
Dan sebenarnya nampaknya benar demikian, sebab orang yang pergi ke
daerah itu pada akhir abad ke-15 dengan jelas menceriterakan bahwa air itu keluar dari dua belas tempat cadas (batu karang) itu sesuai dengan jumlah suku Bani Israil” (Al-Koran oleh Sale, hlm. 8).
Lagi pula karena ada duabelas suku Bani Israil
beserta Nabi Musa a.s. tentu
Allah Swt. telah menyebabkan
sumber mata air sejumlah itu mengalir
untuk mereka. Satu sumber saja tidak akan mencukupi kebutuhan mereka karena jumlah mereka sangat besar, menurut Bible jumlah mereka 600.000 (Bilangan 1:46).
Mukjizat Nabi Musa a.s. waktu kejadian itu tidak terletak pada pengadaan sesuatu yang bertentangan
dengan hukum-hukum alam, melainkan terletak pada kenyataan bahwa Allah
Swt. telah memberi tahu kepada beliau
tempat tertentu yang ada air siap mengalir oleh satu pukulan dengan tongkatnya. Itulah makna ayat اَنِ اضۡرِبۡ بِّعَصَاکَ الۡحَجَرَ -- ”Pukullah batu itu dengan tongkat engkau.”
Memang telah menjadi pengalaman ahli-ahli geologi bahwa kadang-kadang air mengalir di lapisan tak begitu dalam
di bawah bukit-bukit atau cadas dan berangsur menyembur ketika cadas itu dipukul
dengan sesuatu yang berat atau runcing.
Kata-kata Idhrib bi-ashāka
al-hajara selain “pukullah batu itu dengan tongkat engkau” dapat pula berarti
“Pergilah atau bergegaslah dengan kaummu
ke cadas itu.” ‘Ashā (tongkat) dalam kiasan berarti “kaum, jemaat,” dan idhrib berarti
“pergilah atau bergegaslah.”
Orang berkata dharab al-ardha atau dharaba fil ardhi artinya “ia berangkat atau bergegas berjalan di muka
bumi.” (Lexicon Lane).
Mengenai
jumlah 12 suku-suku Bani Israil dan Bani Isma’il tersebut sesuai pula dengan jumlah 12 bulan dalam satu tahun, firman-Nya:
اِنَّ عِدَّۃَ الشُّہُوۡرِ عِنۡدَ اللّٰہِ
اثۡنَا عَشَرَ شَہۡرًا فِیۡ کِتٰبِ اللّٰہِ یَوۡمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ مِنۡہَاۤ اَرۡبَعَۃٌ حُرُمٌ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ۬ۙ فَلَا تَظۡلِمُوۡا فِیۡہِنَّ اَنۡفُسَکُمۡ وَ
قَاتِلُوا الۡمُشۡرِکِیۡنَ کَآفَّۃً کَمَا یُقَاتِلُوۡنَکُمۡ کَآفَّۃً ؕ وَ اعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ مَعَ الۡمُتَّقِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah adalah
dua belas bulan, menurut ketetapan Allah sejak hari Dia menciptakan seluruh langit dan
bumi, di antaranya ada empat
yang suci. Itulah agama yang lurus, karena itu janganlah kamu menzalimi dirimu sendiri di dalamnya. Dan perangilah orang-orang musyrik itu semua
sebagaimana mereka semua memerangi kamu,
dan ketahuilah, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang bertakwa. (At-Taubah [9]:36).
Dua Belas Orang Rasul Allah Setelah
Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.
Jumlah 12 orang pemimpin di kalangan 12
suku Bani Israil yang dikemukakan
dalam ayat-ayat tersebut mengisyaratkan
pula kepada para Imam atau Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan
Bani Israil setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.,
firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا
مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا
عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ
اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ
اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ فَفَرِیۡقًا
کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ
﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ
لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ
فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di
belakangnya, Kami berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda
yang nyata, dan juga Kami
memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Ma-ka apakah patut setiap datang kepadamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu kamu berlaku takabur, lalu sebagian
kamu dustakan dan sebagian lainnya
kamu bunuh? Dan mereka berkata: ”Hati kami tertutup.” Tidak, bahkan Allah
telah mengutuk mereka karena kekafiran
mereka maka sedikit sekali apa yang mereka imani. (Al-Baqarah [2]:88-89).
Dengan demikian jelaslah bahwa yang
dimaksud dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. ‘ulamā-u ummatiy kal-anbiyā-i banī Isrāīla (para
’ulama umatku seperti nabi-nabi Bani Israil) bukanlah para ‘ulama dalam pengertian umum
– yang disebut juga ustadz
atau kyai atau ajengan atau buya dll –
melainkan maksudnya adalah para wali Allah yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah Swt. yakni
para mujaddid
yang muncul di setiap abad, seperti Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz yang dipercayai sebagai mujaddid Islam yang pertama setelah masa khulafa-ur- Rasyidin, lalu Imam
Syafi’i, Imam Ghazali, Syeikh ‘Abdul Qadir Jailani dan
para ulama rabbani
lainnya. Mengisyaratkan kepada mereka itulah firman Allah Swt. berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ وَ السَّمَآءِ ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ ۙ﴿﴾ وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ ۙ﴿﴾ وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ ؕ﴿﴾
Aku baca dengan nama Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Demi langit yang memiliki gugusan-gugusan bintang, dan demi
Hari yang dijanjikan, dan
demi saksi dan yang disaksikan, (Al-Burūj [85]:1-4).
Yang dimaksud dengan
ayat وَ السَّمَآءِ ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ -- “Demi langit yang memiliki gugusan-gugusan bintang” adalah Mujaddid-mujaddid
atau 12
gugusan bintang di cakrawala
ruhani Islam, yang akan membuat cahaya
Islam berkilauan terus sesudah matahari
ruhani terbenam, yaitu sesudah 3 abad
Islam paling baik berlalu, sehingga membawa akibat tersebarnya kegelapan ruhani di seluruh dunia. Para mujaddid itu akan memberikan kesaksian mengenai kebesaran Islam, kebenaran
Al-Quran dan kebenaran Nabi Besar Muhammad saw..
Melalui para mushlih rabbani yang muncul di
setiap abad itulah Allah Swt.
menjaga agama Islam (Islam) dari segi ruhani dari upaya-upaya penyimpangan makna-makna
yang hakiki oleh orang-orang yang berhati
bengkok yang cenderung
menimbulkan berbagai fitnah dalam ajaran
Islam terutama berkenaan dengan ayat-ayat Al-Quran yang mutasyabihat (QS.3:8-9), sehingga
terjadi perpecahan dalam lingkungan umat Islam menjadi berbagai firqah dan sekte yang saling
mengkafirkan (QS.30:31-33; QS.6:160).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 13 Februari
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar