Minggu, 23 Maret 2014

Dua Belas Pemimpin Bani Israil yang Dibangkitkan Setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  182

   Dua Belas Pemimpin  Bani Israil yang Dibangkitkan Setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.  

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan firman-Nya mengenai  jaminan pemeliharaan  Allah Swt.  terhadap wahyu Al-Quran  dalam firman -Nya:
اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا الذِّکۡرَ  وَ  اِنَّا  لَہٗ  لَحٰفِظُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya  Kami-lah Yang  menurunkan peringatan ini, dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya.  (Al-Hijr [15]:10). 
       Pemeliharaan Allah Swt. terhadap Al-Quran dan ajaran Islam yang difahami dan disunnahkan oleh Nabi  Besar Muhammad saw. tersebut bukan hanya dalam segi teks Al-Quran saja, tetapi juga meliputi pemeliharaan makna-makna hakiki  serta hikmah-hikmah yang terkandung  dalam ayat-ayat Al-Quran serta pembukaan khazanah-khazanah baru ruhaninya sesuai  kebutuhan zaman, berikut firman-Nya mengenai khazanah tak terbatas yang terkandung dalam  benda-benda di alam semesta jasmani ini:
وَ  اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ   اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ  مَا  نُنَزِّلُہٗۤ  اِلَّا بِقَدَرٍ  مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan  Kami sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam kadar (ukuran) yang tertentu. (Al-Hijr [15]:22).   
      Allah Swt.   memiliki persediaan (khazanah) segala sesuatu dalam jumlah yang tidak terbatas. Akan tetapi sesuai dengan rahmat-Nya yang tidak berhingga, Dia mengarahkan pikiran atau otak manusia kepada satu benda yang tertentu, hanya bilamana timbul suatu keperluan yang sesungguhnya akan benda itu.
     Seperti halnya alam semesta kebendaan, Al-Quran merupakan alam semesta keruhanian, di mana tersembunyi khazanah-khazanah ilmu keruhanian yang dibukakan kepada manusia sesuai dengan keperluan zaman. Mengisyaratkan kepada hal itulah firman-Nya berikut ini keada Nabi Besar Muhammad saw.:
قُلۡ لَّوۡ کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ الۡبَحۡرُ  قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ لَوۡ  جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ  مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah: "'Seandainya lautan menjadi tinta untuk me­nuliskan kalimat-kalimat Rabb (Tuhan-ku), niscaya  lautan itu akan habis se­belum kalimat-kalimat Rabb (Tuhan-ku) habis dituliskan, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai tambahannya.   (Al-Kahf [18]:110).
Firman-Nya lagi:
وَ لَوۡ اَنَّ مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ شَجَرَۃٍ  اَقۡلَامٌ  وَّ  الۡبَحۡرُ  یَمُدُّہٗ  مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ  اَبۡحُرٍ  مَّا نَفِدَتۡ  کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan  seandainya pohon-pohon  di bumi ini menjadi pena dan laut    ditambahkan kepadanya  sesudahnya tujuh laut menjadi tinta,  kalimat Allah sekali-kali tidak akan habis. Se-sungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Luqman [31]:28).
        Bilangan “7” dan “70” digunakan dalam bahasa Arab adalah menyatakan jumlah besar, dan bukan benar-benar “tujuh” dan “tujuh puluh” sebagai angka-angka bilangan lazim.

Bualan yang Sia-sia

   Bangsa-bangsa Kristen dari barat membanggakan diri atas penemuan­-penemu-an dan hasil-hasil mereka yang besar dalam ilmu pengetahuan, dan nampaknya mereka dikuasai anggapan keliru  bahwa mereka telah berhasil mengetahui seluk-beluk rahasia-rahasia takhliq (penciptaan) itu sendiri.
    Hal itu hanya pembualan yang sia-sia belaka. Rahasia-rahasia Tuhan tidak ada habisnya (tidak terbatas) dan tidak dapat diselami sehingga apa yang telah mereka temukan sampai sekarang, dan apa yang nanti akan ditemukan dengan segala susah payah, jika dibandingkan dengan rahasia-rahasia Allah belumlah merupakan setitik pun air dalam samudera.
  Demikian pula merupakan pembualan pula mereka yang mengatakan bahwa karena Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda ‘ulamā-u ummatiy  kal-anbiyā-i  banī  Isrāīla  (para  ’ulama umatku seperti nabi-nabi Bani Israil) maka setelah Nabi Besar Muhammad saw.  tidak perlu ada lagi nabi (rasul Allah), cukuplah dengan keberadaan para ‘ulama Islam.  Kenapa demikian? Sebab:
    (1) Allah Swt. dengan jelas telah mewasiyatkan kepada Bani Adam mengenai kesinambungan kedatangan para Rasul Allah dari kalangan mereka (QS.7:35-37);
     (2) Allah Swt. dalam Al-Quran telah menyatakan mengenai dua kali pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. di masa awal dan di masa akhir (QS.62:3-4);
    (3) Allah Swt. menyatakan bahwa yang akan mewujudkan kejayaan Islam  kedua kali di Akhir Zaman adalah Rasul Allah (QS.61:10), bukan ‘ulama.;
    (4) Di Akhir Zaman ini semua umat beragama sepakat sedang menanti-nanti kedatangan Rasul Allah dengan nama (sebutan) yang berbeda-beda (QS.77:1-14);
    (5) Nabi Besar Muhammad saw. pun telah bersabda mengenai kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58).
Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: “ Kayfa antum idzā nazala- bnu maryama  fīkum wa imāmukum minkum  --  Bagaimana keadaan kamu apabila turun Ibnu Maryam di antara kamu dan menjadi imam kamu di antara kamu” (Riwayat Abu Hurairah r.a., dalam Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan Musnad Ahmad).

Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya telah dekat masanya ‘Isa anak Maryam akan turun di tengah-tengah kamu. Dia akan menjadi hakim yang adil, akan dihancurkan salib, dibunuhnya babi,, dihapuskannya pajak, dan kekayaan akan melimpah ruah, sehingga tidak seorang pun lagi yang bersedia menerima pemberian”. (Shahih Bukhari &  Shahih Muslim).

Tugas Para Mujaddid dan Rasul Akhir Zaman

     Pada hakikatnya makna sabda Nabi Besar Muhammad saw.  tersebut – yakni ‘ulamā-u ummatiy  kal-anbiyā-i  banī  Isrāīla  (para  ’ulama umatku seperti nabi-nabi Bani Israil)  --  erat hubungannya dengan  jaminan pemeliharaan  Allah Swt. terhadap Al-Quran dari segi khazanah-khazanah ruhani serta hikmah-hikmahnya yang baru sebagaimana dikemukakan firman-firman-Nya sebelum ini:
وَ  اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ   اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ  مَا  نُنَزِّلُہٗۤ  اِلَّا بِقَدَرٍ  مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan  Kami sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam kadar (ukuran) yang tertentu. (Al-Hijr [15]:22).   
Firman-Nya lagi:
قُلۡ لَّوۡ کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ الۡبَحۡرُ  قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ لَوۡ  جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ  مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah: "'Seandainya lautan menjadi tinta untuk me­nuliskan kalimat-kalimat Rabb (Tuhan-ku), niscaya  lautan itu akan habis se­belum kalimat-kalimat Rabb (Tuhan-ku) habis dituliskan, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai tambahannya.   (Al-Kahf [18]:110).
Lalu firman-Nya:
وَ لَوۡ اَنَّ مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ شَجَرَۃٍ  اَقۡلَامٌ  وَّ  الۡبَحۡرُ  یَمُدُّہٗ  مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ  اَبۡحُرٍ  مَّا نَفِدَتۡ  کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan  seandainya pohon-pohon  di bumi ini menjadi pena dan laut  ditambahkan kepadanya  sesudahnya tujuh laut menjadi tinta,  kalimat Allah sekali-kali tidak akan habis. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Luqman [31]:28).
      Sehubungan dengan pembukaan  khazanah-khazanah ruhani serta hikmah-hikmah  Al-Quran yang baru itulah Nabi Besar Muhammad saw. telah menubuatan mengenai kemunculan para mujaddid  (pembaharu ruhani) di kalangan umat Islam pada setiap  abad yakni sebanyak 12 abad setelah masa 71 tahun masa penuh berkat  Nabi Besar Muhammad saw. dan para Khulafatur Rasyidin – yakni Khalifah Abu Bakar Shiddiq r.a., Khalifah Umar bin Khatththab r.a., Khalifah Utsman bin ‘Affan r.a., dan Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. – sebagaimana diisyaratkan jumlah nilai huruf muqatha’at  alif-lam-mim, di awal Surah Al-Baqarah,   yakni alif nilainya 1, lam nilainya 30 dan mim nilainya 40.

Dua Belas “Mata Air” dan Dua  Belas “Pemimpin” di Kalangan Bani Israil

     Mengenai kedatangan para mujaddid di kalangan umat Islam setelah masa 71 tahun yang penuh berkat  tersebut sesuai dengan firman Allah Swt.  mengenai kedatangan 12 pemimpin (imam) di kalangan 12 suku Bani Isra’il mau pun 12 suku Bani Isma’il, firman-Nya:
وَ اِذِ اسۡتَسۡقٰی مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ فَقُلۡنَا اضۡرِبۡ بِّعَصَاکَ الۡحَجَرَ ؕ فَانۡفَجَرَتۡ مِنۡہُ اثۡنَتَاعَشۡرَۃَ عَیۡنًا ؕ قَدۡ عَلِمَ کُلُّ اُنَاسٍ مَّشۡرَبَہُمۡ ؕ کُلُوۡا وَ اشۡرَبُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ اللّٰہِ وَ لَا تَعۡثَوۡا فِی الۡاَرۡضِ مُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah  ketika Musa memohonkan air untuk kaumnya maka  Kami berfirman: “Pukullah batu itu dengan tongkat engkau”, lalu  memancarlah darinya dua belas mata air, sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya. Dikatakan kepada mereka: “Makan dan minumlah dari rezeki Allah, dan janganlah kamu berlaku sewenang-wenang berbuat kerusakan di muka bumi.” (Al-Baqarah [2]:61).
      Jumlah 12 mata air tersebut sesuai dengan 12 suku Bani Israil yakni keturunan Nabi Ya’qub a.s.  dari 12 orang putra beliau  (Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda,  Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar,  Zebulon, Yusuf dan Benyamin).  Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman:
وَ لَقَدۡ اَخَذَ اللّٰہُ مِیۡثَاقَ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ ۚ وَ بَعَثۡنَا مِنۡہُمُ اثۡنَیۡ عَشَرَ نَقِیۡبًا ؕ وَ قَالَ اللّٰہُ  اِنِّیۡ مَعَکُمۡ ؕ لَئِنۡ اَقَمۡتُمُ الصَّلٰوۃَ وَ اٰتَیۡتُمُ الزَّکٰوۃَ  وَ اٰمَنۡتُمۡ بِرُسُلِیۡ وَ عَزَّرۡتُمُوۡہُمۡ وَ اَقۡرَضۡتُمُ اللّٰہَ قَرۡضًا حَسَنًا لَّاُکَفِّرَنَّ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ فَمَنۡ کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ مِنۡکُمۡ  فَقَدۡ ضَلَّ سَوَآءَ  السَّبِیۡلِ ﴿﴾ فَبِمَا نَقۡضِہِمۡ مِّیۡثَاقَہُمۡ لَعَنّٰہُمۡ وَ جَعَلۡنَا قُلُوۡبَہُمۡ قٰسِیَۃً ۚ یُحَرِّفُوۡنَ الۡکَلِمَ عَنۡ مَّوَاضِعِہٖ ۙ وَ نَسُوۡا حَظًّا مِّمَّا ذُکِّرُوۡا بِہٖ ۚ وَ لَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلٰی خَآئِنَۃٍ مِّنۡہُمۡ اِلَّا قَلِیۡلًا مِّنۡہُمۡ فَاعۡفُ عَنۡہُمۡ وَ اصۡفَحۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الۡمُحۡسِنِیۡنَ﴿﴾
Dan  sungguh   Allah benar-benar telah mengambil  janji  yang teguh dari Bani Israil, dan  Kami membangkitkan di antara mereka dua belas pemimpin.  Dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu jika kamu dawam mendirikan shalat, membayar zakat, beriman kepada rasul-rasul-Ku, membantu mereka, dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan Kuhapuskan dari kamu keburukan kamu, dan niscaya akan   Kumasukkan kamu ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Lalu  barangsiapa di antara kamu kafir  sesudah itu, maka  sungguh sesatlah ia dari jalan lurus.”  Tetapi karena  mereka melanggar janjinya maka Kami laknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka se-makin keras, mereka mengubah-ubah perkataan-perkataan dari tempat-tempatnya, dan mereka melupakan se-bagian dari apa yang dengannya me-reka telah diperingatkan. Dan niscaya  engkau akan melihat pengkhianatan dari mereka, kecuali sedikit dari mereka. Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan. (Al-Māidah [5]:13-14).
Firman-Nya lagi:
وَ قَطَّعۡنٰہُمُ اثۡنَتَیۡ عَشۡرَۃَ  اَسۡبَاطًا اُمَمًا ؕ وَ  اَوۡحَیۡنَاۤ  اِلٰی مُوۡسٰۤی  اِذِ  اسۡتَسۡقٰىہُ قَوۡمُہٗۤ  اَنِ اضۡرِبۡ بِّعَصَاکَ الۡحَجَرَ ۚ فَانۡۢبَجَسَتۡ مِنۡہُ اثۡنَتَا عَشۡرَۃَ عَیۡنًا ؕ قَدۡ عَلِمَ کُلُّ اُنَاسٍ مَّشۡرَبَہُمۡ ؕ وَ ظَلَّلۡنَا عَلَیۡہِمُ الۡغَمَامَ وَ اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡہِمُ الۡمَنَّ وَ السَّلۡوٰی ؕ کُلُوۡا مِنۡ طَیِّبٰتِ مَا رَزَقۡنٰکُمۡ ؕ وَ مَا ظَلَمُوۡنَا وَ لٰکِنۡ  کَانُوۡۤا  اَنۡفُسَہُمۡ یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan   Kami membagi mereka   menjadi dua belas suku  yang berkembang menjadi bangsa-bangsa. Dan  Kami  wahyukan kepada Musa ketika kaumnya  meminta air kepadanya: ”Pukullah batu itu dengan tongkat engkau” maka darinya  memancar dua belas mata air, sungguh tiap-tiap suku mengetahui tempat minumnya masing-masing. Dan   Kami  menaungkan awan di atas mereka serta Kami menurunkan kepada mereka manna dan salwa,  Kami berfirman: “Makanlah yang  baik-baik  dari apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu.” Dan  sekali-kali mereka tidaklah berbuat zalim  kepada Kami  melainkan mereka menzalimi dirinya sendiri. (Al-A’rāf [7]:161).
        Bahwa sekarang tidak ada bekas  kedua belas mata air di tempat itu tidak perlu diherankan, karena belum juga diketahui dengan pasti di daerah tertentu mana Nabi Musa a.s.  mengadakan perjalanan. Lagi pula memang lazim dialami bahwa mata-mata air di gunung yang kadang-kadang tidak mengeluarkan air lagi dan lobangnya tertutup.

Dua Belas Bulan  dalam Satu Tahun

      Peristiwa yang disebut di sini terjadi ribuan tahun yang lalu dan umum mengetahui bahwa kadang-kadang ada sumber mata air yang menerbitkan air, tetapi tiba-tiba aliran air itu terhenti dan sumber itu menjadi kering. Seringkali sumber yang pernah mengeluarkan air, kemudian menjadi begitu keringnya sehingga tiada berbekas lagi.
       Sebenarnya pada akhir abad ke-15 pun masih ada duabelas sumber yang mengalir di tempat itu. “Bukit cadas itu ada di perbatasan negeri Arab, dan beberapa dari orang-orang senegeri beliau (Rasulullah saw.) tentu telah melihatnya, jika pun beliau saw. sendiri tidak, dan sangat mungkin sekali beliau sendiri melihatnya.
Dan sebenarnya nampaknya  benar demikian, sebab orang yang pergi ke daerah itu pada akhir abad ke-15 dengan jelas menceriterakan bahwa air itu keluar dari dua belas tempat cadas (batu karang) itu sesuai dengan jumlah suku Bani Israil” (Al-Koran oleh Sale, hlm. 8).
       Lagi pula   karena ada duabelas suku Bani Israil beserta Nabi Musa a.s.  tentu Allah Swt.   telah menyebabkan sumber mata air sejumlah itu mengalir untuk mereka. Satu sumber saja tidak akan mencukupi kebutuhan mereka karena jumlah mereka sangat besar, menurut Bible jumlah mereka 600.000 (Bilangan 1:46).
      Mukjizat Nabi Musa a.s.   waktu kejadian itu tidak terletak pada pengadaan sesuatu yang bertentangan dengan hukum-hukum alam,  melainkan terletak pada kenyataan bahwa Allah Swt. telah memberi tahu kepada beliau tempat tertentu yang ada air siap mengalir oleh satu pukulan dengan tongkatnya. Itulah makna ayat   اَنِ اضۡرِبۡ بِّعَصَاکَ الۡحَجَرَ  --  Pukullah batu itu dengan tongkat engkau.
       Memang telah menjadi pengalaman ahli-ahli geologi bahwa kadang-kadang air mengalir di lapisan tak begitu dalam di bawah bukit-bukit atau cadas dan berangsur menyembur ketika cadas itu dipukul dengan sesuatu yang berat atau runcing.
       Kata-kata Idhrib bi-ashāka al-hajara  selain “pukullah batu itu  dengan tongkat engkau” dapat pula berarti “Pergilah atau bergegaslah dengan kaummu ke cadas itu.” ‘Ashā (tongkat) dalam kiasan berarti “kaum, jemaat,” dan idhrib berarti  pergilah atau bergegaslah.” Orang berkata dharab al-ardha atau dharaba fil ardhi artinya  “ia berangkat atau bergegas berjalan di muka bumi.”  (Lexicon Lane).
         Mengenai jumlah  12 suku-suku Bani Israil dan Bani Isma’il tersebut sesuai pula  dengan jumlah 12 bulan dalam satu tahun, firman-Nya:
اِنَّ عِدَّۃَ الشُّہُوۡرِ عِنۡدَ اللّٰہِ اثۡنَا عَشَرَ شَہۡرًا فِیۡ  کِتٰبِ اللّٰہِ یَوۡمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ مِنۡہَاۤ  اَرۡبَعَۃٌ  حُرُمٌ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ۬ۙ  فَلَا تَظۡلِمُوۡا فِیۡہِنَّ اَنۡفُسَکُمۡ وَ قَاتِلُوا الۡمُشۡرِکِیۡنَ کَآفَّۃً کَمَا یُقَاتِلُوۡنَکُمۡ کَآفَّۃً ؕ وَ اعۡلَمُوۡۤا اَنَّ  اللّٰہَ  مَعَ الۡمُتَّقِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,  menurut ketetapan Allah sejak hari Dia menciptakan seluruh langit dan bumi, di antaranya ada empat yang suci.  Itulah agama yang lurus, karena itu janganlah kamu menzalimi  dirimu sendiri di dalamnya. Dan perangilah orang-orang musyrik itu semua sebagaimana mereka semua memerangi kamu, dan ketahuilah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang bertakwa. (At-Taubah [9]:36).

Dua Belas Orang Rasul Allah Setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.

      Jumlah 12 orang pemimpin di kalangan 12 suku Bani Israil  yang dikemukakan dalam ayat-ayat tersebut  mengisyaratkan pula kepada   para Imam atau  Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan Bani Israil  setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s., firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ  فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ  ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh   Kami benar-benar telah  berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di belakangnya,   Kami  berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan juga Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus.  Ma-ka apakah patut setiap datang kepadamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu  kamu berlaku takabur, lalu  sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh?    Dan mereka berkata:  Hati kami tertutup.” Tidak,  bahkan Allah telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka  maka sedikit sekali apa yang mereka imani. (Al-Baqarah [2]:88-89).
        Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. ‘ulamā-u ummatiy  kal-anbiyā-i  banī  Isrāīla  (para  ’ulama umatku seperti nabi-nabi Bani Israil)   bukanlah para ‘ulama  dalam pengertian umum – yang disebut   juga  ustadz atau kyai atau ajengan atau buya dll – melainkan maksudnya adalah para  wali Allah yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah Swt. yakni para mujaddid yang muncul di setiap abad, seperti Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz yang dipercayai sebagai mujaddid Islam yang pertama setelah masa khulafa-ur- Rasyidin, lalu Imam Syafi’i, Imam Ghazali, Syeikh ‘Abdul Qadir Jailani  dan  para ulama rabbani lainnya.   Mengisyaratkan kepada  mereka itulah firman Allah Swt. berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  وَ السَّمَآءِ  ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ ۙ﴿﴾  وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ ۙ﴿﴾  وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ ؕ﴿﴾
Aku baca   dengan nama Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Demi langit yang memiliki  gugusan-gugusan bintang,  dan demi Hari yang dijanjikan,  dan demi saksi dan yang disaksikan, (Al-Burūj [85]:1-4).
   Yang dimaksud dengan ayat  وَ السَّمَآءِ  ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ -- “Demi langit yang memiliki gugusan-gugusan bintang adalah Mujaddid-mujaddid atau 12  gugusan bintang di cakrawala ruhani Islam, yang akan membuat cahaya Islam berkilauan terus sesudah matahari ruhani terbenam, yaitu sesudah 3 abad Islam paling baik berlalu, sehingga membawa akibat tersebarnya kegelapan ruhani di seluruh dunia. Para mujaddid itu akan memberikan kesaksian mengenai kebesaran Islam, kebenaran Al-Quran dan kebenaran Nabi Besar Muhammad saw..
    Melalui para mushlih rabbani yang muncul di setiap abad itulah  Allah Swt. menjaga agama Islam (Islam) dari segi ruhani  dari upaya-upaya penyimpangan  makna-makna yang hakiki oleh orang-orang yang berhati bengkok   yang cenderung menimbulkan  berbagai  fitnah  dalam ajaran Islam  terutama berkenaan dengan ayat-ayat Al-Quran yang mutasyabihat (QS.3:8-9), sehingga terjadi perpecahan dalam lingkungan umat Islam menjadi berbagai firqah dan sekte yang saling mengkafirkan (QS.30:31-33; QS.6:160).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  13  Februari      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar