Sabtu, 08 Maret 2014

Beberapa Kali "Pengusiran" Bani Israil Sebagai Hukuman Ilahi & Makna "Neraka Jahannam Didekatkan"



  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  169

   Beberapa Kali Pengusiran Bani Israil Sebagai Hukuman Ilahi & Makna “Neraka Jahannam  Didekatkan

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai   kisah monumental “Pengorbanan dua putra Adam”, yang menurut Allah Swt. kisah monumental  pengorbanan “pengorbanan dua putra Adam” tersebut   merupakan nubuatan yang peritiwanya akan senantiasa berulang, terutama di masa kedatangan Rasul Allah yang dijanjikan Allah Swt..
       Ada pun bentuk Sunnatullah tersebut adalah bahwa    ada dua pihak  yang saling bertentangan  -- yang sama-sama melakukan peribadahan dan pengorbanan di jalan agama -- tetapi Allah Swt.    hanya menerima peribadahan dan pengorbanan   satu pihak saja, yaitu   pihak yang dizalimi  oleh “saudaranya tuanya,” yaitu pengorbanan Habil, firman-Nya:
وَ اتۡلُ عَلَیۡہِمۡ  نَبَاَ ابۡنَیۡ اٰدَمَ  بِالۡحَقِّ ۘ اِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنۡ اَحَدِہِمَا وَ لَمۡ یُتَقَبَّلۡ مِنَ الۡاٰخَرِ ؕ قَالَ لَاَقۡتُلَنَّکَ ؕ قَالَ  اِنَّمَا یَتَقَبَّلُ  اللّٰہُ مِنَ  الۡمُتَّقِیۡنَ ﴿﴾ 
Dan ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua anak  Adam dengan sebenarnya, ketika keduanya  memberikan pengorbanan, maka dikabulkan salah seorang dari keduanya itu  sedangkan dari yang lain tidak dikabulkan, lalu ia berkata: “Niscaya  engkau akan kubunuh.” Saudaranya berkata: “Sesungguhnya Allah hanya mengabulkan pengorbanan dari orang-orang yang bertakwa.    (Al-Māidah [5]:28).
  Dengan demikian jelaslah bahwa pada hakikatnya kisah monumental “pengorbanan dua putra Adam” tersebut mengisyaratkan kepada firman-Nya mengenai hari atau  zaman  yang di dalamnya  upaya “jual-beli, persahabatan dan syafaat” di jalan agama tidak akan diterima oleh Allah Swt., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَ الۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ  الظّٰلِمُوۡنَ
Hai orang-orang yang beriman,  belanjakanlah apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum datang hari yang tidak ada jual-beli  di dalamnya,  tidak ada persahabatan,  dan  tidak pula syafaat,   dan orang-orang yang kafir  mereka itulah orang-orang  zalim. (Al-Baqarah [2]:255).

Makna Yaumut- Taghābūn ( Hari Kerugian dan Keuntungan)

       Allah Swt. menyebut “hari” atau zaman  yang di dalamnya tidak lagi “jual-beli, persahabatan, dan syafaat”  tersebut sebagai Yaumut-taghābūn  (Hari kerugian dan keuntungan), firman-Nya:
اَلَمۡ  یَاۡتِکُمۡ نَبَؤُا  الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ۫ فَذَاقُوۡا وَبَالَ  اَمۡرِہِمۡ وَ لَہُمۡ عَذَابٌ  اَلِیۡمٌ  ﴿﴾ ذٰلِکَ  بِاَنَّہٗ  کَانَتۡ  تَّاۡتِیۡہِمۡ  رُسُلُہُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ فَقَالُوۡۤا  اَبَشَرٌ یَّہۡدُوۡنَنَا ۫ فَکَفَرُوۡا وَ تَوَلَّوۡا وَّ اسۡتَغۡنَی اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ  غَنِیٌّ  حَمِیۡدٌ ﴿۶﴾  زَعَمَ  الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اَنۡ  لَّنۡ یُّبۡعَثُوۡا ؕ قُلۡ  بَلٰی وَ رَبِّیۡ  لَتُبۡعَثُنَّ  ثُمَّ  لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلۡتُمۡ ؕ وَ ذٰلِکَ عَلَی اللّٰہِ   یَسِیۡرٌ ﴿﴾  فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ النُّوۡرِ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلۡنَا ؕ وَ اللّٰہُ  بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ خَبِیۡرٌ ﴿﴾ یَوۡمَ یَجۡمَعُکُمۡ  لِیَوۡمِ الۡجَمۡعِ ذٰلِکَ یَوۡمُ التَّغَابُنِ ؕ وَ مَنۡ یُّؤۡمِنۡۢ  بِاللّٰہِ وَ یَعۡمَلۡ  صَالِحًا یُّکَفِّرۡ عَنۡہُ  سَیِّاٰتِہٖ وَ یُدۡخِلۡہُ  جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ  مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَاۤ  اَبَدًا ؕ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا  وَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ وَ  بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪﴾  مَاۤ  اَصَابَ مِنۡ مُّصِیۡبَۃٍ  اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ  مَنۡ یُّؤۡمِنۡۢ  بِاللّٰہِ  یَہۡدِ  قَلۡبَہٗ ؕ وَ اللّٰہُ  بِکُلِّ  شَیۡءٍ  عَلِیۡمٌ ﴿﴾  وَ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ  وَ اَطِیۡعُوا الرَّسُوۡلَ ۚ فَاِنۡ  تَوَلَّیۡتُمۡ  فَاِنَّمَا عَلٰی  رَسُوۡلِنَا الۡبَلٰغُ  الۡمُبِیۡنُ ﴿﴾  اَللّٰہُ  لَاۤ  اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ وَ عَلَی اللّٰہِ فَلۡیَتَوَکَّلِ  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Belum datangkah kepada kamu kabar orang-orang kafir  sebelum ini? Mereka merasakan akibat buruk perbuatan mereka, dan bagi mereka  azab pedih.   Yang demikian itu karena rasul-rasul mereka datang kepada mereka dengan Tanda-tanda nyata, tetapi mereka berkata: “Apakah manusia yang memberi petunjuk kepada ka-mi?” Maka mereka kafir serta berpaling, dan Allah tidak memerlukan mereka. Dan Allah itu Maha Kaya, Maha Terpuji.   Orang-orang kafir  menyangka  bahwa mereka  tidak akan pernah dibangkitkan.  Katakanlah: “Tidak demikian, bahkan demi Rabb-ku (Tuhan-ku), kamu pasti akan dibangkitkan, kemudian kamu pasti akan diberitahu mengenai apa yang telah kamu kerjakan, dan yang demikian itu mudah bagi Allah.”   Maka berimanlah kepada Allāh dan Rasul-Nya, dan kepada Cahaya yang telah Kami turunkan,  dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.  یَوۡمَ یَجۡمَعُکُمۡ  لِیَوۡمِ الۡجَمۡعِ -- pada hari Dia  mengumpulkan kamu pada  Hari Berhimpun, ذٰلِکَ یَوۡمُ التَّغَابُنِ  -- itulah Hari kerugian dan keuntungan.  Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan beramal saleh,  Dia akan menghapuskan darinya keburukan-keburukannya dan Dia akan memasukkannya ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka akan tinggal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.  Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan Tanda-tanda Kami, mereka itu adalah penghuni Api, mereka akan kekal di dalamnya, dan itu seburuk-buruk tempat kembali. Sesuatu musibah sekali-kali tidak  akan menimpa  kecuali dengan izin  Allah. Dan barangsiapa beriman kepada  Allah, Dia memberi petunjuk kepada hatinya,  dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.   Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, tetapi jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan amanat dengan jelas            Allah tidak ada Tuhan kecuali Dia, dan kepada Allah hendaknya bertawakkal orang-orang mukmin.  (At-Taghābūn [64]:6-14).
  Ungkapan ayat  yaum-at-taghābun  dalam  Al-Mufradat  telah diartikan bermacam-macam,  yaitu: 
 (1) Hari kerugian dan keuntungan, yaitu  ketika orang-orang beriman akan mengetahui apa yang telah diperoleh mereka sebagai keuntungan, dan orang kafir akan mengetahui apa yang hilang dari mereka sebagai kerugian.
 (2) Hari perwujudan kerugian, yaitu  pada hari itu orang-orang kafir akan menyadari betapa banyaknya kekurangan mereka dalam melaksanakan kewajiban mereka terhadap Tuhan dan  terhadap sesama manusia, dan dengan demikian kerugian akan menjadi jelas tampak kepada mereka.
 (3) Hari ketika orang-orang beriman akan menunjukkan noda dan cacat kepada kekurang bijaksanaan orang-orang kafir yang lebih menyukai kekafiran daripada keimanan.

 Nabi Besar Muhammad Saw. Rasul Allah untuk Seluruh Umat Manusia

    Sehubungan dengan kedengkian Kain terhadap saudaranya, Habil,  dan  penyesalan yang dialami Kain  dalam   kisah monumental “pengorbanan dua putra Adam” tersebut, selanjutnya Allah Swt. berfirman: 
مِنۡ اَجۡلِ ذٰلِکَ ۚۛؔ کَتَبۡنَا عَلٰی بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ اَنَّہٗ مَنۡ قَتَلَ نَفۡسًۢا بِغَیۡرِ نَفۡسٍ اَوۡ فَسَادٍ فِی الۡاَرۡضِ فَکَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِیۡعًا ؕ وَ مَنۡ  اَحۡیَاہَا فَکَاَنَّمَاۤ اَحۡیَا النَّاسَ جَمِیۡعًا ؕ وَ لَقَدۡ جَآءَتۡہُمۡ رُسُلُنَا بِالۡبَیِّنٰتِ ۫ ثُمَّ  اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنۡہُمۡ بَعۡدَ ذٰلِکَ فِی الۡاَرۡضِ لَمُسۡرِفُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّمَا جَزٰٓؤُا الَّذِیۡنَ یُحَارِبُوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ یَسۡعَوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ فَسَادًا اَنۡ یُّقَتَّلُوۡۤا اَوۡ یُصَلَّبُوۡۤا اَوۡ تُقَطَّعَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ اَرۡجُلُہُمۡ مِّنۡ خِلَافٍ اَوۡ یُنۡفَوۡا مِنَ  الۡاَرۡضِ ؕ ذٰلِکَ لَہُمۡ خِزۡیٌ فِی الدُّنۡیَا وَ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ اِلَّا الَّذِیۡنَ تَابُوۡا مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ تَقۡدِرُوۡا عَلَیۡہِمۡ ۚ فَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ﴿٪﴾
Oleh sebab itu Kami tetapkan bagi Bani Israil bahwa: Barangsiapa yang membunuh seseorang,  padahal orang itu tidak pernah membunuh orang lain atau  telah mengadakan kerusakan  di bumi, maka seolah-olah ia membunuh seluruh manusia;  dan barangsiapa menyelamatkan nyawa seseorang maka ia seolah-olah meng-hidupkan seluruh manusia. Dan sungguh benar-benar telah datang kepada mereka  rasul-rasul Kami dengan Tanda-tanda yang nyata, kemudian sesudah itu  sungguh kebanyakan dari mereka benar-benar melampaui batas di bumi. Sesungguhnya balasan bagi orang-orang  yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan berdaya-upaya mengadakan kerusakan di bumi ini ialah mereka dibunuh atau disalib atau pun dipotong tangan dan kakinya disebabkan oleh permusuhan mereka, atau mereka diusir dari negeri. Hal demikian adalah penghinaan bagi mereka di dunia ini, dan di akhirat pun mereka akan mendapat azab yang besar.   Kecuali orang-orang  yang  bertaubat sebelum kamu berkuasa atas mereka, maka ketahuilah bahwa se-sungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.  (Al-Māidah [5]:33-35).  
        Apa yang diisyaratkan dalam ayat ini ialah suatu peristiwa yang serupa dengan apa yang tersebut di sini mengenai dua putra Adam, tetapi peristiwa yang mengandung arti yang jauh lebih luas lagi penting itu, akan terjadi kelak di kemudian hari, yaitu ketika seorang nabi (rasul) Allah akan muncul di antara saudara-saudara Bani Israil. Kenyataan ini akan menimbulkan kemarahan kaum Bani Israil terhadap nabi itu  -- yakni Nabi yang seperti Musa a.s. (Ulangan 18:15-19; QS.46:11)   -- dan mereka akan menjadi haus darah karena disulut oleh rasa iri hati, persis seperti Kain telah menjadi haus darah terhadap saudaranya, Habil.
       Nabi Allah tersebut    -- yakni Nabi Besar Muhammad saw. -- bukan sembarang wujud. Dialah yang akan menjadi Pembaharu Dunia dan ditakdirkan membawa syariat abadi bagi segenap umat manusia yang seluruh masa depan manusia bergantung padanya dan  karena itu membunuhnya adalah sama dengan membunuh seluruh umat manusia dan menyelamatkan jiwanya berarti sama dengan menyelamatkan seluruh umat manusia.

Empat Jenis Hukuman

      Sehubungan dengan hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah Swt. dan Rasul-Nya serta membuat kerusakan di muka bumi   --mereka dibunuh atau disalib atau pun dipotong tangan dan kakinya disebabkan oleh permusuhan mereka, atau mereka diusir dari negeri --  Islam tidak ragu-ragu mengambil tindakan-tindakan yang paling keras bila kepentingan negara atau masyarakat luas menghendaki demikian, untuk membongkar sampai ke akar-akarnya suatu kejahatan yang berbahaya.
      Islam menolak tenggang-rasa palsu yang berdasar emosi khayali, namun  pada waktu menjatuhkan hukuman atas pelanggaran yang mengganggu ketertiban umum, Islam menggunakan akal dan pertimbangan-pertimbangan yang sehat. Hukuman yang ditetapkan di sini terdiri atas empat kategori, yakni  (1)  mereka dibunuh  (2) disalib,  (3)   dipotong tangan dan kakinya,  (4)   diusir dari negeri.
       Bentuk hukuman yang dijatuhkan dalam suatu perkara tertentu akan bergantung pada suasana dan lingkungan. Memberikan atau menjatuhkan hukuman adalah menjadi wewenang pemerintah dan bukan wewenang perseorangan. Kata-kata diusir dari negeri, menurut Imam Abu Hanifah berarti dipenjarakan.
  Yang dimaksud dengan  ayat اِنَّمَا جَزٰٓؤُا الَّذِیۡنَ یُحَارِبُوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ یَسۡعَوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ فَسَادًا  --  Sesungguhnya balasan bagi orang-orang  yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan berdaya-upaya mengadakan kerusakan di bumi   tidak mengisyaratkan kepada perampok-perampok dan penyamun-penyamun biasa melainkan kepada pemberontak dan penjahat-penjahat yang menyerang negara Islam, sebagaimana jelas dari kata-kata, yang memerangi Allah dan Rasul-Nya. Kesimpulan demikian selanjutnya ditunjang oleh kenyataan bahwa ayat ini menjanjikan pengampunan kepada pelanggar-pelanggar hukum apabila mereka bertaubat.  
      Hukuman berupa  pengusiran tersebut pernah dilaksanakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. ketika beliau mengusir tiga kabilah Yahudi  dari  Madinah --  Banu Qainuqa’, Banu Nadhir dan Banu Quraizhah -- yang terus menerus melakukan pengkhianatan terhadap perjanjian  yang mereka ikat dengan Nabi Besar Muhammad saw. QS.59:3-5).
       Tindakan pengusiran yang dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad saw. tersebut sesuai dengan Sunnatullah  yang terjadi pada Bani Israil sebelumnya, akibat kedurhakaan mereka kepada Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., yang akibat kutukan  kedua Rasul Allah tersebut   (QS.5:79-81) maka  orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil telah duka kali mengalami pengusiran dari Yerusalem, pertama    oleh  serbuan dahsyat   balatentara raja Nebukadnezar dari Babilolia (QS.2:260), dan yang kedua kali  oleh serbuan dahsyat   Panglima Titus dari kerajaan Rumawi (QS.17:5-11).
     Tetapi nyata bahwa mereka yang berbuat jahat terhadap perseorangan-perseorangan atau terhadap masyarakat, seperti perampok-perampok dan pencuri-pencuri, dalam keadaan biasa tidak bisa diampuni oleh negara, sekalipun mereka bertaubat. Mereka harus mengalami hukuman karena perbuatan jahat mereka sesuai dengan ketentuan hukum.
          Sudah   tentu taubat dapat menjamin mendapat ampunan dari Allah Swt.  tetapi kekuasaan negara dalam hal ini terbatas. Akan tetapi penjahat-penjahat politik bisa dimaafkan oleh negara jika mereka bertaubat dan berhenti dari kegiatan-kegiatan memberontak dan berhenti dari aktivitas-aktivitas lainnya yang mengganggu kebijaksanaan negara.

Makna “Surga Didekatkan” & Tingkatan  Ruhani Nafs al-Muthmainnah (Jiwa yang Tentram)

      Kembali kepada makna perintah “masuk surga” kepada “laki-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” (QS.36:21) serta  hubungannya dengan “perdagangan yang dapat menyelamatkan dari azab yang pedih” di Akhir Zaman ini (QS.61:11-13), bagi  mereka yang melaksanakannya seakan-akan “surga didekatkan kepada mereka” sedangkan kepada yang menolak melakukannya  seakan-akan “neraka jahannam didekatkan  kepada mereka”, mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman-Nya berikut ini:
وَ اُزۡلِفَتِ  الۡجَنَّۃُ   لِلۡمُتَّقِیۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ  بُرِّزَتِ الۡجَحِیۡمُ  لِلۡغٰوِیۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ  قِیۡلَ  لَہُمۡ اَیۡنَمَا کُنۡتُمۡ تَعۡبُدُوۡنَ ﴿ۙ﴾  مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ ہَلۡ یَنۡصُرُوۡنَکُمۡ  اَوۡ یَنۡتَصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  فَکُبۡکِبُوۡا فِیۡہَا  ہُمۡ  وَ الۡغَاوٗنَ ﴿ۙ﴾  وَ  جُنُوۡدُ   اِبۡلِیۡسَ  اَجۡمَعُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan surga akan didekatkan  bagi orang-orang yang bertakwa,   dan Jahannam akan ditampakkan dengan jelas kepada orang-orang yang sesat. Dan akan dikatakan kepada mereka: “Di manakah mereka yang kamu sembah  selain Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?” Lalu mereka akan dijungkirkan ke dalamnya, mereka dan orang-orang yang sesat,  dan lasykar-lasykar iblis semuanya.  (Asy-Syu’ara [26]:91-96).
  Kata-kata  وَ اُزۡلِفَتِ  الۡجَنَّۃُ   لِلۡمُتَّقِیۡنَ    --    Dan surga akan didekatkan bagi orang-orang yang bertakwa  berarti bahwa orang-orang bertakwa akan diberi kemampuan-kemampuan baru lagi lebih baik untuk menikmati nikmat surga di dalam kehidupannya di dunia ini juga, sebab bagi mereka Allah Swt. menjanjikan dua  surga, firman-Nya:
وَ  لِمَنۡ خَافَ مَقَامَ  رَبِّہٖ  جَنَّتٰنِ ﴿ۚ﴾
Dan bagi orang yang takut akan   Keagungan Rabb-nya (Tuhan-nya) ada dua surga.  (Ar-Rahmān [55]:47).
   Kata “dua surga” dapat berarti: (1) ketenteraman pikiran yang merupakan hasil menjalani kehidupan yang baik, dan (2) kebebasan dari kekhawatiran dan kecemasan yang mencekam hati akibat menjalani hidup mengejar kesenangan dan kebahagiaan duniawi.
Kebun surgawi pertama terdapat di dunia ini dalam hal melepaskan keinginan sendiri (hawa-nafsu) karena Allah Swt., dan kebun surgawi lainnya dalam memperoleh berkat dan keridhaan Ilahi di akhirat.
 Seorang mukmin sejati selama-lamanya berjemur di dalam sinar matahari rahmat Ilahi di dunia ini, yang tidak dapat diusik oleh pikiran-pikiran susah. Inilah surga dunia, yang dianugerahkan kepada hamba Allah yang bertakwa dan di dalamnya ia akan tinggal selamanya, yakni bagi hamba-hamba Allah  yang  telah mencapai tingkatan  ruhani nafs muthmainnah (jiwa yang tentram),  firman-Nya: 
یٰۤاَیَّتُہَا النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿٭ۖ﴾    ارۡجِعِیۡۤ  اِلٰی  رَبِّکِ رَاضِیَۃً  مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ﴾  فَادۡخُلِیۡ  فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾  وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪﴾
Hai jiwa yang tenteram!   Kembalilah kepada Tuhan eng-kau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia pun ridha kepada engkau.  Maka masuklah dalam golong-an hamba-hamba-Ku,   dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr [89]:28-31).
   Ayat-ayat ini mengisyaratkan kepada  tingkat perkembangan ruhani tertinggi ketika manusia ridha kepada Tuhan-nya dan Tuhan pun ridha kepadanya (QS.58:23). Pada tingkat ini yang disebut pula tingkat surgawi, ia menjadi kebal terhadap segala macam kelemahan akhlak, diperkuat dengan kekuatan ruhani yang khusus. Ia “manunggal” dengan Allah Swt. dan tidak dapat hidup tanpa Dia. Di dunia inilah -- dan bukan sesudah mati  -- perubahan ruhani besar terjadi di dalam dirinya, dan di dunia inilah  dan bukan di tempat lain jalan dibukakan baginya untuk masuk ke surga.
   Inilah salah satu makna    perintah Allah Swt. kepada “laki-laki pemberani” dalam  ayat    قِیۡلَ ادۡخُلِ الۡجَنَّۃَ   --  “masuklah ke dalam surga” (QS.36:27), sebab hamba Allah tersebut    -- yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- telah mencapai tingkatan tertinggi dari keempat martabat keruhanian yang disediakan Allah Swt. bagi para pecinta sejati Nabi Besar Muhammad saw., yakni kenabian (QS.3:32; QS.4:70-71).

Makna “Neraka Jahanam Didekatkan

 Surga yang dijanjikan di akhirat hanyalah suatu bayangan surga di dunia ini, yang merupakan suatu peragaan rahmat ruhani yang dinikmati orang serupa itu di dunia ini. Kepada keadaan hidup surgawi seorang mukmin sejati inilah Al-Quran mengisyaratkan di dalam QS.10:65 dan QS.41:32.
Kata “dua surga” itu mungkin juga dua lembah subur, yang diairi oleh dua aliran sungai – Jaihan dan Saihan  serta Efrat dan Nil, yang menurut sebuah hadits adalah sungai-sungai surgawi (Muslim). Kedua lembah  sungai-sungai surgawi tersebut  jatuh ke tangan orang-orang Islam di masa Khalifah Umar bin Khaththab r.a..
  Sedangkan  ayat  وَ  بُرِّزَتِ الۡجَحِیۡمُ  لِلۡغٰوِیۡنَ   -- “Dan Jahannam akan ditampakkan dengan jelas kepada orang-orang yang sesat” (Asy-Syu’ara [26]:92) dijelaskan dalam Surah At-Takātsur, firman-Nya 
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اَلۡہٰکُمُ  التَّکَاثُرُ ۙ﴿﴾  حَتّٰی زُرۡتُمُ  الۡمَقَابِرَ ؕ﴿﴾  کَلَّا  سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ﴿﴾  ثُمَّ  کَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ؕ﴿﴾  کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ  الۡیَقِیۡنِ ؕ﴿﴾  لَتَرَوُنَّ  الۡجَحِیۡمَ ۙ﴿﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّہَا عَیۡنَ الۡیَقِیۡنِ ۙ﴿﴾  ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَئِذٍ عَنِ النَّعِیۡمِ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.     Dalam  upaya memperbanyak kekayaan  telah melalaikan kamu,   hingga kamu sampai di kuburan.    Sekali-kali tidak, segera kamu akan mengetahui.  Kemudian, sekali-kali tidak demikian, segera kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui hakikat itu dengan ilmu yakin.    Niscaya kamu akan melihat Jahannam, kemudian kamu niscaya  akan melihatnya dengan mata yakin.   Kemudian pada hari itu kamu pasti akan ditanya  mengenai kenikmatan. (At-Takātsur [102]:1-9). 
   Dalam ayat 2 dan 3 Allah Swt. menggambarkan  ketamakan dan hasrat berlebihan pada manusia untuk mengungguli orang lain dalam jumlah kekayaan, kedudukan dan gengsi, itulah makna kata takātsur (upaya memperbanyak).  Ketiga  hal tersebut  merupakan penyebab utama segala kesulitan manusia dan merupakan penyebab kelalaian manusia terhadap nilai-nilai hidup yang lebih tinggi, yaitu untuk memperagakan  Sifat-sifat sempurna Allah Swt. melalui  ibadah kepada Allah Swt. (QS.51:57),  berupa pelaksanaan haququllāh dan haququl ‘ibād sebagaimana yang dicontohkan secara sempurna  oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22). Itulah makna yang terkandung dalam ayat  اَلۡہٰکُمُ  التَّکَاثُرُ ۙ -- “dalam  upaya memperbanyak kekayaan   telah melalaikan kamu
    Selanjutnya Allah Swt. berfirman حَتّٰی زُرۡتُمُ  الۡمَقَابِرَ    -- “hingga kamu sampai di kuburan.” Merupakan kemalangan manusia yang sangat besar, bahwa nafsunya untuk memperoleh barang-barang duniawi tidak mengenal batas dan tidak menyisihkan waktu sedikit pun untuk memikirkan Tuhan dan alam (kehidupan) akhirat. Ia tetap asyik dengan hal-hal tersebut, hingga  kematian merenggutnya, dan baru pada saat itulah ia menyadari, bahwa ia telah menyia-nyiakan hidupnya yang sangat berharga dalam mengejar-ngejar sesuatu yang tiada gunanya itu.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,    2 Februari      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar