بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
177
Jangan
Mengikuti Secara Membuta Kesuksesan
Duniawi Kaum-kaum Lain
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada
akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan firman-Nya mengenai maraknya kobaran
api berbagai bentuk bencana alam
di Akhir Zaman ini – yakni azab
Ilahi -- yang membuktikan kebenaran pernyataan Allah
Swt. dalam firman-firman-Nya, bahwa di Akhir
Zaman berbagai bentuk kerusakan parah telah kembali melanda “daratan dan lautan” -- yakni alam
jasmani dan alam ruhani (dunia
keruhanian) --- firman-Nya:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ
سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ
اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ
لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا
مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ
یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan
kepada mereka akibat seba-gian perbuatan
yang mereka lakukan, supaya mereka
kembali dari kedurhakaannya. Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah
bagaimana buruknya akibat
bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang
musyrik.” Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat
dihindarkan, pada hari itu orang-orang beriman dan kafir akan terpisah. (Ar-Rūm [30]:42-44).
Firman-Nya
lagi:
اَلَمۡ یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ اللّٰہِ وَ مَا
نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا
الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ
الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا
اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ
الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat kebenaran
yang telah turun kepada mereka,
dan mereka tidak menjadi seperti
orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang
atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, dan kebanyakan
dari mereka menjadi durhaka? Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
Dengan demikian benarlah ucapan “orang-orang
berakal” sebelum ini, firman-Nya:
رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ
اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ﴿﴾
“Ya Rabb (Tuhan) kami, tidaklah
Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau dari perbuatan
sia-sia maka peliharalah kami dari
azab Api. Wahai Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan
sekali-kali tidak ada bagi orang-orang
zalim seorang penolong pun. (Ali ‘Imran [3]:192-193).
Ada pun Sunnatullah yang senantiasa
berlaku untuk “menghidupkan bumi yang mati” akibat kemarau panjang yang terjadi adalah melalui curahan air hujan dari langit, demikian juga Sunnatullah yang berlaku di dalam alam ruhani jika hati manusia telah keras
membatu, akibat telah jauh dari masa
kenabian yang penuh berkat, yaitu
melalui curahan hujan wahyu Ilahi kepada Rasul
Allah yang kedatangannya dijanjik
an, firman-Nya:
اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Ketahuilah,
bahwasanya Allah menghidupkan
bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada
kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd
[57]:18).
Pentingnya Beriman kepada “Penyeru dari Allah” & Pengabulan “Jual-beli,
Persahabatan, dan Syafaat”
Berfungsinya “indera-indera ruhani” orang-orang “yang mempergunakan akalnya”
tersebut telah menyebabkan mereka mendengar seruan seorang “Penyeru dari Allah”
yang kedatangannya ditunggu-tunggu
oleh seluruh umat beragama di Akhir Zaman ini, sebab mereka mengetahui bahwa Allah Swt. tidak
pernah mengazab suatu kaum sebelum
terlebih dulu diutus seorang Rasul Allah kepada mereka (QS.6:132;
QS.11:118; QS.17:16; QS.20:134-136;
QS.28:60), firman-Nya:
رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ
اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ فَاٰمَنَّا ٭ۖ
رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ
تَوَفَّنَا مَعَ الۡاَبۡرَارِ ﴿﴾ۚ رَبَّنَا وَ اٰتِنَا
مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ
لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿﴾
“Wahai Rabb
(Tuhan) kami, sesungguhnya kami telah
mendengar seorang Penyeru menyeru
kami kepada keimanan seraya berkata:
"Berimanlah kamu kepada Rabb (Tuhan) kamu" maka kami telah
beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah
bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah
dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbuat kebajikan. Wahai Rabb
(Tuhan) kami, karena itu berikanlah
kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari
Kiamat, sesungguhnya Engkau
tidak pernah menyalahi janji.”
(Ali ‘Imran [3]:194-195).
Mereka
inilah orang-orang beruntung yang akan memperoleh manfaat dari “jual-beli, persahabatan, dan syafaat” dari Allah Swt.
dan Rasul Allah, sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab 171 dan Bab
172 mengenai kisah
monumental pengorbanan “dua putra Adam” (QS.5:28-35), dan
firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ
لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَ الۡکٰفِرُوۡنَ
ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ
Hai
orang-orang yang beriman, belanjakanlah apa yang telah Kami
rezekikan kepada kamu sebelum datang hari
yang tidak ada jual-beli di dalamnya, tidak ada persahabatan,
dan tidak pula
syafaat, dan orang-orang yang kafir mereka itulah orang-orang zalim. (Al-Baqarah
[2]:255).
Sehubungan dengan pernyataan
dan doa yang dipanjatkan “orang-orang yang berakal” yang dikemukakan dalam ayat sebelumnya
(QS.3:191-193), selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai dikabulkan-Nya “jual-beli, persahabatan, dan syafaat” bagi mereka“:
فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ
مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡضٍ ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ
اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ
قُتِلُوۡا لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ
اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾
Maka Rabb (Tuhan) mereka telah mengabulkan doa mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu baik laki-laki maupun perempuan.
Sebagian kamu adalah dari sebagian lain, maka orang-orang yang hijrah, yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku,
yang berperang dan yang
terbunuh, niscaya Aku akan
menghapuskan dari mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku akan memasukkan me-reka ke dalam
kebun-kebun yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran
dari sisi Allah, dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran.”
(Ali
‘Imran [3]:196).
Penghormatan Ajaran Islam Terhadap Kaum Perempuan
Karena Surah Ali ‘Imran pada pokoknya memperbincangkan akidah-akidah
dan paham serta cara hidup kaum Kristen, dan karena agama Kristen memberikan kepada perempuan kedudukan yang jelas lebih rendah daripada kedudukan
laki-laki, sekalipun keadaan yang sebenarnya berlawanan dengan pengakuan
gereja Kristen, maka pemberian tekanan oleh ayat ini kepada persamaan kedudukan kaum perempuan kedudukan kaum
pria di dalam alam ruhani merupakan akibat yang wajar sekali,
firman-Nya: فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ
رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ
اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡضٍ -- “Maka Rabb
(Tuhan) mereka telah mengabulkan doa
mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan.”
Ungkapan بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡضٍ -- “sebagian
kamu adalah dari sebagian lain” dimaksudkan
untuk menekankan persamaan kedudukan kaum
pria dan kaum perempuan.
Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman:
اِنَّ الۡمُسۡلِمِیۡنَ وَ
الۡمُسۡلِمٰتِ وَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ وَ الۡقٰنِتِیۡنَ وَ
الۡقٰنِتٰتِ وَ الصّٰدِقِیۡنَ وَ الصّٰدِقٰتِ وَ الصّٰبِرِیۡنَ وَ الصّٰبِرٰتِ وَ
الۡخٰشِعِیۡنَ وَ الۡخٰشِعٰتِ وَ الۡمُتَصَدِّقِیۡنَ وَ الۡمُتَصَدِّقٰتِ وَ
الصَّآئِمِیۡنَ وَ الصّٰٓئِمٰتِ وَ الۡحٰفِظِیۡنَ فُرُوۡجَہُمۡ وَ الۡحٰفِظٰتِ وَ
الذّٰکِرِیۡنَ اللّٰہَ کَثِیۡرًا وَّ الذّٰکِرٰتِ ۙ اَعَدَّ اللّٰہُ
لَہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ
اَجۡرًا عَظِیۡمًا
﴿﴾
Sesungguhnya
laki-laki dan perempuan yang berserah diri, laki-laki dan perempuan yang beriman, laki-laki dan perempuan
yang patuh, laki-laki
dan perempuan yang benar, laki-laki
dan perempuan yang sabar, laki-laki
dan perempuan yang meren-dahkan
diri, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kesucian mereka, laki-laki
dan perempuan yang banyak mengingat
Dia, Allah telah menyediakan
bagi mereka itu ampunan dan ganjaran yang
besar. (Al-Ahzāb
[33]:36).
Ayat ini mengandung sangkalan yang paling jitu terhadap tuduhan bahwa Islam
memberi kedudukan yang rendah
terhadap kaum perempuan. Menurut
Al-Quran, kaum perempuan berdiri sejajar dengan kaum laki-laki dan mereka
dapat mencapai ketinggian-ketinggian
ruhani yang dapat dicapai kaum
laki-laki --- kecuali meraih derajat kenabian
(QS.4:70-71) -- serta menikmati semua hak politik dan sosial yang dinikmati kaum laki-laki.
Hanya saja karena lapangan kegiatan mereka (laki-laki dan perempuan) berbeda maka kewajiban-kewajiban mereka lain. Perbedaan dalam tugas kedua golongan jenis kelamin inilah yang dengan keliru, atau mungkin dengan sengaja telah
disalahartikan oleh pengecam-pengecam yang tidak bersahabat terhadap Islam,
seolah-olah Islam memberikan kedudukan lebih rendah kepada kaum perempuan.
Selanjutnya Allah Swt. memperingatkan
umat Islam -- terutama di Akhir Zaman
ini --
agar jangan terpedaya oleh kesuksesan kehidupan duniawi kaum-kaum
lain, berfirman:
لَا یَغُرَّنَّکَ تَقَلُّبُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِی الۡبِلَادِ ﴿﴾ؕ
Janganlah
sekali-kali engkau terpedaya oleh lalu-lalang
orang-orang kafir di dalam negeri.
(Ali
‘Imran [3]:197).
Ayat
ini, di samping mempunyai hubungan dengan zaman Nabi Besar Muhammad saw., juga kena benar kepada kemajuan duniawi yang menakjubkan di kalangan bangsa-bangsa Kristen dalam segala bidang kehidupan dewasa ini. Ayat ini
pun memperingatkan kaum Muslimin di Akhir Zaman ini agar jangan tertipu atau terpukau oleh kesilauan kemajuan
sementara dan fana ini.
Jangan
Membebek Kepada Kaum lain
Sehubungan dengan kemajuan duniawi kaum-kaum Non-Muslim tersebut selanjutnya Al-Masih
Mau’ud a.s. – yakni pendiri Jemaat Ahmadiyah -- menurlis dalam buku Kishti Nuh (Bahtera Nuh):
“Awas, demi
kamu melihat kaum lain -- betapa mereka telah mencapai kemajuan-kemajuan dan rencana-rencana duniawi mereka –
janganlah kemudian timbul kehendak di dalam diri kamu untuk mengikuti jejak mereka. Dengarlah dan
maklumilah, bahwa mereka itu terasing dan lengah dari Tuhan,
Yang memanggil kamu untuk datang ke
samping-Nya.
Apa artinya
tuhan mereka yang sekedar
berupa wujud insan yang sangat lemah. Oleh karenanya pantas mereka dibiarkan berlarut -larut dalam kesesatan
dan kelalaian. Aku tidak bermaksud
untuk mencegah kamu dari berusaha untuk mencari dan memperoleh kebaikan-kebaikan duniawi, melainkan kamu jangan hendaknya mengikuti cara-cara mereka yang memandang kehidupan dunia ini bagaikan
kehidupan yang mutlak.
Di dalam, tiap-tiap sesuatu yang kamu
kerjakan – baik yang bersangkut-paut dengan kehidupan dunia atau pun dengan akhirat -- hendaknya kamu memohon terus menerus kepada Tuhan supaya Dia menganugerahi kekuatan dan taufik,
tetapi dalam memohon pertolongan ini jangan hanya sekedar di bibir saja, melainkan hendaknya benar-benar keyakinan itu diresapkan bahwa tiap-tiap berkat turunnya dari langit.
Kamu akan benar-benar menjadi orang shalih hanya apabila pada setiap waktu jika kesulitan datang menimpa kamu, sebelum
kamu mengatur rencana untuk menanggulangi kesulitan itu, kamu menutup pintu kamar kamu dahulu lalu merebahkan diri kamu di hadapan singgasana
Ilahi, meratap di hadapan Dia bahwa kamu dihadapkan kepada suatu kesulitan dan kamu memohon karunia-Nya.
Maka niscaya Ruhulqudus akan menolong kamu, dan dengan jalan
gaib akan membukakan jalan-jalan
keluar bagi kamu.
Kasihanilah
jiwa kamu, dan janganlah mengikuti
jejak mereka yang begitu rupa
mengandalkan kepada usaha-usaha lahiriah, sehingga
untuk memohon pertolongan Ilahi mereka itu sukar untuk mengucapkan Insya Allah (jika Allah menghendaki), sehingga Allah membukakan mata kamu dan kamu
tahu bahwa Tuhan kamu itu adalah laksana
sokoguru dari segala rencana
kamu. Kalau sokoguru dari atap rumah jatuh apakah penunjang-penunjang lainnya dapat
bertahan? Tidak, bahkan pada suatu waktu akan rebah juga, dan boleh jadi
dengan robohnya bangunan itu akan jatuh beberapa korban.
Demikian pula halnya rencama-rencana kamu itu tanpa adanya pertolongan Ilahi tidak akan
dapat terwujud. Apabila kamu tidak meminta pertolongan,
dan memohon kekuatan dari Dia tidak kamu jadikan pegangan maka kamu tidak akan memperoleh sukses, dan kesudahannya kamu akan mati dengan membawa penyesalan yang amat besar.
Janganlah
kamu terheran-heran memikirkan bagaimana kaum-kaum yang lain bisa maju
padahal mereka tidak tahu menahu tentang
kamu punya Tuhan Yang Paripurna
dan Maha Perkasa.
Jawabannya ialah, bahwa karena mereka
telah meninggalkan Tuhan, mereka telah dihadapkan kepada ujian secara materi.
Kadangkala ujian dari Tuhan itu mengambil bentuk demikian, bahwa barangsiapa yang meninggalkan Tuhan, hatinya lekat kepada kemabukan dan kelezatan
dunia serta mendambakan kemewahan materi, maka kepadanya pintu keduniaan
dibukakan, tetapi ditilik dari segi agama orang itu miskin dan telanjang belaka. Akhirnya ia
tenggelam dalam khayalan-khyalan
duniawi dan dimasukkan ke dalam
kancah api jahannam yang abadi[1].
Kadangkala ujian itu mengambil bentuk demikian rupa, bahwa orang semacam itu tetap tidak akan berhasil dalam usahanya
menumpukkan harta. Tetapi ujian
yang disebut terakhir itu tidak seberapa
bahayanya dibandingkan dengan ujian yang disebut terdahulu, sebab yang
pertama itu menimbulkan di dalam diri orang itu suatu perasaan sombong dan tinggi-hati.
Betapa pun juga kedua corak manusia ini tergolong manusia yang dimurkai Tuhan.
Sumber
pokok dari kesejahteraan adalah Tuhan. Oleh karena itu apabila
orang-orang ini tidak mengetahui tentang Tuhan
Yang Hayyul-Qayyum – bahkan tidak mempedulikan dan membelakangi Dia -- maka bagaimanakah kesejahteraan yang hakiki akan
sampai kepada mereka? Berbahagialah orang yang mengerti akan
rahasia ini, dan sebaliknya binasalah
orang yang tidak mengerti akan rahasia ini.
Demikian pula hendaknya kamu jangan mengikuti jejak para ahli
filsafat dunia, dan jangan
hendaknya menjadi silau mata kamu dan terpesona
oleh ketenaran dan kehormatannya, sebab semuanya itu hanyalah bukti dari kebodohannya belaka. Filsafat yang sejati
ialah yang Tuhan telah ajarkan kepada kamu dalam Kitab
suci-Nya.
Binasalah
orang-orang yang tergila-gila oleh ahli-ahli filsafat duniawi, dan berbahagialah orang-orang yang mencari
ilmu filsafat yang sejati di
dalam lembaran-lembaran suci Kitab Allah. Mengapakah kamu mengikuti
jejak orang-orang yang bodoh? Apakah kamu
hendak berlari-lari di belakang orang buta, dengan harapan supaya dia menunjuki kamu jalan bagi kamu?
Wahai, orang yang bodoh! Betapakah dia
dapat membimbing kamu kalau dia
sendiri pun buta? Sesungguhnya filsafat yang sejati itu diperoleh hanya dengan perantaraan Ruhulqudus
yang telah dijanjikan kepada kamu.
Dengan perantaranan Ruh itu kamu akan menjangkau ilmu-ilmu yang kudus (suci), yang
orang lain tidak memperolehnya.
Kalau
kamu bermohon dengan kesungguhan
hati niscaya kamu akan memperoleh ilmu-ilmu tersebut, dan kemudian kamu akan menyadari bahwa itulah
sebenarnya ilmu yang
memberikan kesegaran dan kehidupan baru kepada hati-sanubari
serta menjulangkan kamu tinggi-tinggi ke
puncak menara keyakinan
yang sempurna.
Bagaimanakah
orang yang suka memakan bangkai akan
dapat menyuguhkan makanan yang bersih-murni? Bagaimanakah orang yang buta akan dapat memperlihatkan sesuatu? Segala sesuatu hikmah
yang suci datangnya dari langit, maka apakah yang dapat kamu cari dari orang-orang duniawi?
Orang-orang yang mewarisi hikmah
itu ialah mereka yang yang ruhnya lepas terbang menjurus ke langit. Bagaimanakah mereka
yang tidak berkepuasan di dalam
hatinya akan dapat memberikan ketentraman batin kepada kamu? Akan tetapi yang dan utama
ialah kelurusan dan kebersihan, kemudian sesudah itu kamu memperoleh segala sesuatu yang kamu
inginkan.”
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 10 Februari
2014
[1]
Masih Mau’ud a.s. telah menjelaskan di tempat lain bahwa perkataan “abadi” di
sini berarti jangak-waktu yang lama sekali (Pent.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar