Sabtu, 15 Maret 2014

Jangan Mengikuti Secara Membuta "Kesuksesan Duniawwi" Kaum-kaum Lain


 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  177

   Jangan Mengikuti Secara Membuta Kesuksesan Duniawi Kaum-kaum Lain     

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  firman-Nya mengenai  maraknya kobaran api berbagai bentuk bencana alam di Akhir Zaman ini – yakni  azab Ilahi  --  yang membuktikan kebenaran  pernyataan Allah Swt. dalam firman-firman-Nya, bahwa di Akhir Zaman  berbagai bentuk kerusakan parah telah kembali melanda “daratan dan lautan” --  yakni  alam jasmani dan alam ruhani (dunia keruhanian)  ---  firman-Nya:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾  فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan perbuatan tangan manusia,  supaya dirasakan kepada mereka akibat seba-gian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya.   Katakanlah: Berjalanlah di bumi dan lihatlah bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.”   Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat dihindarkan,  pada hari itu orang-orang beriman  dan kafir akan terpisah. (Ar-Rūm [30]:42-44).
Firman-Nya lagi:
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka  zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?   Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
   Dengan demikian benarlah ucapan  orang-orang berakal” sebelum ini, firman-Nya:   
رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ﴿﴾
“Ya Rabb (Tuhan) kami,  tidaklah Engkau menciptakan  semua ini  sia-sia, Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab Api.  Wahai Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan sekali-kali tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun. (Ali ‘Imran [3]:192-193).
       Ada pun Sunnatullah  yang senantiasa berlaku  untuk “menghidupkan bumi yang mati” akibat kemarau panjang yang terjadi adalah melalui curahan air hujan dari langit, demikian juga Sunnatullah yang berlaku di dalam alam ruhani jika hati manusia telah keras membatu, akibat telah jauh dari masa kenabian yang penuh berkat,  yaitu melalui curahan hujan wahyu Ilahi  kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjik   an, firman-Nya:
اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:18).
    
Pentingnya Beriman kepada “Penyeru dari Allah” & Pengabulan  Jual-beli, Persahabatan, dan Syafaat 

       Berfungsinya “indera-indera ruhani” orang-orang “yang mempergunakan akalnya” tersebut telah menyebabkan mereka mendengar seruan  seorang “Penyeru  dari Allah” yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh seluruh umat  beragama di Akhir Zaman ini,  sebab mereka mengetahui bahwa Allah Swt. tidak pernah mengazab suatu kaum sebelum terlebih dulu diutus  seorang Rasul Allah kepada mereka (QS.6:132; QS.11:118; QS.17:16;  QS.20:134-136; QS.28:60), firman-Nya:
رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ  الۡاَبۡرَارِ ﴿﴾ۚ  رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿﴾
“Wahai  Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru menyeru kami kepada  keimanan seraya berkata:  "Berimanlah kamu kepada  Rabb (Tuhan) kamu" maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama  orang-orang yang berbuat kebajikan.  Wahai Rabb (Tuhan) kami, karena itu berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah menyalahi janji.” (Ali ‘Imran [3]:194-195).
         Mereka inilah orang-orang beruntung  yang akan memperoleh manfaat dari “jual-beli, persahabatan, dan syafaat” dari Allah Swt. dan Rasul Allah, sebagaimana  telah dijelaskan dalam Bab 171 dan Bab 172  mengenai  kisah monumental  pengorbanan “dua putra Adam” (QS.5:28-35), dan firman-Nya berikut ini: 
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَ الۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ  الظّٰلِمُوۡنَ
Hai orang-orang yang beriman,  belanjakanlah apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum datang hari yang tidak ada jual-beli di dalamnya, tidak ada persahabatan,  dan  tidak pula syafaat,  dan orang-orang yang kafir  mereka itulah orang-orang  zalim. (Al-Baqarah [2]:255).
        Sehubungan dengan   pernyataan dan doa yang dipanjatkan “orang-orang yang berakal  yang dikemukakan dalam ayat sebelumnya (QS.3:191-193), selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai dikabulkan-Nya “jual-beli, persahabatan, dan syafaat  bagi mereka“: 
فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ  بَعۡضٍ ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ قُتِلُوۡا لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ   تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾
Maka Rabb (Tuhan) mereka telah mengabulkan doa mereka seraya berfirman:  “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian kamu adalah dari sebagian lain, maka orang-orang yang  hijrah, yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku,  yang  berperang  dan  yang terbunuh, niscaya Aku akan menghapuskan dari mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku  akan memasukkan me-reka ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran dari sisi Allah,   dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran.” (Ali ‘Imran [3]:196).

Penghormatan Ajaran  Islam Terhadap Kaum Perempuan

      Karena Surah Ali ‘Imran  pada pokoknya memperbincangkan  akidah-akidah dan paham serta cara hidup kaum Kristen, dan karena agama Kristen memberikan kepada perempuan  kedudukan yang jelas lebih rendah daripada kedudukan laki-laki, sekalipun keadaan yang sebenarnya berlawanan dengan pengakuan gereja Kristen, maka pemberian tekanan oleh ayat ini kepada persamaan kedudukan kaum perempuan kedudukan kaum pria di dalam alam ruhani  merupakan akibat yang wajar sekali, firman-Nya:   فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ  بَعۡضٍ  --    “Maka Rabb (Tuhan) mereka telah mengabulkan doa mereka seraya berfirman:  “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan.”
      Ungkapan  بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ  بَعۡضٍ -- “sebagian kamu adalah dari sebagian lain”  dimaksudkan untuk menekankan persamaan kedudukan kaum pria dan kaum perempuan. Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman:
اِنَّ  الۡمُسۡلِمِیۡنَ وَ الۡمُسۡلِمٰتِ وَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ وَ الۡقٰنِتِیۡنَ وَ الۡقٰنِتٰتِ وَ الصّٰدِقِیۡنَ وَ الصّٰدِقٰتِ وَ الصّٰبِرِیۡنَ وَ الصّٰبِرٰتِ وَ الۡخٰشِعِیۡنَ وَ الۡخٰشِعٰتِ وَ الۡمُتَصَدِّقِیۡنَ وَ الۡمُتَصَدِّقٰتِ وَ الصَّآئِمِیۡنَ وَ الصّٰٓئِمٰتِ وَ الۡحٰفِظِیۡنَ فُرُوۡجَہُمۡ وَ الۡحٰفِظٰتِ وَ الذّٰکِرِیۡنَ اللّٰہَ کَثِیۡرًا وَّ الذّٰکِرٰتِ ۙ اَعَدَّ  اللّٰہُ   لَہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا  عَظِیۡمًا  ﴿﴾
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang berserah diri, laki-laki  dan perempuan yang beriman,  laki-laki  dan perempuan  yang patuh,  laki-laki  dan perempuan yang benar,  laki-laki  dan perempuan yang sabar,   laki-laki  dan perempuan yang meren-dahkan diri, laki-laki  dan  perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah,  laki-laki  dan perempuan yang berpuasa,  laki-laki  dan perempuan yang memelihara   kesucian mereka,  laki-laki  dan perempuan yang banyak mengingat Dia, Allah telah menyediakan bagi  mereka itu ampunan dan ganjaran yang besar.  (Al-Ahzāb [33]:36).  
      Ayat ini mengandung sangkalan yang paling jitu terhadap tuduhan  bahwa Islam memberi kedudukan yang rendah terhadap kaum perempuan. Menurut Al-Quran, kaum perempuan berdiri sejajar dengan kaum laki-laki dan mereka dapat mencapai ketinggian-ketinggian ruhani yang dapat dicapai kaum laki-laki --- kecuali meraih derajat kenabian (QS.4:70-71)   -- serta menikmati semua hak politik dan sosial yang dinikmati kaum laki-laki.
      Hanya saja karena lapangan kegiatan mereka (laki-laki  dan perempuan) berbeda maka kewajiban-kewajiban mereka lain. Perbedaan dalam tugas kedua golongan jenis kelamin inilah yang dengan keliru, atau mungkin dengan sengaja  telah disalahartikan oleh pengecam-pengecam yang tidak bersahabat terhadap Islam, seolah-olah Islam memberikan kedudukan lebih rendah kepada kaum perempuan.
Selanjutnya Allah Swt.  memperingatkan umat Islam    -- terutama di Akhir Zaman ini   --  agar jangan terpedaya oleh kesuksesan kehidupan duniawi kaum-kaum lain, berfirman:
لَا یَغُرَّنَّکَ تَقَلُّبُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِی الۡبِلَادِ  ﴿﴾ؕ 
Janganlah sekali-kali engkau terpedaya  oleh lalu-lalang orang-orang kafir di dalam negeri. (Ali ‘Imran [3]:197).
      Ayat ini, di samping mempunyai hubungan dengan zaman Nabi Besar Muhammad saw.,     juga kena benar kepada kemajuan  duniawi yang menakjubkan di kalangan bangsa-bangsa Kristen dalam segala bidang kehidupan dewasa ini. Ayat ini pun memperingatkan kaum Muslimin di Akhir Zaman ini agar jangan tertipu atau terpukau oleh kesilauan kemajuan sementara dan fana ini.

Jangan Membebek Kepada Kaum lain

    Sehubungan dengan kemajuan duniawi kaum-kaum Non-Muslim tersebut selanjutnya  Al-Masih Mau’ud a.s. – yakni pendiri Jemaat Ahmadiyah --  menurlis dalam buku Kishti Nuh (Bahtera Nuh):
      Awas,  demi  kamu melihat kaum lain  -- betapa mereka telah mencapai kemajuan-kemajuan dan rencana-rencana duniawi mereka – janganlah  kemudian timbul kehendak di dalam diri kamu untuk mengikuti jejak mereka. Dengarlah dan maklumilah, bahwa mereka itu terasing dan lengah dari Tuhan, Yang memanggil kamu untuk datang ke samping-Nya.
        Apa artinya  tuhan mereka yang  sekedar berupa wujud insan  yang sangat  lemah.  Oleh karenanya pantas mereka dibiarkan berlarut -larut dalam kesesatan dan kelalaian. Aku tidak bermaksud untuk mencegah kamu dari berusaha untuk mencari dan memperoleh kebaikan-kebaikan duniawi, melainkan kamu jangan hendaknya  mengikuti cara-cara mereka yang memandang kehidupan dunia ini bagaikan kehidupan yang mutlak.
        Di dalam, tiap-tiap sesuatu yang kamu kerjakan – baik yang bersangkut-paut dengan kehidupan dunia atau pun dengan akhirat --  hendaknya kamu memohon terus menerus kepada Tuhan supaya Dia menganugerahi kekuatan dan taufik, tetapi   dalam memohon pertolongan ini  jangan hanya sekedar di bibir saja, melainkan hendaknya benar-benar keyakinan itu diresapkan bahwa tiap-tiap berkat  turunnya dari langit.
       Kamu akan benar-benar menjadi orang shalih hanya apabila pada setiap waktu jika kesulitan datang menimpa kamu, sebelum kamu mengatur rencana untuk menanggulangi kesulitan itu, kamu menutup pintu kamar kamu dahulu lalu merebahkan diri kamu di hadapan singgasana Ilahi, meratap di hadapan Dia bahwa kamu dihadapkan kepada suatu kesulitan dan kamu memohon karunia-Nya. Maka niscaya  Ruhulqudus akan menolong kamu, dan dengan jalan  gaib akan membukakan jalan-jalan keluar bagi kamu.
      Kasihanilah jiwa kamu, dan janganlah mengikuti jejak mereka yang begitu  rupa mengandalkan kepada usaha-usaha lahiriah, sehingga untuk memohon pertolongan Ilahi mereka itu sukar untuk mengucapkan Insya Allah  (jika Allah menghendaki), sehingga Allah membukakan mata kamu dan kamu tahu bahwa Tuhan kamu itu adalah laksana sokoguru dari segala rencana kamu. Kalau sokoguru dari atap rumah jatuh apakah penunjang-penunjang lainnya dapat bertahan? Tidak, bahkan pada suatu waktu akan rebah juga,  dan boleh jadi dengan robohnya  bangunan itu akan jatuh  beberapa korban.
     Demikian pula halnya rencama-rencana kamu itu tanpa adanya pertolongan  Ilahi tidak akan dapat terwujud. Apabila kamu tidak meminta pertolongan, dan memohon  kekuatan dari Dia tidak  kamu jadikan pegangan maka kamu tidak akan memperoleh sukses, dan kesudahannya kamu akan mati  dengan membawa penyesalan yang amat besar.
     Janganlah kamu terheran-heran memikirkan bagaimana kaum-kaum yang lain bisa maju padahal mereka tidak tahu menahu tentang kamu punya Tuhan Yang Paripurna dan Maha Perkasa. Jawabannya ialah, bahwa karena mereka telah meninggalkan Tuhan, mereka telah dihadapkan kepada ujian secara materi.
     Kadangkala ujian dari Tuhan itu mengambil bentuk demikian, bahwa barangsiapa yang meninggalkan Tuhan, hatinya lekat kepada kemabukan dan kelezatan dunia serta mendambakan kemewahan materi, maka kepadanya pintu keduniaan dibukakan, tetapi ditilik dari segi agama orang itu miskin dan telanjang belaka. Akhirnya ia tenggelam dalam khayalan-khyalan duniawi dan dimasukkan  ke dalam kancah api jahannam yang abadi[1].
     Kadangkala ujian itu mengambil bentuk demikian rupa, bahwa orang semacam itu tetap tidak akan berhasil dalam usahanya menumpukkan harta. Tetapi ujian yang disebut terakhir itu tidak seberapa bahayanya dibandingkan dengan ujian yang disebut terdahulu, sebab yang pertama  itu  menimbulkan di dalam diri orang itu suatu perasaan sombong dan tinggi-hati. Betapa pun juga kedua corak manusia ini tergolong manusia yang dimurkai Tuhan.
     Sumber pokok dari kesejahteraan  adalah Tuhan. Oleh karena itu apabila orang-orang ini tidak mengetahui tentang Tuhan Yang Hayyul-Qayyum – bahkan tidak mempedulikan dan membelakangi Dia --  maka bagaimanakah  kesejahteraan yang hakiki akan sampai  kepada mereka? Berbahagialah orang yang mengerti akan rahasia ini, dan sebaliknya binasalah orang yang tidak mengerti akan rahasia ini.
    Demikian pula hendaknya kamu jangan mengikuti jejak para ahli filsafat dunia, dan jangan hendaknya menjadi silau mata kamu dan terpesona oleh ketenaran dan kehormatannya, sebab semuanya itu hanyalah bukti dari kebodohannya belaka. Filsafat yang sejati ialah yang Tuhan  telah ajarkan kepada kamu dalam Kitab suci-Nya.  
     Binasalah orang-orang yang tergila-gila oleh ahli-ahli filsafat duniawi, dan berbahagialah orang-orang yang mencari ilmu filsafat yang sejati di dalam lembaran-lembaran suci  Kitab Allah. Mengapakah kamu  mengikuti jejak orang-orang yang bodoh? Apakah kamu hendak berlari-lari di belakang orang buta, dengan harapan supaya dia menunjuki kamu jalan bagi kamu?
     Wahai, orang yang bodoh! Betapakah dia dapat membimbing kamu kalau dia sendiri pun buta? Sesungguhnya filsafat yang sejati itu diperoleh hanya dengan perantaraan Ruhulqudus yang telah dijanjikan kepada kamu. Dengan perantaranan Ruh itu kamu akan menjangkau ilmu-ilmu yang kudus (suci), yang orang lain tidak memperolehnya.
     Kalau  kamu bermohon dengan kesungguhan hati niscaya kamu akan memperoleh ilmu-ilmu tersebut,  dan kemudian kamu akan menyadari bahwa itulah sebenarnya ilmu yang memberikan  kesegaran dan kehidupan baru kepada hati-sanubari serta menjulangkan kamu tinggi-tinggi ke puncak menara keyakinan yang sempurna. 
      Bagaimanakah orang yang suka memakan bangkai akan dapat menyuguhkan makanan yang  bersih-murni? Bagaimanakah orang yang buta akan dapat memperlihatkan sesuatu? Segala sesuatu hikmah  yang suci datangnya dari langit, maka apakah yang dapat kamu cari dari orang-orang duniawi?
     Orang-orang yang mewarisi hikmah itu ialah mereka yang yang ruhnya  lepas terbang menjurus ke langit. Bagaimanakah mereka yang tidak berkepuasan di dalam hatinya akan dapat  memberikan ketentraman batin kepada kamu? Akan tetapi yang dan utama ialah kelurusan dan kebersihan, kemudian sesudah itu kamu memperoleh segala sesuatu yang kamu inginkan.”

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  10  Februari      2014


[1] Masih Mau’ud a.s. telah menjelaskan di tempat lain bahwa perkataan “abadi” di sini berarti jangak-waktu yang lama sekali  (Pent.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar