بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
168
Yaumut-Taghābūn
(Hari Kerugian dan Keuntungan) di Akhir
Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan tawaran
yang dikemukakan Allah Swt. mengenai perniagaan
yang akan menyelamatkan manusia dari azab
yang pedih di Akhir Zaman ini,
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی
تِجَارَۃٍ تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ
اَلِیۡمٍ ﴿﴾ تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ
تُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ
بِاَمۡوَالِکُمۡ وَ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ
لَّکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾ یَغۡفِرۡ
لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ وَ یُدۡخِلۡکُمۡ
جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ وَ مَسٰکِنَ طَیِّبَۃً
فِیۡ جَنّٰتِ عَدۡنٍ ؕ ذٰلِکَ
الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ﴿ۙ﴾ وَ اُخۡرٰی تُحِبُّوۡنَہَا ؕ نَصۡرٌ مِّنَ اللّٰہِ وَ فَتۡحٌ قَرِیۡبٌ ؕ وَ
بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, maukah Aku
tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan
yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta kamu dan jiwa kamu. Yang demikian itu lebih
baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Dia
akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan
Dia akan memasukkan kamu ke kebun-kebun yang
di bawahnya mengalir sungai-sungai,
dan ke tempat-tempat tinggal suci lagi
menyenangkan di dalam surga yang kekal, itulah kemenangan
yang besar. Dan ada lagi karunia
lain yang kamu mencintainya, yaitu
pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (Ash-Shaff
[61]:11-14).
Hari yang di Dalamnya Tidak
Lagi “Jual-Beli, Persahabatan, dan Syafaat”
Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan
bahwa beriman kepada Rasul Akhir Zaman – yakni Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) -- sangat penting
dilakukan, sebab “perniagaan di jalan Allah” yang membuahkan keselamatan
dalam kehidupan di dunia
dan di akhirat tidak bisa dilakukan sekehendak hati setiap orang beriman. Mengisyaratkan kepada hal
itulah peringatan Allah Swt. dalam
firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ
قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا
شَفَاعَۃٌ ؕ وَ الۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ
الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, belanjakanlah apa yang telah Kami
rezekikan kepada kamu sebelum datang hari
yang tidak ada jual-beli di dalamnya, tidak ada persahabatan,
dan tidak pula
syafaat, dan orang-orang yang kafir mereka itulah orang-orang zalim. (Al-Baqarah
[2]:255).
Umumnya ayat tersebut dihubungkan dengan
saat datangnya kematian kepada seseorang
(QS.3:186; QS.21:35-36; QS.29:58), padahal kata yang dipergunakan dalam ayat
itu adalah yaum (hari), yang
menunjukkan kepada waktu yang tidak terbatas atau zaman, bukan mengisyaratkan
kepada saat
kematian menimpa seseorang sebagaimana dikemukakan dalam, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا
لَا تُلۡہِکُمۡ اَمۡوَالُکُمۡ وَ
لَاۤ اَوۡلَادُکُمۡ عَنۡ ذِکۡرِ اللّٰہِ ۚ
وَ مَنۡ یَّفۡعَلۡ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَنۡفِقُوۡا مِنۡ
مَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ اَحَدَکُمُ
الۡمَوۡتُ فَیَقُوۡلَ رَبِّ لَوۡ
لَاۤ اَخَّرۡتَنِیۡۤ اِلٰۤی
اَجَلٍ قَرِیۡبٍ ۙ فَاَصَّدَّقَ وَ
اَکُنۡ مِّنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَنۡ یُّؤَخِّرَ اللّٰہُ نَفۡسًا
اِذَا جَآءَ اَجَلُہَا ؕ وَ اللّٰہُ
خَبِیۡرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta kamu dan anak-anak kamu melalaikan kamu dari mengingat Allah, dan barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah dari apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu
sebelum kematian menimpa seseorang dari
antara kamu lalu ia berkata: “Hai Rabb-ku (Tuhan-ku), seandainya
Engkau menangguhkan sebentar batas
waktuku niscaya aku akan bersedekah dan menjadi
termasuk orang-orang yang saleh.” Dan Allah tidak pernah menangguhkan suatu jiwa apabila batas waktunya telah tiba, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al-Munāfiqun [63]:10-12).
Makna ayat وَ لَنۡ
یُّؤَخِّرَ اللّٰہُ نَفۡسًا اِذَا جَآءَ اَجَلُہَا ؕ وَ اللّٰہُ خَبِیۡرٌۢ
بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ -- “Dan Allah tidak pernah
menangguhkan suatu jiwa apabila
batas waktunya telah tiba”,
yakni bila jiwa kehilangan kesempatan
yang dianugerahkan Allah kepadanya untuk berbakti
pada suatu perjuangan yang baik.
Kesempatan Langka Menjadi “Para
Penolong” Allah Swt. dan Rasul-Nya
Zaman
untuk melakukan pengorbanan
serta kesempatan yang terbaik yang diberikan Allah Swt. kepada umat manusia (umat
beragama) adalah zaman Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37), itulah zaman
untuk menjadi “penolong-penolong”
Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah
dalam ayat berikutnya Allah Swt. telah menyinggung masalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan para pengikut setia beliau --
yaitu golongan hawwariyyin
(QS.61:14-15) -- untuk memperingatkan umat
Islam di Akhir
Zaman ini agar tidak melakukan kesalahan
fatal seperti yang dilakukan para pemuka agama Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili
(QS.4:158-159) -- yakni berusaha membunuh
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban
(QS.4:158-159), firman-Nya:
فَلَمَّاۤ اَحَسَّ
عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ
الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَ اشۡہَدۡ
بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَ اتَّبَعۡنَا
الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَکَرُوۡا وَ
مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Maka tatkala Isa merasa
ada kekafiran pada mereka yakni
kaumnya ia berkata: ”Siapakah penolong-penolongku dalam urusan Allah?” Para hawari
berkata: “Kamilah para penolong urusan Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. “Ya Rabb (Tuhan) kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi.” Dan
mereka, yakni musuh
Al-Masih, merancang makar buruk dan Allah
pun merancang makar tandingan dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Ali
‘Imrān [3]:53-55).
Sehubungan
dengan hal tersebut, berikut perintah
-- dan juga peringatan -- Allah Swt. kepada umat
Islam, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی
ابۡنُ مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ
مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ
نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡۢ
بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ وَ
کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا عَلٰی
عَدُوِّہِمۡ فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪
﴾
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada hawāriyyīn (pengikut-pengikutnya), “Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” Berkata pengikut-pengikut yang setia itu: “Kamilah
penolong-penolong Allah.” Maka segolongan
dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan
lagi kafir, kemudian Kami
membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi orang-orang yang
menang. (Ash-Shaff [61]:15).
Peringatan Allah Swt. dalam “Kisah Monumental Dua Putra Adam”
Kisah
persembahan korban yang dilakukan “dua putra Adam” -- Kain dan Habel (QS.5:28-32) – hendaklah menjadi bahan renungan, karena dari kisah monumental tersebut terbukti bahwa
tidak setiap peribadahan dan perngorbanan pasti membuahkan jual-beli,
persahabatan, dan syafaat seperti yang diharapkan pelakunya, jika hal tersebut tidak dilakukan sesuai dengan kehendak Allah Swt., firman-Nya:
وَ اتۡلُ عَلَیۡہِمۡ نَبَاَ ابۡنَیۡ
اٰدَمَ بِالۡحَقِّ ۘ اِذۡ قَرَّبَا
قُرۡبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنۡ اَحَدِہِمَا وَ لَمۡ یُتَقَبَّلۡ مِنَ الۡاٰخَرِ ؕ
قَالَ لَاَقۡتُلَنَّکَ ؕ قَالَ اِنَّمَا
یَتَقَبَّلُ اللّٰہُ مِنَ الۡمُتَّقِیۡنَ ﴿﴾ لَئِنۡۢ بَسَطۡتَّ
اِلَیَّ یَدَکَ لِتَقۡتُلَنِیۡ مَاۤ
اَنَا بِبَاسِطٍ یَّدِیَ اِلَیۡکَ لِاَقۡتُلَکَ ۚ اِنِّیۡۤ اَخَافُ اللّٰہَ رَبَّ
الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ اِنِّیۡۤ اُرِیۡدُ اَنۡ تَبُوۡٓاَ بِاِثۡمِیۡ وَ
اِثۡمِکَ فَتَکُوۡنَ مِنۡ اَصۡحٰبِ النَّارِ ۚ وَ ذٰلِکَ جَزٰٓؤُا الظّٰلِمِیۡنَ
﴿ۚ﴾ فَطَوَّعَتۡ
لَہٗ نَفۡسُہٗ قَتۡلَ اَخِیۡہِ
فَقَتَلَہٗ فَاَصۡبَحَ مِنَ
الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾ فَبَعَثَ اللّٰہُ
غُرَابًا یَّبۡحَثُ فِی الۡاَرۡضِ لِیُرِیَہٗ کَیۡفَ یُوَارِیۡ سَوۡءَۃَ اَخِیۡہِ
ؕ قَالَ یٰوَیۡلَتٰۤی اَعَجَزۡتُ اَنۡ
اَکُوۡنَ مِثۡلَ ہٰذَا الۡغُرَابِ
فَاُوَارِیَ سَوۡءَۃَ اَخِیۡ ۚ فَاَصۡبَحَ
مِنَ النّٰدِمِیۡنَ ﴿ۚۛۙ﴾
Dan ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua anak
Adam dengan sebenarnya, ketika keduanya memberikan pengorbanan,
maka dikabulkan salah seorang dari
keduanya itu sedangkan dari yang lain tidak dikabulkan, lalu
ia berkata: “Niscaya engkau akan kubunuh.” Saudaranya
berkata: “Sesungguhnya Allah hanya mengabulkan pengorbanan dari orang-orang yang bertakwa. Jika
engkau benar-benar menjangkaukan tangan
engkau terhadapku untuk membunuhku, sekali-kali aku tidak akan menjangkaukan tanganku terhadap engkau untuk membunuh
engkau, sesungguhnya aku takut
kepada Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam. Sesungguhnya aku menginginkan bahwa engkau menanggung dosaku dan dosa
engkau sendiri, maka engkau akan
menjadi penghuni Api, dan demikianlah
balasan bagi orang-orang yang zalim.” Tetapi nafsunya telah membuat dia taat kepadanya
supaya membunuh saudaranya,
lalu dia membunuhnya, maka dia
pun menjadi termasuk orang-orang yang
rugi. Lalu Allah
mengirim seekor burung gagak yang menggaruk-garuk di tanah untuk memperlihatkan
kepadanya, bagaimana cara
menyembu-nyikan mayat saudaranya. Ia berkata: “Celaka aku! Tidak sanggupkah aku berbuat seperti gagak ini supaya dapat kusembunyikan mayat saudaraku?”
Maka jadilah ia di antara orang-orang
yang menyesal.(Al-Māidah
[5]:28-32).
Sebutan
“kedua anak Adam,” secara kiasan
maksudnya ialah dua pribadi siapa
saja dari antara segenap keturunan umat manusia. Perumpamaan itu pun menggambarkan sikap tidak bersahabat kaum Bani Israil terhadap keturunan Bani Isma’il, karena silsilah
kenabian telah dipindahkan Allah
Swt. dari mereka kepada kaum Bani Isma’il dalam pribadi Nabi
Besar Muhammad saw..
Urīdu (aku menginginkan)
diserap dari kata rāda yang kadang-kadang tidak menyatakan keinginan yang sebenarnya melainkan
hanya menerangkan suatu keadaan atau kondisi praktis yang agaknya menjurus kepada
suatu situasi tertentu (QS.18:78).
Dengan demikian apa yang
dikemukakan ayat 29 tidak berarti bahwa Habel menghendaki saudaranya, Kain, dicampakkan ke dalam neraka. Apa yang dimaksud oleh perkataan
Habel hanya menggambarkan akibat
wajar tapi pasti dari sikapnya
sendiri yang tidak-agresip (pengalah)
itu yaitu saudaranya (Kain) akan masuk neraka.
Jika ia membunuh Habel.
Yaumut-
Taghābūn (Hari Kerugian dan Keberuntungan)
Itsmi artinya “dosa yang dibuat terhadapku.” Di sini
calon korban (Habel) itu hanya
menggambarkan akibat dari perbuatan
yang akan dilakukan oleh
saudaranya (Kain) yang akan membunuh Habel. Ungkapan ini dapat juga dijelaskan dengan jalan lain sebagai
berikut:
Menurut riwayat Nabi Besar Muhammad saw. bersabda, bahwa pada Hari Peradilan perbuatan-perbuatan baik
yang dilakukan orang-orang zalim,
akan dipindahkan kepada orang-orang yang dizalimi oleh mereka, dan seandainya orang-orang
zalim sama sekali tidak pernah
berbuat baik, maka dosa orang-orang
yang dizalimi akan diperhitungkan (dipindahkan) kepada orang-orang zalim, sehingga dengan demikian orang-orang
zalim bukan saja menanggung dosa mereka sendiri, tetapi juga
menanggung dosa-dosa orang yang dizalimi (Muslim,
bab al-Birr wa’l Shila).
Menurut
Allah Swt., kisah monumental pengorbanan “Dua Putra Adam” merupakan nubuatan
yang peritiwanya akan senantiasa berulang,
terutama di masa kedatangan Rasul Allah
yang dijanjikan Allah Swt., yakni pada masa itu ada dua pihak yang saling
bertentangan -- yang sama-sama
melakukan peribadahan dan pengorbanan di jalan agama -- tetapi Allah Swt.
hanya menerima peribadahan dan
pengorbanan satu pihak saja, yaitu pihak yang dizalimi oleh “saudaranya tuanya.”
Allah Swt. menyebut “hari” yang di dalamnya tidak lagi “jual-beli, persahabatan, dan syafaat” tersebut sebagai Yaumut-taghābūn (Hari
kerugian dan keuntungan), firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ نَبَؤُا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ۫ فَذَاقُوۡا
وَبَالَ اَمۡرِہِمۡ وَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
ذٰلِکَ بِاَنَّہٗ کَانَتۡ
تَّاۡتِیۡہِمۡ رُسُلُہُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ
فَقَالُوۡۤا اَبَشَرٌ یَّہۡدُوۡنَنَا ۫
فَکَفَرُوۡا وَ تَوَلَّوۡا وَّ اسۡتَغۡنَی اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ غَنِیٌّ
حَمِیۡدٌ ﴿۶﴾ زَعَمَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَنۡ لَّنۡ یُّبۡعَثُوۡا ؕ قُلۡ بَلٰی وَ رَبِّیۡ لَتُبۡعَثُنَّ
ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا
عَمِلۡتُمۡ ؕ وَ ذٰلِکَ عَلَی اللّٰہِ
یَسِیۡرٌ ﴿﴾ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ النُّوۡرِ
الَّذِیۡۤ اَنۡزَلۡنَا ؕ وَ اللّٰہُ بِمَا
تَعۡمَلُوۡنَ خَبِیۡرٌ ﴿﴾ یَوۡمَ یَجۡمَعُکُمۡ لِیَوۡمِ
الۡجَمۡعِ ذٰلِکَ یَوۡمُ التَّغَابُنِ ؕ وَ مَنۡ یُّؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ وَ یَعۡمَلۡ صَالِحًا یُّکَفِّرۡ عَنۡہُ سَیِّاٰتِہٖ وَ یُدۡخِلۡہُ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ
فِیۡہَاۤ اَبَدًا ؕ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ
الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا وَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَاۤ
اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪﴾ مَاۤ اَصَابَ مِنۡ مُّصِیۡبَۃٍ اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ مَنۡ یُّؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ
یَہۡدِ قَلۡبَہٗ ؕ وَ اللّٰہُ بِکُلِّ
شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ ﴿﴾ وَ اَطِیۡعُوا
اللّٰہَ وَ اَطِیۡعُوا الرَّسُوۡلَ ۚ
فَاِنۡ تَوَلَّیۡتُمۡ فَاِنَّمَا عَلٰی رَسُوۡلِنَا الۡبَلٰغُ الۡمُبِیۡنُ ﴿﴾ اَللّٰہُ لَاۤ
اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ وَ عَلَی
اللّٰہِ فَلۡیَتَوَکَّلِ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ
﴿﴾
Belum datangkah kepada kamu kabar orang-orang kafir sebelum ini? Mereka merasakan akibat buruk perbuatan mereka, dan bagi mereka
azab pedih. Yang demikian itu karena rasul-rasul mereka datang kepada mereka dengan Tanda-tanda nyata,
tetapi mereka berkata: “Apakah manusia
yang memberi petunjuk kepada kami?” Maka mereka kafir serta berpaling,
dan Allah tidak memerlukan mereka. Dan Allah itu Maha Kaya, Maha Terpuji. Orang-orang kafir menyangka
bahwa mereka tidak akan pernah dibangkitkan. Katakanlah: “Tidak demikian,
bahkan demi Rabb-ku (Tuhan-ku), kamu pasti akan dibangkitkan, kemudian
kamu pasti akan diberitahu mengenai apa
yang telah kamu kerjakan, dan yang
demikian itu mudah bagi Allah.” Maka berimanlah
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
kepada Cahaya yang telah
Kami turunkan, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. یَوۡمَ یَجۡمَعُکُمۡ لِیَوۡمِ الۡجَمۡعِ -- pada hari Dia mengumpulkan kamu
pada Hari Berhimpun, ذٰلِکَ یَوۡمُ التَّغَابُنِ -- itulah Hari kerugian dan keuntungan. Dan barangsiapa
beriman kepada Allah dan beramal
saleh, Dia akan menghapuskan darinya keburukan-keburukannya
dan Dia akan memasukkannya ke dalam
kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka akan tinggal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang besar. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan
Tanda-tanda Kami, mereka itu adalah penghuni
Api, mereka akan kekal di dalamnya,
dan itu seburuk-buruk tempat kembali. Sesuatu musibah
sekali-kali tidak akan menimpa kecuali dengan
izin Allah. Dan barangsiapa ber-iman kepada Allah, Dia memberi petunjuk kepada hatinya,
dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. Dan taatlah kepada Allah dan taatlah
kepada Rasul, tetapi jika kamu
berpaling maka sesungguhnya kewajiban
Rasul Kami hanyalah menyampaikan amanat dengan jelas Allah
tidak ada Tuhan kecuali Dia, dan
kepada Allah hendaknya bertawakkal
orang-orang mukmin. (At-Taghābūn
[64]:6-14).
Ungkapan ayat yaum-at-taghābun dalam
Al-Mufradat
telah diartikan bermacam-macam, yaitu:
(1) Hari kerugian
dan keuntungan, yaitu ketika orang-orang
beriman akan mengetahui apa yang telah diperoleh mereka sebagai keuntungan, dan orang kafir akan mengetahui apa yang hilang dari mereka sebagai kerugian.
(2) Hari perwujudan kerugian, yaitu pada hari
itu orang-orang kafir akan menyadari
betapa banyaknya kekurangan mereka
dalam melaksanakan kewajiban mereka terhadap
Tuhan dan terhadap sesama manusia, dan dengan demikian kerugian akan menjadi jelas tampak
kepada mereka.
(3) Hari ketika orang-orang beriman akan menunjukkan noda dan cacat kepada
kekurang bijaksanaan orang-orang kafir
yang lebih menyukai kekafiran
daripada keimanan.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 1
Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar