Kamis, 06 Maret 2014

"Yaumut- Taghaabuun" (Hari Kerugian dan Keuntungan) di Akhir Zaman



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  168
  
Yaumut-Taghābūn  (Hari Kerugian dan Keuntungan) di Akhir Zaman            

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  tawaran yang dikemukakan Allah Swt. mengenai perniagaan yang akan  menyelamatkan manusia dari azab yang pedih di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجَارَۃٍ  تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾  تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ تُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  بِاَمۡوَالِکُمۡ وَ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ ذٰلِکُمۡ  خَیۡرٌ  لَّکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ  تَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾  یَغۡفِرۡ لَکُمۡ  ذُنُوۡبَکُمۡ وَ یُدۡخِلۡکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ وَ مَسٰکِنَ  طَیِّبَۃً  فِیۡ  جَنّٰتِ عَدۡنٍ ؕ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ﴿ۙ﴾  وَ اُخۡرٰی تُحِبُّوۡنَہَا ؕ نَصۡرٌ  مِّنَ اللّٰہِ وَ فَتۡحٌ  قَرِیۡبٌ ؕ وَ  بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, maukah Aku tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?  Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta kamu dan jiwa kamu. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.   Dia akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan Dia akan memasukkan kamu ke kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal suci lagi menyenangkan di dalam  surga yang kekal,  itulah kemenangan yang besar. Dan ada lagi karunia lain yang kamu mencintainya, yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (Ash-Shaff [61]:11-14).

 Hari yang di Dalamnya Tidak Lagi “Jual-Beli, Persahabatan, dan Syafaat

      Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa beriman kepada Rasul Akhir Zaman – yakni Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)   --  sangat penting dilakukan,   sebab “perniagaan di jalan Allah” yang membuahkan   keselamatan  dalam kehidupan  di dunia dan di akhirat  tidak bisa dilakukan sekehendak hati setiap orang beriman. Mengisyaratkan kepada hal itulah peringatan Allah Swt. dalam firman-Nya  berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَ الۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ  الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman,  belanjakanlah apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum datang hari yang tidak ada jual-beli di dalamnya, tidak ada persahabatan,  dan  tidak pula syafaat,  dan orang-orang yang kafir  mereka itulah orang-orang  zalim. (Al-Baqarah [2]:255).
       Umumnya ayat tersebut dihubungkan dengan saat  datangnya kematian  kepada seseorang (QS.3:186; QS.21:35-36; QS.29:58), padahal kata yang dipergunakan dalam ayat itu adalah yaum (hari), yang menunjukkan kepada waktu yang tidak terbatas atau zaman, bukan mengisyaratkan  kepada   saat kematian menimpa seseorang  sebagaimana dikemukakan dalam, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا  لَا تُلۡہِکُمۡ اَمۡوَالُکُمۡ  وَ لَاۤ  اَوۡلَادُکُمۡ عَنۡ ذِکۡرِ اللّٰہِ ۚ وَ مَنۡ یَّفۡعَلۡ  ذٰلِکَ  فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ اَنۡفِقُوۡا مِنۡ مَّا  رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ  قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ  اَحَدَکُمُ  الۡمَوۡتُ فَیَقُوۡلَ  رَبِّ لَوۡ لَاۤ  اَخَّرۡتَنِیۡۤ  اِلٰۤی  اَجَلٍ قَرِیۡبٍ ۙ فَاَصَّدَّقَ وَ  اَکُنۡ  مِّنَ  الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَنۡ  یُّؤَخِّرَ اللّٰہُ  نَفۡسًا  اِذَا جَآءَ اَجَلُہَا ؕ وَ اللّٰہُ  خَبِیۡرٌۢ  بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah  harta kamu dan anak-anak kamu melalaikan kamu dari mengingat Allah, dan barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.    Dan belanjakanlah dari apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum kematian menimpa seseorang dari antara kamu lalu ia berkata:  “Hai Rabb-ku (Tuhan-ku), seandainya Engkau  menangguhkan sebentar batas waktuku  niscaya aku akan bersedekah dan menjadi termasuk orang-orang yang saleh.”   Dan Allah  tidak pernah   menangguhkan suatu jiwa  apabila batas waktunya  telah tiba, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al-Munāfiqun [63]:10-12).
       Makna ayat   وَ لَنۡ  یُّؤَخِّرَ اللّٰہُ  نَفۡسًا  اِذَا جَآءَ اَجَلُہَا ؕ وَ اللّٰہُ  خَبِیۡرٌۢ  بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ   --  “Dan Allah  tidak pernah   menangguhkan suatu jiwa  apabila batas waktunya  telah tiba”, yakni bila jiwa kehilangan kesempatan yang dianugerahkan Allah kepadanya untuk berbakti pada suatu perjuangan yang baik.

Kesempatan Langka Menjadi “Para Penolong  Allah  Swt. dan Rasul-Nya

        Zaman untuk  melakukan  pengorbanan   serta kesempatan yang terbaik  yang diberikan Allah Swt. kepada umat manusia (umat beragama) adalah   zaman Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37),  itulah zaman untuk menjadi “penolong-penolong” Allah Swt. dan Rasul-Nya.
       Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah dalam ayat berikutnya Allah Swt. telah menyinggung masalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan para pengikut  setia beliau -- yaitu golongan hawwariyyin (QS.61:14-15)   -- untuk memperingatkan   umat Islam di  Akhir Zaman ini agar tidak melakukan kesalahan fatal  seperti yang dilakukan para pemuka agama Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (QS.4:158-159)   -- yakni berusaha membunuh  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban (QS.4:158-159),   firman-Nya:
فَلَمَّاۤ  اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَ اشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ  اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَ اتَّبَعۡنَا الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾  وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Maka tatkala  Isa merasa   ada  kekafiran pada mereka yakni kaumnya ia berkata: Siapakah penolong-penolongku  dalam urusan Allah?” Para hawari berkata: “Kamilah  para penolong urusan Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah  diri.   “Ya Rabb (Tuhan) kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama   orang-orang yang menjadi saksi.”  Dan mereka,  yakni musuh Al-Masih, merancang makar  buruk  dan Allah pun merancang makar  tandingan  dan Allah sebaik-baik Perancang makar.  (Ali ‘Imrān [3]:53-55).
      Sehubungan dengan hal tersebut, berikut  perintah  --  dan juga peringatan -- Allah Swt. kepada umat Islam, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا  اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪ ﴾  
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada  hawāriyyīn  (pengikut-pengikutnya), “Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” Berkata pengikut-pengikut yang setia itu: Kamilah penolong-penolong Allah.” Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (Ash-Shaff [61]:15). 

Peringatan  Allah Swt. dalam “Kisah Monumental Dua Putra Adam 

       Kisah  persembahan  korban  yang dilakukan “dua putra Adam” -- Kain dan Habel  (QS.5:28-32) – hendaklah menjadi bahan renungan, karena dari kisah monumental tersebut terbukti bahwa tidak setiap  peribadahan dan  perngorbanan  pasti membuahkan  jual-beli, persahabatan, dan syafaat  seperti yang diharapkan pelakunya, jika hal tersebut  tidak dilakukan   sesuai dengan kehendak Allah Swt.,  firman-Nya:
وَ اتۡلُ عَلَیۡہِمۡ  نَبَاَ ابۡنَیۡ اٰدَمَ  بِالۡحَقِّ ۘ اِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنۡ اَحَدِہِمَا وَ لَمۡ یُتَقَبَّلۡ مِنَ الۡاٰخَرِ ؕ قَالَ لَاَقۡتُلَنَّکَ ؕ قَالَ  اِنَّمَا یَتَقَبَّلُ  اللّٰہُ مِنَ  الۡمُتَّقِیۡنَ ﴿﴾  لَئِنۡۢ بَسَطۡتَّ اِلَیَّ یَدَکَ لِتَقۡتُلَنِیۡ مَاۤ   اَنَا بِبَاسِطٍ یَّدِیَ اِلَیۡکَ لِاَقۡتُلَکَ ۚ اِنِّیۡۤ  اَخَافُ اللّٰہَ  رَبَّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  اِنِّیۡۤ  اُرِیۡدُ اَنۡ تَبُوۡٓاَ بِاِثۡمِیۡ وَ اِثۡمِکَ فَتَکُوۡنَ مِنۡ اَصۡحٰبِ النَّارِ ۚ وَ ذٰلِکَ جَزٰٓؤُا الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۚ﴾  فَطَوَّعَتۡ  لَہٗ نَفۡسُہٗ  قَتۡلَ اَخِیۡہِ فَقَتَلَہٗ  فَاَصۡبَحَ  مِنَ  الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾  فَبَعَثَ اللّٰہُ غُرَابًا یَّبۡحَثُ فِی الۡاَرۡضِ لِیُرِیَہٗ کَیۡفَ یُوَارِیۡ سَوۡءَۃَ اَخِیۡہِ ؕ قَالَ یٰوَیۡلَتٰۤی اَعَجَزۡتُ اَنۡ  اَکُوۡنَ مِثۡلَ  ہٰذَا الۡغُرَابِ فَاُوَارِیَ سَوۡءَۃَ اَخِیۡ ۚ فَاَصۡبَحَ  مِنَ  النّٰدِمِیۡنَ ﴿ۚۛۙ﴾
Dan ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua anak  Adam dengan sebenarnya, ketika keduanya  memberikan pengorbanan, maka dikabulkan salah seorang dari keduanya itu  sedangkan dari yang lain tidak dikabulkan, lalu ia berkata: “Niscaya  engkau akan kubunuh.” Saudaranya berkata:  Sesungguhnya Allah hanya mengabulkan pengorbanan dari orang-orang yang bertakwa. Jika engkau benar-benar menjangkaukan tangan engkau terhadapku untuk membunuhku, sekali-kali aku tidak akan menjangkaukan tanganku terhadap engkau untuk membunuh engkau, sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam.   Sesungguhnya aku menginginkan  bahwa engkau menanggung dosaku  dan dosa engkau sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni Api, dan demikianlah balasan bagi orang-orang yang zalim.” Tetapi nafsunya telah membuat dia taat kepadanya supaya membunuh saudaranya, lalu   dia membunuhnya, maka dia pun menjadi termasuk orang-orang yang  rugi.   Lalu Allah mengirim seekor burung gagak yang menggaruk-garuk di tanah  untuk memperlihatkan kepadanya, bagaimana cara  menyembu-nyikan mayat saudaranya. Ia berkata: “Celaka aku! Tidak sanggupkah aku berbuat seperti gagak ini supaya dapat kusembunyikan mayat saudaraku?” Maka jadilah ia di antara orang-orang yang menyesal.(Al-Māidah [5]:28-32). 
       Sebutan “kedua anak Adam,” secara kiasan maksudnya ialah dua pribadi siapa saja dari antara segenap keturunan umat manusia. Perumpamaan itu pun menggambarkan sikap tidak bersahabat kaum Bani Israil terhadap keturunan Bani Isma’il,  karena silsilah kenabian telah dipindahkan Allah Swt.  dari mereka kepada kaum Bani Isma’il  dalam pribadi  Nabi Besar Muhammad saw..
   Urīdu (aku menginginkan) diserap dari kata rāda yang kadang-kadang tidak menyatakan keinginan yang sebenarnya melainkan hanya menerangkan suatu keadaan atau kondisi praktis yang agaknya menjurus kepada suatu situasi tertentu (QS.18:78).  
     Dengan demikian apa yang dikemukakan ayat 29  tidak berarti bahwa Habel menghendaki saudaranya, Kain, dicampakkan ke dalam neraka. Apa yang dimaksud oleh perkataan Habel  hanya menggambarkan  akibat wajar tapi pasti dari sikapnya sendiri yang tidak-agresip (pengalah) itu  yaitu saudaranya (Kain) akan masuk neraka. Jika ia    membunuh Habel.

Yaumut- Taghābūn (Hari Kerugian dan Keberuntungan)

       Itsmi artinya “dosa yang dibuat terhadapku.” Di sini calon korban  (Habel) itu hanya menggambarkan akibat dari perbuatan   yang akan dilakukan oleh saudaranya (Kain) yang  akan membunuh Habel. Ungkapan ini dapat juga dijelaskan dengan jalan lain sebagai berikut:  
     Menurut riwayat  Nabi Besar Muhammad saw.   bersabda, bahwa pada Hari Peradilan perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan orang-orang zalim, akan dipindahkan kepada orang-orang yang dizalimi  oleh mereka, dan seandainya orang-orang zalim sama sekali tidak pernah berbuat baik, maka dosa orang-orang yang dizalimi  akan diperhitungkan (dipindahkan) kepada orang-orang zalim, sehingga dengan demikian  orang-orang zalim   bukan saja menanggung dosa mereka sendiri, tetapi juga menanggung  dosa-dosa orang yang dizalimi (Muslim, bab al-Birr wa’l Shila).   
    Menurut Allah Swt., kisah monumental  pengorbanan “Dua Putra Adam”  merupakan nubuatan yang peritiwanya akan senantiasa berulang, terutama di masa kedatangan Rasul Allah yang dijanjikan Allah Swt.,  yakni pada masa itu ada dua pihak  yang saling bertentangan  -- yang sama-sama melakukan peribadahan dan pengorbanan di jalan agama -- tetapi Allah Swt.    hanya menerima peribadahan dan pengorbanan   satu pihak saja, yaitu   pihak yang dizalimi  oleh “saudaranya tuanya.
       Allah Swt. menyebut “hari”  yang di dalamnya tidak lagi “jual-beli, persahabatan, dan syafaat”  tersebut sebagai Yaumut-taghābūn  (Hari kerugian dan keuntungan), firman-Nya:
اَلَمۡ  یَاۡتِکُمۡ نَبَؤُا  الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ۫ فَذَاقُوۡا وَبَالَ  اَمۡرِہِمۡ وَ لَہُمۡ عَذَابٌ  اَلِیۡمٌ  ﴿﴾ ذٰلِکَ  بِاَنَّہٗ  کَانَتۡ  تَّاۡتِیۡہِمۡ  رُسُلُہُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ فَقَالُوۡۤا  اَبَشَرٌ یَّہۡدُوۡنَنَا ۫ فَکَفَرُوۡا وَ تَوَلَّوۡا وَّ اسۡتَغۡنَی اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ  غَنِیٌّ  حَمِیۡدٌ ﴿۶﴾  زَعَمَ  الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اَنۡ  لَّنۡ یُّبۡعَثُوۡا ؕ قُلۡ  بَلٰی وَ رَبِّیۡ  لَتُبۡعَثُنَّ  ثُمَّ  لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلۡتُمۡ ؕ وَ ذٰلِکَ عَلَی اللّٰہِ   یَسِیۡرٌ ﴿﴾  فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ النُّوۡرِ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلۡنَا ؕ وَ اللّٰہُ  بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ خَبِیۡرٌ ﴿﴾ یَوۡمَ یَجۡمَعُکُمۡ  لِیَوۡمِ الۡجَمۡعِ ذٰلِکَ یَوۡمُ التَّغَابُنِ ؕ وَ مَنۡ یُّؤۡمِنۡۢ  بِاللّٰہِ وَ یَعۡمَلۡ  صَالِحًا یُّکَفِّرۡ عَنۡہُ  سَیِّاٰتِہٖ وَ یُدۡخِلۡہُ  جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ  مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَاۤ  اَبَدًا ؕ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا  وَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ وَ  بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪﴾  مَاۤ  اَصَابَ مِنۡ مُّصِیۡبَۃٍ  اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ  مَنۡ یُّؤۡمِنۡۢ  بِاللّٰہِ  یَہۡدِ  قَلۡبَہٗ ؕ وَ اللّٰہُ  بِکُلِّ  شَیۡءٍ  عَلِیۡمٌ ﴿﴾  وَ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ  وَ اَطِیۡعُوا الرَّسُوۡلَ ۚ فَاِنۡ  تَوَلَّیۡتُمۡ  فَاِنَّمَا عَلٰی  رَسُوۡلِنَا الۡبَلٰغُ  الۡمُبِیۡنُ ﴿﴾  اَللّٰہُ  لَاۤ  اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ وَ عَلَی اللّٰہِ فَلۡیَتَوَکَّلِ  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Belum datangkah kepada kamu kabar orang-orang kafir  sebelum ini? Mereka merasakan akibat buruk perbuatan mereka, dan bagi mereka  azab pedih.   Yang demikian itu karena rasul-rasul mereka datang kepada mereka dengan Tanda-tanda nyata, tetapi mereka berkata: “Apakah manusia yang memberi petunjuk kepada kami?” Maka mereka kafir serta berpaling, dan Allah tidak memerlukan mereka. Dan Allah itu Maha Kaya, Maha Terpuji.   Orang-orang kafir  menyangka  bahwa mereka  tidak akan pernah dibangkitkan.  Katakanlah: “Tidak demikian, bahkan demi Rabb-ku (Tuhan-ku), kamu pasti akan dibangkitkan, kemudian kamu pasti akan diberitahu mengenai apa yang telah kamu kerjakan, dan yang demikian itu mudah bagi Allah.”   Maka berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada Cahaya yang telah Kami turunkan,  dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.  یَوۡمَ یَجۡمَعُکُمۡ  لِیَوۡمِ الۡجَمۡعِ -- pada hari Dia  mengumpulkan kamu pada  Hari Berhimpun, ذٰلِکَ یَوۡمُ التَّغَابُنِ  -- itulah Hari kerugian dan keuntungan.  Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan beramal saleh,  Dia akan menghapuskan darinya keburukan-keburukannya dan Dia akan memasukkannya ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka akan tinggal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.  Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan Tanda-tanda Kami, mereka itu adalah penghuni Api, mereka akan kekal di dalamnya, dan itu seburuk-buruk tempat kembali. Sesuatu musibah sekali-kali tidak  akan menimpa  kecuali dengan izin  Allah. Dan barangsiapa ber-iman kepada  Allah, Dia memberi petunjuk kepada hatinya,  dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.   Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, tetapi jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan amanat dengan jelas            Allah tidak ada Tuhan kecuali Dia, dan kepada Allah hendaknya bertawakkal orang-orang mukmin.  (At-Taghābūn [64]:6-14).
  Ungkapan ayat  yaum-at-taghābun  dalam  Al-Mufradat  telah diartikan bermacam-macam,  yaitu:  
 (1) Hari kerugian dan keuntungan, yaitu  ketika orang-orang beriman akan mengetahui apa yang telah diperoleh mereka sebagai keuntungan, dan orang kafir akan mengetahui apa yang hilang dari mereka sebagai kerugian.
 (2) Hari perwujudan kerugian, yaitu  pada hari itu orang-orang kafir akan menyadari betapa banyaknya kekurangan mereka dalam melaksanakan kewajiban mereka terhadap Tuhan dan  terhadap sesama manusia, dan dengan demikian kerugian akan menjadi jelas tampak kepada mereka.
 (3) Hari ketika orang-orang beriman akan menunjukkan noda dan cacat kepada kekurang bijaksanaan orang-orang kafir yang lebih menyukai kekafiran daripada keimanan.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,    1 Februari      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar