بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
176
Ulil- Albab (Orang-orang yang Berakal) & Pentingnya
Kemunculan Penyeru yang Datang dari Allah Swt.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada
akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan firman-Nya mengenai “peniupan nafiri” dan “orang-orang
berdosa yang bermata biru”:
یَّوۡمَ یُنۡفَخُ فِی الصُّوۡرِ وَ نَحۡشُرُ الۡمُجۡرِمِیۡنَ یَوۡمَئِذٍ
زُرۡقًا ﴿﴾ۚۖ یَّتَخَافَتُوۡنَ
بَیۡنَہُمۡ اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا
عَشۡرًا ﴿﴾ نَحۡنُ اَعۡلَمُ
بِمَا یَقُوۡلُوۡنَ اِذۡ یَقُوۡلُ اَمۡثَلُہُمۡ طَرِیۡقَۃً اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ
اِلَّا یَوۡمًا ﴿﴾٪
Hari ketika nafiri
(terompet) akan ditiup, dan Kami akan menghimpun orang-orang berdosa
yang bermata biru pada hari itu. Mereka saling
berbisik-bisik di antara mereka: "Tidaklah kamu akan tinggal
melainkan hanya sepuluh."
Kami lebih mengetahui mengenai apa yang akan mereka katakan
ketika berkata orang yang paling baik cara hidupnya di antara mereka: "Tidaklah kamu tinggal melainkan sehari." (Thā Hā [20]:103-105).
"Sepuluh" dalam ayat
اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا عَشۡرًا -- "Tidaklah kamu akan tinggal melainkan hanya sepuluh," di sini berarti 10 abad (1000 tahun).
Isyarat itu ditujukan kepada sepuluh abad (1000 tahun) sesudah hijrah Nabi Besar Muhammad saw. dari Makkah
ke Madinah yang selama itu bangsa-bangsa
Eropa hampir tetap dalam keadaan tidur
belaka.
Pelepasan Iblis dari “Pemenjaraan Seribu Tahun”
Baru pada permulaan abad ke-17 bangsa-bangsa
Eropa keluar dari keadaan tidurnya
lalu mulai menyebar ke seluruh dunia
serta menaklukkan dunia (QS.18:19-21),
yaitu kira-kira 1000 tahun sesudah Nabi Besar Muhammad saw, mulai bertabligh pada awal abad ke-7.
Arti
kalimat tharīqat al-qaum dalam
ayat اِذۡ یَقُوۡلُ
اَمۡثَلُہُمۡ طَرِیۡقَۃً اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا یَوۡمًا -- “berkata orang yang paling baik cara hidupnya di antara mereka: "Tidaklah kamu tinggal melainkan sehari"” berarti “kaum yang
terbaik atau paling lurus” (Aqrab-al-Mawarid).
Yaum (hari) di sini berarti seribu tahun yang disinggung dalam QS.22:48
dan bersesuaian dengan "sepuluh"
yang tersebut dalam ayat yang mendahuluinya, yaitu sepuluh abad atau 1000 tahun.
Yaum
berarti pula waktu yang hakiki. Dalam pengertian inilah maka orang-orang kafir - ketika ditimpa oleh siksaan Tuhan - dilukiskan mengatakan
bahwa masa kesejahteraan dan kemajuan
duniawi mereka itu hanya berlaku satu
hari saja, yaitu sangat pendek. Itulah makna ayat اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا یَوۡمًا -- "Tidaklah
kamu tinggal melainkan sehari."
Mengisyaratkan
kepada kenyataan itu pulalah kasyaf (penglihatan ruhani) yang dialami
oleh Yohanes yang diceritakannya
dalam Kitab Wahyu berikut ini:
Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir,
Iblis akan dilepaskan dari
penjaranya, dan ia
akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru
bumi, yaitu Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah
mereka sama dengan banyaknya pasir di laut. Maka naiklah mereka ke seluruh dataran bumi, lalu mengepung perkemahan tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu. Tetapi dari langit turunlah api menghanguskan mereka, dan Iblis,
yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan
belerang , yaitu tempat
binatang dan nabi palsu itu, dan mereka
disiksa siang malam sampai selama-lamanya. (Wahyu 20:7-10).
Nubuatan
mengenai kehancuran kejayaan duniawi
bangsa-bangsa Kristen dari Barat
– yang “bermata biru” atau Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) – dikemukakan dalam ayat selanjutnya, firman-Nya
kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الۡجِبَالِ فَقُلۡ یَنۡسِفُہَا رَبِّیۡ نَسۡفًا ﴿﴾ۙ فَیَذَرُہَا
قَاعًا صَفۡصَفًا ﴿﴾ۙ لَّا تَرٰی
فِیۡہَا عِوَجًا وَّ لَاۤ
اَمۡتًا ﴿﴾ؕ یَوۡمَئِذٍ یَّتَّبِعُوۡنَ
الدَّاعِیَ لَا عِوَجَ لَہٗ ۚ وَ خَشَعَتِ الۡاَصۡوَاتُ لِلرَّحۡمٰنِ فَلَا
تَسۡمَعُ اِلَّا ہَمۡسًا ﴿﴾ یَوۡمَئِذٍ لَّا تَنۡفَعُ الشَّفَاعَۃُ اِلَّا مَنۡ اَذِنَ لَہُ
الرَّحۡمٰنُ وَ رَضِیَ لَہٗ
قَوۡلًا ﴿﴾
Dan mereka
bertanya kepada engkau mengenai gunung-gunung
itu, maka katakanlah: "Rabb-ku
(Tuhan-ku) akan menghancurkannya
sehancur-hancurnya, maka Dia akan
meninggalkannya sebagai tanah datar
yang gersang, engkau tidak akan melihat di dalamnya kerendahan
dan ketinggian. Pada hari
itu mereka akan mengikuti Penyeru,
tidak ada kebengkokan dalam ajarannya, dan semua suara akan merendah di hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah dan engkau tidak akan mendengar kecuali bisikan. Pada hari itu syafaat
tidak bermanfaat kecuali orang yang
telah mendapat izin baginya dari Tuhan Yang Maha Pemurah dan perkataannya
telah diridhai. (Thā Hā [20]:106-110).
Isyarat dalam kata al-jibāl (gunung-gunung)
di sini, ditujukan kepada bangsa-bangsa
Kristen dari barat yang gagah-perkasa
itu. Nubuatan dalam ayat ini bertalian dengan kehancuran mereka secara total. Kehancuran
barat telah mulai berjalan sejak beberapa lama. Dua perang dunia terakhir telah sangat melemahkannya (Spengler's "Decline of the
West" & Toynbee's
"A Study of History").
Munculnya Gerakan Sosialisme
dan Demokrasi
Isyarat
ayat فَیَذَرُہَا قَاعًا صَفۡصَفًا -- “maka
Dia akan meninggalkannya sebagai tanah datar yang gersang, لَّا تَرٰی
فِیۡہَا عِوَجًا وَّ لَاۤ
اَمۡتًا -- engkau tidak
akan melihat di dalamnya kerendahan dan ketinggian”, ayat ini rupanya
ditujukan kepada bangkitnya sosialisme
dan demokrasi. Ketika kerajaan-kerajaan besar lagi
gagah-perkasa (gunung-gunung) akan tersapu
bersih, dan akan terjadi kemerataan
dalam taraf kehidupan sosial dan ekonomi pada berbagai sektor kehidupan
masyarakat.
Yang dimaksud dengan “penyeru” dalam ayat
selanjutnya یَوۡمَئِذٍ
یَّتَّبِعُوۡنَ الدَّاعِیَ لَا عِوَجَ لَہٗ -- “Pada hari
itu mereka akan mengikuti Penyeru,
tidak ada kebengkokan dalam ajarannya,” adalah Nabi Besar Muhammad saw., dan yang dimaksud dengan ajarannya adalah Al-Quran.
Tetapi dikarenakan yang dikemukakan oleh ayat-ayat ini adalah mengenai masalah pelepasan kembali Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) dari “masa
pemenjaraannya selama seribu tahun” di Akhir Zaman ini, maka yang dimaksud dengan “Penyeru” dalam ayat tersebut mengisyaratkan kepada pengutusan kedua
kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani dalam wujud Rasul Akhir Zaman (QS.62:3-4), dalam rangka mewujudkan kejayaan Islam Islam yang kedua kali
(QS.61:10).
Mengisyaratkan
kepada “peniupan nafiri” yakni
kedatangan “Penyeru” yang datang dari Allah Swt. – yang menyeru
umat manusia kepada keimanan
(Tauhid) yang hakiki -- itulah
firman-Nya berikut ini:
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ
النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی
الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ۚۙ الَّذِیۡنَ یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ
وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ
ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾
رَبَّنَاۤ
اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ
اَنۡصَارٍ ﴿﴾
Sesungguhnya
dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta pertukaran
malam dan siang benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, yaitu orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri, duduk, dan
sambil berbaring atas rusuk mereka, dan
mereka memikirkan mengenai penciptaan
seluruh langit dan bumi seraya
berkata: “Ya Rabb (Tuhan) kami, tidaklah
Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau dari perbuatan
sia-sia maka peliharalah kami dari
azab Api. Wahai Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan
sekali-kali tidak ada bagi orang-orang
zalim seorang penolong pun. (Ali ‘Imran [3]:191-193).
Pernyataan “Orang-orang yang Berakal”
Pelajaran yang terkandung dalam penciptaan seluruh langit dan bumi dan dalam pergantian
malam dan siang ialah bahwa
manusia diciptakan untuk mencapai kemajuan
ruhani dan jasmani. Bila ia
berbuat amal saleh maka masa kegelapannya dan masa kesedihannya pasti akan diikuti
oleh masa terang benderang dan kebahagiaan.
Tatanan agung alam semesta jasmani yang dibayangkan
pada ayat-ayat sebelumnya tidak mungkin terwujud tanpa suatu tujuan tertentu, dan karena seluruh alam semesta ini telah dijadikan untuk menghidmati manusia, tentu saja kejadian (penciptaan) manusia sendiri – sebagai puncak
penciptaan makhluk -- mempunyai tujuan yang agung dan mulia pula, yaitu untuk beribadah kepada Allah Swt. (QS.51:57) dan sebagai khalifah
(wakil) Allah Swt. di muka bumi (QS.17:71).
Apabila orang merenungkan
tentang kandungan arti keruhanian
yang diserap dari gejala-gejala fisik
di dalam penciptaan seluruh alam
dengan tatanan sempurna yang
melingkupinya itu, ia akan begitu terkesan
dengan mendalam oleh kebijakan luhur
Sang Al-Khāliq-nya (Maha Pencipta-nya) – yakni Allah Swt. -- lalu dengan serta-merta terlontar dari dasar lubuk hatinya seruan: رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ -- Ya
Rabb (Tuhan) kami, tidaklah
Engkau menciptakan semua ini
sia-sia, سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ -- Maha
Suci Engkau [dari perbuatan sia-sia] maka peliharalah kami dari azab Api”.
Ucapan orang-orang yang “mempergunakan akalnya”: سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ -- Maha Suci Engkau [dari perbuatan
sia-sia] maka peliharalah kami dari
azab Api” merupakan kesimpulan yang
pasti dari ucapan sebelumnya رَبَّنَا مَا
خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ -- Ya Rabb (Tuhan) kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, bahwa ia mereka yakin
bahwa tatanan hukum
yang meliputi alam semesta
yang sempurna ini jika dilanggar pasti akan menimbulkan akibat buruk baru para pelakunya.
Itulah
sebabnya semua umat manusia -- termasuk
para ilmuwan -- suka atau pun tidak suka harus mentaati hukum-hukum alam yang
telah ditetapkan Allah Swt., sebab jika tidak maka sebagai akibatnya
mereka akan berhadapan dengan “api” (siksaan/akibat buruk) yang ditetapkan Allah Swt..
Oleh karena itu jika di kalangan umat
beragama ada yang berpendapat
bahwa syariat (hukum agama)
merupakan kutuk bagi manusia –
sebagaimana halnya paham Paulus (Roma
2:17-29 & 3:1-31) -- maka
pendapatnya tersebut bertentangan kenyataan hidup di dunia yang dihadapi mereka, karena suka
atau pun tidak suka mereka harus
mematuhi hukum-hukum alam yang telah ditetapkan Allah Swt., demikian
juga ketentuan Allah Swt. tersebut
berlaku dalam masalah keruhanian.
Pentingnya Kemunculan Seorang “Penyeru dari Allah”
Itulah sebabnya, sebagaimana halnya perkembangan iptek (ilmu pengetahuan
dan teknologi) sangat erat dengan berkeinambungan diketemukannya rahasia-rahasia
baru hukum alam oleh orang-orang genius yang muncul pada zamannya, demikian pula
halnya dalam dunia keruhanian pun
kemunculan “orang-orang jenius” seperti itu -- khususnya para Rasul
Allah (QS.3:180; QS.72:27-29) – sangat diperlukan kehadirannya sebagaimana
telah ditetapkan Allah Swt. (QS.7:35-37).
Apa
sebabnya? Karena jika tidak, maka
pemenuhan kebutuhan jasmani dan kebutuhan
ruhani manusia akan terjadi kejumudan (stagnancy), yang akibat
akhirnya akan terjadi “kerusakan di daratan dan di lautan”,
firman-Nya:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ
سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ
اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ
لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا
مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ
یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan
kepada mereka akibat seba-gian perbuatan
yang mereka lakukan, supaya mereka
kembali dari kedurhakaannya. Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah
bagaimana buruknya akibat
bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang
musyrik.” Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat
dihindarkan, pada hari itu orang-orang beriman dan kafir akan terpisah. (Ar-Rūm [30]:42-44).
Firman-Nya
lagi:
اَلَمۡ یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ اللّٰہِ وَ مَا
نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا
الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ
الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا
اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ
الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat kebenaran
yang telah turun kepada mereka,
dan mereka tidak menjadi seperti
orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang
atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, dan kebanyakan
dari mereka menjadi durhaka? Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
Maraknya kobaran api berbagai bentuk bencana
alam di Akhir Zaman ini –
yakni azab Ilahi -- membuktikan kebenaran pernyataan Allah Swt. dalam firman-firman-Nya
bahwa di Akhir Zaman berbagai bentuk kerusakan parah telah kembali melanda “daratan dan lautan” -- yakni alam jasmani dan alam ruhani (dunia keruhanian)
--- benarlah ucapan “orang-orang berakal” sebelum ini,
firman-Nya:
رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ
اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ﴿﴾
“Ya Rabb (Tuhan) kami, tidaklah
Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau dari perbuatan
sia-sia maka peliharalah kami dari
azab Api. Wahai Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan
sekali-kali tidak ada bagi orang-orang
zalim seorang penolong pun. (Ali ‘Imran [3]:192-193).
Pentingnya Beriman kepada “Penyeru dari Allah” & Pengabulan “Jual-beli,
Persahabatan, dan Syafaat”
Berfungsinya “indera-indera ruhani” orang-orang “yang mempergunakan akalnya”
tersebut telah menyebabkan mereka mendengar seruan seorang “Penyeru dari Allah”
yang kedatangannya ditunggu-tunggu
oleh seluruh umat beragama di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ
اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ فَاٰمَنَّا ٭ۖ
رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ
تَوَفَّنَا مَعَ الۡاَبۡرَارِ ﴿﴾ۚ رَبَّنَا وَ اٰتِنَا
مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ
لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿﴾
“Wahai Rabb
(Tuhan) kami, sesungguhnya kami telah
mendengar seorang Penyeru menyeru
kami kepada keimanan seraya berkata:
"Berimanlah kamu kepada Rabb (Tuhan) kamu" maka kami telah
beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah
bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah
dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbuat kebajikan. Wahai Rabb
(Tuhan) kami, karena itu berikanlah
kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghi-nakan kami pada
Hari Kiamat, sesungguhnya Engkau
tidak pernah menyalahi janji.”
(Ali ‘Imran [3]:194-195).
Mereka inilah yang akan memperoleh manfaat dari “jual-beli, persahabatan,
dan syafaat” dari Allah Swt. dan Rasul Allah, sebagaimana
telah dijelaskan dalam Bab 171 dan Bab 172 mengenai kisah
monumental pengorbanan “dua putra Adam” (QS.5:28-35), dan firman-Nya
berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ
لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَ الۡکٰفِرُوۡنَ
ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ
Hai
orang-orang yang beriman, belanjakanlah apa yang telah Kami
rezekikan kepada kamu sebelum datang hari
yang tidak ada jual-beli di dalamnya, tidak ada persahabatan,
dan tidak pula
syafaat, dan orang-orang yang kafir mereka itulah orang-orang zalim. (Al-Baqarah
[2]:255).
Sehubungan dengan pernyataan
dan doa yang dipanjatkan “orang-orang yang berakal” yang dikemukakan dalam ayat sebelumnya
(QS.3:191-193), selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai dikabulkan-Nya “jual-beli, persahabatan, dan syafaat” bagi mereka“:
فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ
مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡضٍ ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ
اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ
قُتِلُوۡا لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ
اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾
Maka Rabb (Tuhan) mereka telah mengabulkan doa mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu baik laki-laki maupun perempuan.
Sebagian kamu adalah dari sebagian lain, maka orang-orang yang hijrah, yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku,
yang berperang dan yang
terbunuh, niscaya Aku akan
menghapuskan dari mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku akan memasukkan mereka ke dalam
kebun-kebun yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran
dari sisi Allah, dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran.”
(Ali
‘Imran [3]:196).
Karena
Surah Ali ‘Imran pada pokoknya memperbincangkan akidah-akidah
dan paham serta cara hidup kaum Kristen, dan karena agama Kristen memberikan kepada perempuan kedudukan yang jelas lebih rendah daripada kedudukan
laki-laki, sekalipun keadaan yang sebenarnya berlawanan dengan pengakuan
gereja Kristen, maka pemberian tekanan oleh ayat ini kepada persamaan kedudukan kaum perempuan kedudukan kaum
pria di dalam alam ruhani merupakan akibat yang wajar sekali,
firman-Nya: فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ
رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ
اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡضٍ -- “Maka Rabb
(Tuhan) mereka telah mengabulkan doa
mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu baik laki-laki maupun perempuan.”
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 9 Februari
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar