بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
185
Penyebab Terjadinya Dua Hukuman
Ilahi yang Menimpa Bani Israil dan
Bani Isma’il (Umat Islam)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan firman-Nya mengenai kutukan
Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. terhadap sikap buruk Bani Israil terhadap kedua rasul Allah tersebut, firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ
وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا
یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ کَانُوۡا لَا
یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾ تَرٰی کَثِیۡرًا
مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ
اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ
﴿﴾
Orang-orang yang kafir dari
kalangan Bani Israil telah dilaknat
oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam,
hal demikian itu karena mereka
senantiasa durhaka dan melampaui
batas. Mereka tidak
pernah saling mencegah
dari kemungkaran yang dikerjakannya, benar-benar sangat
buruk apa yang senantiasa mereka
kerjakan. Engkau melihat kebanyakan dari mereka menjadikan
orang-orang kafir sebagai pelindung,
dan benar-benar sangat buruk apa yang
telah mereka dahulukan bagi diri mereka yaitu bahwa Allah murka
kepada mereka, dan di dalam azab
inilah me-reka akan kekal. (Al-Māidah [5]:79-81).
Dua Kali Hukuman
Allah Swt. kepada Bani Israil dan Bani Isma’il (Umat Islam)
Dari antara semua nabi Bani Israil, Nabi Daud
a.s. dan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. tergolong
paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penzaliman
orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. mencapai
puncaknya, ketika beliau dipakukan pada kayu salib, sedangkan penderitaan
serta kepapaan yang dialami oleh Nabi Daud
a.s. dari kaum yang tak mengenal terima kasih itu, tercermin di dalam Mazmurnya yang sangat
merawankan hati. Dari lubuk hati yang
penuh kepedihan, Nabi Daud a.s. dan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengutuk mereka.
Kutukan Nabi Daud
a.s. . mengakibatkan orang-orang Bani Israil dihukum oleh Nebukadnezar
dari kerajaan Babilonia yang
menghancurluluhkan Yerusalem dan
membawa orang-orang Bani Israil sebagai tawanan pada tahun 556 sebelum Masehi
(QS.2:260) sedangkan akibat kutukan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mereka ditimpa bencana dahsyat, karena Titus
dari kerajaan Romawi yang menaklukkan Yerusalem dalam tahun ± 70 Masehi,
membinasakan kota dan menodai
rumah-ibadah dengan jalan menyembelih babi — binatang yang sangat dibenci
oleh orang-orang Yahudi — di dalam rumah-ibadah
itu.
Mengisyaratkan kepada kedua hukuman
Allah Swt. itulah kepada Bani Israil itulah firman-Nya dalam QS.17:5-9. Selain berupaya membunuh para nabi Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.2:88-89), salah
satu di antara dosa-dosa besar yang
membangkitkan amarah Tuhan atas kaum Yahudi ialah, mereka tidak melarang satu
sama lain, terhadap kejahatan yang begitu merajalela di tengah-tengah mereka.
Kenyataan sejarah membuktikan bahwa pemuatan ayat-ayat
mengenai dua kali hukuman Ilahi kepada Bani
Israil di dalam Al-Quran (QS.17:5-9) merupakan peringatan dan nubuatan yang terjadi pula di kalangan umat Islam, akibat kedurhakaan
mereka kepada para mujaddid serta para wali
Allah besar yang mereka tuduh
sebagai orang-orang kafir dan mereka zalimi,
bahkan di antara orang-orang
suci tersebut ada pula yang
mereka bunuh pula akibat hasutan dan fitnah yang dilontarkan para pemuka
agama Islam dan penguasa
yang merasa sangat terusik kemapanan duniawinya oleh orang-orang
suci tersebut, firman-Nya:
وَ قَضَیۡنَاۤ اِلٰی بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ فِی
الۡکِتٰبِ
لَتُفۡسِدُنَّ فِی الۡاَرۡضِ
مَرَّتَیۡنِ وَ لَتَعۡلُنَّ عُلُوًّا کَبِیۡرًا ﴿﴾ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ اُوۡلٰىہُمَا
بَعَثۡنَا عَلَیۡکُمۡ عِبَادًا
لَّنَاۤ اُولِیۡ بَاۡسٍ شَدِیۡدٍ فَجَاسُوۡا خِلٰلَ الدِّیَارِ ؕ وَ کَانَ
وَعۡدًا مَّفۡعُوۡلًا ﴿﴾ ثُمَّ رَدَدۡنَا
لَکُمُ الۡکَرَّۃَ عَلَیۡہِمۡ وَ اَمۡدَدۡنٰکُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّ بَنِیۡنَ وَ
جَعَلۡنٰکُمۡ اَکۡثَرَ نَفِیۡرًا ﴿﴾ اِنۡ اَحۡسَنۡتُمۡ اَحۡسَنۡتُمۡ لِاَنۡفُسِکُمۡ ۟ وَ اِنۡ اَسَاۡتُمۡ فَلَہَا ؕ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ لِیَسُوۡٓءٗا وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا
الۡمَسۡجِدَ کَمَا دَخَلُوۡہُ اَوَّلَ مَرَّۃٍ وَّ لِیُتَبِّرُوۡا مَا
عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا ﴿﴾ عَسٰی رَبُّکُمۡ
اَنۡ یَّرۡحَمَکُمۡ ۚ وَ اِنۡ
عُدۡتُّمۡ عُدۡنَا ۘ وَ جَعَلۡنَا
جَہَنَّمَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ حَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan telah
Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Niscaya kamu akan melakukan kerusakan di muka bumi
ini dua kali, dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang sangat besar.” Apabila
datang saat sempurnanya janji
yang pertama dari kedua
janji itu, Kami membangkitkan untuk menghadapi kamu hamba-hamba
Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat, dan mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah, dan itu merupakan suatu janji yang pasti
terlaksana. Kemudian Kami
mengembalikan lagi kepada kamu kekuatan untuk melawan mereka, dan Kami membantu kamu dengan harta dan
anak-anak, dan Kami menjadikan kelompok kamu lebih besar dari sebelumnya. Jika
kamu berbuat ihsan, kamu berbuat ihsan
bagi diri kamu sendiri, dan jika
kamu berbuat buruk maka itu untuk diri
kamu sendiri. Lalu bila datang saat sempurnanya
janji yang kedua itu Kami
membangkitkan lagi hamba-hamba Kami yang lain supaya mereka mendatangkan kesusahan kepada pemimpin-pemimpin kamu
dan supaya mereka memasuki masjid seperti pernah mereka memasukinya pada kali
pertama, dan supaya mereka
meng-hancurluluhkan segala yang telah mereka kuasai. Boleh jadi kini Rabb (Tuhan) kamu akan menaruh kasihan kepada kamu,
tetapi jika kamu kembali kepada
perbu-atan buruk, Kami pun akan
kembali menimpakan hukuman dan ingatlah, Kami telah jadikan Jahannam, penjara bagi orang-orang kafir. (Bani
Israil [17]:5-9).
“Bangsa kafir” Sebagai Sarana
Allah Swt. Menghukum “Kaum Pilihan”
yang Durhaka
Firman Allah Swt. tersebut mengisyaratkan
salah satu Sunnah Allah Swt. yaitu ketika orang-orang
beriman -- yang pada zamannya --
merupakan “kaum pilihan” Allah
Swt. tersebut melakukan kedurhakaan
kepada Allah Swt. dan Rasul Allah, maka Allah Swt. menjadikan bangsa
kafir sebagai sarana untuk menghukum
mereka, sebagaimana yang telah terjadi pada Bani
Israil, berupa penyerbuan dahsyat pasukan Raja Nebukadnezar
dari kerajaan Babilonia dan serbuan
panglima Titus dari kerajaan Romawi.
Demikian pula ketika Allah Swt. menghukum umat Islam atas kedurhakaan yang mereka lakukan terhadap
Nabi Besar Muhammad saw., terhadap
para Khalifatur- Rasyidin dan para Mujaddid yang muncul di setiap abad – termasuk di Akhir Zaman ini --
telah menggunakan bangsa kafir
yang memiliki kekuatan tempur yang
hebat serta kejam sebagai sarananya,
yaitu bangsa Mongolia dan Tartar yang dipimpin oleh Jenghis Khan dan anaknya,
Khulaku Khan, dan bangsa-bangsa yang disebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog), yakni bangsa-bangsa
Kristen barat yang bermata biru (QS.20:103-105;
QS.18:95-102; QS.21:97-98).
Dua kedurhakaan Bani Israil yang tersebut dalam kitab Musa a.s. (Ulangan 28:15, 49-53, 63-64
& 30:15) disinggung dalam ayat ini. Orang-orang kalangan Bani
Israil yang tidak beriman, telah dua
kali dikutuk yaitu oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.. (QS.5:79),
dan sebagai akibatnya telah dihukum
pula dua kali. Azab Ilahi pertama menimpa Bani Israil sesudah Nabi Daud
a.s. dan Nabi Sulaiman a.s., sedangkan
azab
Ilahi yang kedua sesudah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
Nampak dari Bible bahwa sesudah Nabi Musa
a.s., orang-orang Yahudi telah menjadi suatu bangsa yang
amat kuat, dan di masa Nabi Daud a.s. mereka meletakkan dasar suatu kerajaan kuat, yang setelah wafatnya
pun, untuk beberapa waktu terus berlanjut kejayaan dan kemuliaannya semula.
Kemudian setelah wafatnya Nabi
Sulaiman a.s. kerajaan Bani Israil itu menjadi sasaran
kemunduran yang berangsur-angsur, yang
dalam Al-Quran diumpamakan sebagai “rayap
yang memakan tongkat Nabi Sulaiman”
(QS.34:15), dan sekitar 733 s.M. Samaria ditaklukkan oleh bangsa Assiria, yang mencaplok seluruh daerah
Israil di sebelah utara Yezreel. Pada tahun 608 s.M., Palestina telah dilanda
oleh satu lasykar Mesir di bawah Firaun Necho, dan Bani Israil takluk kepada
kekuasaan Mesir (Yewish Encyclopaedia
Jilid 6, halaman 665).
Penghancuran Kota Yerusalem Kedua Kali
Tetapi hilangnya kekuasaan duniawi mereka serta kehancuran dan ketelantaran mereka tidak
mendorong mereka untuk memperbaiki
cara-cara hidup keagamaan mereka. Mereka dengan gigih bertahan pada cara-cara buruk mereka yang lama. Nabi Yermiah a.s., memperingatkan mereka
supaya meninggalkan cara-cara buruk
mereka, sebab kemurkaan Allah tidak
lama lagi akan menimpa mereka, tetapi mereka sama sekali tidak menghiraukan peringatan-peringatan Nabi Yermiah a.s. tersebut.
Di masa kerajaan Yehoyakim, Nebukadnezar
dari Babilonia melancarkan serbuan pertamanya ke Palestina dan membawa pulang
perkakas rumah peribadatan, tetapi ketika itu kota Yerusalem sendiri selamat dari kekejaman akibat pengepungan. Pada tahun 597 s.M. pun kota itu
dikepung dan penduduknya mengalami kelaparan yang sangat keras.
Tetapi pemberontakan raja Zedekia
membawa akibat adanya serbuan kedua oleh Nebukadnezar pada tahun 587 s.M., dan
sesudah masa pengepungan yang berlangsung satu tahun setengah, kota itu
ditaklukkan dengan serangan cepat laksana halilintar. Putra-putranya dibunuh
dan matanya sendiri dicukil, dan dalam keadaan diborgol ia dibawa ke Babil.
Rumah peribadatan, istana raja,
serta semua bangunan besar di kota Yerusalem dibumihanguskan, para imam besar,
dan para pemimpin lain dibunuh, dan sejumlah besar rakyat diboyong sebagai
tawanan (Yewish Encyclopaedia Jilid
6, halaman 665 & Jilid 7, hlm. 122
pada kata “Yerusalem”). Peristiwa
mengerikan tersebut disinggung
dalam Al-Quran, firman-Nya:
اَوۡ کَالَّذِیۡ مَرَّ عَلٰی قَرۡیَۃٍ وَّ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا
ۚ قَالَ اَنّٰی یُحۡیٖ ہٰذِہِ اللّٰہُ
بَعۡدَ مَوۡتِہَا ۚ فَاَمَاتَہُ اللّٰہُ مِائَۃَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَہٗ ؕ قَالَ
کَمۡ لَبِثۡتَ ؕ قَالَ لَبِثۡتُ یَوۡمًا اَوۡ بَعۡضَ یَوۡمٍ ؕ قَالَ بَلۡ
لَّبِثۡتَ مِائَۃَ عَامٍ فَانۡظُرۡ اِلٰی
طَعَامِکَ وَ شَرَابِکَ لَمۡ یَتَسَنَّہۡ ۚ وَ انۡظُرۡ اِلٰی حِمَارِکَ وَ
لِنَجۡعَلَکَ اٰیَۃً لِّلنَّاسِ وَ انۡظُرۡ اِلَی الۡعِظَامِ کَیۡفَ نُنۡشِزُہَا
ثُمَّ نَکۡسُوۡہَا لَحۡمًا ؕ فَلَمَّا تَبَیَّنَ لَہٗ ۙ قَالَ اَعۡلَمُ اَنَّ اللّٰہَ
عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Atau seperti perumpamaan orang yang melalui suatu kota yang
dinding-dindingnya telah runtuh atas atap-atapnya, kemudian ia
berkata: “Kapankah Allah akan
menghidupkan kembali kota ini sesudah
kematian yakni kehancurannya?”
Lalu Allah mematikannya seratus tahun
lamanya, kemudian Dia
membangkitkannya lagi dan berfirman: “Berapa lamakah engkau tinggal dalam keadaan seperti ini?” Ia
berkata: “Aku tinggal sehari atau sebagian hari.” ia
berfirman: “Tidak, bahkan engkau te-lah tinggal seratus tahun lamanya.
Tetapi lihatlah makanan engkau
dan minuman engkau, itu sekali-kali tidak membusuk, dan lihat pulalah
keledai engkau, dan Kami melakukan demikian itu supaya Kami menjadikan engkau sebagai Tanda bagi manusia. Dan lihatlah tulang-belulang itu bagaimana Kami menatanya kembali, kemudian Kami
membalutnya dengan daging.” Maka tatkala kenyataan ini menjadi jelas
baginya ia berkata: “Aku mengetahui
bahwa sesungguhnya Allah berkuasa atas
segala sesuatu.” (Al-Baqarah
[2]:260).
Hukuman Allah Swt. yang Kedua
Orang-orang Yahudi yang diangkut sebagai tawanan
ke Babilonia menyesuaikan diri mereka dengan keadaan baru di masa pembuangan. Kebanyakan di antara mereka
telah dipekerjakan pada pekerjaan-pekerjaan umum di Babil Tengah, dan banyak dari mereka pada akhirnya memperoleh kemerdekaan dan mencapai kedudukan yang
berpengaruh.
Keyakinan dan pengabdian mereka
kepada agama telah bangkit kembali; kepustakaan kerajaan dipelajari,
diterbitkan kembali, dan disesuaikan dengan keperluan kaum yang sedang hidup
kembali itu, serta harapan untuk mereka kembali ke Palestina telah dikobarkan dan
dipupuk.
Kira-kira pada tahun 545 s.M.,
cita-cita ini memperoleh bentuk lebih jelas. Kaum Yahudi membuat suatu
perjanjian rahasia dengan Cyrus – yakni
Dzulqarnain -- raja Media dan
Persia, dan membantu beliau menaklukkan Babil.
Kota itu dalam bulan Juli tahun 539 s.M. jatuh kepada tentaranya tanpa
perlawanan.
Sebagai ganjaran atas jasa-jasa
mereka, Cyrus mengizinkan orang-orang
Yahudi kembali ke Yerusalem dan juga
membantu mereka membangun kembali rumah
peribadatan mereka (Historians’
History of the World, jilid II, hlm. 126; Yewish
Encyclopaedia jilid 7, pada kata
“Cyrus”, dan 2 Tawarikh
36:22, 23).
Syesybazzar (seorang gubernur
Cyrus) yang berasal dari Yudea, membawa kembali ke rumah peribadatan itu alat-alat
dan perkakas yang telah dirampas oleh Nebukadnezar dan merencanakan
untuk menyelenggarakan pekerjaan ini dengan membelanjakan uang kerajaan.
Sejumlah besar orang buangan kembali
ke Yerusalem (Ezra, 1:3-5).
Pekerjaan pembangunan kembali rumah
peribadatan berangsur-angsur maju terus dan selesai
pada tahun 516 s.M. Kejadian-kejadian ini dan kejayaan serta kesejahteraan
orang-orang Yahudi berikutnya itulah yang diisyaratkan oleh ayat yang
sedang dibahas ini. Tetapi semuanya itu telah dinubuatkan oleh Nabi Musa a.s. jauh sebelum hal itu
sungguh-sungguh terjadi (Ulangan
30:1-5).
Dua Hukuman Ilahi yang
Menimpa Umat Islam
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai hukuman kedua kali yang
menimpa Bani Israil:
فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ لِیَسُوۡٓءٗا وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا
الۡمَسۡجِدَ کَمَا دَخَلُوۡہُ اَوَّلَ مَرَّۃٍ وَّ لِیُتَبِّرُوۡا مَا عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا
Lalu bila datang saat sempurnanya janji yang kedua itu Kami
membangkitkan lagi hamba-hamba Kami yang lain supaya mereka mendatangkan kesusahan kepada pemimpin-pemimpin kamu
dan supaya mereka memasuki masjid seperti pernah mereka memasukinya pada kali
pertama, dan supaya mereka
meng-hancurluluhkan segala yang telah mereka kuasai. (Bani Israil [17]:8).
Ayat ini membicarakan jatuhnya
kembali orang-orang Yahudi ke lembah keburukan, dan tentang azab Ilahi yang menimpa mereka sebagai akibatnya. Mereka
menentang dan menganiaya Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. serta
berusaha membunuh beliau pada palang salib dan memusnahkan pergerakan
beliau.
Oleh sebab itu Allah Swt. menimpakan
kepada mereka azab yang sangat keras, ketika pada tahun 70 M.
pasukan-pasukan Romawi di bawah pimpinan Titus melanda negeri itu, dan
di tengah-tengah kejadian-kejadian mengerikan yang tidak ada bandingannya dalam
sejarah itu, kota Yerusalem kembali dihancurkan
dan rumah peribadatan yang dibangun Nabi
Sulaiman a.s. dibumihanguskan (Encyclopaedia Biblica pada kata
“Yerusalem”). Malapetaka itu terjadi ketika Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. masih
hidup di Kasymir (QS.23:51). Hal ini pun dinubuatkan oleh Nabi Musa a.s. (Ulangan 32: 18-26).
Perlu pula dicatat di sini, bahwa
nubuatan mengenai azab kedua kali itu
telah disebut dalam Bible sesudah
adanya nubuatan yang membicarakan
hukuman pertama (Ulangan Bab
28). Lebih dari itu, bahkan nubuatan
ini disebut sesudah nubuatan mengenai
kembalinya orang-orang Yahudi ke
Yerusalem (Ulangan 30:1-5).
Hal ini menunjukkan, bahwa nubuatan
ini (Ulangan 32:18-26)
merujuk kepada azab yang kedua, yang telah disinggung dalam Al-Quran, yaitu “Niscaya
kamu akan melakukan kerusakan besar di
muka bumi ini dua kali.” (QS.17:5).
Ayat ini mengandung peringatan
bagi umat Islam, bahwa seperti orang Yahudi mereka pun akan dihukum dua kali, jika mereka tidak mau
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk
mereka. Tetapi umat Islam tidak memperoleh faedah dari peringatan yang
tepat pada waktunya itu, serta tidak meninggalkan cara-cara yang buruk; dan
oleh karena itu telah dihukum dua kali.
Hukuman pertama menimpa mereka,
ketika kota Baghdad jatuh pada tahun
1258 M. Pasukan-pasukan Hulaku Khan yang
biadab itu sama sekali
memusnahkan pusat ilmu pengetahuan
dan kekuasaan yang agung itu, dan
konon kabarnya 1.800.000 orang Islam telah terbunuh pada ketika itu.
Tetapi dari malapetaka yang mengerikan
itu akhirnya Islam keluar sebagai pemenang. Mereka yang menaklukkan menjadi yang ditaklukkan. Cucu Hulaku Khan bersama-sama sejumlah besar orang Moghul dan Tartar
memeluk agama Islam. Hukuman kedua telah ditakdirkan akan menimpa umat Islam di Akhir Zaman ini.
Pendek kata, terjadinya kedua hukuman Ilahi yang menimpa kedua
silsilah keturunan Nabi Ibrahim a.s.
– yakni Bani Israil dan Bani Ismai’I (umat
Islam) -- tersebut penyebabnya sama yaitu kedurhakaan mereka kepada Allah
Swt. dan Rasul Allah (QS.2:88-89) serta kepada para Mujaddid
dan para Wali Allah yang dibangkitkan di kalangan umat Islam,
sebagai penggenapan sabda Nabi Besar
Muhammad saw. mengenai adanya persamaan antara umat Islam dengan umat
sebelumnya (Yahudi dan
Nasrani) bagaikan persamaan sepasang sepatu.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 16 Februari
2014