ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
37
Perjalanan Nabi Sulaiman a.s. dan Pasukannya
Menuju Perbatasan Kerajaan Ratu Saba
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai firman Allah Swt. tentang
dua kebijakan berbeda yang dilakukan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi
Sulaiman a.s. dalam menangani gangguan bangsa-bangsa
asing ke wilayah kerajaan Bani Israil pada masa pemerintahan kedua raja dan
juga rasul Allah tersebut:
وَ دَاوٗدَ وَ سُلَیۡمٰنَ اِذۡ یَحۡکُمٰنِ فِی الۡحَرۡثِ اِذۡ
نَفَشَتۡ فِیۡہِ غَنَمُ الۡقَوۡمِ
ۚ وَ کُنَّا لِحُکۡمِہِمۡ شٰہِدِیۡنَ﴿٭ۙ﴾
Dan ingatlah
Daud dan Sulaiman ketika mereka
berdua memberikan keputusan mengenai suatu ladang, ketika kambing-kambing suatu kaum merusak di
dalamnya, dan Kami menjadi saksi
atas benarnya keputusan
mereka. (Al-Anbiya [21]:79).
Selanjutnya Allah
Swt. berfirman mengenai pemanfaatan keahlian
bangsa-bangsa taklukan Nabi Daud a.s.
dan Nabi Sulaiman a.s. tersebut
untuk mengelola SDA (Sumber Daya Alam)
di wilayah kerajaan Bani Israil:
وَ مِنَ
الشَّیٰطِیۡنِ مَنۡ یَّغُوۡصُوۡنَ لَہٗ وَ یَعۡمَلُوۡنَ عَمَلًا دُوۡنَ ذٰلِکَ ۚ
وَ کُنَّا لَہُمۡ حٰفِظِیۡنَ ﴿ۙ﴾
Dan kalangan
syaitan-syaitan ada
yang menyelam untuk dia, dan mereka
melakukan pekerjaan lain selain itu,
dan Kami-lah yang menjaga mereka. (Al-Anbiya [21]:83).
Pemanfaatan Keahlian “Syaitan-syaitan”
Sebagai Tukang-tukang Pekerjaan
Berat
Karena syaithan
berarti juga pemberontak dan penentang, dan juga orang yang ahli dalam sesuatu (QS.2:15; QS. 6:112-114; QS.22:53), maka ayat
ini bermaksud mengatakan, bahwa bangsa-bangsa bukan-Israil yang ditaklukkan oleh Nabi Sulaiman a.s. telah dipekerjakan pada berbagai pertukangan yang sulit dan berat atas perintah beliau.
Mereka bekerja sebagai tukang kayu, pandai
besi, penyelam, dan sebagainya, yaitu pekerjaan-pekerjaan yang biasa dilakukan
oleh warga bangsa jajahan (Lihat I Raja-raja 9:21-22). Kata-kata, yang
menyelam untuk dia dapat menunjuk kepada para penyelam dari Bahrain dan
Masqat, yang melakukan pekerjaan menyelam di Teluk Persia untuk mencari mutiara.
Mereka dipekerjakan oleh Nabi Sulaiman a.s. untuk tujuan itu,
fiirman-Nya:
وَ لِسُلَیۡمٰنَ الرِّیۡحَ غُدُوُّہَا شَہۡرٌ وَّ رَوَاحُہَا شَہۡرٌ ۚ وَ
اَسَلۡنَا لَہٗ عَیۡنَ الۡقِطۡرِ ؕ وَ
مِنَ الۡجِنِّ مَنۡ یَّعۡمَلُ بَیۡنَ یَدَیۡہِ
بِاِذۡنِ رَبِّہٖ ؕ وَ مَنۡ یَّزِغۡ مِنۡہُمۡ عَنۡ اَمۡرِنَا نُذِقۡہُ مِنۡ عَذَابِ السَّعِیۡرِ ﴿﴾
Dan kepada
Sulaiman Kami menundukkan angin, perjalanan paginya sama dengan sebulan perjalanan
darat dan perjalanan petangnya sama dengan sebulan. Dan Kami meng-alirkan sumber cairan tembaga
untuk dia. Dan dari jin-jin ada
yang bekerja di bawah perintahnya
dengan izin Tuhan-nya, dan
barangsiapa
dari me-reka menyimpang dari perintah Kami, Kami membuat dia merasakan azab Api yang menyala-nyala. (As-Sabā [34]:13).
Wilayah
kekuasaan Nabi Sulaiman a.s. terbentang dari Siria Utara sepanjang pantai Laut
Tengah sebelah timur sampai Laut
Merah, sepanjang Laut Arab sampai
Teluk Persia. Pada hakikatnya di
zaman Nabi Sulaiman a.s. kerajaan
Bani Israil telah mencapai puncak
kejayaan dalam kekayaan harta, kekuasaan, dan pengaruh, sebagaimana
ditampakkan oleh kata rīh, yang di antara lain artinya kekuasaan dan penaklukan-penaklukan (Lexicon Lane) seperti digunakan
dalam ayat ini.
Ayat ini pun menunjukkan, bahwa
Nabi Sulaiman a.s. memiliki
suatu armada niaga yang besar (I Raja-raja 9:26-28 & Jewish Encyclopaedia Jilid XI hlm. 437) dan bahwa perindustrian dan kerajinan telah berkembang pesat di bawah pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., dan bahwa beliau telah menaklukkan serta memanfaatkan
tenaga suku-suku bangsa pegunungan yang liar lagi suka
memberontak (II Tawarikh
2:18 & 4:1-2). Lebih lanjut mengenai mereka
Allah Swt. berfirman:
یَعۡمَلُوۡنَ لَہٗ مَا
یَشَآءُ مِنۡ مَّحَارِیۡبَ وَ
تَمَاثِیۡلَ وَ جِفَانٍ کَالۡجَوَابِ وَ قُدُوۡرٍ رّٰسِیٰتٍ ؕ اِعۡمَلُوۡۤا اٰلَ
دَاوٗدَ شُکۡرًا ؕ وَ قَلِیۡلٌ مِّنۡ
عِبَادِیَ الشَّکُوۡرُ ﴿﴾
Mereka mengerjakan untuknya apa yang dia kehendaki
berupa tempat-tempat ibadah, patung-patung,
kolam-kolam bagaikan bendungan dan periuk-periuk
besar yang tetap pada tungkunya. “Hai
keluarga Daud, beramallah
sambil bersyukur.” Tetapi sedikit sekali di antara hamba-hamba-Ku yang bersyukur. (As-Sabā [34]:14).
Kecuali
itu, selaku seorang raja yang kaya-raya,
sangat berkuasa dan beradab, Nabi Sulaiman a.s. merupakan tokoh di antara raja-raja bangsa Bani Israil, yang mendirikan bangunan-bangunan. Beliau mempunyai selera yang istimewa mengenai seni
bangunan yang telah berkembang pesat di masa kekuasaan beliau. Baitulmuqadas di Yerusalem memberi bukti
yang nyata tentang selera halus
beliau berkenaan dengan seni bangunan,
demikian juga dengan pembangunan istana
khusus berlantai
kaca bening yang di bawahnya dialirkan air
yang deras, yang telah menyadarkan
Ratu Saba dari kemusyrikan yang
dilakukannya bersama kaumnya (QS.27:45).
Dengan demikian jelaslah bahwa
penggunaan kata jin dan syaitan berkenaan dengan Nabi Sulaiman
a.s. sama sekali tidak ada hubungannya dengan makhluk halus yang juga disebut jin dan syaitan, melainkan merujuk
kepada segolongan manusia juga, sebab
pengutusan Rasul Allah semata-mata
hanya berurusan dengan sesama manusia untuk membawa mereka menjadi hamba-hamba Allah yang hakiki.
Nabi Sulaiman a.s. dan Makna “Bahasa Burung”
Demikian juga penyebutan semut
dan burung pun berkaitan dengan manusia juga -- bukan binatang semut
mau pun burung -- sebagaimana yang
dikemukakan dalam firman-Nya berikut mengenai “bahasa burung”:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا دَاوٗدَ وَ سُلَیۡمٰنَ عِلۡمًا ۚ وَ قَالَا الۡحَمۡدُ
لِلّٰہِ الَّذِیۡ فَضَّلَنَا عَلٰی کَثِیۡرٍ
مِّنۡ عِبَادِہِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ وَ وَرِثَ
سُلَیۡمٰنُ دَاوٗدَ وَ قَالَ یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ عُلِّمۡنَا مَنۡطِقَ
الطَّیۡرِ وَ اُوۡتِیۡنَا مِنۡ کُلِّ شَیۡءٍ ؕ اِنَّ ہٰذَا لَہُوَ الۡفَضۡلُ الۡمُبِیۡنُ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah memberikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya
berkata: “Segala puji bagi Allah, Dzat
Yang telah mengutamakan kami di atas kebanyakan dari hamba-hamba-Nya yang beriman.” Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan ia
berkata: “Hai manusia, kami telah
diajari bahasa burung, dan kami
telah diberi segala sesuatu, sesungguhnya ini benar-benar karunia yang nyata.” (An-Naml
[27]:16-17).
Nabi Daud a.s. adalah seorang ahli perang besar dan seorang negarawan
yang berkuasa dan cerdik. Beliau adalah pendiri keturunan raja-raja Yudea, dan
pembangun kerajaan Ibrani yang
sebenarnya. Dengan perantaraan beliau segala suku bangsa Israil dari Dan
sampai Birsyeba menjadi bersatu-padu
dan terorganisasi menjadi bangsa yang gagah-perkasa, dan kerajaannya membentang
dari sungai Efrat sampai sungai Nil.
Nabi Sulaiman a.s. menjadikan kerajaan Bani Israil yang beliau warisi dari ayah beliau kokoh-kuat. Beliau seorang raja besar dan baik
pula. Beliau memperluas dan mengembangkan perdagangan
dan perniagaan negeri beliau dengan
pesatnya. Beliau adalah pembangun ulung
di antara raja-raja Bani Israil dan
termasyhur dengan pembangunan rumah
peribadatan di Yerusalem yang terkenal itu, dan menjadi kiblat kaum Bani Israil.
Kata manthiq
(bahasa) dalam kalimat
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ عُلِّمۡنَا مَنۡطِقَ الطَّیۡرِ -- “Hai
manusia, kami telah diajari bahasa burung” berasal dari kata nathaqa yang berarti:
ia berbicara dengan suara dan tulisan, yang membuat maksudnya menjadi
jelas. Oleh karena itu nathiq dipergunakan untuk pembicaraan yang terang
maupun tidak terang, dan juga untuk
keadaan sesuatu yang sama artinya dengan pembicaraan yang terang.
Secara lahiriah manthiq merupakan
kata-kata yang dituturkan, dan secara
batiniah adalah pengertian. Kata itu pun dipergunakan berkenaan dengan binatang dan
unggas, bila penggunaannya secara kiasan
(Al-Mufradat). Sebab burung-burung dan serangga-serangga mempunyai sarana
sendiri untuk berkomunikasi.
Burung-burung yang biasa
berpindah tempat, terbang dari satu wilayah ke wilayah lain menurut perubahan iklim. Mereka terbang
berkawan-kawan dan terbang teratur. Demikian juga semut hidup bermasyarakat, dan lebah mempunyi tata pemerintahan yang teratur. Hal ini tidak mungkin jika tidak
ada suatu cara mengadakan perhubungan atau cara berkomunikasi antara
mereka.
Cara perhubungan ini dapat disebut “bahasa” mereka. Dalam ayat tersebut
dijelaskan bahwa Nabi Daud a.s. dan
Nabi Sulaiman a.s. telah diajari Allah Swt. bahasa
burung, yang dapat dianggap berarti, bahwa beliau-beliau telah mempelajari bagaimana cara memanfaatkan burung-burung bagi
kepentingan komunikasi dengan
orang-orang atau para pejabat kerajaan yang lokasinya berada jauh dari pusat pemerintahan.
Jadi, menurut ayat tersebut seni
mempergunakan burung-burung untuk
membawa berita-berita dari satu
tempat ke tempat lain sangat banyak digunakan oleh Nabi Sulaiman a.s.. dan cara itu berkali-kali dan
berulang-ulang dipergunakan Nabi Sulaiman a.s. dalam mengemudikan kerajaan di bawah kekuasaan beliau yang
sangat luas itu, sebab berita yang dibawa oleh “burung-burung pos” tersebut
akan lebih cepat sampai ke alamat yang
dituju -- demikian pula sebaliknya -- jika
dibandingkan dengan menggunakan jalan darat mau pun laut.
Nabi Sulaiman a.s. & Divisi-divisi Pasukan Tempur
Sehubungan dengan kebijakan
yang berbeda antara Nabi Daud a.a. dan
Nabi Sulaiman a.s. dalam menangani kasus “kambing milik suatu kaum
yang memasuki kebun” sebelum ini – yakni penyusupan dan penyerbuan yang dilakukan kaum-kaum
asing ke wilayah kekuasaan kerajaan Bani Israil -- firman-Nya:
وَ دَاوٗدَ وَ سُلَیۡمٰنَ اِذۡ یَحۡکُمٰنِ فِی الۡحَرۡثِ اِذۡ
نَفَشَتۡ فِیۡہِ غَنَمُ الۡقَوۡمِ
ۚ وَ کُنَّا لِحُکۡمِہِمۡ شٰہِدِیۡنَ﴿٭ۙ﴾
Dan ingatlah
Daud dan Sulaiman ketika mereka
berdua memberikan keputusan mengenai suatu ladang, ketika kambing-kambing suatu kaum merusak di
dalamnya, dan Kami menjadi saksi
atas benarnya keputusan
mereka. (Al-Anbiya [21]:79).
Salah satu kasus yang dialami
oleh Nabi Sulaiman a.s. adalah berkenaan dengan wilayah kekuasaan beliau yang berbatasan dengan wilayah kerajaan Saba
yang dipimpin oleh Ratu Saba, dimana pasukan kerajaan Saba sering menerobos ke
wilayah kerajaan Nabi Sulaiman a.s..
Dalam rangka menyelesaikan “kasus” tersebut, Nabi Sulaiman a.s. disertai sejumlah besar pasukan perangnya berangkat ke wilayah konflik tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman mengenai pasukan tempur yang dimiliki oleh Nabi
Sulaiman a.s.:
وَ حُشِرَ لِسُلَیۡمٰنَ جُنُوۡدُہٗ
مِنَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ وَ
الطَّیۡرِ فَہُمۡ یُوۡزَعُوۡنَ ﴿﴾
Dan
dihimpunkan bagi Sulaiman lasykar-lasykarnya
bersama-sama, terdiri dari jin, ins (manusia), dan burung-burung,
lalu mereka diatur
menjadi bagian-bagian yang terpisah.
(An-Naml [27]:18).
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa penggunaan kata jin, syaitan, gunung, burung berkenana dengan Nabi Daud a.s. dan nabi
Sulaiman a.s. merupakan kata-kata kiasan, bukan dalam makna harfiah. Jadi
yang dimaksud dengan “pasukan jin”
yang bersama dengan Nabi Sulaiman a.s. adalah
pasukan Nabi Sulaiman a.s. yang anggotanya berasal dari “suku-suku bangsa yang liar” yang
mendiami wilayah pegunungan, yang sebelumnya telah ditaklukkan oleh Nabi Daud a.s.. Ayat
yang sedang ditafsirkan ini hendaknya dibandingkan dengan ayat-ayat
QS.21:83; QS.34:13 dan
QS.38:38.
Dengan demikian nampaknya kata-kata kiasan
tersebut menunjuk kepada anggota-anggota balatentara atau kesatuan-kesatuan
pasukan Nabi Sulaiman a.s., dan ketiga kata — jin, ins
(manusia) dan thair (burung-burung) — dapat menggambarkan tiga kesatuan (divisi) lasykar (pasukan) Nabi
Sulaiman a.s..
Dalam ayat ini dan dalam
QS.34:13, kata jin dipergunakan untuk menggambarkan satu seksi tertentu lasykar (pasukan) itu, sedang dalam QS.21:83 dan QS.38:38 kata syayāthin
dipergunakan untuk mengemukakan golongan
itu juga, yang menunjukan bahwa anggota
pasukan tersebut bukan dari kalangan Bani
Israil, melainkan berasal dari “bangsa-bangsa asing” -- yang secara kiasan disebut syaitan atau gunung -- yang telah ditaklukan
oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. yang dimanfaatkan menjadi salah satu
dari divisi-divisi pasukan tempur
Nabi Sulaiman a.s. yang dimanfaatkan melakukan
berbagai tugas berat untuk kepentingan
pemerintahan beliau (QS.21:83; QS.34:13; QS.38:37-39).
Kata thair (burung) berarti kuda-kuda gerak cepat, dapat menggambarkan pasukan berkuda (divisi kavaleri) Nabi Sulaiman a.s. . Arti kata ini dikuatkan dalam
QS.38:32-34, di sana Nabi Sulaiman a.s. dilukiskan mempunyai kegemaran yang besar terhadap kuda, khususnya kuda-kuda perang, firman-Nya:
وَ وَہَبۡنَا لِدَاوٗدَ سُلَیۡمٰنَ
ؕ نِعۡمَ الۡعَبۡدُ ؕ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ ﴿ؕ﴾ اِذۡ عُرِضَ عَلَیۡہِ بِالۡعَشِیِّ الصّٰفِنٰتُ
الۡجِیَادُ ﴿ۙ﴾ فَقَالَ اِنِّیۡۤ
اَحۡبَبۡتُ حُبَّ الۡخَیۡرِ عَنۡ ذِکۡرِ
رَبِّیۡ ۚ حَتّٰی تَوَارَتۡ بِالۡحِجَابِ ﴿ٝ﴾ رُدُّوۡہَا عَلَیَّ ؕ فَطَفِقَ مَسۡحًۢا بِالسُّوۡقِ
وَ الۡاَعۡنَاقِ ﴿﴾
Dan kepada Daud Kami menganugerahkan Sulaiman,
seorang hamba yang sangat baik,
sesungguhnya ia selalu kembali kepada
Kami. Ketika dihadapkan
kepadanya kuda-kuda yang terbaik pada petang hari maka ia berkata: “Sesungguhnya aku mencintai kesenangan akan barang yang baik karena
mengingatkan kepada
Tuhan-ku.” Hingga ketika kuda-kuda itu tersembunyi di
belakang tabir, ia berkata: “Bawalah
kembali kuda-kuda itu
kepadaku,” Kemudian ia mulai mengusap-usap
kaki dan leher kuda-kuda itu.
(Ash-Shād [38]:31-34).
Kata thair (burung) pun dapat pula mengisyaratkan kepada armada pesawat terbang – termasuk berbagai jenis pesawat tempur – yang mengenai
kecanggihan teknologinya terus menerus dikembangkan, sehingga benar-benar bisa
melakukan berbagai manuver di udara
sebagaimana yang dilakukan burung-burung
ketika terbang, terutama burung-burung pemangsa.
Kenyataan tersebut sesuai
dengan firman Allah Swt. mengenai
akan diciptakannya berbagai sarana
transportasi baru di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
وَ اٰیَۃٌ لَّہُمۡ اَنَّا حَمَلۡنَا ذُرِّیَّتَہُمۡ فِی الۡفُلۡکِ الۡمَشۡحُوۡنِ ﴿ۙ﴾
وَ خَلَقۡنَا لَہُمۡ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ مَا یَرۡکَبُوۡنَ ﴿﴾
Dan suatu Tanda
bagi mereka bahwasanya Kami
angkut anak-cucu mereka dalam
bahtera-bahtera yang bermuatan penuh. Dan Kami akan menciptakan bagi mereka semacam itu
juga yang akan mereka kendarai. (Yā Sīn
[36]:42-43). Lihat pula QS.16:9; QS.43:13.
Al-Quran meramalkan semenjak dahulu kala bahwa Allah Swt. akan mewujudkan sarana-sarana pengangkutan baru. Kapal api dan kapal lintas-samudera raksasa, balon
zeppelin, pesawat terbang, dan
sebagainya yang begitu banyak dipergunakan dewasa ini adalah penggenapan nubuatan Al-Quran secara jelas dan
nyata.
Satu Kesatuan Pasukan Tempur
yang Solid
Dengan demikian jelaslah, bahwa kata
kiasan jin dan ins (manusia) menggambarkan dua unit pasukan
infanteri Nabi Sulaiman a.s., maka thair (burung-burung) berarti pasukan kavaleri beliau. Akan tetapi
jika thair dapat dianggap berarti burung-burung
yang sebenarnya, maka kata itu akan berarti burung-burung
pos yang Nabi Sulaiman a.s. pergunakan untuk mengirimkan pesan-pesan perintah.
Oleh karena itu burung-burung itu pun merupakan pembantu yang sangat berguna dan perlu
sekali bagi lasykar beliau. Akan
tetapi ketiga perkataan yang dipergunakan dalam arti kiasan itu pun dapat pula masing-masing dapat diartikan: (1) jin adalah “orang-orang besar” (para pembesar);
(1) ins (manusia) adalah “orang-orang
biasa” (orang awam), (3) thair (burung) adalah “orang-orang
berkeruhanian tinggi.”
Kata thair
kecuali berarti “burung”, dapat juga diterapkan kepada binatang-binatang
yang berlari cepat, seperti kuda, dan lain-lain. Thayyar adalah
bentuk kesa-ngatan dari thair, berarti seekor kuda yang berpancaindera
tajam dan kakinya bergerak cepat; yang dapat berlari bagaikan terbang (Lexicon Lane & Lisan-al-‘Arab).
Kembali kepada
firman-Nya:
وَ حُشِرَ لِسُلَیۡمٰنَ جُنُوۡدُہٗ
مِنَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ وَ
الطَّیۡرِ فَہُمۡ یُوۡزَعُوۡنَ ﴿﴾
Dan
dihimpunkan bagi Sulaiman lasykar-lasykarnya
bersama-sama, terdiri dari jin, ins (manusia), dan burung-burung,
lalu mereka diatur
menjadi bagian-bagian yang terpisah.
(An-Naml [27]:18).
Kata waza’a dalam ayat فَہُمۡ
یُوۡزَعُوۡنَ -- “lalu
mereka diatur menjadi bagian-bagian
yang terpisah”, berarti: ia
menghentikan bagian pertama lasykar itu, agar supaya bagian terakhir lasykar itu dapat menggabungkan diri dengan mereka. Huwa
yaza’u aj-jaisya berarti, “ia tengah mengatur prajurit-prajurit dengan
tertib dan menempatkan mereka dalam jajaran-jajaran” (Aqrab-al-Mawarid).
Dengan demikian ungkapan Al-Quran itu mengenai
pasukan tempur Nabi Sulaiman a.s. tersebut berarti: (1)
Mereka dibentuk menjadi kelompok-kelompok terpisah. (2) Mereka berderap
maju seperti selayaknya lasykar yang teratur
dan berdisiplin. (3) Bagian pertama dihentikan, agar supaya
bagian terakhir dapat menggabungkan diri dengan mereka.
Jadi, kalimat dalam
ayat Al-Quran tersebut menunjukkan
bahwa Nabi Sulaiman a.s. mempunyai
angkatan perang yang sangat terlatih
baik serta disiplin dan mempunyai beberapa kesatuan
(divisi) lain yang terpisah lagi berbeda, namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan pasukan tempur
yang sangat solid.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 29 September
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar