Selasa, 22 Oktober 2013

Makna Ayat "Setiap Hari Dia dalam Keadaan Baru" & Kandungan Khazanah Alam Semesta dan Al-Quran yang Tak Terhingga




ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab 54

     Makna Ayat    کُلَّ  یَوۡمٍ ہُوَ  فِیۡ  شَاۡنٍ    (Setiap Hari Dia   dalam Keadaan Baru)  & Kandungan Khazanah  Alam Semesta dan Al-Quran yang Tak Terhingga

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma




D

alam   akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  tidak berdayanya  tuhan-tuhan” selain Allah Swt.:

یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ  فَاسۡتَمِعُوۡا لَہٗ  ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ لَنۡ یَّخۡلُقُوۡا ذُبَابًا وَّ لَوِ اجۡتَمَعُوۡا  لَہٗ ؕ وَ اِنۡ یَّسۡلُبۡہُمُ الذُّبَابُ شَیۡئًا لَّا یَسۡتَنۡقِذُوۡہُ  مِنۡہُ ؕ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَ الۡمَطۡلُوۡبُ ﴿﴾  مَا قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾  اَللّٰہُ یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  رُسُلًا وَّ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ سَمِیۡعٌۢ  بَصِیۡرٌ ﴿ۚ﴾  یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ  تُرۡجَعُ الۡاُمُوۡرُ﴿﴾

Hai manusia, suatu tamsil (perumpamaan) telah dikemukakan maka dengarlah tamsil itu.  Sesungguhnya mereka yang kamu seru selain Allah tidak dapat menjadikan seekor lalat, walau pun mereka itu bergabung untuk itu. Dan seandainya  lalat itu menyambar sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sangat lemah yang meminta dan yang diminta.  Mereka sekali-kali tidak dapat menilai kekuasaan Allah dengan sebenar-benarnya,  sesungguhnya Allah Mahakuat, Maha Perkasa.   Allah senantiasa memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat dan dari antara manusia, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.  Dia mengetahui apa pun yang di hadapan mereka dan apa pun  yang di belakang mereka, dan kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan (Al-Hajj [22]:74-77).

      Ayat ini menerangkan kepada orang-orang kafir  dari kalangan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (QS.98:1-9),  bahwa tuhan-tuhan mereka sama sekali tidak mempunyai kekuasaan dan tidak berdaya, dan betapa bodohnya mereka untuk menyembah tuhan-tuhan palsu yang mereka ada-adakan itu atau yang mereka warisi dari para pendahulu mereka itu (QS.9:30-35; QS.30:31-33).



Kemusyrikan Menjatuhkan Derajat Kehormatan Manusia   & 

Ketidak-berdayaan  Patung-patung  Sembahan Orang-orang Musyrik



      Kenyataan, bahwa orang-orang musyrik menjatuhkan derajat mereka sendiri ke tingkat yang begitu rendah, hingga mereka menyembah patung-patung — berhala-berhala yang terbuat dari kayu dan batu — menunjukkan, bahwa mereka mempunyai anggapan yang sangat keliru mengenai kekuatan-kekuatan dan Sifat-sifat Allah Swt., Tuhan Yang Maha Kuasa, Al-Khāliq (Maha Pencipta) Yang Agung.

     Pada hakikatnya, semua kepercayaan yang mengakui adanya banyak tuhan dan semua anggapan-anggapan musyrik adalah timbul dari pandangan yang lemah dan keliru, bahwa kekuatan-kekuatan dan Sifat-sifat Allah Swt. terbatas dan mempunyai kekurangan seperti halnya manusia. Benarlah firman-Nya:

وَ الَّذِیۡنَ یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ  لَا یَخۡلُقُوۡنَ شَیۡئًا وَّ ہُمۡ  یُخۡلَقُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اَمۡوَاتٌ غَیۡرُ  اَحۡیَآءٍ ۚ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ ۙ اَیَّانَ  یُبۡعَثُوۡنَ ﴿﴾ اِلٰـہُکُمۡ  اِلٰہٌ  وَّاحِدٌ ۚ فَالَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ  قُلُوۡبُہُمۡ مُّنۡکِرَۃٌ وَّ  ہُمۡ  مُّسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾

Dan  mereka yang diseru selain Allah, mereka itu tidak menjadikan sesuatu pun, bahkan mereka sendiri yang telah diciptakan.   Mereka itu mati, tidak hidup, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan (An-Nahl [16]:21-23).

        Selanjutnya Allah Swt. berfirman  lagi  mengenai lemah dan tak berdayanya   patung-patung (berhala-berhala) sembahan buatan mereka sendiri:

اِنَّ الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ عِبَادٌ اَمۡثَالُکُمۡ فَادۡعُوۡہُمۡ فَلۡیَسۡتَجِیۡبُوۡا لَکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾  اَلَہُمۡ  اَرۡجُلٌ  یَّمۡشُوۡنَ  بِہَاۤ  ۫ اَمۡ  لَہُمۡ  اَیۡدٍ یَّبۡطِشُوۡنَ بِہَاۤ  ۫ اَمۡ  لَہُمۡ اَعۡیُنٌ یُّبۡصِرُوۡنَ  بِہَاۤ  ۫ اَمۡ  لَہُمۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ؕ قُلِ ادۡعُوۡا شُرَکَآءَکُمۡ ثُمَّ   کِیۡدُوۡنِ  فَلَا  تُنۡظِرُوۡنِ﴿﴾  اِنَّ  وَلِیَِّۧ اللّٰہُ الَّذِیۡ نَزَّلَ الۡکِتٰبَ ۫ۖ وَ ہُوَ  یَتَوَلَّی  الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ لَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ نَصۡرَکُمۡ وَ لَاۤ  اَنۡفُسَہُمۡ یَنۡصُرُوۡنَ ﴿﴾  وَ  اِنۡ تَدۡعُوۡہُمۡ  اِلَی الۡہُدٰی لَا یَسۡمَعُوۡا ؕ وَ تَرٰىہُمۡ یَنۡظُرُوۡنَ  اِلَیۡکَ وَ ہُمۡ لَا یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾

Sesungguhnya  mereka yang kamu seru selain Allah adalah hamba-hamba Allah seperti kamu juga, maka  serulah mereka supaya mengabulkan permintaan kamu jika  kamu sungguh orang-orang yang benar. Apakah mereka memiliki kaki yang dengannya mereka dapat berjalan, atau apakah mereka   memiliki tangan yang dengannya  mereka dapat memegang dengan keras, atau apakah mereka memiliki mata yang dengannya mereka dapat melihat, atau apakah mereka memiliki telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Katakanlah: “Panggillah sekutu-sekutu kamu itu, kemudian  rancanglah tipu-daya melawanku dan janganlah aku diberi tangguh.  Sesungguhnya    adalah  Allah Yang telah menurunkan Kitab ini dan Dia melindungi orang-orang saleh.  Dan  mereka  yang kamu seru selain Dia, mereka itu tidak akan mampu menolong kamu dan tidak pula mereka dapat menolong dirinya sendiri. Dan jika kamu menyeru mereka kepada petunjuk, mereka tidak akan mendengar, dan  engkau melihat mereka memandang kepada engkau padahal mereka tidak melihat.  (Al-A’rāf [7]:195-199). 

  Ayat  فَادۡعُوۡہُمۡ فَلۡیَسۡتَجِیۡبُوۡا لَکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ  --   “maka serulah mereka supaya mengabulkan permintaan kamu jika  kamu sungguh orang-orang yang benar”, merupakan suatu tantangan terbuka kepada kaum musyrikin,  bahwa semua benda bernyawa atau pun tidak bernyawa yang diseru mereka di samping Allah Swt., sekali-kali tidak dapat mengabulkan doa mereka, sebab berhala-berhala tidak memiliki kekuatan mengabulkan doa. Akan tetapi  Allah Swt.   Yang Maha Hidup mengabulkan doa-doa hamba-Nya.



Tantangan Allah Swt. Kepada Para Penganut Kemusyrikan



     Ayat قُلِ ادۡعُوۡا شُرَکَآءَکُمۡ ثُمَّ   کِیۡدُوۡنِ  فَلَا  تُنۡظِرُوۡنِ   --   “Katakanlah: Panggillah sekutu-sekutu kamu itu, kemudian  rancanglah tipu-daya melawanku dan janganlah aku diberi tangguh   merupakan pemekaran dari tantangan yang diajukan kepada kaum kafir dalam ayat sebelumnya. Mereka ditantang agar memanggil tuhan-tuhan mereka guna membantu mereka melawan Islam, memanfatkan segenap sumber daya mereka   dan menggunakan segala kekuatan mereka untuk menyerang Islam, dan tak membiarkan satu peluang pun guna meniadakannya dan tidak menyia-nyiakan waktu untuk menyerang  Nabi Besar Muhammad saw.,  lalu lihatlah kerugian apa gerangan yang dapat ditimpakan kepada beliau saw. oleh keterpaduan dan kegigihan usaha-usaha mereka itu.

 Tetapi Allah Swt.  telah menjanjikan akan membantu  Nabi Besar Muhammad saw.  dan menakdirkan beliau saw. memperoleh kemajuan dan kemenangan,  dan akan melindungi beliau saw. dari berbagai “makar buruk” yang dilakukan manusia (orang-orang kafir) terhadap beliau saw.,   firman-Nya:

یٰۤاَیُّہَا الرَّسُوۡلُ بَلِّغۡ  مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ  مِنۡ رَّبِّکَ ؕ وَ  اِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا بَلَّغۡتَ رِسَالَتَہٗ ؕ وَ اللّٰہُ یَعۡصِمُکَ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾

Hai Rasul,  sampaikanlah apa yang diturunkan kepada engkau dari Rabb (Tuhan) engkau, dan jika engkau tidak melakukan hal itu maka engkau sekali-kali tidak menyampaikan amanat-Nya.  Dan Allah akan melindungi  engkau dari  manusia, sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum kafir. (Al-Māidah [5]:68).

   Lebih tegas lagi Allah Swt. berfirman mengenai kepastian keunggulan para Rasul Allah -- terutama Nabi Besar Muhammad saw. --  atas para penentang mereka:

اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾

Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina.   Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan menang.”  Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujādilah [58]:21-22).

     Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran senantiasa menang terhadap kepalsuan. Namun demikian seseorang yang bergelimang dalam kesesatan enggan menerima kebenaran, betapa pun terangnya dan tidak kelirunya Tanda-tanda yang diperlihatkan kepadanya.

      Hal demikian membuktikan bahwa kedudukannya tidak dapat dipertahankan. Orang-orang kafir melihat perjuangan Islam berderap maju dengan cepatnya di hadapan mereka, namun mereka berpura-pura tidak melihat dan enggan mengakuinya, itulah makna firman-Nya:

وَ  اِنۡ تَدۡعُوۡہُمۡ  اِلَی الۡہُدٰی لَا یَسۡمَعُوۡا ؕ وَ تَرٰىہُمۡ یَنۡظُرُوۡنَ  اِلَیۡکَ وَ ہُمۡ لَا یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾

Dan   jika kamu menyeru mereka kepada petunjuk, mereka tidak akan mendengar, dan  engkau melihat mereka memandang kepada engkau padahal mereka tidak melihat.  (Al-A’rāf [7]:199). 

     Ayat tersebut merupakan penjelasan  pernyataan Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini:

اِنَّ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا سَوَآءٌ  عَلَیۡہِمۡ ءَاَنۡذَرۡتَہُمۡ  اَمۡ  لَمۡ  تُنۡذِرۡہُمۡ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ خَتَمَ اللّٰہُ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ وَ عَلٰی سَمۡعِہِمۡ ؕ  وَ عَلٰۤی اَبۡصَارِہِمۡ غِشَاوَۃٌ ۫ وَّ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ٪﴿﴾

Sesungguhnya orang-orang  kafir  sama saja bagi mereka, apakah   engkau memperingatkan mereka atau pun engkau tidak pernah memperingatkan mereka, mereka tidak akan beriman.  Allah  telah mencap  hati mereka dan pendengaran mereka, sedangkan pada penglihatan  mereka   ada tutupan, dan bagi mereka ada siksaan yang amat besar. (Al-Baqarah [2]:7-8).



Kesempurnaan Firman dan Perbuatan Allah Swt.



  Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kesempurnaan Sifat-sifat-Nya serta kesempurnaan tatanan alam semesta ciptaan-Nya yang merupakan  bagian  kerajaan-Nya”,    tanpa memerlukan bantuan siapa pun, firman-Nya:

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِۙ﴿﴾ تَبٰرَکَ الَّذِیۡ نَزَّلَ الۡفُرۡقَانَ عَلٰی عَبۡدِہٖ لِیَکُوۡنَ  لِلۡعٰلَمِیۡنَ  نَذِیۡرَا ۙ﴿﴾  ۣالَّذِیۡ لَہٗ  مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لَمۡ  یَتَّخِذۡ وَلَدًا وَّ لَمۡ  یَکُنۡ لَّہٗ شَرِیۡکٌ فِی الۡمُلۡکِ وَ خَلَقَ کُلَّ شَیۡءٍ فَقَدَّرَہٗ تَقۡدِیۡرًا ﴿﴾    وَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اٰلِہَۃً  لَّا یَخۡلُقُوۡنَ شَیۡئًا وَّ ہُمۡ یُخۡلَقُوۡنَ وَ لَا یَمۡلِکُوۡنَ لِاَنۡفُسِہِمۡ ضَرًّا وَّ لَا نَفۡعًا وَّ لَا یَمۡلِکُوۡنَ مَوۡتًا  وَّ لَا حَیٰوۃً   وَّ  لَا نُشُوۡرًا ﴿﴾

 Aku baca dengan nama  Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Maha Beberkat Dia, Yang telah menurunkan Al-Furqān  kepada hamba-Nya, supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi seluruh alam.   Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan seluruh langit dan bumi,  dan Dia tidak mengambil anak,   tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan,  Dia telah menciptakan segala sesuatu  dan telah menetapkan ukurannya dengan sebaik-baiknya.  Dan  mereka telah mengambil tuhan-tuhan selain Dia yang tidak menciptakan sesuatu pun bahkan mereka yang diciptakan, dan mereka tidak berkuasa untuk memberi mudarat dan tidak pula  manfaat kepada diri mereka, dan mereka tidak berkuasa atas mati, atas hidup dan tidak pula atas kebangkitan.  (Al-Furqān [25]:1-4).

       Kata tabāraka  dalam ayat  تَبٰرَکَ الَّذِیۡ نَزَّلَ الۡفُرۡقَانَ عَلٰی عَبۡدِہٖ لِیَکُوۡنَ  لِلۡعٰلَمِیۡنَ  نَذِیۡرَا   -- “Maha Beberkat  Dia, Yang telah menurunkan Al-Furqān  kepada hamba-Nya, supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi seluruh alam,” berarti: sangat mulia sekali; jauh sekali dari segala keaiban, kekotoran, ketidak-sempurnaan, dan segala macam sifat yang cemar; memiliki kebaikan yang berlimpah-limpah (QS.6:156 & QS.21:51).

      Al-Quran memiliki semua nilai dan sifat yang terkandung dalam kata ini. Al-Quran tidak hanya bebas sepenuhnya dari segala keaiban dan ketidak-sempurnaan, bahkan juga memiliki semua nilai luhur yang dapat dibayangkan dan yang seharusnya dipunyai oleh syariat terakhir bagi seluruh umat manusia (QS.5:4) dan Al-Quran memilikinya itu dengan sepenuh-sepenuhnya.

      Furqān berarti: sesuatu yang membedakan antara yang benar dan yang palsu; keterangan, bukti atau kesaksian, sebab keterangan atau bukti itu gunanya membedakan antara yang benar dan yang salah. Kata itu pun mengandung arti pagi atau fajar, sebab fajar memisahkan siang hari dari malam malam. Al-Quran adalah furqan yang paripurna.

    Di antara seribu satu macam keindahan dan kebagusan yang membedakan Al-Quran dari kitab-kitab wahyu lainnya, dan yang menegakkan keunggulannya di atas kitab-kitab itu semuanya, dua macam nampak jelas sekali, yakni:

(a) Al-Quran tidak membuat pernyataan atau pengakuan yang tidak didukung oleh bukti-bukti dan keterangan-keterangan yang sehat dan kuat, dan

(b) Al-Quran membuat kebenaran itu begitu nyata bedanya dari kepalsuan sebagaimana nyata benar bedanya siang hari dari malam hari.



Semua Ciptaan Allah Swt. Memiliki Qadarnya Masing-masing &

Yang Maha Kekal adalah Allah Swt.



       Anak kalimat  وَ خَلَقَ کُلَّ شَیۡءٍ فَقَدَّرَہٗ تَقۡدِیۡرًا   --  Dia telah menciptakan segala sesuatu  dan telah menetapkan kadarnya (ukurannya) dengan sebaik-baiknya“, kata qadarnya  mengandung arti,   bahwa ada batas tertentu bagi kekuatan-kekuatan dan pekerjaan-pekerjaan atau perkembangan segala sesuatu yang tidak dapat dilanggar atau dilampaui.

      Batas-batas ini menunjuk kepada satu hukum yang bekerja di seluruh jagat raya, dan dari sini menunjuk kepada satu Perancang, Pencipta dan Pengatur — Sang Pencipta Yang kekuasaan-Nya tidak terbatas, yakni Rabb –al-‘alamin (QS.1:2)  tetapi telah mengadakan pembatasan terhadap segala  ciptaan-Nya.

     Segala sesuatu harus melampaui tiga tingkat perkembangan: (a) tingkat tak bernyawa; (b) tingkat mempunyai kekuatan untuk hidup, ketika sebuah benda diberi sifat-sifat dan tenaga-tenaga untuk tumbuh; dan (c) tingkat hidup yang sebenarnya. Allah, Pencipta segala kehidupan, memiliki kekuasaan mutlak dan tunggal atas ketiga tingkat itu semuanya, sedangkan segala  sesuatu “sembahan” selain Allah Swt:

 وَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اٰلِہَۃً  لَّا یَخۡلُقُوۡنَ شَیۡئًا وَّ ہُمۡ یُخۡلَقُوۡنَ وَ لَا یَمۡلِکُوۡنَ لِاَنۡفُسِہِمۡ ضَرًّا وَّ لَا نَفۡعًا وَّ لَا یَمۡلِکُوۡنَ مَوۡتًا  وَّ لَا حَیٰوۃً   وَّ  لَا نُشُوۡرًا ﴿﴾            

”dan mereka tidak berkuasa untuk memberi mudarat dan tidak pula  manfaat kepada diri mereka, dan mereka tidak berkuasa atas mati, atas hidup dan tidak pula atas kebangkitan.” (Al-Furqān [25]:4).

       Hanya   Allah Swt., Rabb-al-‘ālamīn (Tuhan Pencipta dan Pemelihara  seluruh alam) itulah yang benar-benar kekal, firman-Nya:

کُلُّ  مَنۡ  عَلَیۡہَا  فَانٍ ﴿ۚۖ﴾  وَّ یَبۡقٰی وَجۡہُ  رَبِّکَ ذُو الۡجَلٰلِ وَ الۡاِکۡرَامِ ﴿ۚ﴾

Segala sesuatu yang ada di atasnya  akan binasa, dan akan kekal hanyalah Wu-jud Rabb (Tuhan) engkau, Pemilik segala kemegahan dan kemuliaan. (Al-Rahmān [55]:27-28).

 Seluruh jagat raya (alam semesta) tunduk kepada hukum kerusakan dan kematian, dan oleh sebab itu jagat raya ini ditakdirkan akan binasa. Hanya Allah Swt., Tuhan Pencipta itulah Yang kekal, sebab Dia Berdiri Sendiri, Pemelihara segala sesuatu dan Diperlukan oleh segala sesuatu.

    Wajh antara lain berarti:  (1) apa yang ada di bawah pemeliharaan seseorang, (2) yang terhadapnya seseorang mencurahkan perhatiannya (QS.28:89); (3) barang itu sendiri; (4) karunia,  (5) wajah (Aqrab-al-Mawarid).   Karena bumi ini akan dilenyapkan dan benda-benda langit akan dilenyapkan semuanya dan seluruh alam jasmani dihilangsirnakan, tetapi akal manusia menuntut bahwa seyogyanya harus ada suatu Wujud Yang tidak akan pernah mati atau tunduk kepada hukum perubahan atau kerusakan. Wujud demikian adalah Tuhan Yang menciptakan seluruh alam semesta.

    Ayat 28  dan ayat  sebelumnya menunjuk kepada dua hukum alam yang tidak akan berubah dan bekerja secara serempak, yaitu (1) segala sesuatu tunduk kepada hukum kemunduran, kerusakan, dan kematian; dan (2) sesuai dengan hukum Ilahi menjamin kesinambungan hidup.



Semua Makhluk Ciptaan Allah Swt.  Memiliki Khazanah yang Tak terbatas



Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai ketergantungan eksistensi (keberadaan) seluruh ciptaan Allah Swt.  kepada Allah Swt.:

یَسۡـَٔلُہٗ  مَنۡ  فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ کُلَّ  یَوۡمٍ ہُوَ  فِیۡ  شَاۡنٍ ﴿ۚ﴾

Kepada-Nya memohon  segala yang ada di seluruh langit dan bumi. Setiap hari Dia menampakkan sifat-Nya dalam keadaan yang berlainan.  (Al-Rahmān [55]:30).

 Untuk mempertahankan hidup dan memenuhi segala keperluannya, seluruh makhluk bergantung pada Allah Swt. Yang adalah Sang Pencipta, Pemberi rezeki, dan Pemelihara mereka. Sifat-sifat Ilahi tidak mengenal batas atau hitungan, dan sifat-sifat tersebut senantiasa   menjelmakan diri dalam berbagai cara di sepanjang masa,  sehingga pernyataan-Nya  یَسۡـَٔلُہٗ  مَنۡ  فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ   --  Kepada-Nya memohon  segala yang ada di seluruh langit dan bumi” terbukti kebenarannya, itulah makna pernyataan Allah Swt. selanjutnya dalam ayat tersebut ؕ کُلَّ  یَوۡمٍ ہُوَ  فِیۡ  شَاۡنٍ  -- “Setiap hari Dia menampakkan sifat-Nya dalam keadaan yang berlainan.

 Pernyataan  Allah Swt. tersebut sesuai dengan firman-Nya berikut ini mengenai khazanah tak terbatas yang dikandung oleh  segala sesuatu ciptaan Allah Swt. guna memenuhi tuntutan “permintaan”  manusia yang terus berkembang, firman-Nya:

وَ  اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ   اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ  مَا  نُنَزِّلُہٗۤ  اِلَّا بِقَدَرٍ  مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾

Dan  tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan  Kami   tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu. (Al-Hijr [15]:22).

       Allah  Swt.  memiliki persediaan (khazanah) segala sesuatu dalam jumlah yang tidak terbatas. Akan tetapi sesuai dengan rahmat-Nya yang tidak berhingga, Dia mengarahkan pikiran atau otak manusia kepada satu benda yang tertentu, hanya bilamana timbul suatu keperluan yang sesungguhnya akan benda itu.

      Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab 42, seperti halnya alam semesta kebendaan, Al-Quran pun merupakan alam semesta keruhanian, di mana tersembunyi khazanah-khazanah ilmu keruhanian tak terbatas, yang dibukakan kepada manusia sesuai dengan keperluan zaman, firman-Nya:

قُلۡ لَّوۡ کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ الۡبَحۡرُ  قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ لَوۡ  جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ  مَدَدًا ﴿﴾

Katakanlah: "Seandainya lautan menjadi tinta untuk me­nuliskan kalimat-kalimat Tuhan-ku, niscaya  lautan itu akan habis se­belum kalimat-kalimat Tuhan-ku habis dituliskan, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai tambahannya. (Al-Kahf [18]:110).

Firman-Nya lagi:

وَ لَوۡ اَنَّ مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ شَجَرَۃٍ  اَقۡلَامٌ  وَّ  الۡبَحۡرُ  یَمُدُّہٗ  مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ  اَبۡحُرٍ  مَّا نَفِدَتۡ  کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾

Dan  seandainya pohon-pohon  di bumi ini menjadi pena dan laut   ditambahkan kepadanya  sesudahnya tujuh laut menjadi tinta,  kalimat Allah sekali-kali tidak akan habis. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Luqman [31]:28)

      Bilangan  7  dan  70  digunakan dalam bahasa Arab adalah menyatakan jumlah besar, dan bukan benar-benar “tujuh” dan “tujuh puluh” sebagai angka-angka bilangan lazim.



Kesempurnaan Tatanan Alam Semesta Ciptaan Allah Swt. 



 Di Akhir Zaman ini, bangsa-bangsa Kristen dari barat    -- yakni Ya'juj (Gog) dan Ma'juj (Magog) -- membanggakan diri atas penemuan­-penemu-an dan hasil-hasil riset mereka yang besar dalam ilmu pengetahuan, dan nampaknya mereka dikuasai anggapan keliru  bahwa mereka telah berhasil mengetahui seluk-beluk rahasia-rahasia takhliq (penciptaan) itu sendiri.

 Menurut Allah Swt. hal itu hanya pembualan yang sia-sia belaka, sebab rahasia-rahasia Tuhan (Allah Swt.)  serta ciptaan-Nya tidak ada habisnya dan tidak dapat diselami sepenuhnya,  sehingga apa yang telah mereka temukan sampai sekarang, dan apa yang nanti akan ditemukan dengan segala susah payah, jika dibandingkan dengan rahasia-rahasia Allah belumlah merupakan setitik   air pun dalam samudera, benarlah firman-Nya  sebelum ini:

وَ  اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ   اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ  مَا  نُنَزِّلُہٗۤ  اِلَّا بِقَدَرٍ  مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾

Dan  tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan  Kami sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu.    (Al-Hijr [15]:22).

       Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah Swt.   memiliki persediaan (khazanah) segala sesuatu dalam jumlah yang tidak terbatas. Akan tetapi sesuai dengan rahmat-Nya yang tidak berhingga, Dia mengarahkan pikiran atau otak manusia kepada satu benda yang tertentu, hanya bilamana timbul suatu keperluan yang sesungguhnya akan benda itu.

      Seperti halnya alam semesta kebendaan, demikian juga Al-Quran pun merupakan alam semesta keruhanian, di mana tersembunyi khazanah-khazanah ilmu keruhanian yang dibukakan kepada manusia melalui   Rasul Allah dan orang-orang suci sesuai dengan keperluan zaman, termasuk di Akhir Zaman ini (QS.3:180; QS.56:78-80; QS.72:27-28; QS.61:10).

       Apabila keadaan serta berbagai kemampuan serta fungsi yang telah ditetapkan  (ditakdirkan) Allah Swt. berkenaan berbagai hal  dalam tatanan alam semesta jasmani ini    -- yang merupakan makhluk  -- demikian tidak terhingganya, maka  terlebih lagi Allah Swt., Al-Khāliq (Yang Maha Pencipta), firman-Nya:

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ تَبٰرَکَ الَّذِیۡ  بِیَدِہِ  الۡمُلۡکُ ۫ وَ ہُوَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ قَدِیۡرُۨ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ  خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ لِیَبۡلُوَکُمۡ  اَیُّکُمۡ  اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ  الۡغَفُوۡرُ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا ؕ مَا تَرٰی فِیۡ  خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ  تَفٰوُتٍ ؕ فَارۡجِعِ  الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ  تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ ﴿﴾  ثُمَّ  ارۡجِعِ  الۡبَصَرَ کَرَّتَیۡنِ  یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ  الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡرٌ ﴿﴾

Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Maha Berbarkat Dia Yang di Tangan-Nya kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,   Yang menciptakan kematian  dan kehidupan,  supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya, dan   Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun,   Yang telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi. Engkau tidak akan melihat ketidakselarasan di dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah,  maka lihatlah berulang-ulang, apakah engkau melihat sesuatu  cacat?    Kemudian pandanglah untuk kedua kali,  penglihatan engkau akan kembali kepada engkau dengan tunduk dan ia letih, (Al-Mulk [67]:1-5).

        Makna ۙ  الَّذِیۡ  خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ لِیَبۡلُوَکُمۡ  اَیُّکُمۡ  اَحۡسَنُ عَمَلًا  --  Yang menciptakan kematian  dan kehidupan,  supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya,”  yaitu bahwa hukum hidup dan mati berlaku di seluruh alam. Tiap-tiap makhluk-hidup tunduk kepada kehancuran dan kematian.

      Kata “kematian” di sini seperti juga dalam ayat QS.2:29 dan QS.53:45, disebut sebelum kata “kehidupan.” Alasannya ialah, rupa-rupanya kematian atau tanpa-wujud itu merupakan keadaan sebelum ada kehidupan, atau mungkin karena “mati” itu lebih penting dan lebih besar artinya daripada “hidup,” karena kematian membukakan kepada manusia pintu gerbang kehidupan kekal dan kemajuan ruhani yang tidak berhingga, sedang kehidupan di dunia ini hanyalah suatu tempat persinggahan sementara dan merupakan suatu persiapan bagi kehidupan kekal lagi abadi di balik kubur.  Itulah sebabnya dikatakan  لِیَبۡلُوَکُمۡ  اَیُّکُمۡ  اَحۡسَنُ عَمَلًا  -- “supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya.”



Tantangan  Untuk Mencari “Celah Kelemahan” Tatanan Alam Semesta



  Kata thibāq   dalam ayat الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا – “Yang telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi”,  bersamaan arti dengan thabāq dan dengan jamaknya athbāq. Orang mengatakan sesuatu ini thabāq atau thibāq bagi  sesuatu itu, yakni sesuatu ini berpasangan dengan itu atau sejenis itu dalam ukuran atau mutunya, dan sebagainya. Thibāq berarti juga tingkat (Lexicon Lane).

  Sungguh menakjubkan ciptaan Allah Swt. itu. Tatasurya yang di didalamnya bumi kita hanya merupakan anggota kecil itu sangat luas, bermacam-macam dan teratur susunannya, namun demikian tatasurya itu hanyalah merupakan salah satu dari ratusan juta tatasurya yang beberapa di antaranya jauh lebih besar lagi daripada tatasurya kita ini.

    Namun jutaan matahari dan bintang itu begitu rupa diatur dan disebar dalam hubungan satu sama lain sehingga di mana-mana menimbulkan keserasian dan keindahan. Tertib yang menutupi dan meliputi seluruh tatanan alam itu, jelas nampak kepada mata tanpa bantuan alat apa pun dan tersebar jauh melewati jangkauan pandangan yang dibantu oleh segala macam alat dan perkakas yang dunia ilmu dan teknik telah mampu menciptakannya.

      Namun demikian,  tatanan alam semesta jasmani yang demikian mengagumkan serta sempurna tersebut – dan memiliki khazanah pengetahuan yang tak terhingga – tetapi pada hakikatnya merupakan benda-benda mati belaka,  seperti “lantai kaca bening” istana  yang dibangun oleh Nabi Sulaiman a.s., yang disangka oleh Ratu Saba seperti    air yang mengalir deras, padahal aliran air tersebut ada di bawah “lantai kaca  bening” istana tersebut  (QS.27:45)   dan hanya orang-orang berakal    -- sajalah yang akan mampu “melihat”  keberadaan Allah Swt., Sang Maha Pencipta tatanan alam semesta tersebut melalui berbagai  Tanda-tanda yang berada di dalamnya (QS.3:191-195).

    

(Bersambung)



Rujukan: The Holy Quran

Editor: Malik Ghulam Farid



***



Pajajaran Anyar,  17 Oktober    2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar