ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 54
Makna Ayat کُلَّ یَوۡمٍ ہُوَ
فِیۡ شَاۡنٍ (Setiap
Hari Dia dalam Keadaan Baru) & Kandungan Khazanah Alam Semesta dan Al-Quran yang Tak Terhingga
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai tidak
berdayanya “tuhan-tuhan” selain Allah Swt.:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ ضُرِبَ
مَثَلٌ فَاسۡتَمِعُوۡا لَہٗ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ لَنۡ یَّخۡلُقُوۡا ذُبَابًا وَّ لَوِ اجۡتَمَعُوۡا لَہٗ ؕ وَ اِنۡ یَّسۡلُبۡہُمُ الذُّبَابُ
شَیۡئًا لَّا یَسۡتَنۡقِذُوۡہُ مِنۡہُ ؕ
ضَعُفَ الطَّالِبُ وَ الۡمَطۡلُوۡبُ ﴿﴾ مَا قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾ اَللّٰہُ یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ رُسُلًا وَّ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
سَمِیۡعٌۢ بَصِیۡرٌ ﴿ۚ﴾ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا
خَلۡفَہُمۡ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ
الۡاُمُوۡرُ﴿﴾
Hai manusia, suatu tamsil (perumpamaan) telah dikemukakan
maka dengarlah tamsil itu. Sesungguhnya mereka yang kamu seru selain
Allah tidak dapat menjadikan seekor
lalat, walau pun mereka itu bergabung
untuk itu. Dan seandainya lalat itu menyambar sesuatu dari mereka,
mereka tidak akan dapat merebutnya
kembali dari lalat itu. Sangat lemah
yang meminta dan yang diminta. Mereka
sekali-kali tidak dapat menilai
kekuasaan Allah dengan sebenar-benarnya,
sesungguhnya Allah Mahakuat, Maha Perkasa. Allah senantiasa
memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat
dan dari antara manusia,
sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. Dia mengetahui apa pun yang di
hadapan mereka dan apa pun yang di belakang mereka, dan kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan (Al-Hajj
[22]:74-77).
Ayat ini menerangkan kepada orang-orang
kafir dari kalangan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (QS.98:1-9), bahwa tuhan-tuhan
mereka sama sekali tidak mempunyai
kekuasaan dan tidak berdaya, dan
betapa bodohnya mereka untuk menyembah tuhan-tuhan palsu yang mereka ada-adakan itu atau yang mereka warisi dari para pendahulu mereka itu (QS.9:30-35; QS.30:31-33).
Kemusyrikan Menjatuhkan
Derajat Kehormatan Manusia &
Ketidak-berdayaan Patung-patung Sembahan Orang-orang Musyrik
Kenyataan, bahwa orang-orang musyrik menjatuhkan derajat
mereka sendiri ke tingkat yang begitu
rendah, hingga mereka menyembah patung-patung —
berhala-berhala yang terbuat dari kayu
dan batu — menunjukkan, bahwa mereka
mempunyai anggapan yang sangat keliru
mengenai kekuatan-kekuatan dan Sifat-sifat Allah Swt., Tuhan Yang Maha Kuasa, Al-Khāliq (Maha
Pencipta) Yang Agung.
Pada hakikatnya, semua kepercayaan
yang mengakui adanya banyak tuhan dan
semua anggapan-anggapan musyrik
adalah timbul dari pandangan yang lemah
dan keliru, bahwa kekuatan-kekuatan dan Sifat-sifat Allah Swt. terbatas dan mempunyai kekurangan seperti halnya manusia.
Benarlah firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ یَدۡعُوۡنَ مِنۡ
دُوۡنِ اللّٰہِ لَا یَخۡلُقُوۡنَ شَیۡئًا
وَّ ہُمۡ یُخۡلَقُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اَمۡوَاتٌ غَیۡرُ
اَحۡیَآءٍ ۚ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ ۙ اَیَّانَ یُبۡعَثُوۡنَ ﴿﴾ اِلٰـہُکُمۡ اِلٰہٌ
وَّاحِدٌ ۚ فَالَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ قُلُوۡبُہُمۡ مُّنۡکِرَۃٌ وَّ ہُمۡ
مُّسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka
yang diseru selain Allah, mereka
itu tidak menjadikan sesuatu pun,
bahkan mereka sendiri yang telah
diciptakan. Mereka itu mati, tidak hidup, dan mereka tidak
mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan (An-Nahl [16]:21-23).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman lagi
mengenai lemah dan tak berdayanya patung-patung
(berhala-berhala) sembahan buatan
mereka sendiri:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ عِبَادٌ اَمۡثَالُکُمۡ
فَادۡعُوۡہُمۡ فَلۡیَسۡتَجِیۡبُوۡا لَکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ اَلَہُمۡ اَرۡجُلٌ یَّمۡشُوۡنَ بِہَاۤ ۫ اَمۡ لَہُمۡ اَیۡدٍ یَّبۡطِشُوۡنَ بِہَاۤ ۫ اَمۡ لَہُمۡ اَعۡیُنٌ یُّبۡصِرُوۡنَ بِہَاۤ ۫ اَمۡ لَہُمۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ؕ قُلِ ادۡعُوۡا شُرَکَآءَکُمۡ ثُمَّ کِیۡدُوۡنِ فَلَا تُنۡظِرُوۡنِ﴿﴾ اِنَّ وَلِیَِّۧ اللّٰہُ الَّذِیۡ نَزَّلَ
الۡکِتٰبَ ۫ۖ وَ ہُوَ یَتَوَلَّی الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ لَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ نَصۡرَکُمۡ وَ لَاۤ اَنۡفُسَہُمۡ یَنۡصُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِنۡ تَدۡعُوۡہُمۡ اِلَی الۡہُدٰی لَا یَسۡمَعُوۡا ؕ وَ تَرٰىہُمۡ یَنۡظُرُوۡنَ اِلَیۡکَ وَ ہُمۡ لَا یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya mereka yang kamu seru selain Allah adalah hamba-hamba Allah
seperti kamu juga, maka serulah mereka supaya mengabulkan permintaan kamu
jika kamu sungguh orang-orang yang benar. Apakah
mereka memiliki kaki yang dengannya mereka dapat berjalan, atau apakah mereka
memiliki tangan yang dengannya
mereka dapat memegang dengan
keras, atau apakah mereka memiliki mata
yang dengannya mereka dapat melihat,
atau apakah mereka memiliki telinga
yang dengan itu mereka dapat mendengar?
Katakanlah: “Panggillah sekutu-sekutu
kamu itu, kemudian rancanglah tipu-daya melawanku
dan janganlah aku diberi tangguh. Sesungguhnya adalah Allah Yang telah menurunkan Kitab ini dan Dia
melindungi orang-orang saleh.
Dan mereka yang
kamu seru selain Dia, mereka itu tidak
akan mampu menolong kamu dan tidak
pula mereka dapat menolong dirinya sendiri. Dan jika kamu
menyeru mereka kepada petunjuk,
mereka tidak akan mendengar, dan engkau melihat mereka memandang kepada engkau padahal mereka tidak melihat. (Al-A’rāf [7]:195-199).
Ayat فَادۡعُوۡہُمۡ فَلۡیَسۡتَجِیۡبُوۡا لَکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ --
“maka serulah mereka supaya mengabulkan permintaan kamu
jika kamu sungguh orang-orang yang benar”, merupakan
suatu tantangan terbuka kepada kaum musyrikin, bahwa semua benda bernyawa atau pun tidak
bernyawa yang diseru mereka di
samping Allah Swt., sekali-kali tidak dapat mengabulkan doa mereka,
sebab berhala-berhala tidak memiliki kekuatan mengabulkan doa. Akan
tetapi Allah Swt. Yang Maha Hidup mengabulkan doa-doa hamba-Nya.
Tantangan Allah Swt. Kepada Para
Penganut Kemusyrikan
Ayat قُلِ ادۡعُوۡا شُرَکَآءَکُمۡ ثُمَّ
کِیۡدُوۡنِ فَلَا تُنۡظِرُوۡنِ --
“Katakanlah: Panggillah
sekutu-sekutu kamu itu, kemudian rancanglah tipu-daya melawanku
dan janganlah aku diberi tangguh” merupakan pemekaran dari tantangan yang diajukan kepada kaum kafir dalam ayat sebelumnya. Mereka
ditantang agar memanggil tuhan-tuhan mereka guna membantu mereka melawan Islam,
memanfatkan segenap sumber daya
mereka dan menggunakan segala kekuatan mereka untuk menyerang Islam, dan tak membiarkan satu peluang
pun guna meniadakannya dan tidak
menyia-nyiakan waktu untuk menyerang Nabi Besar Muhammad saw., lalu lihatlah kerugian apa gerangan yang dapat ditimpakan kepada beliau saw. oleh
keterpaduan dan kegigihan usaha-usaha mereka itu.
Tetapi Allah Swt. telah menjanjikan akan membantu
Nabi Besar Muhammad saw. dan
menakdirkan beliau saw. memperoleh kemajuan dan kemenangan, dan akan melindungi beliau saw. dari berbagai “makar buruk” yang dilakukan manusia
(orang-orang kafir) terhadap beliau saw.,
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الرَّسُوۡلُ
بَلِّغۡ مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ مِنۡ رَّبِّکَ ؕ وَ اِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا بَلَّغۡتَ
رِسَالَتَہٗ ؕ وَ اللّٰہُ یَعۡصِمُکَ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan
kepada engkau dari Rabb (Tuhan)
engkau, dan jika engkau tidak
melakukan hal itu maka engkau
sekali-kali tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah
akan melindungi engkau dari manusia, sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk
kepada kaum kafir. (Al-Māidah
[5]:68).
Lebih tegas lagi Allah Swt.
berfirman mengenai kepastian keunggulan
para Rasul Allah -- terutama Nabi Besar Muhammad saw. -- atas para penentang
mereka:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی الۡاَذَلِّیۡنَ
﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya
mereka itu termasuk orang-orang yang
sangat hina. Allah telah
menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa. (Al-Mujādilah [58]:21-22).
Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran
sejarah bahwa kebenaran senantiasa menang terhadap kepalsuan. Namun demikian seseorang yang bergelimang dalam kesesatan
enggan menerima kebenaran, betapa pun
terangnya dan tidak kelirunya Tanda-tanda yang diperlihatkan
kepadanya.
Hal demikian membuktikan bahwa kedudukannya tidak dapat dipertahankan. Orang-orang kafir melihat perjuangan Islam berderap maju dengan
cepatnya di hadapan mereka, namun mereka berpura-pura tidak melihat dan enggan
mengakuinya, itulah makna firman-Nya:
وَ اِنۡ تَدۡعُوۡہُمۡ اِلَی الۡہُدٰی لَا یَسۡمَعُوۡا ؕ وَ تَرٰىہُمۡ یَنۡظُرُوۡنَ اِلَیۡکَ وَ ہُمۡ لَا یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾
Dan jika kamu menyeru mereka kepada petunjuk, mereka tidak akan mendengar, dan engkau melihat mereka memandang kepada engkau padahal mereka tidak melihat. (Al-A’rāf [7]:199).
Ayat tersebut merupakan penjelasan pernyataan Allah Swt. dalam firman-Nya
berikut ini:
اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا سَوَآءٌ عَلَیۡہِمۡ ءَاَنۡذَرۡتَہُمۡ اَمۡ لَمۡ تُنۡذِرۡہُمۡ
لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ خَتَمَ
اللّٰہُ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ وَ عَلٰی سَمۡعِہِمۡ ؕ وَ عَلٰۤی اَبۡصَارِہِمۡ غِشَاوَۃٌ ۫ وَّ
لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ٪﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang kafir sama saja bagi mereka,
apakah engkau memperingatkan mereka atau pun engkau tidak pernah memperingatkan mereka, mereka tidak akan beriman. Allah telah
mencap hati mereka dan pendengaran mereka, sedangkan pada penglihatan mereka
ada tutupan, dan bagi mereka
ada siksaan yang amat besar. (Al-Baqarah [2]:7-8).
Kesempurnaan Firman dan Perbuatan
Allah Swt.
Selanjutnya Allah
Swt. berfirman mengenai kesempurnaan
Sifat-sifat-Nya serta kesempurnaan
tatanan alam semesta ciptaan-Nya yang
merupakan bagian “kerajaan-Nya”, tanpa memerlukan bantuan siapa pun, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِۙ﴿﴾
تَبٰرَکَ الَّذِیۡ نَزَّلَ الۡفُرۡقَانَ عَلٰی عَبۡدِہٖ لِیَکُوۡنَ لِلۡعٰلَمِیۡنَ نَذِیۡرَا ۙ﴿﴾ ۣالَّذِیۡ لَہٗ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لَمۡ یَتَّخِذۡ وَلَدًا وَّ لَمۡ یَکُنۡ لَّہٗ شَرِیۡکٌ فِی الۡمُلۡکِ وَ خَلَقَ
کُلَّ شَیۡءٍ فَقَدَّرَہٗ تَقۡدِیۡرًا ﴿﴾ وَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اٰلِہَۃً
لَّا یَخۡلُقُوۡنَ شَیۡئًا وَّ ہُمۡ یُخۡلَقُوۡنَ وَ لَا یَمۡلِکُوۡنَ
لِاَنۡفُسِہِمۡ ضَرًّا وَّ لَا نَفۡعًا وَّ لَا یَمۡلِکُوۡنَ مَوۡتًا وَّ لَا حَیٰوۃً وَّ
لَا نُشُوۡرًا ﴿﴾
Aku
baca dengan nama Allah, Maha
Pemurah, Maha Penyayang. Maha Beberkat Dia, Yang telah
menurunkan Al-Furqān kepada hamba-Nya,
supaya ia menjadi pemberi peringatan
bagi seluruh alam. Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan seluruh langit
dan bumi, dan Dia tidak mengambil anak, tidak
ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan, Dia telah menciptakan segala sesuatu dan telah
menetapkan ukurannya dengan sebaik-baiknya. Dan mereka telah mengambil tuhan-tuhan selain Dia yang tidak menciptakan sesuatu pun bahkan mereka yang diciptakan, dan mereka tidak berkuasa untuk memberi mudarat dan tidak pula manfaat kepada diri
mereka, dan mereka tidak berkuasa
atas mati, atas hidup dan tidak pula atas kebangkitan. (Al-Furqān [25]:1-4).
Kata tabāraka dalam ayat
تَبٰرَکَ
الَّذِیۡ نَزَّلَ الۡفُرۡقَانَ عَلٰی عَبۡدِہٖ لِیَکُوۡنَ لِلۡعٰلَمِیۡنَ نَذِیۡرَا -- “Maha
Beberkat Dia, Yang telah menurunkan Al-Furqān kepada hamba-Nya,
supaya ia menjadi pemberi peringatan
bagi seluruh alam,” berarti: sangat mulia sekali; jauh sekali dari segala keaiban, kekotoran, ketidak-sempurnaan,
dan segala macam sifat yang cemar;
memiliki kebaikan yang berlimpah-limpah (QS.6:156 &
QS.21:51).
Al-Quran memiliki semua nilai dan sifat yang terkandung dalam
kata ini. Al-Quran tidak hanya bebas
sepenuhnya dari segala keaiban dan ketidak-sempurnaan, bahkan juga memiliki
semua nilai luhur yang dapat
dibayangkan dan yang seharusnya dipunyai
oleh syariat terakhir bagi seluruh umat manusia (QS.5:4) dan Al-Quran memilikinya itu dengan
sepenuh-sepenuhnya.
Furqān berarti: sesuatu yang membedakan antara yang benar dan yang palsu;
keterangan, bukti atau kesaksian, sebab keterangan
atau bukti itu gunanya membedakan antara yang benar dan yang salah. Kata itu pun mengandung arti pagi atau fajar, sebab fajar memisahkan siang hari dari malam malam. Al-Quran adalah furqan
yang paripurna.
Di antara seribu satu macam keindahan
dan kebagusan yang membedakan Al-Quran dari kitab-kitab wahyu lainnya, dan yang
menegakkan keunggulannya di atas kitab-kitab itu semuanya, dua macam
nampak jelas sekali, yakni:
(a) Al-Quran tidak membuat pernyataan atau pengakuan
yang tidak didukung oleh bukti-bukti dan keterangan-keterangan yang sehat dan
kuat, dan
(b) Al-Quran membuat kebenaran
itu begitu nyata bedanya dari kepalsuan sebagaimana nyata benar
bedanya siang hari dari malam hari.
Semua Ciptaan Allah Swt. Memiliki Qadarnya Masing-masing &
Yang Maha Kekal adalah Allah Swt.
Anak kalimat وَ خَلَقَ کُلَّ شَیۡءٍ فَقَدَّرَہٗ تَقۡدِیۡرًا -- “Dia telah menciptakan segala sesuatu dan telah
menetapkan kadarnya (ukurannya) dengan
sebaik-baiknya“, kata
qadarnya mengandung
arti, bahwa ada batas tertentu bagi kekuatan-kekuatan
dan pekerjaan-pekerjaan atau perkembangan segala sesuatu yang tidak dapat dilanggar
atau dilampaui.
Batas-batas ini menunjuk kepada satu
hukum yang bekerja di seluruh
jagat raya, dan dari sini menunjuk kepada satu Perancang, Pencipta dan Pengatur — Sang Pencipta Yang kekuasaan-Nya tidak terbatas, yakni Rabb –al-‘alamin (QS.1:2) tetapi telah mengadakan pembatasan terhadap segala ciptaan-Nya.
Segala sesuatu harus melampaui tiga tingkat perkembangan: (a) tingkat tak bernyawa;
(b) tingkat mempunyai kekuatan
untuk hidup, ketika sebuah benda
diberi sifat-sifat dan tenaga-tenaga untuk tumbuh; dan (c) tingkat hidup yang sebenarnya. Allah, Pencipta segala kehidupan, memiliki kekuasaan mutlak dan tunggal atas ketiga tingkat itu
semuanya, sedangkan segala sesuatu “sembahan” selain Allah Swt:
وَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ
اٰلِہَۃً لَّا یَخۡلُقُوۡنَ
شَیۡئًا وَّ ہُمۡ یُخۡلَقُوۡنَ وَ لَا یَمۡلِکُوۡنَ لِاَنۡفُسِہِمۡ ضَرًّا وَّ لَا
نَفۡعًا وَّ لَا یَمۡلِکُوۡنَ مَوۡتًا وَّ
لَا حَیٰوۃً وَّ لَا نُشُوۡرًا ﴿﴾
”dan mereka tidak berkuasa untuk memberi mudarat
dan tidak pula manfaat kepada diri mereka, dan mereka tidak berkuasa atas mati, atas hidup dan tidak pula atas kebangkitan.”
(Al-Furqān
[25]:4).
Hanya
Allah Swt., Rabb-al-‘ālamīn
(Tuhan Pencipta dan Pemelihara seluruh
alam) itulah yang benar-benar kekal,
firman-Nya:
کُلُّ مَنۡ
عَلَیۡہَا فَانٍ ﴿ۚۖ﴾ وَّ یَبۡقٰی وَجۡہُ رَبِّکَ ذُو الۡجَلٰلِ وَ الۡاِکۡرَامِ ﴿ۚ﴾
Segala sesuatu yang ada di atasnya
akan binasa, dan akan kekal
hanyalah Wu-jud Rabb (Tuhan) engkau,
Pemilik segala kemegahan dan kemuliaan. (Al-Rahmān [55]:27-28).
Seluruh jagat raya (alam semesta) tunduk kepada hukum kerusakan dan kematian,
dan oleh sebab itu jagat raya ini
ditakdirkan akan binasa. Hanya Allah
Swt., Tuhan Pencipta itulah Yang kekal, sebab Dia Berdiri Sendiri, Pemelihara
segala sesuatu dan Diperlukan oleh
segala sesuatu.
Wajh antara lain berarti:
(1) apa yang ada di bawah pemeliharaan seseorang, (2) yang terhadapnya
seseorang mencurahkan perhatiannya (QS.28:89); (3) barang itu sendiri; (4)
karunia, (5) wajah (Aqrab-al-Mawarid).
Karena bumi ini akan
dilenyapkan dan benda-benda langit
akan dilenyapkan semuanya dan seluruh alam
jasmani dihilangsirnakan, tetapi akal
manusia menuntut bahwa seyogyanya harus ada suatu Wujud Yang tidak akan pernah mati
atau tunduk kepada hukum perubahan atau kerusakan. Wujud demikian adalah Tuhan Yang menciptakan seluruh alam semesta.
Ayat 28 dan ayat
sebelumnya menunjuk kepada dua hukum
alam yang tidak akan berubah dan bekerja secara serempak, yaitu (1)
segala sesuatu tunduk kepada hukum kemunduran, kerusakan, dan kematian;
dan (2) sesuai dengan hukum Ilahi
menjamin kesinambungan hidup.
Semua Makhluk Ciptaan Allah Swt.
Memiliki Khazanah yang Tak
terbatas
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai ketergantungan eksistensi (keberadaan) seluruh ciptaan Allah Swt. kepada Allah Swt.:
یَسۡـَٔلُہٗ مَنۡ
فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ کُلَّ
یَوۡمٍ ہُوَ فِیۡ شَاۡنٍ ﴿ۚ﴾
Kepada-Nya memohon segala yang ada di seluruh langit dan bumi.
Setiap hari Dia menampakkan
sifat-Nya dalam keadaan yang berlainan.
(Al-Rahmān [55]:30).
Untuk mempertahankan
hidup dan memenuhi segala keperluannya,
seluruh makhluk bergantung pada Allah Swt. Yang adalah Sang Pencipta, Pemberi rezeki,
dan Pemelihara mereka. Sifat-sifat Ilahi tidak mengenal batas
atau hitungan, dan sifat-sifat tersebut
senantiasa menjelmakan diri dalam berbagai
cara di sepanjang masa, sehingga
pernyataan-Nya یَسۡـَٔلُہٗ
مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ
-- “Kepada-Nya memohon segala
yang ada di seluruh langit dan bumi” terbukti kebenarannya, itulah
makna pernyataan Allah Swt. selanjutnya dalam ayat tersebut ؕ کُلَّ یَوۡمٍ ہُوَ
فِیۡ شَاۡنٍ -- “Setiap hari Dia menampakkan sifat-Nya
dalam keadaan yang berlainan.”
Pernyataan Allah Swt. tersebut sesuai dengan firman-Nya
berikut ini mengenai khazanah tak
terbatas yang dikandung oleh segala
sesuatu ciptaan Allah Swt. guna
memenuhi tuntutan “permintaan” manusia
yang terus berkembang, firman-Nya:
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ مَا
نُنَزِّلُہٗۤ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan tidak
ada suatu pun benda melainkan pada
Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu. (Al-Hijr
[15]:22).
Allah
Swt. memiliki persediaan
(khazanah) segala sesuatu dalam jumlah yang tidak terbatas. Akan tetapi sesuai
dengan rahmat-Nya yang tidak
berhingga, Dia mengarahkan pikiran
atau otak manusia kepada satu benda yang tertentu, hanya bilamana
timbul suatu keperluan yang
sesungguhnya akan benda itu.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab 42, seperti halnya alam semesta
kebendaan, Al-Quran pun merupakan alam semesta keruhanian, di mana
tersembunyi khazanah-khazanah ilmu
keruhanian tak terbatas, yang dibukakan
kepada manusia sesuai dengan keperluan
zaman, firman-Nya:
قُلۡ لَّوۡ کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ الۡبَحۡرُ قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ لَوۡ جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah:
"Seandainya lautan menjadi tinta
untuk menuliskan kalimat-kalimat
Tuhan-ku, niscaya lautan itu akan habis sebelum
kalimat-kalimat Tuhan-ku habis dituliskan, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai
tambahannya. (Al-Kahf
[18]:110).
Firman-Nya
lagi:
وَ لَوۡ اَنَّ مَا فِی الۡاَرۡضِ
مِنۡ شَجَرَۃٍ اَقۡلَامٌ وَّ
الۡبَحۡرُ یَمُدُّہٗ مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ اَبۡحُرٍ
مَّا نَفِدَتۡ کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ
اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ
حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan seandainya
pohon-pohon di bumi ini menjadi pena
dan laut ditambahkan
kepadanya sesudahnya tujuh laut menjadi tinta,
kalimat
Allah sekali-kali tidak akan habis. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (Luqman [31]:28)
Bilangan 7 dan
70 digunakan dalam bahasa Arab
adalah menyatakan jumlah besar, dan
bukan benar-benar “tujuh” dan “tujuh puluh” sebagai angka-angka bilangan lazim.
Kesempurnaan Tatanan Alam Semesta Ciptaan Allah Swt.
Di Akhir Zaman ini, bangsa-bangsa Kristen dari barat --
yakni Ya'juj (Gog) dan Ma'juj (Magog) -- membanggakan diri atas penemuan-penemu-an
dan hasil-hasil riset mereka yang
besar dalam ilmu pengetahuan, dan
nampaknya mereka dikuasai anggapan keliru bahwa mereka telah berhasil mengetahui seluk-beluk rahasia-rahasia takhliq (penciptaan) itu
sendiri.
Menurut Allah Swt.
hal itu hanya pembualan yang sia-sia
belaka, sebab rahasia-rahasia Tuhan
(Allah Swt.) serta ciptaan-Nya tidak ada
habisnya dan tidak dapat diselami
sepenuhnya, sehingga apa yang telah
mereka temukan sampai sekarang, dan
apa yang nanti akan ditemukan dengan
segala susah payah, jika dibandingkan
dengan rahasia-rahasia Allah belumlah
merupakan setitik air
pun dalam samudera, benarlah
firman-Nya sebelum ini:
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ مَا
نُنَزِّلُہٗۤ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan tidak
ada suatu pun benda melainkan pada
Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan Kami
sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu.
(Al-Hijr [15]:22).
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya
bahwa Allah Swt. memiliki persediaan (khazanah) segala sesuatu dalam jumlah yang tidak
terbatas. Akan tetapi sesuai dengan rahmat-Nya
yang tidak berhingga, Dia mengarahkan pikiran
atau otak manusia kepada satu benda
yang tertentu, hanya bilamana timbul suatu
keperluan yang sesungguhnya akan benda
itu.
Seperti halnya alam semesta kebendaan, demikian juga Al-Quran pun merupakan alam semesta keruhanian, di mana
tersembunyi khazanah-khazanah ilmu
keruhanian yang dibukakan kepada manusia melalui Rasul
Allah dan orang-orang suci sesuai
dengan keperluan zaman, termasuk di Akhir Zaman ini (QS.3:180; QS.56:78-80;
QS.72:27-28; QS.61:10).
Apabila keadaan serta berbagai kemampuan
serta fungsi yang telah ditetapkan (ditakdirkan) Allah Swt. berkenaan berbagai
hal dalam tatanan alam semesta jasmani ini
-- yang merupakan makhluk -- demikian tidak terhingganya, maka
terlebih lagi Allah Swt., Al-Khāliq
(Yang Maha Pencipta), firman-Nya:
بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ تَبٰرَکَ الَّذِیۡ بِیَدِہِ
الۡمُلۡکُ ۫ وَ ہُوَ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ قَدِیۡرُۨ ۙ﴿﴾
الَّذِیۡ خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ
لِیَبۡلُوَکُمۡ اَیُّکُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡغَفُوۡرُ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا ؕ مَا تَرٰی فِیۡ
خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ تَفٰوُتٍ
ؕ فَارۡجِعِ الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ ﴿﴾ ثُمَّ ارۡجِعِ الۡبَصَرَ کَرَّتَیۡنِ یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡرٌ ﴿﴾
Aku baca dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Maha Berbarkat Dia Yang di Tangan-Nya kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang
menciptakan kematian dan kehidupan, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya,
dan Dia Maha Perkasa, Maha
Pengampun, Yang telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi. Engkau tidak akan melihat ketidakselarasan di dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah, maka lihatlah
berulang-ulang, apakah engkau
melihat sesuatu cacat? Kemudian pandanglah
untuk kedua kali, penglihatan engkau akan kembali kepada
engkau dengan tunduk dan ia letih, (Al-Mulk [67]:1-5).
Makna ۙ الَّذِیۡ خَلَقَ
الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ لِیَبۡلُوَکُمۡ
اَیُّکُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا
-- “Yang menciptakan kematian dan kehidupan,
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
terbaik amalnya,” yaitu bahwa hukum
hidup dan mati berlaku di seluruh
alam. Tiap-tiap makhluk-hidup tunduk
kepada kehancuran dan kematian.
Kata “kematian” di sini seperti juga
dalam ayat QS.2:29 dan QS.53:45, disebut sebelum kata “kehidupan.” Alasannya
ialah, rupa-rupanya kematian atau tanpa-wujud itu merupakan keadaan
sebelum ada kehidupan, atau mungkin
karena “mati” itu lebih penting dan lebih besar artinya daripada “hidup,”
karena kematian membukakan kepada
manusia pintu gerbang kehidupan kekal
dan kemajuan ruhani yang tidak
berhingga, sedang kehidupan di dunia
ini hanyalah suatu tempat persinggahan
sementara dan merupakan suatu persiapan
bagi kehidupan kekal lagi abadi di
balik kubur. Itulah sebabnya dikatakan لِیَبۡلُوَکُمۡ
اَیُّکُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا --
“supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang terbaik amalnya.”
Tantangan Untuk Mencari “Celah Kelemahan” Tatanan Alam
Semesta
Kata thibāq dalam ayat الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا – “Yang telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi”,
bersamaan arti dengan thabāq dan dengan jamaknya athbāq.
Orang mengatakan sesuatu ini thabāq atau thibāq bagi sesuatu itu, yakni sesuatu ini berpasangan dengan itu atau sejenis itu dalam ukuran atau mutunya, dan
sebagainya. Thibāq berarti juga tingkat (Lexicon Lane).
Sungguh
menakjubkan ciptaan Allah Swt. itu. Tatasurya
yang di didalamnya bumi kita hanya merupakan anggota kecil itu sangat luas,
bermacam-macam dan teratur susunannya, namun demikian tatasurya itu hanyalah merupakan salah satu dari ratusan juta tatasurya yang beberapa di antaranya
jauh lebih besar lagi daripada tatasurya kita ini.
Namun jutaan matahari dan bintang itu begitu rupa diatur dan disebar dalam hubungan satu sama
lain sehingga di mana-mana menimbulkan keserasian
dan keindahan. Tertib yang menutupi
dan meliputi seluruh tatanan alam itu, jelas nampak kepada mata tanpa
bantuan alat apa pun dan tersebar jauh melewati jangkauan pandangan yang
dibantu oleh segala macam alat dan perkakas yang dunia ilmu dan teknik telah
mampu menciptakannya.
Namun demikian, tatanan alam
semesta jasmani yang demikian mengagumkan
serta sempurna tersebut – dan
memiliki khazanah pengetahuan yang tak terhingga – tetapi
pada hakikatnya merupakan benda-benda
mati belaka, seperti “lantai kaca
bening” istana yang dibangun oleh Nabi Sulaiman a.s., yang disangka oleh Ratu Saba seperti air
yang mengalir deras, padahal aliran
air tersebut ada di bawah “lantai
kaca bening” istana tersebut (QS.27:45)
dan hanya orang-orang berakal -- sajalah yang akan mampu “melihat” keberadaan
Allah Swt., Sang Maha Pencipta tatanan
alam semesta tersebut melalui berbagai
Tanda-tanda yang berada di
dalamnya (QS.3:191-195).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 17 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar