بِسۡمِ اللّٰہِ
الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 35
Pembelaan Allah Swt. kepada Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. Mengenai
Perbedaan Kebijakan Penanganan Bangsa-bangsa
Asing yang Liar
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai kisah tentang
Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman
a.s., sebagai pembelaan Allah Swt. kepada Nabi Daud a.s. mengenai ketidak-benaran
tuduhan kedua orang yang bermaksud membunuh beliau tersebut, firman-Nya:
وَ وَہَبۡنَا لِدَاوٗدَ سُلَیۡمٰنَ
ؕ نِعۡمَ الۡعَبۡدُ ؕ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ ﴿ؕ﴾ اِذۡ عُرِضَ عَلَیۡہِ بِالۡعَشِیِّ الصّٰفِنٰتُ
الۡجِیَادُ ﴿ۙ﴾ فَقَالَ اِنِّیۡۤ
اَحۡبَبۡتُ حُبَّ الۡخَیۡرِ عَنۡ ذِکۡرِ
رَبِّیۡ ۚ حَتّٰی تَوَارَتۡ بِالۡحِجَابِ ﴿ٝ﴾ رُدُّوۡہَا عَلَیَّ ؕ فَطَفِقَ مَسۡحًۢا بِالسُّوۡقِ
وَ الۡاَعۡنَاقِ ﴿﴾
Dan kepada Daud Kami menganugerahkan Sulaiman,
seorang hamba yang sangat baik,
sesungguhnya ia selalu kembali kepada
Kami. Ketika dihadapkan
kepadanya kuda-kuda yang terbaik pada petang hari maka ia berkata: “Sesungguhnya aku mencintai kesenangan akan barang yang baik karena
mengingatkan kepada
Tuhan-ku.” Hingga ketika kuda-kuda itu tersembunyi di
belakang tabir, ia berkata: “Bawalah
kembali kuda-kuda itu
kepadaku,” Kemudian ia mulai mengusap-usap
kaki dan leher kuda-kuda itu.
(Ash-Shād [38]:31-34).
Sebelum membahas masalah ayat-ayat ini,
terlebih dulu perlu diketahui bahwa walau pun Bible dan Al-Quran
sama-sama membahas masalah kenabian
mulai dari Nabi Adam a.s. sampai dengan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – termasuk di dalamnya kisah Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman
a.s. – tetapi nampak dengan jelas
bahwa kesan yang timbul setelah
membaca kisah-kisah para Rasul Allah dalam kedua Kitab
suci tersebut sangat berbeda.
Ayat وَ وَہَبۡنَا لِدَاوٗدَ سُلَیۡمٰنَ ؕ نِعۡمَ الۡعَبۡدُ ؕ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ -- “Dan
kepada Daud Kami menganugerahkan
Sulaiman, seorang hamba yang sangat
baik, sesungguhnya ia selalu kembali
kepada Kami” dengan tegas membantah
cerita dusta (fitnah) yang dikemukakan Bible,
bahwa kelahiran Nabi Sulaiman a.s. –
na’ūdzubillāh mim dzālika – adalah
hasil perselingkuhan Nabi Daud a.s.
dengan Batsyeba binti Eliam, istri
Uria orang Het (II Samuel 11:1-27; I Raja-raja
1:1-53).
Pasukan Angkatan Perang
Nabi Sulaiman a.s.
Allah
Swt. menganugerahkan kepada Nabi Sulaiman a.s. kekuasaan
dan keka-yaan. Beliau memerintah
kerajaan Bani Israil yang luas, yang
beliau warisi dari Nabi Daud a.s.,
dan oleh karena itu beliau terpaksa harus mempunyai angkatan perang yang kuat. Tentu saja beliau mempunyai kesukaan yang sangat akan kuda keturunan yang baik, sebab pasukan berkuda (pasukan kavaleri) merupakan
satu sayap yang kuat bagi angkatan perang beliau.
Kegemaran Nabi Sulaiman a.s. akan kuda, bukan seperti kesukaan seorang
pencandu berpacu kuda atau seorang
peternak kuda profesional. Kegemaran itu timbul hanya karena kecintaan beliau kepada Khaliq-nya, karena kuda-kuda dipakai beliau untuk
berperang di jalan Allah.
Shāfināt (kuda-kuda yang terbaik) ialah jamak dari shafinah,
bentuk muannats dari shafin, yang berarti seekor kuda yang berdiri atas
tiga kaki dan pada ujung kuku kaki keempatnya. Berdiri dengan sikap demikian
dianggap ciri khas kuda Arab yang dipandang
sebagai keturunan kuda terbaik. Jiyād (kuda-kuda yang larinya cepat) itu
jamak dari jawād, dan ungkapan farasun jawādun berarti seekor
kuda yang larinya kencang (Lexicon
Lane).
Itulah makna ucapan Nabi Sulaiman a.s. اِنِّیۡۤ
اَحۡبَبۡتُ حُبَّ الۡخَیۡرِ عَنۡ ذِکۡرِ
رَبِّیۡ – “Sesungguhnya aku mencintai kesenangan akan
barang yang baik karena meng-ingatkan
kepada Tuhan-ku.” Nampaknya Nabi Sulaiman a.s. sedang menyaksikan suatu pawai berkuda dan guna memperlihatkan kekaguman akan kuda-kuda beliau, maka
beliau mengusap-usap leher dan kaki kuda-kuda itu.
Jadi, betapa luhurnya kisah-kisah tentang Nabi
Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. yang dikemukakan Allah Swt. dalam berbagai
Surah Al-Quran, yang benar-benar menggambarkan kemuliaan martabat sebagai orang-orang suci utusan (rasul) Allah Swt., dan sekali pun kedua orang Rasul Allah tersebut merupakan raja kerajaan Bani Israil yang sangat berkuasa, akan tetapi keduanya
telah melaksanakan dua macam amanat Allah
Swt. – sebagai rasul Allah dan sebagai raja --
dengan sempurna.
Hakikat Perbedaan Kebijakan Politik
Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman
a.s.
Sehubungan dengan masalah kesenangan Nabi Sulaiman a.s. terhadap “kuda” dan terhadap “keindahan” tersebut, dalam Surah Sabā dijelaskan mengenai perjalanan Nabi Sulaiman a.s.
bersama pasukan perangnya menuju
perbatasan dengan wilayah kerajaan Ratu Saba.
Ada pun
tujuan perjalanan Nabi Sulaiman dan pasukannya yang besar adalah untuk
menghentikan tindakan-tindakan infiltrasi (penyusupan)
yang dilakukan tentara kerajaan Saba
ke wilayah kekuasaan beliau, yang
dalam Al-Quran diumpamaakan sebagai “kambing suatu kaum yang memasuki kebun”, firman-Nya:
وَ دَاوٗدَ وَ سُلَیۡمٰنَ اِذۡ یَحۡکُمٰنِ فِی الۡحَرۡثِ اِذۡ
نَفَشَتۡ فِیۡہِ غَنَمُ الۡقَوۡمِ
ۚ وَ کُنَّا لِحُکۡمِہِمۡ شٰہِدِیۡنَ﴿٭ۙ﴾
Dan ingatlah
Daud dan Sulaiman ketika mereka
berdua memberikan keputusan mengenai suatu ladang, ketika kambing-kambing suatu kaum merusak di
dalamnya, dan Kami menjadi saksi
atas benarnya keputusan
mereka. (Al-Anbiya [21]:79).
Masalah ini akan dibahas secara
tersendiri, yang pasti adalah bahwa kisah-kisah para Rasul Allah yang dikemukakan dalam Al-Quran menimbulkan rasa hormat terhadap
para Rasul Allah tersebut
serta timbul keinginan untuk mengikuti (meniru) suri
teladan yang baik dari para Rasul Allah tersebut.
Tetapi tidak demikian halnya dengan kisah
para Rasul Allah yang dikemukakan di
dalam Bible, karena mengenai
kisah beberapa orang Rasul Allah -- termasuk kisah Nabi Luth a.s. dengan kedua anak perempuannya;
Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. –
digambarkan telah melakukan hal-hal tidak
senonoh yang mustahil dilakukan
oleh orang-orang suci yang datang
(diutus) oleh Allah Swt., dan yang ditonjolkan dalam Bible sebagai orang suci
adalah Natan (II Samuel 12:1-24).
Justru Natan inilah salah seorang dari
dua orang laki-laki yang secara diam-diam telah menaiki kamar Nabi Daud
a.s. untuk membunuh beliau, yang kemudian – karena tujuan buruknya
diketahui Nabi Daud a.s. – lalu ia mengaku bahwa kedatangannya berdua kepada Nabi daud
a.s. bermaksud untuk meminta
nasihat Nabi Daud a.s.
(QS.38:22-27).
Jadi, memang benar Allah Swt.
menampilkan kembali kisah beberapa Rasul Allah dalam Al-Quran yang juga
dikemukakan dalam Bible, tetapi dalam pemaparan Al-Quran bukan saja benar-benar menampilkan kesucian
akhlak dan ruhani para Rasul Allah tersebut, tetapi juga keistimewaan-keistimewaan khusus para Rasul Allah tersebut pun dikemukakan juga,.
Salah satu contohnya adalah firman Allah Swt. mengenai Nabi
Daud a.s. dan putra beliau, Nabi Sulaiman a.s., yang
karena dalam melaksanakan kebijakan mengelola kerajaan Bani Israil ada perbedaan
kebijakan, sehingga kedua Rasul Allah
tersebut telah mendapat kritikan keras Natan, yang dalam Bible dikatakan bahwa ia “diutus
oleh Tuhan” (II Samuel 12:1-15). Allah
Swt. berfirman:
وَ دَاوٗدَ وَ سُلَیۡمٰنَ اِذۡ یَحۡکُمٰنِ فِی الۡحَرۡثِ اِذۡ
نَفَشَتۡ فِیۡہِ غَنَمُ الۡقَوۡمِ
ۚ وَ کُنَّا لِحُکۡمِہِمۡ شٰہِدِیۡنَ﴿٭ۙ﴾
Dan ingatlah
Daud dan Sulaiman ketika mereka
berdua memberikan keputusan mengenai suatu ladang, ketika kambing-kambing suatu kaum merusak di
dalamnya, dan Kami menjadi saksi
atas benarnya keputusan
mereka. (Al-Anbiya [21]:79).
Menaklukan Kabilah-kabilah Non Bani
Israil yang Liar
Atau Jalut
dan “Bala Tentaranya”
Dalam ayat ini dan dalam beberapa ayat
berikutnya telah dipergunakan bahasa kiasan
untuk menambah indahnya ungkapan. Al-harts (kebun) dapat menunjuk kepada
negeri asal Nabi Sulaiman a.s. yakni Palestina (Kanaan), dan kata ghanam al-qaum kepada kabilah-kabilah tetangga yang buas dan suka merampok serta mengadakan
serbuan-serbuan ke negeri Nabi Sulaiman a.s..
Isyarat dalam ayat itu tertuju
kepada siasat yang diadakan oleh Nabi
Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. untuk menangkis dan mengalahkan perampokan kabilah-kabilah
biadab tersebut. Nabi Daud a.s. adalah seorang ahli perang ulung, dan oleh karena itu
beliau suka menjalankan siasat keras yakni dalam bentuk
melakukan penaklukan, firman-Nya:
وَ لَمَّا بَرَزُوۡا لِجَالُوۡتَ وَ جُنُوۡدِہٖ قَالُوۡا رَبَّنَاۤ اَفۡرِغۡ عَلَیۡنَا صَبۡرًا وَّ ثَبِّتۡ اَقۡدَامَنَا وَ انۡصُرۡنَا عَلَی الۡقَوۡمِ
الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ؕ فَہَزَمُوۡہُمۡ
بِاِذۡنِ اللّٰہِ ۟ۙ وَ قَتَلَ دَاوٗدُ جَالُوۡتَ وَ اٰتٰىہُ اللّٰہُ الۡمُلۡکَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ عَلَّمَہٗ مِمَّا
یَشَآءُ ؕ وَ لَوۡ لَا دَفۡعُ اللّٰہِ النَّاسَ بَعۡضَہُمۡ بِبَعۡضٍ ۙ
لَّفَسَدَتِ الۡاَرۡضُ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ ذُوۡ فَضۡلٍ عَلَی الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
Dan tatkala mereka maju untuk menghadapi Jalut dan bala-tentaranya, mereka berkata: “Ya Tuhan
kami, anugerahkanlah ketabahan atas kami, teguhkanlah langkah-langkah kami, dan tolonglah
kami terhadap kaum kafir.” Maka mereka
mengalahkan mereka itu yakni Jalut dan bala tentaranya dengan
izin Allah, dan Dawud membunuh Jalut, Allah memberinya kerajaan dan kebijaksanaan
dan mengajarkan kepadanya apa yang Dia
kehendaki. Dan seandainya
Allah tidak menyingkirkan kejahatan
sebagian manusia oleh sebagian lainnya, niscaya bumi akan penuh dengan kerusakan, tetapi Allah
memiliki karunia atas seluruh alam. (Al-Baqarah [2]:251-252).
Thalut atau Gideon
berhasil mengalahkan Jalut atau kaum Midian, tetapi kekalahan besar yang
disebut dalam ayat ini dengan terbunuhnya
Jalut terjadi di zaman Nabi Dawud a.s.,
kira-kira 200 tahun kemudian. Menurut Bible
orang yang dikalahkan oleh Nabi Dawud a.s. adalah Goliat (I Samuel
17:4), yang cocok dengan Jalut.
Mungkin nama sifat yang diberikan
oleh Al-Quran kepada kaum itu pun
disandang oleh pemimpin mereka di
zaman Nabi Dawud a.s..
Mengisyaratkan kepada siasat keras yang
dilaksanakan Nabi Daud a.s. itulah dalam QS.2:252 digunakan kalimat membunuh: وَ قَتَلَ دَاوٗدُ جَالُوۡتَ وَ اٰتٰىہُ
اللّٰہُ الۡمُلۡکَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ
عَلَّمَہٗ مِمَّا یَشَآءُ -- “dan Daud membunuh
Jalut dan Allah memberinya kedaulatan,
kebijakan, dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendakinya”.
Pembelaan Allah Swt. Kepada Nabi Daud a.s.
dan Nabi Sulaiman a.s.
Tetapi Nabi Sulaiman a.s. – atas petunjuk
dan izin Allah Swt. -- melaksanakan
siasat
yang lebih lunak, dan beliau
menundukkan kabilah-kabilah itu
dengan jalan mengadakan perjanjian-perjanjian
persahabatan dengan mereka, contohnya adalah dengan Ratu Saba, firman-Nya:
فَفَہَّمۡنٰہَا سُلَیۡمٰنَ ۚ وَ کُلًّا
اٰتَیۡنَا حُکۡمًا وَّ عِلۡمًا ۫ وَّ سَخَّرۡنَا مَعَ دَاوٗدَ الۡجِبَالَ
یُسَبِّحۡنَ وَ الطَّیۡرَ ؕ وَ کُنَّا فٰعِلِیۡنَ ﴿﴾
Maka Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman, dan kepada masing-masing Kami berikan kebijaksanaan dan ilmu. Dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung untuk bertasbih
bersama Daud, dan Kami-lah Yang mengerja-kannya. (Al-Anbiyā
[21]:80).
Kata-kata فَفَہَّمۡنٰہَا
سُلَیۡمٰنَ -- “Maka Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman”, mengandung arti bahwa siasat
lunak dan cari damai yang
dijalankan oleh Nabi Sulaiman a.s. itu memang tepat dalam keadaan-keadaan pada saat itu, dan bahwa tuduhan yang dilancarkan terhadap beliau
oleh beberapa pengarang Yahudi, bahwa beliau mengikuti suatu siasat lemah yang mendatangkan keruntuhan wangsa Nabi Daud a.s. sekali-kali tidak mempunyai dasar yang sehat.
Tetapi pembelaan
Allah Swt. untuk Nabi Sulaiman a.s. tersebut tidak boleh diberi arti bahwa siasat keras yang dijalankan oleh Nabi
Daud a.s. dalam masa beliau
sendiri salah, suatu kesalah-pahaman
yang menjurus kepada kesimpulan ini telah dihilangkan oleh anak kalimat ۚ وَ کُلًّا
اٰتَیۡنَا حُکۡمًا وَّ عِلۡمًا -- “dan kepada masing-masing dari mereka Kami
beri kebijaksanaan dan ilmu.”
Anak kalimat itu memperjelas bahwa siasat-siasat
yang dijalankan, baik oleh Daud a.s.
maupun oleh Sulaiman a.s., itulah
yang terbaik dalam keadaan itu dan
paling cocok pada peristiwa yang khas
itu.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 28 September
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar