ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
39
Misi Intelijen Nabi
Sulaiman a.s. Pimpinan Jenderal Hud-hud ke Kerajaan Ratu Saba
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai pasukan
tempur Nabi Suliman
a.s., bahwa bukan saja sangat solid
(kompak) dan disiplin
tetapi juga memperlihatkan akhklak
yang baik, hal tersebut diakui oleh seorang pemimpin salah satu suku
(qabilah) yang wilayahnya dilalui oleh Nabi Sulaiman a.s. dan pasukannya,
firman-Nya:
حَتّٰۤی اِذَاۤ
اَتَوۡا عَلٰی وَادِ النَّمۡلِ ۙ
قَالَتۡ نَمۡلَۃٌ یّٰۤاَیُّہَا النَّمۡلُ
ادۡخُلُوۡا مَسٰکِنَکُمۡ ۚ لَا یَحۡطِمَنَّکُمۡ
سُلَیۡمٰنُ وَ جُنُوۡدُہٗ ۙ وَ
ہُمۡ لَا یَشۡعُرُوۡنَ﴿﴾
Hingga
apabila mereka sampai ke lembah Semut,
seorang dari kaum Semut berkata:
“Hai kaum Semut, masuklah kamu ke
dalam tempat tinggalmu, supaya Sulaiman dan lasykarnya tidak menghancurkan kamu
sedang mereka tidak menyadari.”
(An-Naml [27]:19).
Rupa-rupanya keshalihan dan ketakwaan
prajurit-prajurit Nabi Sulaiman a.s. dahulu kala itu termasyhur ke mana-mana. Mereka tidak pernah
secara sadar (dengan sengaja) menimbulkan kerugian
atau kemudaratan kepada bangsa lain.
Inilah nampaknya kesimpulan dari kata-kata
sedang mereka tidak menyadari, dan itulah yang menggembirakan hati Nabi Sulaiman a.s.,
sebagaimana jelas nampak dari ayat berikutnya:
فَتَبَسَّمَ ضَاحِکًا مِّنۡ قَوۡلِہَا وَ قَالَ رَبِّ اَوۡزِعۡنِیۡۤ اَنۡ اَشۡکُرَ
نِعۡمَتَکَ الَّتِیۡۤ اَنۡعَمۡتَ عَلَیَّ وَ عَلٰی وَالِدَیَّ وَ اَنۡ
اَعۡمَلَ صَالِحًا تَرۡضٰىہُ وَ اَدۡخِلۡنِیۡ بِرَحۡمَتِکَ فِیۡ عِبَادِکَ
الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾
Maka ia, Sulaiman,
tersenyum sambil tertawa mendengar
perkataannya dan berkata: “Ya Tuhan-ku, anugerahkanlah kepadaku taufik
untuk mensyukuri nikmat Engkau yang
telah Engkau anugerahkan kepadaku
dan kepada orang-tuaku, dan untuk berbuat amal saleh yang Engkau ridhai,
dan masukkanlah aku dengan rahmat Engkau
di antara hamba-hamba Engkau yang saleh.”
(An-Naml [27]:20).
Penampakan Rasa Syukur Nabi Sulaiman a.s.
Atas Komentar Baik Pemimpin “Kaum
Semut”
Karena dhāhika
maknanya “ia merasa kagum” atau “ia
merasa senang” (Lexicon Lane).
Ayat ini mengandung arti bahwa Nabi Sulaiman a.s. kagum dan senang sekali dengan pendapat baik yang dikemukakan oleh suku bangsa Naml tentang kekuatan dan kesalehan diri beliau dan balatentara
beliau.
Rasa
senang dan rasa syukur Nabi
Sulaiman a.s. sangat wajar sekali, sebab komentar
yang positif dari suku
Naml (suku Semut) tersebut merupakan
bukti keberhasilan beliau
membina masyarakatnya – termasuk pasukan tempurnya -- baik dalam kapasitasnya sebagai seorang raja duniawi mau pun sebagai Rasul Allah.
Sebelum Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s.
pun ada kaum-kaum purbakala yang juga
berhasil dalam mengembangkan industri
militer -- yaitu suku bangsa ‘Ad Nabi
Hud a.s. dan Dinasti Fir’aun di
Mesir -- sehingga kaum tersebut menjadi
kaum yang sangat ditakuti oleh
kaum-kaum lainnya, terutama oleh musuh-musuhnya, karena kekuatan militer yang dimilikinya mereka pergunakan
untuk berbuat zalim, firman-Nya:
اَلَمۡ تَرَ کَیۡفَ فَعَلَ
رَبُّکَ بِعَادٍ ۪ۙ﴿﴾ اِرَمَ ذَاتِ
الۡعِمَادِ ۪ۙ﴿﴾ الَّتِیۡ لَمۡ یُخۡلَقۡ مِثۡلُہَا فِی الۡبِلَادِ ۪ۙ﴿﴾ وَ ثَمُوۡدَ الَّذِیۡنَ جَابُوا الصَّخۡرَ بِالۡوَادِ ۪ۙ﴿﴾ وَ فِرۡعَوۡنَ ذِی الۡاَوۡتَادِ ﴿۪ۙ﴾ الَّذِیۡنَ طَغَوۡا
فِی الۡبِلَادِ﴿۪ۙ﴾
Tidakkah
engkau memperhatikan bagaimana Tuhan
engkau telah berbuat terhadap kaum ‘Ād? Juga suku Iram, pemilik gedung-gedung
yang megah itu? Yang seperti itu tidak pernah diciptakan di
negeri-negeri lain. Dan kaum Tsamud yang me-mahat batu di lembah itu, dan kaum
Fir’aun yang mem-punyai pasak-pasak yakni lasykar yang banyak,
yang berlaku sewenang-we-nang dalam
negeri-negeri itu, lalu banyak
melakukan kerusakan dalam negeri-negeri
itu? (Al-Fajr [89]:7-12).
Kaum itu suatu kaum yang sangat berkuasa di zaman mereka.
Mereka mengungguli bangsa-bangsa sezaman dengan mereka, dalam sarana-sarana dan sumber-sumber daya kebendaan. Selanjutnya mengenai kaum ‘Ād
Allah Swt. berfirman lagi:
فَاَمَّا عَادٌ فَاسۡتَکۡبَرُوۡا
فِی الۡاَرۡضِ بِغَیۡرِ الۡحَقِّ وَ قَالُوۡا مَنۡ اَشَدُّ مِنَّا قُوَّۃً ؕ اَوَ لَمۡ یَرَوۡا
اَنَّ اللّٰہَ الَّذِیۡ خَلَقَہُمۡ
ہُوَ اَشَدُّ مِنۡہُمۡ قُوَّۃً ؕ وَ
کَانُوۡا بِاٰیٰتِنَا یَجۡحَدُوۡنَ ﴿﴾
Adapun
mengenai kaum 'Ād maka mereka berlaku
sombong di bumi tanpa kebenaran dan mereka berkata: ”Siapakah lebih hebat dari kami dalam kekuatan?” Apakah mereka tidak
melihat bahwa Allah Yang menciptakan
mereka Dia lebih hebat daripada mereka dalam kekuatan? Tetapi mereka menolak Tanda-tanda Kami. (Hā Mīm
– As-Sajdah
[41]:16).
Mengenai kekejaman mereka tindakan mereka terhadap musuh-musuh mereka Allah
Swt. berfirman:
اَتَبۡنُوۡنَ بِکُلِّ رِیۡعٍ
اٰیَۃً تَعۡبَثُوۡنَ ﴿﴾ وَ تَتَّخِذُوۡنَ
مَصَانِعَ لَعَلَّکُمۡ تَخۡلُدُوۡنَ ﴿﴾ۚ وَ اِذَا بَطَشۡتُمۡ
بَطَشۡتُمۡ جَبَّارِیۡنَ ﴿﴾ۚ
Apakah kamu membangun monumen pada tiap-tiap tanah
yang tinggi untuk hal yang sia-sia? Dan kamu
mendirikan istana-istana supaya kamu akan hidup sela-manya? Dan apabila kamu menyiksa seseorang, kamu menyiksa sebagai
orang-orang yang kejam. (Asy-Syu’arā
[26]:129-130).
Nabi Sulaiman a.s. Memeriksa
Kesiapan Pasukan Tempurnya
Pendek kata, keberhasilan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. membangun pasukan
tempur yang hebat tidak membuat kedua raja
besar yang juga Rasul Allah Swt. untuk berbuat kerusakan
di muka bumi, seperti yang
dilakukan kaum-kaum purbalaka lainnya melainkan mereka gunakan untuk menegakkan ketertiban dan penegakan
hukum Allah Swt. di muka bumi, sebagaimana firman-Nya:
یٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلۡنٰکَ
خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ
الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ
سَبِیۡلِ اللّٰہِ لَہُمۡ عَذَابٌ
شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ الۡحِسَابِ
﴿٪﴾
“Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi maka hakimilah di antara manusia dengan benar
dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena
ia akan menyesatkan engkau dari jalan
Allah.” Sesungguhnya orang-orang
yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras karena mereka melupakan Hari
Perhitungan. (Shād [38]:27).
Sesuai dengan hal tersebut,
sebagaimana telah dikemukakan dalam
firman-Nya sebelum ini mengenai kiasaan “kambing-kambing suatu kaum yang memasuki
ladang”, sebagaimana halnya Nabi Daud
a.s. telah menangani kasus tersebut dengan cara beliau sesuai dengan situasi
dan kondisinya, demikian pula halnya
Nabi Sulaiman a.s. telah melaksanakan perintah Allah Swt. tersebut dengan sebaik-baiknya, firman-Nya:
وَ دَاوٗدَ وَ سُلَیۡمٰنَ اِذۡ یَحۡکُمٰنِ فِی الۡحَرۡثِ اِذۡ
نَفَشَتۡ فِیۡہِ غَنَمُ الۡقَوۡمِ
ۚ وَ کُنَّا لِحُکۡمِہِمۡ شٰہِدِیۡنَ﴿٭ۙ﴾
Dan ingatlah
Daud dan Sulaiman ketika mereka
berdua memberikan keputusan mengenai suatu ladang, ketika kambing-kambing suatu kaum merusak di
dalamnya, dan Kami menjadi saksi
atas benarnya keputusan
mereka. (Al-Anbiya [21]:79).
Ada pun kasus yang dialami oleh
Nabi Sulaiman a.s. adalah berkenaan dengan wilayah kekuasaan beliau yang berbatasan dengan wilayah kerajaan Saba
yang dipimpin oleh Ratu Saba, dimana pasukan kerajaan Saba sering menerobos ke
wilayah kerajaan Nabi Sulaiman a.s. yang dalam firman-Nya sebelum ini disebut
sebagai “kebun”.
Dalam rangka menyelesaikan “kasus” tersebut, Nabi Sulaiman a.s. disertai sejumlah besar pasukan perangnya berangkat menuju wilayah konflik tersebut. Dan setelah
sampai ke dekat perbatasan kerajaan Ratu
Saba -- dalam rangka mengatur strategi memenangkan “pertempuran” – Nabi
Sulaiman a.s. menghentikan gerak pasukan
tempur beliau, menunggu informasi terakhir mengenai keadaan kerajaan Ratu Saba dari pasukan intelijen
yang telah dikirim oleh beliau
sebelumnya, firman-Nya:
وَ تَفَقَّدَ الطَّیۡرَ فَقَالَ مَا لِیَ
لَاۤ اَرَی الۡہُدۡہُدَ ۫ۖ اَمۡ
کَانَ مِنَ الۡغَآئِبِیۡنَ ﴿﴾ لَاُعَذِّبَنَّہٗ عَذَابًا شَدِیۡدًا اَوۡ لَاَاذۡبَحَنَّہٗۤ اَوۡ لَیَاۡتِیَنِّیۡ
بِسُلۡطٰنٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
Dan ia, Sulaiman,
memeriksa burung-burung itu, kemudian ia berkata: “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud? Ataukah ia sengaja tidak hadir? “Niscaya aku
akan menghukumnya dengan azab (hukuman) yang keras, atau niscaya aku akan menyembelihnya, atau ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.” (An-Naml [27]:21-22).
Tafaqqada
(ia memeriksa) diambil dari kata faqada, yakni: “ia kehilangan sesuatu;
sesuatu itu tidak nampak, atau menjadi tidak nampak kepadanya.” Tafaqqada-hu
berarti “ia mencari sesuatu dengan
santai atau berulang-ulang karena sesuatu itu tidak nampak kepadanya”, atau “ia
berusaha memperoleh pengetahuan tentang sesuatu itu” (Al-Mufradat).
Nampaknya Nabi Sulaiman a.s. telah memeriksa balatentaranya, dan Hud-hud, seorang pejabat negara yang
penting —mungkin seorang jenderal— tidak hadir pada peristiwa penting itu.
Jadi, bertentangan dengan kepercayaan umum, yang berdasar pada hikayat dan
ceritera khayal, Hud-hud bukanlah seekor burung yang dipekerjakan oleh
Nabi Sulaiman a.s. sebagai pengemban amanat beliau, karena:
(a) tidaklah sesuai dengan kewibawaan
Nabi Sulaiman a.s. sebagai
seorang raja besar dan seorang nabi Allah untuk begitu gusarnya beliau kepada
seekor burung kecil, sehingga berkenan menjatuhkan hukuman berat kepada burung
itu atau bahkan hendak membunuhnya.
(b) Rupa-rupanya Hud-hud, paham
benar akan undang-undang dan keperluan-keperluan negara, dan juga paham sekali
mengenai tauhid (ayat-ayat 25 - 26),
padahal burung-burung tidak.
(c) Hud-hud, karena bukan seekor burung pengembara, tidak dapat terbang
menempuh jarak jauh, dan oleh sebab itu tidak dapat dipilih untuk pergi jauh ke
Saba dan kembali (ayat 23).
Nabi Sulaiman a.s. &
Keterlambatan
Kehadiran Jenderal “Hud-hud”
Dari kenyataan ini dapat
disimpulkan, bahwa Hud-hud bukan
burung, melainkan manusia, bahkan seorang pembesar atau seorang jenderal -- yakni seorang perwira tinggi intelijen -- yang bertanggung-jawab serta yang telah dipercayakan kepadanya oleh Nabi
Sulaiman a.s. mengemban suatu
tugas politik sangat penting kepada
Ratu Saba.
Kebiasaan tukar-menukar duta agaknya telah lazim di zaman Nabi
Sulaiman a.s. Apalagi telah merupakan kenyataan yang terkenal bahwa orang disebut dengan nama burung dan binatang lain. Demikian pula Hud-hud
itu suatu nama yang populer di antara kaum Nabi Sulaiman a.s..
Kata Hud-hud itu agaknya bentuk kearab-araban dari Hudad, nama yang ada dalam Bible.
Rupa-rupanya nama itu pernah dipakai oleh beberapa raja Edom. Seorang putra
Nabi Isma’il a.s. pun
memakai nama itu. Seperti itu pula seorang pangeran dari Edom yang melarikan
diri ke Mesir karena takut akan pembunuhan besar-besaran oleh Yoab, terkenal
dengan nama itu (I Raja-raja
11:14).
Nama itu ternyata begitu umum dan begitu
sering digunakan dalam Perjanjian Lama, sehingga bila digunakan tanpa
keterangan berarti “seseorang dari
keluarga Edom” (Jewish Encyclopaedia).
Hud-hud disebut juga sebagai nama
ayahanda Bilqis, Ratu Saba (Muntaha
al-Irab).
Pendek kata, Hud-hud bukanlah seekor burung yang dikirim kepada Ratu saba untuk
mengantarkan surat Nabi Sulaiman a.s. melainkan seorang utusan khusus Nabi
Sulaiman a.s. yang berkedudukan tinggi untuk memperoleh informasi yang lengkap tentang Ratu
Saba serta keadaan kerajaan Saba
selengkapnya.
Itulah sebabnya ketika waktu
Nabi Sulaiman a.s. memeriksa pasukannya untuk menerima informasi terakhir dari Jenderal
Hud-hud tetapi beliau tidak melihat keberadaan Jenderal Hud-hud maka beliau
menjadi sangat marah sehingga mengeluarkan ancaman keras, firman-Nya:
وَ تَفَقَّدَ الطَّیۡرَ فَقَالَ مَا لِیَ
لَاۤ اَرَی الۡہُدۡہُدَ ۫ۖ اَمۡ
کَانَ مِنَ الۡغَآئِبِیۡنَ ﴿﴾ لَاُعَذِّبَنَّہٗ عَذَابًا شَدِیۡدًا اَوۡ لَاَاذۡبَحَنَّہٗۤ اَوۡ لَیَاۡتِیَنِّیۡ
بِسُلۡطٰنٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
Dan ia, Sulaiman,
memeriksa burung-burung itu, kemudian ia berkata: “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud? Ataukah ia sengaja tidak hadir? “Niscaya aku
akan menghukumnya dengan azab (hukuman) yang keras, atau niscaya aku akan menyembelihnya, atau ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.” (An-Naml [27]:21-22).
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
فَمَکَثَ غَیۡرَ بَعِیۡدٍ فَقَالَ اَحَطۡتُّ بِمَا لَمۡ تُحِطۡ بِہٖ وَ
جِئۡتُکَ مِنۡ سَبَاٍۭ بِنَبَاٍ یَّقِیۡنٍ ﴿﴾
Maka tidak
lama ia (Sulaiman) menunggu Hud-hud
pun datang dan berkata: “Aku telah
mengetahui apa yang engkau belum mengetahuinya, dan aku datang kepada engkau
dari negeri kaum Saba dengan
kabar yang meyakinkan. (An-Naml
[27]:23).
Nampak jelas
dari ayat ini, bahwa Jenderal Hud-hud
dikirim untuk menjalankan tugas
kenegaraan penting -- yakni tugas intelijen -- dan ia membawa berita penting untuk Nabi Sulaiman a.s.,
sebab dari hasil kerja pasukan intelijen yang dipimpin Jenderal Hud-hud
itulah Nabi Sulaiman a.s. telah
merancang siasat berkenaan dengan Ratu Saba.
Saba dapat disamakan dengan Syeba dari Bible
(I Raja-raja bab 10). Saba
adalah sebuah kota di Yaman terletak kira-kira tiga hari perjalanan dari kota
Shana’ dan merupakan pusat pemerintahan Ratu Saba. Lagi pula, Saba adalah
cabang terkenal dari kabilah Qahthani.
Percakapan Nabi Sulaiman a.s. dengan Jenderal “Hud-hud”
Setelah meyakinkan Nabi Sulaiman
a.s. atas alasan keterlambatan kehadirannya, selanjutnya Jenderal Huh-hud memaparkan hasil
kerja intelijen yang dilakukannya kepada Nabi Sulaiman a.s.:
اِنِّیۡ وَجَدۡتُّ امۡرَاَۃً
تَمۡلِکُہُمۡ وَ
اُوۡتِیَتۡ مِنۡ کُلِّ شَیۡءٍ وَّ لَہَا عَرۡشٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
وَجَدۡتُّہَا
وَ قَوۡمَہَا یَسۡجُدُوۡنَ لِلشَّمۡسِ مِنۡ
دُوۡنِ اللّٰہِ وَ زَیَّنَ لَہُمُ
الشَّیۡطٰنُ اَعۡمَالَہُمۡ فَصَدَّہُمۡ
عَنِ السَّبِیۡلِ فَہُمۡ لَا
یَہۡتَدُوۡنَ ﴿ۙ﴾ اَلَّا یَسۡجُدُوۡا
لِلّٰہِ الَّذِیۡ یُخۡرِجُ الۡخَبۡءَ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ
یَعۡلَمُ مَا تُخۡفُوۡنَ وَ مَا تُعۡلِنُوۡنَ ﴿﴾
اَللّٰہُ لَاۤ
اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ رَبُّ الۡعَرۡشِ الۡعَظِیۡمِ ﴿ٛ﴾
“Aku mendapati di sana seorang perempuan memerintah
atas mereka dan ia telah diberi segala sesuatu dan ia
mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya bersujud kepada matahari selain Allah, dan syaitan
telah me-nampakkan indah bagi mereka amal-amalnya, maka dia menghalangi mereka dari jalan yang
benar sehingga mereka tidak mendapat
petunjuk. Mereka tidak mau bersujud kepada Allah Yang
mengeluarkan yang tersembunyi di seluruh langit dan bumi, dan Yang
Mengetahui apa-apa yang kamu sembunyikan dan apa-apa yang kamu zahirkan. Allah,
tidak ada tuhan kecuali Dia, Tuhan ‘Arasy Yang Maha Agung.” (An-Naml
[27]:24-27).
Dari laporan intelijen Jenderal
Hud-hud yang dikemukakan ayat ini
menunjukkan, bahwa Ratu Saba memerintah
suatu bangsa yang sangat makmur, yang telah mencapai suatu taraf peradaban yang sangat tinggi, dan bahwa ia memiliki segala hal yang telah
menjadikannya Ratu yang berkekuasaan besar.
Laporan Jenderal Hud-hud dalam ayat tersebut
bukan hanya berkenaan dengan keunggulan SDM (sumber daya alam) dan SDA (sumber
daya manusia) yang dimiliki Ratu Saba saja, tetapi dilaporkan juga mengenai
kepercayaan (agama) Ratu Saba dan
kaumnya, sebagai penyembah matahari dan
benda-benda angkasa lainnya.
Orang Saba menyembah matahari dan bintang-bintang,
satu kepercayaan yang mungkin sekali telah didatangkan ke Yaman dari Irak, yang
dengan bangsa itu bangsa Yaman pernah berhubungan erat melalui jalan laut dan
Teluk Persia. Orang-orang Saba itu
hendaknya jangan diperbaurkan dengan orang-orang Sabi yang tersebut dalam QS.2:63; QS.5:70; dan QS.22:18, dan
digambarkan sebagai (1) bangsa penyembah bintang, yang hidup di Irak; (2)
suatu bangsa yang menganut kepercayaan, berupa semacam percampuran antara
agama-agama Yahudi, Nasrani, dan Zoroaster; (3) bangsa yang tinggal
dekat Mosul di Irak, dan mempercayai keesaan Tuhan, tetapi syariatnya tidak
dikenal dan (4) bangsa yang tinggal di sekitar Irak dan beriman kepada
semua nabi Allah.
Menanggapi laporan intelijen
Jenderal Hud-hud tersebut Nabi Sulaiman a.s. memberikan tanggapan, firman-Nya:
قَالَ سَنَنۡظُرُ اَصَدَقۡتَ اَمۡ
کُنۡتَ مِنَ الۡکٰذِبِیۡنَ ﴿﴾
اِذۡہَبۡ
بِّکِتٰبِیۡ ہٰذَا فَاَلۡقِہۡ اِلَیۡہِمۡ
ثُمَّ تَوَلَّ عَنۡہُمۡ فَانۡظُرۡ مَا ذَا
یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾
Ia, Sulaiman,
berkata, “Kami segera akan melihat
apakah engkau telah berkata benar ataukah
engkau diantara orang-orang yang berdusta.
Pergilah dengan membawa suratku ini lalu sampaikanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka lalu perhatikanlah
apa jawab-an mereka.” (An-Naml
[27]:28-29).
Perkataan Nabi Sulaiman a.s. tersebut
semakin mempertegas bahwa Hud-hud
bukanlah seekor burung -- melainkan seorang pejabat tinggi (perwira
tinggi) intelijen yang dikirim Nabi Sulaiman a.s. untuk melaksanakan tugas
intelijen ke kerajaan Ratu Saba -- sebab
burung-burung tidak pernah diketahui
orang berbicara tentang kebenaran
atau dusta. Jadi, ayat ini memberikan suatu bukti lagi,
bahwa Hud-hud bukan burung, melainkan
seorang pembesar dalam pemerintahan
Nabi Sulaiman a.s.
Bahkan
bila dibenarkan bahwa Nabi Daud a.s.
dan Nabi Sulaiman a.s. dapat mengerti bahasa burung, tetapi tidak
ada sesuatu dalam Al-Quran yang menunjukkan, bahwa Ratu Saba juga dapat mengerti
bahasa burung, namun demikian kepada Hud-hud
dipercayakan menyampaikan surat Nabi
Sulaiman a.s. kepada Sang Ratu dan untuk mengadakan percakapan (pembicaraan) dengan beliau atas nama Nabi Sulaiman a.s. dan sebagai
wakil beliau.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 1 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar