Minggu, 06 Oktober 2013

Misi Intelijen Nabi Sulaiman a.s. Pimpinan Jenderal Hud-hud ke Kerajaan Ratu Saba





ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab 39

  Misi Intelijen  Nabi Sulaiman a.s. Pimpinan Jenderal Hud-hud  ke Kerajaan Ratu Saba

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


D
alam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  pasukan tempur Nabi Suliman a.s., bahwa  bukan saja sangat  solid (kompak) dan   disiplin  tetapi juga memperlihatkan akhklak yang baik, hal tersebut diakui oleh seorang pemimpin salah satu suku (qabilah) yang wilayahnya dilalui oleh Nabi Sulaiman a.s. dan pasukannya, firman-Nya:
حَتّٰۤی  اِذَاۤ  اَتَوۡا عَلٰی وَادِ  النَّمۡلِ ۙ قَالَتۡ نَمۡلَۃٌ  یّٰۤاَیُّہَا النَّمۡلُ ادۡخُلُوۡا مَسٰکِنَکُمۡ ۚ لَا یَحۡطِمَنَّکُمۡ  سُلَیۡمٰنُ  وَ جُنُوۡدُہٗ ۙ وَ ہُمۡ  لَا یَشۡعُرُوۡنَ﴿﴾
Hingga apabila mereka sampai ke lembah Semut, seorang dari kaum Semut berkata: “Hai kaum Semut, masuklah kamu ke dalam tempat tinggalmu, supaya Sulaiman dan lasykarnya tidak menghancurkan kamu  sedang mereka tidak menyadari.” (An-Naml [27]:19). 
   Rupa-rupanya keshalihan dan ketakwaan prajurit-prajurit Nabi Sulaiman a.s. dahulu kala itu  termasyhur ke mana-mana. Mereka tidak pernah secara sadar (dengan sengaja) menimbulkan kerugian atau kemudaratan kepada bangsa lain. Inilah nampaknya kesimpulan dari kata-kata  sedang mereka tidak menyadari, dan itulah yang menggembirakan hati Nabi Sulaiman a.s., sebagaimana jelas nampak dari ayat berikutnya:
فَتَبَسَّمَ ضَاحِکًا مِّنۡ قَوۡلِہَا وَ قَالَ رَبِّ اَوۡزِعۡنِیۡۤ  اَنۡ اَشۡکُرَ  نِعۡمَتَکَ الَّتِیۡۤ اَنۡعَمۡتَ عَلَیَّ وَ عَلٰی وَالِدَیَّ وَ اَنۡ اَعۡمَلَ صَالِحًا تَرۡضٰىہُ وَ اَدۡخِلۡنِیۡ بِرَحۡمَتِکَ فِیۡ عِبَادِکَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾
Maka ia, Sulaiman, tersenyum sambil tertawa  mendengar perkataannya dan berkata: “Ya Tuhan-ku, anugerahkanlah kepadaku taufik untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada orang-tuaku, dan untuk berbuat amal saleh yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku dengan rahmat Engkau di antara hamba-hamba Engkau yang saleh.”  (An-Naml [27]:20). 

Penampakan Rasa Syukur Nabi Sulaiman a.s.
Atas Komentar Baik Pemimpin “Kaum Semut”

     Karena dhāhika maknanya  “ia merasa kagum” atau “ia merasa senang” (Lexicon Lane). Ayat ini mengandung arti bahwa Nabi Sulaiman a.s.   kagum dan senang sekali dengan pendapat baik yang dikemukakan oleh suku bangsa Naml tentang kekuatan dan kesalehan diri beliau dan balatentara beliau.
     Rasa senang dan rasa syukur Nabi Sulaiman a.s. sangat wajar sekali, sebab komentar yang positif dari  suku Naml (suku Semut) tersebut merupakan  bukti keberhasilan beliau membina  masyarakatnya – termasuk pasukan tempurnya --  baik dalam kapasitasnya sebagai seorang raja duniawi mau pun sebagai Rasul Allah.
     Sebelum  Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. pun  ada kaum-kaum purbakala yang juga berhasil dalam mengembangkan industri militer -- yaitu suku bangsa ‘Ad  Nabi  Hud a.s.  dan Dinasti Fir’aun di Mesir -- sehingga  kaum tersebut menjadi kaum yang sangat ditakuti oleh kaum-kaum lainnya, terutama oleh musuh-musuhnya, karena kekuatan militer yang dimilikinya mereka pergunakan untuk  berbuat zalim,  firman-Nya:
اَلَمۡ  تَرَ  کَیۡفَ فَعَلَ  رَبُّکَ بِعَادٍ ۪ۙ﴿﴾   اِرَمَ ذَاتِ الۡعِمَادِ ۪ۙ﴿﴾  الَّتِیۡ  لَمۡ یُخۡلَقۡ مِثۡلُہَا فِی الۡبِلَادِ ۪ۙ﴿﴾  وَ ثَمُوۡدَ  الَّذِیۡنَ جَابُوا الصَّخۡرَ بِالۡوَادِ ۪ۙ﴿﴾  وَ  فِرۡعَوۡنَ ذِی الۡاَوۡتَادِ ﴿۪ۙ﴾  الَّذِیۡنَ طَغَوۡا فِی الۡبِلَادِ﴿۪ۙ﴾
Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Tuhan engkau telah berbuat terhadap kaum ‘Ād?  Juga suku Iram, pemilik gedung-gedung yang megah itu?   Yang seperti itu tidak pernah diciptakan  di negeri-negeri lain. Dan kaum Tsamud yang me-mahat batu di lembah itu,  dan kaum Fir’aun yang mem-punyai pasak-pasak yakni lasykar yang banyak, yang berlaku sewenang-we-nang dalam negeri-negeri itu,  lalu  banyak melakukan   kerusakan dalam negeri-negeri itu? (Al-Fajr [89]:7-12).
  Kaum itu suatu kaum yang sangat berkuasa di zaman mereka. Mereka mengungguli bangsa-bangsa sezaman dengan mereka, dalam sarana-sarana dan sumber-sumber daya kebendaan. Selanjutnya mengenai kaum  ‘Ād  Allah Swt. berfirman lagi:
فَاَمَّا عَادٌ  فَاسۡتَکۡبَرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ بِغَیۡرِ الۡحَقِّ وَ قَالُوۡا مَنۡ  اَشَدُّ مِنَّا قُوَّۃً ؕ اَوَ لَمۡ  یَرَوۡا  اَنَّ اللّٰہَ  الَّذِیۡ خَلَقَہُمۡ ہُوَ اَشَدُّ مِنۡہُمۡ  قُوَّۃً ؕ وَ کَانُوۡا بِاٰیٰتِنَا یَجۡحَدُوۡنَ ﴿﴾
Adapun mengenai kaum 'Ād maka mereka berlaku sombong di bumi tanpa kebenaran dan mereka berkata: ”Siapakah lebih hebat dari kami dalam kekuatan?” Apakah mereka tidak melihat bahwa Allah Yang menciptakan mereka Dia lebih hebat daripada mereka dalam kekuatan? Tetapi mereka menolak Tanda-tanda Kami. (Hā MīmAs-Sajdah [41]:16).
     Mengenai kekejaman mereka tindakan mereka terhadap musuh-musuh mereka Allah Swt. berfirman:
اَتَبۡنُوۡنَ بِکُلِّ رِیۡعٍ  اٰیَۃً  تَعۡبَثُوۡنَ ﴿﴾ وَ تَتَّخِذُوۡنَ مَصَانِعَ لَعَلَّکُمۡ تَخۡلُدُوۡنَ ﴿﴾ۚ  وَ  اِذَا  بَطَشۡتُمۡ  بَطَشۡتُمۡ  جَبَّارِیۡنَ ﴿﴾ۚ
Apakah kamu membangun monumen pada tiap-tiap tanah yang tinggi   untuk hal yang sia-sia?    Dan kamu mendirikan istana-istana supaya kamu akan hidup sela-manya?   Dan apabila kamu menyiksa seseorang, kamu menyiksa sebagai  orang-orang yang kejam.   (Asy-Syu’arā [26]:129-130).

Nabi Sulaiman a.s.  Memeriksa  Kesiapan Pasukan Tempurnya

       Pendek kata, keberhasilan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. membangun  pasukan tempur yang hebat tidak membuat kedua raja besar yang  juga Rasul Allah Swt. untuk berbuat kerusakan di muka bumi,  seperti yang dilakukan  kaum-kaum purbalaka lainnya melainkan mereka gunakan untuk  menegakkan ketertiban dan penegakan hukum Allah Swt. di muka bumi, sebagaimana firman-Nya:
یٰدَاوٗدُ  اِنَّا جَعَلۡنٰکَ خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  لَہُمۡ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ الۡحِسَابِ  ﴿٪﴾
“Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi maka hakimilah di antara manusia dengan benar dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.” Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras karena mereka  melupakan Hari Perhitungan. (Shād [38]:27).
      Sesuai dengan hal tersebut, sebagaimana  telah dikemukakan dalam firman-Nya sebelum ini mengenai kiasaan  “kambing-kambing suatu kaum yang memasuki ladang”,  sebagaimana halnya Nabi Daud a.s. telah menangani kasus tersebut dengan cara beliau sesuai dengan situasi dan kondisinya, demikian pula halnya  Nabi Sulaiman a.s. telah melaksanakan perintah Allah Swt. tersebut dengan sebaik-baiknya,  firman-Nya:
وَ دَاوٗدَ  وَ سُلَیۡمٰنَ  اِذۡ یَحۡکُمٰنِ فِی الۡحَرۡثِ  اِذۡ  نَفَشَتۡ فِیۡہِ غَنَمُ  الۡقَوۡمِ ۚ وَ کُنَّا  لِحُکۡمِہِمۡ  شٰہِدِیۡنَ﴿٭ۙ﴾
Dan ingatlah Daud dan Sulaiman ketika mereka berdua memberikan keputusan mengenai suatu ladang, ketika kambing-kambing suatu kaum merusak di dalamnya, dan Kami menjadi saksi atas benarnya keputusan mereka. (Al-Anbiya [21]:79).
      Ada pun kasus yang dialami oleh Nabi Sulaiman a.s. adalah berkenaan dengan wilayah kekuasaan beliau yang berbatasan dengan wilayah kerajaan Saba yang dipimpin oleh Ratu Saba, dimana pasukan kerajaan Saba sering menerobos ke wilayah kerajaan Nabi Sulaiman a.s. yang dalam firman-Nya sebelum ini disebut sebagai “kebun”.
     Dalam  rangka menyelesaikan “kasus” tersebut,  Nabi Sulaiman a.s. disertai sejumlah besar pasukan perangnya  berangkat menuju  wilayah konflik tersebut. Dan  setelah sampai ke dekat perbatasan  kerajaan Ratu Saba -- dalam rangka mengatur strategi memenangkan “pertempuran” – Nabi Sulaiman a.s. menghentikan gerak pasukan tempur beliau,  menunggu informasi terakhir mengenai keadaan  kerajaan Ratu Saba dari pasukan intelijen yang telah dikirim oleh  beliau sebelumnya, firman-Nya:
وَ تَفَقَّدَ الطَّیۡرَ فَقَالَ مَا لِیَ  لَاۤ  اَرَی الۡہُدۡہُدَ ۫ۖ اَمۡ کَانَ مِنَ الۡغَآئِبِیۡنَ ﴿﴾  لَاُعَذِّبَنَّہٗ  عَذَابًا شَدِیۡدًا  اَوۡ لَاَاذۡبَحَنَّہٗۤ اَوۡ لَیَاۡتِیَنِّیۡ بِسُلۡطٰنٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
Dan ia, Sulaiman, memeriksa  burung-burung itu, kemudian ia berkata: “Mengapa aku tidak melihat  Hud-hud? Ataukah ia sengaja tidak hadir?   “Niscaya aku akan menghukumnya  dengan azab (hukuman) yang keras, atau niscaya aku akan menyembelihnya, atau ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.”  (An-Naml [27]:21-22).
      Tafaqqada (ia memeriksa) diambil dari kata faqada, yakni: “ia kehilangan sesuatu; sesuatu itu tidak nampak, atau menjadi tidak nampak kepadanya.” Tafaqqada-hu berarti  “ia mencari sesuatu dengan santai atau berulang-ulang karena sesuatu itu tidak nampak kepadanya”, atau “ia berusaha memperoleh pengetahuan tentang sesuatu itu” (Al-Mufradat).
      Nampaknya Nabi Sulaiman a.s.  telah memeriksa balatentaranya, dan Hud-hud, seorang pejabat negara yang penting —mungkin seorang jenderal— tidak hadir pada peristiwa penting itu. Jadi, bertentangan dengan kepercayaan umum, yang berdasar pada hikayat dan ceritera khayal, Hud-hud bukanlah seekor burung yang dipekerjakan oleh Nabi Sulaiman a.s.   sebagai pengemban amanat beliau, karena:
    (a) tidaklah sesuai dengan kewibawaan Nabi Sulaiman a.s.   sebagai seorang raja besar dan seorang nabi Allah untuk begitu gusarnya beliau kepada seekor burung kecil, sehingga berkenan menjatuhkan hukuman berat kepada burung itu atau bahkan hendak membunuhnya.
   (b) Rupa-rupanya Hud-hud, paham benar akan undang-undang dan keperluan-keperluan negara, dan juga paham sekali mengenai tauhid (ayat-ayat 25 - 26), padahal burung-burung tidak.
   (c) Hud-hud, karena bukan seekor burung pengembara, tidak dapat terbang menempuh jarak jauh, dan oleh sebab itu tidak dapat dipilih untuk pergi jauh ke Saba dan kembali (ayat 23).

Nabi Sulaiman a.s.  & Keterlambatan
Kehadiran Jenderal “Hud-hud”

     Dari kenyataan ini dapat disimpulkan, bahwa Hud-hud bukan burung, melainkan manusia, bahkan seorang pembesar atau seorang jenderal   -- yakni seorang perwira tinggi intelijen -- yang bertanggung-jawab serta  yang telah dipercayakan kepadanya oleh Nabi Sulaiman a.s.  mengemban suatu tugas politik sangat penting kepada Ratu Saba.
     Kebiasaan tukar-menukar duta agaknya telah lazim di zaman Nabi Sulaiman a.s. Apalagi telah merupakan kenyataan yang terkenal bahwa orang disebut dengan nama burung dan binatang lain. Demikian pula Hud-hud itu suatu nama yang populer di antara kaum Nabi Sulaiman a.s..
     Kata Hud-hud itu agaknya bentuk kearab-araban dari Hudad, nama yang ada dalam Bible. Rupa-rupanya nama itu pernah dipakai oleh beberapa raja Edom. Seorang putra Nabi Isma’il a.s.   pun memakai nama itu. Seperti itu pula seorang pangeran dari Edom yang melarikan diri ke Mesir karena takut akan pembunuhan besar-besaran oleh Yoab, terkenal dengan nama itu (I Raja-raja 11:14).
     Nama itu ternyata begitu umum dan begitu sering digunakan dalam Perjanjian Lama, sehingga bila digunakan tanpa keterangan  berarti “seseorang dari keluarga Edom” (Jewish Encyclopaedia). Hud-hud disebut juga sebagai nama ayahanda Bilqis, Ratu Saba (Muntaha al-Irab).
     Pendek kata, Hud-hud bukanlah seekor burung yang dikirim kepada Ratu saba untuk mengantarkan surat Nabi Sulaiman a.s. melainkan seorang utusan khusus Nabi Sulaiman a.s. yang berkedudukan tinggi untuk memperoleh informasi yang lengkap tentang Ratu Saba serta keadaan  kerajaan Saba selengkapnya.
      Itulah sebabnya ketika  waktu  Nabi Sulaiman a.s. memeriksa pasukannya untuk menerima informasi terakhir dari   Jenderal Hud-hud  tetapi  beliau tidak melihat  keberadaan Jenderal Hud-hud maka beliau menjadi sangat marah sehingga mengeluarkan ancaman keras, firman-Nya:
وَ تَفَقَّدَ الطَّیۡرَ فَقَالَ مَا لِیَ  لَاۤ  اَرَی الۡہُدۡہُدَ ۫ۖ اَمۡ کَانَ مِنَ الۡغَآئِبِیۡنَ ﴿﴾  لَاُعَذِّبَنَّہٗ  عَذَابًا شَدِیۡدًا  اَوۡ لَاَاذۡبَحَنَّہٗۤ اَوۡ لَیَاۡتِیَنِّیۡ بِسُلۡطٰنٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
Dan ia, Sulaiman, memeriksa  burung-burung itu, kemudian ia berkata: “Mengapa aku tidak melihat  Hud-hud? Ataukah ia sengaja tidak hadir?   “Niscaya aku akan menghukumnya  dengan azab (hukuman) yang keras, atau niscaya aku akan menyembelihnya, atau ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.”  (An-Naml [27]:21-22).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَمَکَثَ غَیۡرَ بَعِیۡدٍ فَقَالَ اَحَطۡتُّ بِمَا لَمۡ تُحِطۡ بِہٖ وَ جِئۡتُکَ مِنۡ سَبَاٍۭ بِنَبَاٍ یَّقِیۡنٍ ﴿﴾
Maka tidak lama ia (Sulaiman) menunggu   Hud-hud pun datang dan berkata: “Aku telah mengetahui apa yang engkau belum mengetahuinya, dan aku  datang kepada engkau dari negeri kaum Saba dengan kabar yang  meyakinkan. (An-Naml [27]:23). 
       Nampak jelas dari ayat ini, bahwa Jenderal Hud-hud dikirim untuk menjalankan tugas kenegaraan penting  -- yakni tugas intelijen -- dan ia membawa berita penting untuk Nabi Sulaiman a.s., sebab   dari hasil kerja pasukan intelijen yang dipimpin Jenderal Hud-hud itulah  Nabi Sulaiman a.s. telah merancang siasat berkenaan dengan Ratu Saba.
       Saba dapat disamakan dengan Syeba dari Bible (I Raja-raja bab 10). Saba adalah sebuah kota di Yaman terletak kira-kira tiga hari perjalanan dari kota Shana’ dan merupakan pusat pemerintahan Ratu Saba. Lagi pula, Saba adalah cabang terkenal dari kabilah Qahthani.

Percakapan Nabi Sulaiman a.s. dengan Jenderal “Hud-hud”

       Setelah meyakinkan Nabi Sulaiman a.s. atas alasan keterlambatan kehadirannya, selanjutnya Jenderal Huh-hud memaparkan hasil kerja intelijen yang dilakukannya kepada Nabi Sulaiman a.s.:
اِنِّیۡ وَجَدۡتُّ امۡرَاَۃً  تَمۡلِکُہُمۡ وَ اُوۡتِیَتۡ مِنۡ کُلِّ شَیۡءٍ وَّ لَہَا عَرۡشٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾ وَجَدۡتُّہَا وَ قَوۡمَہَا یَسۡجُدُوۡنَ لِلشَّمۡسِ مِنۡ  دُوۡنِ اللّٰہِ  وَ زَیَّنَ لَہُمُ الشَّیۡطٰنُ  اَعۡمَالَہُمۡ فَصَدَّہُمۡ عَنِ السَّبِیۡلِ  فَہُمۡ   لَا  یَہۡتَدُوۡنَ ﴿ۙ﴾ اَلَّا یَسۡجُدُوۡا  لِلّٰہِ الَّذِیۡ یُخۡرِجُ الۡخَبۡءَ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ یَعۡلَمُ مَا تُخۡفُوۡنَ  وَ مَا  تُعۡلِنُوۡنَ ﴿﴾ اَللّٰہُ  لَاۤ  اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ   رَبُّ الۡعَرۡشِ الۡعَظِیۡمِ ﴿ٛ﴾
 “Aku mendapati di sana seorang perempuan memerintah atas mereka  dan ia telah diberi  segala sesuatu  dan ia mempunyai singgasana yang besar.    Aku mendapati dia dan kaumnya bersujud kepada matahari  selain Allah, dan  syaitan telah me-nampakkan indah bagi mereka amal-amalnya, maka dia menghalangi mereka dari jalan yang benar sehingga mereka tidak mendapat petunjuk.   Mereka tidak mau bersujud kepada Allah Yang mengeluarkan yang tersembunyi di seluruh langit dan bumi, dan  Yang Mengetahui apa-apa yang kamu sembunyikan dan apa-apa yang kamu zahirkan.  Allah, tidak ada tuhan kecuali Dia, Tuhan ‘Arasy Yang Maha Agung.” (An-Naml [27]:24-27).
       Dari laporan intelijen Jenderal Hud-hud yang dikemukakan  ayat ini menunjukkan, bahwa Ratu Saba memerintah suatu bangsa yang sangat makmur, yang telah mencapai suatu taraf peradaban yang sangat tinggi, dan bahwa ia memiliki segala hal yang telah menjadikannya Ratu yang berkekuasaan besar.
    Laporan Jenderal Hud-hud dalam ayat tersebut bukan hanya berkenaan dengan keunggulan SDM (sumber daya alam) dan SDA (sumber daya manusia) yang dimiliki Ratu Saba saja, tetapi dilaporkan juga mengenai kepercayaan (agama)  Ratu Saba dan kaumnya, sebagai  penyembah  matahari dan benda-benda angkasa lainnya.
     Orang Saba menyembah matahari dan bintang-bintang, satu kepercayaan yang mungkin sekali telah didatangkan ke Yaman dari Irak, yang dengan bangsa itu bangsa Yaman pernah berhubungan erat melalui jalan laut dan Teluk Persia. Orang-orang Saba itu hendaknya jangan diperbaurkan dengan orang-orang Sabi yang tersebut dalam QS.2:63; QS.5:70; dan QS.22:18, dan digambarkan sebagai (1) bangsa penyembah bintang, yang hidup di Irak; (2) suatu bangsa yang menganut kepercayaan, berupa semacam percampuran antara agama-agama Yahudi, Nasrani, dan Zoroaster; (3) bangsa yang tinggal dekat Mosul di Irak, dan mempercayai keesaan Tuhan, tetapi syariatnya tidak dikenal dan (4) bangsa yang tinggal di sekitar Irak dan beriman kepada semua nabi Allah.
      Menanggapi laporan intelijen Jenderal Hud-hud tersebut Nabi Sulaiman a.s. memberikan tanggapan, firman-Nya:
قَالَ سَنَنۡظُرُ اَصَدَقۡتَ اَمۡ  کُنۡتَ مِنَ الۡکٰذِبِیۡنَ ﴿﴾ اِذۡہَبۡ بِّکِتٰبِیۡ ہٰذَا فَاَلۡقِہۡ  اِلَیۡہِمۡ ثُمَّ تَوَلَّ عَنۡہُمۡ فَانۡظُرۡ  مَا ذَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾
Ia, Sulaiman, berkata, “Kami segera akan melihat apakah engkau telah berkata benar ataukah engkau diantara orang-orang yang berdusta.  Pergilah dengan membawa suratku ini lalu sampaikanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka lalu perhatikanlah apa jawab-an mereka.”   (An-Naml [27]:28-29).
        Perkataan Nabi Sulaiman a.s. tersebut semakin mempertegas bahwa Hud-hud bukanlah seekor burung  -- melainkan seorang pejabat tinggi (perwira tinggi) intelijen yang dikirim Nabi Sulaiman a.s. untuk melaksanakan tugas intelijen ke kerajaan Ratu Saba --  sebab burung-burung tidak pernah diketahui orang berbicara tentang kebenaran atau dusta.  Jadi, ayat ini memberikan suatu bukti lagi, bahwa Hud-hud bukan burung, melainkan seorang pembesar dalam pemerintahan Nabi Sulaiman a.s.
      Bahkan bila dibenarkan  bahwa Nabi Daud a.s.  dan Nabi Sulaiman a.s.  dapat mengerti bahasa burung, tetapi tidak  ada sesuatu dalam Al-Quran yang menunjukkan, bahwa Ratu Saba juga dapat mengerti bahasa burung, namun demikian kepada Hud-hud dipercayakan menyampaikan surat Nabi Sulaiman a.s. kepada Sang Ratu dan untuk mengadakan percakapan (pembicaraan) dengan beliau atas nama Nabi Sulaiman a.s.   dan sebagai wakil beliau.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,  1 Oktober   2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar