ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 52
Manusia Diberi “Kebebasan Memilih” Tetapi Akan Diminta Pertanggungjawaban oleh Allah Swt., Tuhan Maha Pencipta Seluruh
Alam
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Bab
44 dan 47 telah dikemukakan mengenai
ada dua macam kedudukan wujud-wujud menyanjung kesucian Allah Swt. dengan puji-pujian-Nya, yakni (1) yang
“memikul” langsung ‘Arasy (Singgasana) Allah Swt., dan (2) yang ada
“di sekitar” ‘Arasy (Singgasana)
Ilahi, firman-Nya:
اَلَّذِیۡنَ
یَحۡمِلُوۡنَ الۡعَرۡشَ وَ مَنۡ حَوۡلَہٗ یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ رَبِّہِمۡ وَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ وَ
یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ
رَبَّنَا وَسِعۡتَ کُلَّ شَیۡءٍ
رَّحۡمَۃً وَّ عِلۡمًا فَاغۡفِرۡ لِلَّذِیۡنَ تَابُوۡا وَ اتَّبَعُوۡا
سَبِیۡلَکَ وَ قِہِمۡ عَذَابَ الۡجَحِیۡمِ ﴿﴾
رَبَّنَا وَ اَدۡخِلۡہُمۡ
جَنّٰتِ عَدۡنِۣ الَّتِیۡ وَعَدۡتَّہُمۡ وَ مَنۡ صَلَحَ مِنۡ اٰبَآئِہِمۡ وَ
اَزۡوَاجِہِمۡ وَ ذُرِّیّٰتِہِمۡ ؕ
اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
ۙ﴿۸﴾ وَ قِہِمُ السَّیِّاٰتِ ؕ وَ مَنۡ تَقِ السَّیِّاٰتِ یَوۡمَئِذٍ فَقَدۡ رَحِمۡتَہٗ ؕ وَ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ
الۡعَظِیۡمُ ٪﴿﴾
Wujud-wujud yang memikul ‘Arasy dan yang di
sekitarnya, mereka bertasbih
dengan pujian Rabb (Tuhan) mereka,
mereka beriman kepada-Nya dan mereka
memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman: “Wahai Rabb (Tuhan) kami, Engkau meliputi
segala sesuatu dengan rahmat dan ilmu maka ampunilah kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti
jalan Engkau, dan lindungilah mereka dari azab Jahannam. Hai Rabb (Tuhan) kami karena itu masukkanlah mereka ke dalam surga-surga
abadi yang telah Engkau janjikan
kepada mereka, dan begitu pun orang-orang
yang beramal saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan-keturunan mereka.
Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Perkasa, Maha Bijaksana. Dan lindungilah
mereka dari segala keburukan. Dan barangsiapa Engkau pelihara dari keburukan-keburukan pada hari itu maka sungguh
Engkau telah mengasihinya,
dan yang demikian itu kemenangan yang besar.” (Al-Mu’min
[40]:8-10)
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa ‘Arasy berarti Sifat-sifat
Ilahi yaitu Sifat-sifat Tanzihiyyah Allah Swt. maka
kata-kata “para pemikul ‘Arasy” akan
berarti makhluk-makhluk atau orang-orang yang dengan perantaraan
mereka Sifat-sifat Ilahi itu
diwujudkan melalui Sifat-sifat Tasybihiyyah.
Dan karena hukum alam bekerja dengan
perantaraan malaikat-malaikat, dan
para nabi merupakan wahana (sarana) yang dengan perantaraan mereka Kalamullāh
(wahyu/firman Allah) disampaikan kepada umat
manusia, maka kata-kata “para pemikul
‘Arasy” dapat berarti pula para malaikat
dan para utusan (rasul) Tuhan, dan kata-kata “mereka yang ada di sekitarnya” dapat
berarti para malaikat yang dibawahi
dan membantu para malaikat yang utama
dalam menyelenggarakan urusan-urusan
dunia, atau para pengikut sejati
para rasul
Allah yang menyampaikan dan menyebarkan ajaran nabi-nabi Allah itu.
Dikarenakan hal tersebut merupakan Sunnatullah yang tidak mungkin berubah oleh sebab itu itu Allah Swt. telah berfirman mengenai kesinambungan pengutusan para rasul-Nya
(utusan-Nya) dari kalangan para malaikat dan manusia, firman-Nya:
اَللّٰہُ
یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ رُسُلًا
وَّ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ سَمِیۡعٌۢ
بَصِیۡرٌ ﴿ۚ﴾
Allah memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat
dan dari antara manusia, sesungguhnya
Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (Al-Hajj [22]:76).
Firman Allah Swt. itu pun, sesuai dengan firman Allah Swt. dalam
QS.7:35-37 mengenai kesinambungan pengutusan
para Rasul Allah dari kalngan Bani Adam, hal tersebut menolak faham keliru lā nabiyya ba’dahū – “tidak ada lagi nabi sesudahnya” (sesudah Nabi
Besar Muhammad saw.).
Kenapa demikian? Sebab kalimat
یَصۡطَفِی adalah bentuk fi’il mudhari yakni
bentuk pekerjaan “telah, sedang, dan akan”, artinya adalah “senantiasa
memilih”, yakni Allah Swt. senantiasa memilih para rasul-Nya dari kalangan para malaikat maupun dari kalangan manusia.
Makna Perbedaan Banyaknya “Sayap”
Para Malaikat &
Sifat yang Dimiliki Kilat dan Petir
Pendek kata, energi atau ruh
yang menyebabkan segala sesuatu yang berada di dalam tatanan alam semesta jasmani ini – yang
merupakan bagian dari “kerajaan”
Allah Swt. – dengan kehendak Allah Swt. memiliki berbagai khasiat (kemampuan) yang tak terhingga (QS.15:22; QS.31:21; QS.40:14) tiada lain adalah para malaikat, yang tugasnya telah ditetapkan Allah Swt. bagi mereka masing-masing,
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ فَاطِرِ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ جَاعِلِ الۡمَلٰٓئِکَۃِ
رُسُلًا اُولِیۡۤ اَجۡنِحَۃٍ
مَّثۡنٰی وَ ثُلٰثَ وَ رُبٰعَ ؕ یَزِیۡدُ فِی الۡخَلۡقِ مَا یَشَآءُ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Segala puji milik Allah Yang menciptakan
seluruh langit dan bumi, Yang menjadikan
malaikat-malaikat sebagai utusan-utusan
yang bersayap dua, tiga
dan empat. Dia menambahkan pada ciptaan-Nya
apa yang Dia kehendaki, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu. (Al-Fāthir [35]:2).
Malā’ikah (malaikat-malaikat)
yang adalah jamak dari malak, diserap dari malaka, yang berarti: ia
mengendalikan, mengawasi; atau dari alaka, artinya ia me-ngirimkan. Para malaikat disebut demikian sebab mereka mengendalikan kekuatan-kekuatan alam atau mereka membawa wahyu Ilahi kepada utusan-utusan (rasul-rasul) Allah
dan para pembaharu samawi (mushlih Rabbani).
Sebagaimana telah
dijelaskan dalam Bab sebelumnya, bahwa kepada malaikat-malaikat dipercayakan menjaga,
mengatur, dan mengawasi segala urusan
yang berlaku di alam jasmani (QS.79:6). Inilah tugas dan tanggungjawab
yang dibebankan kepada mereka. Tugas
mereka yang lain dan yang lebih berat yaitu
melaksanakan perintah dan kehendak Allah Swt. kepada rasul-rasul-Nya. Malaikat-malaikat pembawa wahyu Ilahi menampakkan serentak dua, tiga, atau empat sifat Ilahi, dan ada pula malaikat lain, yang bahkan menjelmakan
lebih banyak lagi dari sifat-sifat Ilahi itu.
Karena ajnihah
merupakan lambang kekuatan dan kemampuan (Lexicon Lane), ayat ini mengandung arti, bahwa malaikat-malaikat
itu memiliki kekuatan dan sifat yang berbeda-beda derajatnya sesuai dengan kepentingan pekerjaan yang dipercayakan kepada
mereka masing-masing.
Sebagian malaikat dianugerahi kekuatan-kekuatan dan sifat-sifat yang lebih besar daripada
yang lain. Malaikat Jibril a.s.
adalah penghulu semua malaikat \karena itu pekerjaan mahapenting yakni
menyampaikan wahyu Ilahi
kepada para rasul Allah, diserahkan
kepadanya serta dilaksanakan di bawah asuhan
dan pengawasannya.
Makna “Bertasbihnya” Guruh
dan Kilat
Berikut
beberapa contoh ciptaan Allah Swt. di
tatanan alam semesta ini yang melaksanakan perintah
Allah Swt. yang telah ditugaskan
kepada mereka, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ یُرِیۡکُمُ الۡبَرۡقَ خَوۡفًا وَّ طَمَعًا وَّ یُنۡشِیُٔ
السَّحَابَ الثِّقَالَ ﴿ۚ﴾ وَ یُسَبِّحُ الرَّعۡدُ بِحَمۡدِہٖ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ مِنۡ خِیۡفَتِہٖ ۚ وَ
یُرۡسِلُ الصَّوَاعِقَ فَیُصِیۡبُ بِہَا مَنۡ یَّشَآءُ وَ ہُمۡ
یُجَادِلُوۡنَ فِی اللّٰہِ ۚ وَ ہُوَ
شَدِیۡدُ الۡمِحَالِ ﴿ؕ﴾ لَہٗ دَعۡوَۃُ
الۡحَقِّ ؕ وَ الَّذِیۡنَ
یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ لَا یَسۡتَجِیۡبُوۡنَ لَہُمۡ بِشَیۡءٍ اِلَّا کَبَاسِطِ کَفَّیۡہِ اِلَی الۡمَآءِ لِیَبۡلُغَ فَاہُ وَ مَا ہُوَ
بِبَالِغِہٖ ؕ وَ مَا دُعَآءُ الۡکٰفِرِیۡنَ
اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ ﴿﴾
وَ لِلّٰہِ یَسۡجُدُ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ طَوۡعًا وَّ
کَرۡہًا وَّ ظِلٰلُہُمۡ بِالۡغُدُوِّ وَ
الۡاٰصَالِ ﴿ٛ﴾
Dia-lah Yang memperlihatkan kepada kamu kilat untuk membangkitkan ketakutan dan pengharapan, dan Dia menimbulkan awan-awan hujan yang tebal.
Dan guruh
itu bertasbih dengan pujian-Nya dan juga malaikat-malaikat karena takut
kepada-Nya, dan Dia mengirimkan petir lalu menimpakannya
kepada siapa yang Dia kehendaki,
tetapi mereka itu berbantah mengenai Allah,
dan Dia sangat keras dalam menyiksa.
Hanya
bagi Dia-lah seruan yang haq
(benar), dan mereka yang diseru oleh orang-orang itu selain Dia, mereka tidak menjawabnya sedikit pun, melainkan seperti orang yang mengulurkan kedua tangannya ke air supaya sampai ke mulutnya, tetapi itu
tidak akan sampai kepadanya, dan tidaklah doa orang-orang kafir itu melainkan sia-sia
belaka. Dan kepada
Allah-lah bersujud siapa pun yang ada di
seluruh langit dan bumi dengan rela
atau tidak rela dan
demikian juga bayangan-bayangan
mereka pada setiap pagi dan petang hari. (Ar-Rā’d [13]:13-16).
Kilat membangkitkan rasa takut dan harapan,
itu menimbulkan rasa takut, sebab
kadang-kadang orang mati karenanya,
dan mudigah-mudigah (janin-janin)
serta tumbuh-tumbuhan tertentu
mendapat pengaruh tidak baik dari kilat itu. Ia membawa pula harapan kepada manusia, sebab ia menjadi
tanda akan kedatangan hujan penyubur, dan membantu pula untuk membinasakan kuman-kuman pelbagai penyakit, dan dengan demikian menjadi berguna untuk menghindarkan berjangkitnya wabah-wabah.
Kesia-siaan “Tuhan-tuhan” Palsu &
Kebebasan Manusia untuk Memilih
Pilihannya
Ungkapan
لَہٗ دَعۡوَۃُ الۡحَقِّ -- “Hanya bagi
Dia-lah seruan yang haq (benar)” ini diterjemahkan sebagai berikut: (1) Allah Swt. sajalah yang layak disembah; (2)
hanya shalat dan mendoa kepada Allah
Swt. sajalah yang dapat berguna dan berfaedah
bagi manusia; (3) suara Allah Swt. sajalah yang berkumandang untuk
mendukung kebenaran; dan (4) suara Allāh Allah Swt. sajalah yang akan unggul.
Ada
pun makna ayat:
وَ الَّذِیۡنَ یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ لَا یَسۡتَجِیۡبُوۡنَ
لَہُمۡ بِشَیۡءٍ اِلَّا کَبَاسِطِ
کَفَّیۡہِ اِلَی الۡمَآءِ لِیَبۡلُغَ
فَاہُ وَ مَا ہُوَ بِبَالِغِہٖ ؕ وَ مَا دُعَآءُ الۡکٰفِرِیۡنَ اِلَّا
فِیۡ ضَلٰلٍ ﴿﴾
“…dan mereka yang
diseru oleh orang-orang itu
selain Dia, mereka tidak menjawabnya sedikit pun,
melainkan seperti orang yang mengulurkan
kedua tangannya ke air supaya sampai ke mulutnya, tetapi itu tidak akan sampai kepadanya, dan tidaklah doa orang-orang kafir itu melainkan sia-sia
belaka.” (Ar-Rā’d [13]:15).
Yaitu bahwa jalan yang benar untuk mendapat sukses
dalam kehidupan ialah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang tepat - memberikan kedudukan kepada Allah
Swt. kedudukan yang mustahak bagi-Nya dan memberi kepada makhluk-makhluk-Nya kedudukan, yang mereka berhak memilikinya. Hanya itu saja satu-satunya jalan untuk mencapai sukses dan kebahagiaan
yang sejati. Ayat selanjutnya:
وَ لِلّٰہِ یَسۡجُدُ مَنۡ فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ طَوۡعًا وَّ کَرۡہًا وَّ ظِلٰلُہُمۡ بِالۡغُدُوِّ وَ الۡاٰصَالِ ﴿ٛ﴾
“Dan kepada
Allah-lah bersujud siapa pun yang ada di
seluruh langit dan bumi dengan rela
atau tidak rela dan
demikian juga bayangan-bayangan
mereka pada setiap pagi dan petang hari. (Ar-Rā’d [13]:16).
Ayat
ini mengandung satu kebenaran yang agung,
yaitu bahwa segala sesuatu yang dijadikan Allah Swt. mau tidak mau harus tunduk kepada hukum-hukum alam yang diadakan (ditetapkan) oleh-Nya. Lidah harus melaksanakan tugas mencicip dan telinga tidak berdaya selain mendengar.
Tunduknya kepada hukum-hukum alam itu
dapat disebut sebagai dipaksakan طَوۡعًا
وَّ کَرۡہًا -- “dengan rela atau tidak rela.”
Tetapi
manusia diberi juga kebebasan tertentu
untuk berbuat, di mana ia dapat mempergunakan kemauannya dan pertimbangan
akalnya. Tetapi bahkan dalam perbuatan-perbuatan, yang untuk melakukannya
ia nampaknya dianugerahi kebebasan,
ia sedikit-banyak harus tunduk kepada
paksaan, dan ia harus menaati
hukum-hukum Allah Swt. dalam berbuat apa pun, biar suka atau tidak.
Kata-kata
طَوۡعًا
وَّ کَرۡہًا -- “dengan
senang atau tidak senang” dapat juga mengisyaratkan kepada dua golongan manusia, yaitu orang-orang beriman yang secara ikhlas tunduk kepada Allah Swt.,
dan orang-orang kafir yang
menaati hukum-hukum Allah Swt. dengan menggerutu.
Penentu Memanjang dan Memendeknya
“Bayangan” Kekuasaan dan Kesuksesan
Sehubungan dengan “bayangan-bayangan” dalam firman Allah Swt. sebelum ini:
وَ لِلّٰہِ یَسۡجُدُ مَنۡ فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ طَوۡعًا وَّ کَرۡہًا وَّ ظِلٰلُہُمۡ بِالۡغُدُوِّ وَ الۡاٰصَالِ ﴿ٛ﴾
“Dan kepada
Allah-lah bersujud siapa pun yang ada di
seluruh langit dan bumi dengan rela
atau tidak rela dan
demikian juga bayangan-bayangan
mereka pada setiap pagi dan petang hari. (Ar-Rā’d [13]:16).
Sesuai dengan
ayat tersebut dalam Surah lain Allah Swt. berfirman mengenai “bayangan” segala sesuatu:
اَوَ لَمۡ یَرَوۡا
اِلٰی مَا خَلَقَ اللّٰہُ
مِنۡ شَیۡءٍ یَّتَفَیَّؤُا
ظِلٰلُہٗ عَنِ الۡیَمِیۡنِ وَ الشَّمَآئِلِ سُجَّدًا لِّلّٰہِ
وَ ہُمۡ دٰخِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لِلّٰہِ یَسۡجُدُ مَا فِی
السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ دَآبَّۃٍ وَّ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ ہُمۡ لَا یَسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾ یَخَافُوۡنَ رَبَّہُمۡ مِّنۡ فَوۡقِہِمۡ وَ یَفۡعَلُوۡنَ مَا یُؤۡمَرُوۡنَ ﴿٪ٛ﴾ وَ قَالَ اللّٰہُ لَا تَتَّخِذُوۡۤا اِلٰـہَیۡنِ
اثۡنَیۡنِ ۚ اِنَّمَا ہُوَ
اِلٰہٌ وَّاحِدٌ ۚ فَاِیَّایَ
فَارۡہَبُوۡنِ ﴿﴾ وَ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لَہُ
الدِّیۡنُ وَاصِبًا ؕ اَفَغَیۡرَ اللّٰہِ تَتَّقُوۡنَ ﴿﴾
Apakah mereka
tidak melihat segala sesuatu yang telah diciptakan Allah, bayangan-bayangannya
bergeser dari kanan dan dari
kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, dan mereka
itu sedang direndahkan? Dan sujud
kepada Allah segala
sesuatu yang ada di seluruh langit
dan apa yang melata di bumi dan juga para malaikat, serta mereka
itu tidak takabur. Mereka takut kepada Rabb-Nya (Tuhan-nya) yang ada di atas mereka, dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan
kepadanya. Dan Allah berfirman: “Janganlah kamu menjadikan dua tuhan sebagai
sembahan sesungguhnya hanya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa,
maka hendaknya hanya kepada-Ku saja kamu
takut.” Dan kepunyaan-Nya apa pun yang ada di seluruh langit dan bumi
dan bagi-Nya ketaatan itu untuk selama-lamanya. Apakah kamu bertakwa kepada yang bukan
Allah? (An-Nahl [16]:49-53).
Sehubungan dengan ayat مَا خَلَقَ اللّٰہُ مِنۡ شَیۡءٍ یَّتَفَیَّؤُا ظِلٰلُہٗ عَنِ
الۡیَمِیۡنِ وَ الشَّمَآئِلِ سُجَّدًا
لِّلّٰہِ -- “segala sesuatu yang telah diciptakan
Allah, bayangan-bayangannya bergeser dari kanan dan dari kiri
dalam keadaan sujud kepada Allah,” yakni
telah menjadi gejala alam bahwa bayangan
segala sesuatu menjadi ciut
(memendek) sesudah mencapai derajat
tertentu, maksudnya bahwa kekuatan, pengaruh, dan kejayaannya hampir luntur,
dan bahwa semuanya itu akan berubah menjadi satu kenangan belaka akan keadaannya semula, itulah makna ayat
selanjutnya وَ ہُمۡ
دٰخِرُوۡنَ -- “dan mereka itu sedang direndahkan?”
Dengan
demikian orang-orang kafir diperingatkan
bahwa azab Ilahi akan mengakibatkan hapusnya sama sekali bayangan -- yakni kejayaan dan kekuasaan serta berbagai
kesuksesan duniawi -- mereka; sebaliknya bayangan
Nabi Besar Muhammad saw. akan terus-menerus meluas dan memanjang,
sebab benda-benda mempunyai bayangan
yang panjang bila matahari ada di belakang mereka, dan memang matahari rahmat Ilahi ada di belakang Nabi Besar Muhammad saw..
Keseragaman Hukum
di Tatanan Alam Semesta Membuktikan
bahwa Tuhan Penciptanya adalah Tuhan
Yang Maha Esa
Makna
firman-Nya: لَا تَتَّخِذُوۡۤا اِلٰـہَیۡنِ اثۡنَیۡنِ ۚ اِنَّمَا ہُوَ اِلٰہٌ
وَّاحِدٌ ۚ فَاِیَّایَ فَارۡہَبُوۡنِ -- “Janganlah
kamu menjadikan dua tuhan sebagai sembahan, sesungguhnya hanya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaknya hanya kepada-Ku saja kamu takut.” Penelitian terhadap kerjanya seluruh alam memperlihatkan keseragaman yang menakjubkan sekali tentang tata kerja yang berlaku
di dalamnya.
Jika
seandainya ada Tuhan lebih dari satu
maka keseragaman ini niscaya telah
lenyap. Lagi pula, seandainya ada dua
Tuhan, yang satu niscaya harus tunduk
kepada yang lainnya untuk menjalankan perintah-perintahnya.
Dalam keadaan demikian salah satu wujud dari antara dua tuhan itu pasti akan mubazir belaka.
Tetapi seandainya keduanya mempunyai hak dan kedudukan yang sama maka
mereka masing-masing harus mempunyai ruang
pengaruh dan kekuasaan yang
terpisah. Dalam keadaan semacam itu pasti akan timbul perselisihan-perselisihan di antara mereka. Akan tetapi kedua
anggapan itu berlawanan dengan akal, karena itu harus ada satu Tuhan saja, satu-satunya Pencipta seluruh alam semesta, yaitu Allah Swt. Rabb- al-‘alamin (Tuhan
Pencipta dan Pemelihara seluruh alam).
Firman-Nya lagi kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اَلَمۡ تَرَ اَنَّ اللّٰہَ یَسۡجُدُ لَہٗ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَنۡ فِی الۡاَرۡضِ وَ الشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ
وَ النُّجُوۡمُ وَ الۡجِبَالُ وَ
الشَّجَرُ وَ الدَّوَآبُّ وَ کَثِیۡرٌ مِّنَ النَّاسِ ؕ وَ کَثِیۡرٌ حَقَّ عَلَیۡہِ الۡعَذَابُ ؕ وَ مَنۡ یُّہِنِ اللّٰہُ فَمَا لَہٗ
مِنۡ مُّکۡرِمٍ ؕ اِنَّ اللّٰہَ یَفۡعَلُ مَا یَشَآءُ ﴿ؕٛ ﴾
Apakah engkau tidak melihat bahwasanya Allah kepada-Nya bersujud siapa pun yang ada di
seluruh langit dan siapa pun yang
ada di bumi, dan matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, pohon-pohon
serta hewan-hewan, dan banyak dari manusia? Tetapi banyak pula yang patut mendapat azab, dan siapa yang dihi-nakan Allah
maka tidak ada kehormatan baginya,
sesungguhnya Allāh melakukan apa yang
Dia kehendaki. (Al-Hajj [22]:19).
Allah Swt. telah menetapkan hukum-hukum tertentu — yakni hukum-hukum alam — yang semua makhluk, baik yang bernyawa atau
yang tidak, harus menurutinya
(mentaatinya). Tidak ada jalan untuk menghindarkan
diri dari hukum-hukum alam. Tetapi ada beberapa hukum lain yang tertentu yaitu hukum-hukum
syariat, yang telah diturunkan Allah
Swt. untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Manusia dapat menuruti atau menolak atau menentang hukum-hukum itu dan menderita akibat-akibat perlawanannya.
Ayat
ini selanjutnya mengemukakan kepada orang-orang musyrik, bahwa alangkah bodohnya dan sia-sianya mereka mengambil benda-benda alam sebagai sembahan selain Allah Swt.. Ayat ini
mengatakan bahwa semua benda itu sendiri bergantung
pada Allah Swt. untuk berwujud.
Semua
benda tunduk kepada hukum-hukum yang Dia telah tetapkan bagi
benda-benda itu, dan tidak dapat hidup bebas dari Allah Swt. meskipun
hanya sekejap mata saja. Oleh sebab itu alangkah bodohnya memuliakan dan menyembah
benda-benda dan wujud-wujud yang zatnya sendiri harus tunduk kepada hukum yang dibuat Allah
Swt..
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran
Anyar, 15 Oktober
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar