ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 47
Makna "Hari-hari” Allah Swt. &
Proses Bertahap Penciptaan Tatanan Alam Semesta Jasmani
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Bab 44 dan 47
telah dikemukakan mengenai makna
firman Allah Swt. di berbagai Surah Al-Quran yang menyatakan bahwa
apa pun yang ada di seluruh langit dan bumi “bertasbih”
(sabbaha atau yasabbihu) – yakni menyanjungkan kesucian Allah Swt. dengan puji-pujian-Nya yang hak – firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
سَبَّحَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ
الۡاَرۡضِ ۚ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ لَہٗ
مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ یُحۡیٖ وَ یُمِیۡتُ ۚ وَ ہُوَ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾ ہُوَ الۡاَوَّلُ وَ
الۡاٰخِرُ وَ الظَّاہِرُ وَ الۡبَاطِنُ ۚ
وَ ہُوَ بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Menyanjung
kesucian Allah apa pun
yang ada di seluruh langit dan bumi, dan Dia
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Kepunyaan-Nya
kerajaan seluruh langit dan bumi,
Dia menghi-dupkan dan Dia
mematikan, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Dia-lah
Yang Awal dan Yang Akhir serta Yang
Nyata dan Yang
Tersembunyi, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadīd [57]:1-4).
Makna Malaikat “Bertasbih”
kepada Allah Swt.
Sehubungan kata Sabbaha dalam ayat 2, kalimat
Sabbaha fī hawā’ijihi artinya:
ia menyibukkan diri dalam mencari nafkah, atau sibuk dalam urusannya. Sabh
berarti: mengerjakan pekerjaan, atau mengerjakannya dengan usaha
sekeras-kerasnya serta secepat-cepatnya, dan ungkapan subhānallāh me-nyatakan
kecepatan pergi berlindung kepada Allah dan kesigapan melayani dan menaati
perintah-Nya.
Mengingat akan arti dasar kata
ini, masdar isim (kata benda infinitif) tasbih dari sabbaha, artinya
menyatakan bahwa Allah Swt. itu
jauh dari segala kekurangan
atau aib, atau cepat-cepat memohon bantuan ke hadirat Allah Swt. dan
sigap dalam menaati Dia sambil mengatakan Subhānallāh (Lexicon Lane). Itulah makna kalimat “bertasbih”
dalam ayat سَبَّحَ
لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ
-- “apa pun yang ada di seluruh
langit dan bumi.”
Oleh karena itu menurut ayat 2 tersebut berarti bahwa segala sesuatu di alam semesta sedang melakukan tugasnya
masing-masing dengan cermat dan teratur -- dan dengan memanfaatkan kemampuan-kemampuan serta kekuatan-kekuatan yang dilimpahkan Allah
Swt. kepadanya guna memenuhi tujuan
ia diciptakan -- dengan cara yang
sangat ajaib -- sehingga kita mau tidak
mau harus mengambil kesimpulan bahwa Sang
Perencana dan Arsitek alam
semesta ini, yakni Allah Swt, sungguh Maha
Kuasa dan Maha Bijaksana, dan
bahwa seluruh alam semesta secara
keseluruhan dan tiap-tiap makhluk
secara individu serta dalam batas
kemampuannya masing-masing, memberi kesaksian
mengenai kebenaran yang tidak dapat
dipungkiri, bahwa tatanan alam semesta karya Allah Swt. itu mutlak bebas
dari setiap kekurangan, aib atau ketidaksempurnaan dalam segala seginya yang beraneka ragam dan
banyak itu. Inilah maksud kata tasbih sehubungan dengan kalimat sabbaha (QS.57:2; QS.59:2; QS.61:2) dan yusabbihu
(QS.13:14; QS.17”45; QS.24:37 & 42; QS.59:25; QS.62:2; QS.64:2).
Pendek kata, pada hakikatnya tatanan alam
semesta jasmani ini merupakan bagian dari tatanan “Kerajaan” Allah Swt., yang
seluruh komponennya – mulai dari b yang
terkecil berupa partikel sampai
dengan yang terbesar bintang (matahari) yang terbesar –
merupakan para karyawan (pekerja)
yang sepenuhnya melaksanakan kehendak Allah Swt., sesuai dengan fungsi dan tugas yang
telah ditetapkan Allah Swt. bagi mereka semua, firman-Nya:
اِنَّ رَبَّکُمُ اللّٰہُ الَّذِیۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ فِیۡ
سِتَّۃِ اَیَّامٍ ثُمَّ اسۡتَوٰی عَلَی الۡعَرۡشِ ۟ یُغۡشِی الَّیۡلَ النَّہَارَ
یَطۡلُبُہٗ حَثِیۡثًا ۙ وَّ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ وَ النُّجُوۡمَ مُسَخَّرٰتٍۭ
بِاَمۡرِہٖ ؕ اَلَا لَہُ الۡخَلۡقُ وَ
الۡاَمۡرُ ؕ تَبٰرَکَ اللّٰہُ رَبُّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Tuhan kamu
adalah Allah Yang
menciptakan seluruh
langit dan bumi dalam enam masa,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy. Dia menjadikan
malam menutupi siang yang mengejarnya dengan cepat, dan Dia menciptakan matahari, bulan, dan bintang-bintang
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, penciptaan dan perintah adalah wewenang-Nya.
Maha Berberkat Allah, Tuhan seluruh
alam. (Al-‘Āraf [7]:55).
Dalam ayat-ayat ini Allah
Swt. menjelaskan bagaimana proses diciptakan-Nya
tatanan alam semesta jasmani -- yang merupakan bagian dari tatanan “kerajaan-Nya”, yang mengenai
kesempurnaannya telah diperlihatkan Allah Swt.
kepada Nabi Ibrahim a.s.
(Qs.6:76) – selama 6 “hari” atau 6
“periode” (QS.41:10-13).
Bermacam-macam “Hari” Allah Swt.
Kata ayyam
dalam ayat فِیۡ سِتَّۃِ
اَیَّامٍ – “dalam
enam masa” adalah jamak dari yaum, yang menyatakan waktu yang pasti (QS.1:4), atau dapat diartikan jangka waktu tidak tertentu, atau tingkatan dalam perkembangan sesuatu. Panjangnya jangka waktu yang dimaksud oleh kata “yaum” tidak mungkin diterka
dan diberi batasan, boleh jadi 1000 tahun (QS.22:48) atau 50.000 tahun (QS.70:5) atau lebih lama lagi daripada itu,
karena Allah Swt. memiliki
bermacam-macam-macam “hari” (periode).
Akan tetapi yaum (hari) pada ayat ini atau pada ayat lainnya dalam Al-Quran, pasti
tidak menunjuk kepada jangka waktu
yang diukur oleh perputaran bumi pada
porosnya. Allah Swt.
tidak menerangkan kepada kita
panjangnya (lamanya) semua hari-Nya.
Jika beberapa hari menurut-Nya
meliputi 1000 tahun, mungkin masih
ada lainnya yang meliputi jutaan atau
bilyunan tahun. Ilmu pengetahuan
telah menyingkap kenyataan bahwa seluruh langit
dan bumi telah memerlukan waktu milyaran
tahun untuk berkembang mencapai bentuknya yang sekarang.
Sebuah kasyaf (pengalaman ruhani) yang disaksikan oleh seorang sufi terkemuka Muhyidin
Ibn Arabi rta., mengenai seorang
yang mengaku sebagai leluhur
beliau, yang hidup
di dunia ini 40.000 tahun --
jauh lebih lama dari masa Nabi Adam a.s.
yang dikemukakan dalam Bible dan Al-Quran -- hal tersebut membuktikan kebenaran sabda Nabi Besar Muhammad saw.
bahwa Allah Swt. di dunia telah
membangkitan sebanyak 124.000 Adam.
Oleh karena itu, kita tidak dapat menentukan
dengan pasti rentangan “enam hari” yang selama itu kejadian langit dan bumi selesai dikerjakan. Allah Swt. mengadakan
berbagai perubahan dalam berbagai
masa, beberapa di antaranya memerlukan 1000 tahun, yang lainnya 50.000 tahun,
dan lainnya lagi bahkan memerlukan masa
yang lebih panjang (lama).
Apa yang dapat kita katakan hanya kejadian (penciptaan) langit
dan bumi telah memerlukan enam daur (peredaran masa) yang
rentangannya panjang (lama), sehingga
tatanan seluruh langit dan bumi itu
menjadi sempurna dan lengkap. Sehubungan dengan hal itu Allah Swt. berfirman
dalam Surah Al-Quran lainnya:
قُلۡ اَئِنَّکُمۡ لَتَکۡفُرُوۡنَ بِالَّذِیۡ خَلَقَ الۡاَرۡضَ
فِیۡ یَوۡمَیۡنِ وَ تَجۡعَلُوۡنَ لَہٗۤ
اَنۡدَادًا ؕ ذٰلِکَ رَبُّ الۡعٰلَمِیۡنَ ۚ﴿﴾ وَ جَعَلَ فِیۡہَا رَوَاسِیَ مِنۡ فَوۡقِہَا وَ بٰرَکَ
فِیۡہَا وَ قَدَّرَ فِیۡہَاۤ اَقۡوَاتَہَا
فِیۡۤ اَرۡبَعَۃِ اَیَّامٍ ؕ سَوَآءً لِّلسَّآئِلِیۡنَ ﴿﴾ ثُمَّ اسۡتَوٰۤی
اِلَی السَّمَآءِ وَ ہِیَ دُخَانٌ فَقَالَ لَہَا وَ لِلۡاَرۡضِ ائۡتِیَا طَوۡعًا اَوۡ کَرۡہًا ؕ قَالَتَاۤ اَتَیۡنَا
طَآئِعِیۡنَ ﴿﴾ فَقَضٰہُنَّ سَبۡعَ سَمٰوَاتٍ فِیۡ یَوۡمَیۡنِ وَ اَوۡحٰی
فِیۡ کُلِّ سَمَآءٍ اَمۡرَہَا ؕ وَ
زَیَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنۡیَا
بِمَصَابِیۡحَ ٭ۖ وَ حِفۡظًا ؕ ذٰلِکَ تَقۡدِیۡرُ
الۡعَزِیۡزِ الۡعَلِیۡمِ ﴿﴾
Katakanlah: ”Apakah kamu benar-benar kafir kepada Dzat Yang menciptakan bumi dalam dua hari?
Dan kamu menjadikan bagi-Nya
sekutu-sekutu?” Itulah Rabb (Tuhan)
seluruh alam. Dan
Dia menjadikan padanya gunung-gunung
di atasnya, dan memberkatinya, dan
Dia menentukan padanya kadar
makanan-makanannya dalam empat hari, sama rata bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia mengarahkan perhatian ke langit, ketika itu masih merupakan asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi: ”Datanglah kamu berdua dengan rela atau
pun terpaksa.” Keduanya
menjawab: ”Kami berdua datang dengan
rela.” Maka Dia menciptakannya
tujuh langit dalam dua hari,
dan Dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit tugasnya. Dan Kami menghiasi langit bawah dengan lampu-lampu serta memeliharanya. Demikian
itu adalah takdir dari Yang Maha Perkasa, Maha
Mengetahui (Hā – Mīm – As-Sajdah [41]:10-13).
Jaminan Allah Swt. Mengenai Kemampuan “Bumi”
Memberi “Makanan” Para
penghuninya
Sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tidak mungkin memperkirakan panjangnya (lamanya) ”dua hari” itu. Jangkauannya mungkin
sampai ribuan tahun. Malahan dalam
Al-Quran, yaum (hari) telah disebut sama dengan 1000 tahun (QS.22:48)
atau malahan sama dengan 50.000 tahun (QS.70:5). Menjadikan bumi dalam 2 hari dapat berarti 2 tahap yang harus dilalui oleh bumi,
dari zat tidak berbentuk kemudian sejalan dengan sifat Rabbubiyyat Allah Swt -- berangsur-angsur
berkembang menjadi bentuk tertentu sesudah mendingin dan memadat (QS.21:31-34).
”Dua
hari” atau tahap-tahap yang disebut dalam ayat sebelumnya, yang harus
dilalui oleh bumi sebelum bumi memperoleh bentuk
seperti sekarang, termasuk di dalam ”empat hari” yang disebut dalam ayat
ini; sedang ”dua hari” tambahannya itu dimaksudkan 2 tahap penempatan atau
terciptanya gunung-gunung, sungai-sungai,
dan sebagainya serta pertumbuhan kehidupan nabati (tumbuh-tumbuhan) dan hewani di atasnya. Lihat pula ayat 13.
Kata-kata -- ”Dia menentukan padanya kadar
makanan-makanannya” berarti bahwa bumi itu sepenuhnya mampu dan selamanya
akan tetap mampu menjamin makanan
untuk semua makhluk yang hidup di
atasnya.
Ungkapan سَوَآءً لِّلسَّآئِلِیۡنَ
-- ”sama rata bagi orang-orang yang bertanya” dapat mengandung
arti, bahwa makanan yang disediakan
oleh Allah di bumi ini dapat diperoleh
tiap-tiap pencahari yang berusaha
mendapatnya sesuai dengan hukum alam.
Ungkapan itu dapat pula berarti bahwa segala kepentingan jasmani dan keperluan
manusia lainnya telah dijamin
dengan kecukupan dalam makanan yang tumbuh dari bumi. Maka kekhawatiran bahwa bumi pada suatu ketika tidak dapat lagi
menumbuhkan cukup makanan bagi penduduk bumi yang cepat bertambah itu,
sungguh tidak beralasan.
”Bumi ini dapat menjamin makanan, serat dan
segala hasil pertanian lain, yang diperlukan bagi 28 biliun jiwa, sepuluh kali
lipat jumlah penduduk bumi dewasa ini (Prof. Colin Clark, direktur
Lembaga Penyelidikan Ekonomi Pertanian dari Universitas Oxford). Baru-baru ini
FAO (United Nations Food and Agricultural Organization) yaitu organisasi urusan
makanan dan pertanian PBB menjelaskan dalam laporannya: ”Keadaan Makanan dan
Pertanian 1959,” bahwa persediaan makanan dunia berkembang dua kali secepat
pertambahan penduduknya.
Peristiwa “Big Bang” (Ledakan Besar) yang
mengawali Proses Terciptanya Tatanan Alam Semesta
mengawali Proses Terciptanya Tatanan Alam Semesta
Kurhan atau karhan dalam
ayat ائۡتِیَا
طَوۡعًا اَوۡ کَرۡہًا -- “Datanglah
kamu berdua dengan rela atau pun terpaksa” dalam kedua bentuknya, adalah
katabenda (ism) masdar dari kata kariha (ia tidak menyukai); yang
pertama (kurhan) berarti “apa yang
kamu sendiri tidak menyukai”, dan yang kedua (kurhan) berarti “apa yang kamu terpaksa mengerjakannya,
bertentangan dengan kemauanmu sendiri atas kehendak orang lain.” Fa'alahu
karhan berarti “ia melakukannya
karena terpaksa (Lexicon Lane).
Ayat ini -- sebagaimana makna kata sabbaha dan yusabbihu (bertasbih) -- berarti bahwa segala sesuatu di dalam alam semesta ini tunduk kepada dan bekerja
sesuai dengan hukum-hukum tertentu.
Segala sesuatu tidak mempunyai kebebasan
berbuat. Hanya manusia sajalah
yang dianugerahi kehendak atau pikiran menuruti (sesuai) ataupun
menentang hukum Ilahi, dan bukan
tidak jarang ia mempergunakan pikirannya
yang membawa kerugian kepada dirinya
sendiri. Itu pulalah arti dan maksud ayat QS.33:73 mengenai kata zalum dan jahul tentang insan (manusia).
Dalam ayat 10 dan 11 dinyatakan bahwa
pembuatan bumi ini memerlukan waktu 2 hari, dan penempatan gunung-gunung, sungai-sungai, dan sebagainya di atasnya
serta penempatan kehidupan nabati dan
hewani dalam 2 hari lain lagi. Tetapi dalam ayat ini disebutkan bahwa seperti
halnya bumi, begitu pula tata surya beserta planit-planit
serta satelit-satelitnya juga
memerlukan waktu 2 hari menjadi
sempurna.
Dengan demikian pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran bahwa seluruh
alam semesta terjadi dalam waktu 6 hari, yang sesuai benar dengan
penuturan ayat QS.7:55 dan QS.50:39. Dengan mengambil kata yaum dalam
arti ”tahap”, maka ketiga-tiga ayat,
ialah ayat-ayat 10, 11, dan 13, bersama-sama akan berarti bahwa seluruh alam semesta kebendaan menjadi genap
dalam 6 tahap. Sesudah alam semesta
ini tercipta, makhluk manusia secara bertahap pula terwujud dan kejadiannya pun menjadi sempurna dalam enam tahap
(QS.23:13-15).
Dalam Surah berikut ini -- dengan tidak
menyinggung masalah “hari” (periode) --
Allah Swt. menerangkan proses penciptaan tatanan alam
semesta jasmani mulai dari peristiwa “Big
Bang” (ledakan Besar) sampai dengan tahap
kesempurnaannya berupa terciptanya manusia, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ یَرَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ جَعَلۡنَا فِی الۡاَرۡضِ رَوَاسِیَ اَنۡ تَمِیۡدَ بِہِمۡ ۪ وَ جَعَلۡنَا فِیۡہَا
فِجَاجًا سُبُلًا لَّعَلَّہُمۡ یَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ وَ جَعَلۡنَا السَّمَآءَ سَقۡفًا مَّحۡفُوۡظًا ۚۖ
وَّ ہُمۡ عَنۡ اٰیٰتِہَا مُعۡرِضُوۡنَ ﴿﴾ وَ ہُوَ الَّذِیۡ
خَلَقَ الَّیۡلَ وَ النَّہَارَ وَ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ فِیۡ فَلَکٍ یَّسۡبَحُوۡنَ﴿﴾
Tidakkah
orang-orang yang kafir melihat bahwa
seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu
lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Tidakkah mereka
mau beriman? Dan telah Kami jadikan di bumi gunung-gunung yang
kokoh supaya bumi jangan bergoncang bersama mereka, dan
telah Kami jadikan di dalamnya jalan-jalan yang luas supaya mereka mendapat
petunjuk. Dan telah Kami jadikan
langit sebagai atap yang terpelihara, namun mereka berpaling
dari Tanda-tanda-Nya. Dan Dia-lah
yang telah menciptakan malam dan siang serta dan matahari dan bulan, masing-masing beredar pada garis peredaran-nya. (Al-Anbiya
[21]:31-34).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 10 Oktober
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar