Selasa, 15 Oktober 2013

Makna "Hari-hari" Allah Swt. & Proses Bertahap Penciptaan Tatanan Alam Semesta Jasmani




ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab 47 

   Makna "Hari-hari” Allah Swt.  & Proses Bertahap Penciptaan Tatanan Alam Semesta Jasmani

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam   Bab  44 dan 47   telah dikemukakan  mengenai    makna   firman Allah Swt.  di  berbagai Surah Al-Quran yang menyatakan bahwa apa pun yang ada di seluruh langit  dan bumi “bertasbih” (sabbaha atau yasabbihu) – yakni menyanjungkan kesucian Allah Swt. dengan  puji-pujian-Nya yang hak – firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ سَبَّحَ  لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  لَہٗ  مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ یُحۡیٖ وَ یُمِیۡتُ ۚ وَ ہُوَ  عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرٌ ﴿﴾  ہُوَ الۡاَوَّلُ وَ الۡاٰخِرُ وَ الظَّاہِرُ وَ الۡبَاطِنُ ۚ  وَ ہُوَ   بِکُلِّ  شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Menyanjung kesucian  Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan bumi, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Kepunyaan-Nya kerajaan seluruh langit dan bumi, Dia menghi-dupkan dan  Dia mematikan,  dan Dia berkuasa atas segala sesuatu.    Dia-lah Yang Awal dan Yang Akhir  serta Yang Nyata dan Yang Tersembunyi,  dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.   (Al-Hadīd [57]:1-4).

Makna  Malaikat  Bertasbih” kepada Allah Swt.

  Sehubungan kata Sabbaha dalam ayat 2,  kalimat  Sabbaha fī hawā’ijihi artinya:  ia menyibukkan diri dalam mencari nafkah, atau sibuk dalam urusannya. Sabh berarti: mengerjakan pekerjaan, atau mengerjakannya dengan usaha sekeras-kerasnya serta secepat-cepatnya, dan ungkapan subhānallāh me-nyatakan kecepatan pergi berlindung kepada Allah dan kesigapan melayani dan menaati perintah-Nya.
Mengingat akan arti dasar kata ini, masdar isim (kata benda infinitif) tasbih dari sabbaha,  artinya  menyatakan bahwa Allah Swt.  itu  jauh dari segala kekurangan atau aib, atau cepat-cepat memohon bantuan ke hadirat Allah Swt. dan sigap dalam menaati Dia sambil mengatakan Subhānallāh (Lexicon Lane).   Itulah makna kalimat bertasbih dalam ayat  سَبَّحَ  لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ  --  “apa pun yang ada di seluruh langit dan bumi.”
  Oleh karena itu menurut ayat 2 tersebut berarti bahwa segala sesuatu di alam semesta sedang melakukan tugasnya masing-masing dengan cermat dan teratur  -- dan dengan memanfaatkan kemampuan-kemampuan serta kekuatan-kekuatan yang dilimpahkan Allah Swt. kepadanya guna memenuhi tujuan ia diciptakan -- dengan cara yang sangat ajaib -- sehingga kita  mau tidak mau  harus mengambil kesimpulan bahwa Sang Perencana dan Arsitek alam semesta ini, yakni Allah Swt, sungguh Maha Kuasa dan Maha Bijaksana, dan bahwa seluruh alam semesta secara keseluruhan dan tiap-tiap makhluk secara individu serta dalam batas kemampuannya masing-masing, memberi kesaksian mengenai kebenaran yang tidak dapat dipungkiri, bahwa  tatanan alam semesta karya Allah Swt.  itu mutlak bebas dari setiap kekurangan, aib atau ketidaksempurnaan dalam segala seginya yang beraneka ragam dan banyak itu. Inilah maksud kata tasbih sehubungan dengan kalimat sabbaha  (QS.57:2; QS.59:2; QS.61:2)  dan  yusabbihu  (QS.13:14; QS.17”45; QS.24:37 & 42; QS.59:25; QS.62:2; QS.64:2).
    Pendek kata, pada hakikatnya  tatanan alam semesta jasmani ini  merupakan  bagian dari tatanan “Kerajaan” Allah Swt.,  yang seluruh komponennya – mulai dari b yang terkecil berupa partikel sampai dengan yang terbesar  bintang (matahari) yang terbesar – merupakan para karyawan (pekerja) yang sepenuhnya melaksanakan kehendak Allah Swt.,  sesuai dengan fungsi dan tugas yang telah ditetapkan Allah Swt. bagi mereka semua, firman-Nya:
اِنَّ رَبَّکُمُ اللّٰہُ الَّذِیۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ فِیۡ سِتَّۃِ اَیَّامٍ ثُمَّ اسۡتَوٰی عَلَی الۡعَرۡشِ ۟ یُغۡشِی الَّیۡلَ النَّہَارَ یَطۡلُبُہٗ حَثِیۡثًا ۙ وَّ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ وَ النُّجُوۡمَ مُسَخَّرٰتٍۭ بِاَمۡرِہٖ ؕ اَلَا لَہُ  الۡخَلۡقُ وَ الۡاَمۡرُ ؕ تَبٰرَکَ اللّٰہُ رَبُّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾

Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah Yang  menciptakan seluruh langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam   di atas 'Arasy. Dia menjadikan malam  menutupi siang yang mengejarnya dengan cepat, dan Dia menciptakan matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, penciptaan dan perintah adalah wewenang-Nya. Maha Berberkat  Allah, Tuhan seluruh alam. (Al-‘Āraf [7]:55).
     Dalam ayat-ayat ini Allah Swt. menjelaskan bagaimana proses diciptakan-Nya tatanan alam semesta jasmani  -- yang merupakan bagian dari tatanan “kerajaan-Nya”,  yang mengenai  kesempurnaannya  telah diperlihatkan  Allah Swt.  kepada Nabi Ibrahim a.s. (Qs.6:76) – selama 6 “hari” atau 6 “periode” (QS.41:10-13).

Bermacam-macam “Hari” Allah Swt.

    Kata  ayyam dalam ayat  فِیۡ سِتَّۃِ اَیَّامٍ – “dalam enam masa  adalah  jamak dari yaum,  yang menyatakan waktu yang pasti (QS.1:4), atau dapat diartikan jangka waktu tidak tertentu, atau tingkatan dalam perkembangan sesuatu. Panjangnya jangka waktu yang dimaksud oleh kata “yaum” tidak mungkin diterka dan diberi batasan, boleh jadi 1000 tahun (QS.22:48) atau 50.000 tahun  (QS.70:5) atau lebih lama lagi daripada itu, karena Allah Swt. memiliki  bermacam-macam-macam “hari  (periode).
Akan tetapi  yaum (hari)  pada ayat ini  atau pada ayat lainnya dalam Al-Quran, pasti tidak menunjuk kepada jangka waktu yang diukur oleh perputaran bumi pada porosnya. Allah Swt.   tidak menerangkan kepada kita panjangnya (lamanya) semua hari-Nya. Jika beberapa hari menurut-Nya meliputi 1000 tahun, mungkin masih ada lainnya yang meliputi jutaan atau bilyunan tahun. Ilmu pengetahuan telah menyingkap kenyataan bahwa seluruh langit dan bumi telah memerlukan waktu  milyaran tahun untuk berkembang mencapai bentuknya yang sekarang.
Sebuah kasyaf  (pengalaman ruhani)  yang disaksikan oleh seorang sufi terkemuka  Muhyidin Ibn Arabi rta., mengenai   seorang yang mengaku sebagai    leluhur beliau, yang   hidup  di dunia ini 40.000 tahun   -- jauh lebih lama dari masa Nabi Adam a.s. yang dikemukakan dalam Bible dan Al-Quran --   hal tersebut membuktikan kebenaran sabda Nabi Besar Muhammad saw. bahwa Allah Swt. di dunia  telah membangkitan sebanyak 124.000 Adam.
   Oleh karena itu, kita tidak dapat menentukan dengan pasti rentangan “enam hari” yang selama itu kejadian langit dan bumi selesai dikerjakan. Allah Swt.  mengadakan berbagai perubahan dalam berbagai masa, beberapa di antaranya memerlukan 1000 tahun, yang lainnya 50.000 tahun, dan lainnya lagi bahkan memerlukan masa yang lebih panjang (lama).
Apa yang dapat kita katakan hanya kejadian (penciptaan)  langit dan bumi telah memerlukan enam daur (peredaran masa) yang rentangannya panjang (lama), sehingga tatanan seluruh langit dan bumi itu menjadi sempurna dan lengkap. Sehubungan dengan hal itu Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Quran lainnya:
قُلۡ  اَئِنَّکُمۡ  لَتَکۡفُرُوۡنَ بِالَّذِیۡ خَلَقَ الۡاَرۡضَ فِیۡ یَوۡمَیۡنِ وَ تَجۡعَلُوۡنَ لَہٗۤ  اَنۡدَادًا ؕ  ذٰلِکَ رَبُّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ۚ﴿﴾  وَ جَعَلَ  فِیۡہَا رَوَاسِیَ مِنۡ فَوۡقِہَا وَ بٰرَکَ فِیۡہَا وَ قَدَّرَ فِیۡہَاۤ  اَقۡوَاتَہَا فِیۡۤ  اَرۡبَعَۃِ  اَیَّامٍ ؕ سَوَآءً   لِّلسَّآئِلِیۡنَ ﴿﴾  ثُمَّ  اسۡتَوٰۤی  اِلَی السَّمَآءِ وَ ہِیَ دُخَانٌ فَقَالَ  لَہَا وَ لِلۡاَرۡضِ ائۡتِیَا طَوۡعًا  اَوۡ کَرۡہًا ؕ قَالَتَاۤ   اَتَیۡنَا  طَآئِعِیۡنَ ﴿﴾   فَقَضٰہُنَّ سَبۡعَ سَمٰوَاتٍ فِیۡ یَوۡمَیۡنِ وَ اَوۡحٰی فِیۡ کُلِّ سَمَآءٍ  اَمۡرَہَا ؕ وَ زَیَّنَّا السَّمَآءَ  الدُّنۡیَا بِمَصَابِیۡحَ ٭ۖ وَ حِفۡظًا ؕ ذٰلِکَ تَقۡدِیۡرُ  الۡعَزِیۡزِ  الۡعَلِیۡمِ ﴿﴾
Katakanlah: ”Apakah kamu benar-benar kafir kepada Dzat Yang menciptakan bumi dalam dua hari? Dan kamu menjadikan bagi-Nya sekutu-sekutu?” Itulah Rabb (Tuhan) seluruh alam.   Dan Dia menjadikan   padanya gunung-gunung di atasnya, dan memberkatinya, dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanannya dalam empat hari, sama rata bagi orang-orang yang bertanya.     Kemudian Dia mengarahkan perhatian ke langit, ketika itu masih merupakan asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi: ”Datanglah kamu berdua dengan rela atau pun terpaksa.” Keduanya menjawab: ”Kami berdua datang dengan rela.”   Maka Dia menciptakannya tujuh langit dalam dua hari,  dan Dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit tugasnya.  Dan Kami menghiasi langit bawah dengan lampu-lampu serta  memeliharanya. Demikian itu  adalah takdir dari Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui  (Hā – Mīm – As-Sajdah [41]:10-13).

Jaminan Allah Swt. Mengenai Kemampuan “Bumi”
 Memberi “Makanan” Para penghuninya

  Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tidak mungkin memperkirakan panjangnya (lamanya) ”dua hari” itu. Jangkauannya mungkin sampai ribuan tahun. Malahan dalam Al-Quran, yaum (hari) telah disebut sama dengan 1000 tahun (QS.22:48) atau malahan sama dengan 50.000 tahun (QS.70:5). Menjadikan bumi dalam 2 hari dapat berarti 2 tahap yang harus dilalui oleh bumi, dari zat tidak berbentuk  kemudian sejalan dengan  sifat Rabbubiyyat Allah Swt -- berangsur-angsur berkembang menjadi bentuk tertentu sesudah mendingin dan memadat  (QS.21:31-34).
    ”Dua hari” atau tahap-tahap yang disebut dalam ayat sebelumnya, yang harus dilalui oleh bumi sebelum bumi memperoleh bentuk seperti sekarang, termasuk di dalam ”empat hari” yang disebut dalam ayat ini; sedang ”dua hari” tambahannya itu dimaksudkan 2  tahap penempatan atau terciptanya  gunung-gunung, sungai-sungai, dan sebagainya  serta pertumbuhan kehidupan nabati (tumbuh-tumbuhan) dan hewani di atasnya. Lihat pula ayat 13. Kata-kata    --  ”Dia menentukan padanya kadar makanan-makanannya” berarti  bahwa bumi itu sepenuhnya mampu dan selamanya akan tetap mampu menjamin makanan untuk semua makhluk yang hidup di atasnya.
   Ungkapan  سَوَآءً   لِّلسَّآئِلِیۡنَ    -- ”sama rata bagi orang-orang yang bertanya” dapat mengandung arti, bahwa makanan yang disediakan oleh  Allah di bumi ini dapat diperoleh tiap-tiap pencahari yang berusaha mendapatnya sesuai dengan hukum alam. Ungkapan itu dapat pula berarti bahwa segala kepentingan jasmani dan keperluan manusia lainnya telah dijamin dengan kecukupan dalam makanan yang tumbuh dari bumi. Maka kekhawatiran bahwa bumi pada suatu ketika tidak dapat lagi menumbuhkan cukup makanan bagi penduduk bumi yang cepat bertambah itu, sungguh tidak beralasan.
  ”Bumi ini dapat menjamin makanan, serat dan segala hasil pertanian lain, yang diperlukan bagi 28 biliun jiwa, sepuluh kali lipat jumlah penduduk bumi dewasa ini (Prof. Colin Clark, direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi Pertanian dari Universitas Oxford). Baru-baru ini FAO (United Nations Food and Agricultural Organization) yaitu organisasi urusan makanan dan pertanian PBB menjelaskan dalam laporannya: ”Keadaan Makanan dan Pertanian 1959,” bahwa persediaan makanan dunia berkembang dua kali secepat pertambahan penduduknya.

Peristiwa  “Big Bang” (Ledakan Besar) yang
mengawali Proses Terciptanya Tatanan Alam Semesta

       Kurhan atau karhan  dalam ayat  ائۡتِیَا طَوۡعًا  اَوۡ کَرۡہًا  -- “Datanglah kamu berdua dengan rela atau pun terpaksadalam kedua bentuknya, adalah katabenda (ism) masdar dari kata kariha (ia tidak menyukai); yang pertama (kurhan) berarti “apa yang kamu sendiri tidak menyukai”, dan yang kedua (kurhan) berarti  “apa yang kamu terpaksa mengerjakannya, bertentangan dengan kemauanmu sendiri atas kehendak orang lain.” Fa'alahu karhan berarti  “ia melakukannya karena terpaksa (Lexicon Lane).
      Ayat ini  -- sebagaimana makna kata sabbaha dan yusabbihu  (bertasbih) -- berarti bahwa segala sesuatu di dalam alam semesta ini tunduk kepada dan bekerja sesuai dengan hukum-hukum tertentu. Segala sesuatu tidak mempunyai kebebasan berbuat. Hanya manusia sajalah yang dianugerahi kehendak atau pikiran menuruti (sesuai) ataupun menentang hukum Ilahi, dan bukan tidak jarang ia mempergunakan pikirannya yang membawa kerugian kepada dirinya sendiri. Itu pulalah arti dan maksud ayat QS.33:73 mengenai kata zalum dan jahul tentang insan  (manusia).
 Dalam ayat 10 dan 11 dinyatakan bahwa pembuatan bumi ini memerlukan waktu 2 hari, dan penempatan gunung-gunung, sungai-sungai, dan sebagainya di atasnya serta penempatan kehidupan nabati dan hewani dalam 2 hari lain lagi. Tetapi dalam ayat ini disebutkan bahwa seperti halnya bumi,  begitu pula tata surya beserta planit-planit serta satelit-satelitnya juga memerlukan waktu 2 hari menjadi sempurna.
  Dengan demikian  pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran bahwa seluruh alam semesta terjadi dalam waktu 6 hari, yang sesuai benar dengan penuturan ayat QS.7:55 dan QS.50:39. Dengan mengambil kata yaum dalam arti ”tahap”, maka ketiga-tiga ayat, ialah ayat-ayat 10, 11, dan 13, bersama-sama akan berarti bahwa seluruh alam semesta kebendaan menjadi genap dalam 6 tahap. Sesudah alam semesta ini tercipta, makhluk manusia secara bertahap pula terwujud dan kejadiannya pun menjadi sempurna dalam enam tahap (QS.23:13-15).
   Dalam Surah berikut ini -- dengan tidak menyinggung  masalah “hari” (periode) -- Allah Swt. menerangkan proses penciptaan  tatanan alam semesta jasmani mulai dari peristiwa “Big Bang” (ledakan Besar) sampai dengan tahap kesempurnaannya  berupa terciptanya manusia, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾  وَ جَعَلۡنَا فِی الۡاَرۡضِ رَوَاسِیَ اَنۡ  تَمِیۡدَ بِہِمۡ ۪ وَ جَعَلۡنَا فِیۡہَا فِجَاجًا سُبُلًا   لَّعَلَّہُمۡ  یَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾  وَ  جَعَلۡنَا السَّمَآءَ سَقۡفًا مَّحۡفُوۡظًا ۚۖ وَّ ہُمۡ  عَنۡ  اٰیٰتِہَا مُعۡرِضُوۡنَ ﴿﴾  وَ ہُوَ الَّذِیۡ خَلَقَ الَّیۡلَ وَ النَّہَارَ وَ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ فِیۡ  فَلَکٍ یَّسۡبَحُوۡنَ﴿﴾

Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu  lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Tidakkah  mereka   mau beriman?   Dan  telah Kami jadikan di bumi gunung-gunung yang kokoh supaya bumi jangan bergoncang  bersama mereka, dan telah Kami jadikan di dalamnya jalan-jalan yang luas supaya mereka mendapat petunjuk.   Dan  telah Kami jadikan langit sebagai atap yang terpelihara,  namun mereka berpaling dari Tanda-tanda-Nya.    Dan Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang serta dan matahari dan bulan,  masing-masing beredar pada garis peredaran-nya. (Al-Anbiya [21]:31-34).

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,  10 Oktober    2013





Tidak ada komentar:

Posting Komentar