Senin, 21 Oktober 2013

Berlaku "Adil" Kepada Allah Swt. & Ketidakberdayaan "Patung-patung" Sembahan Orang-orang Musyrik




ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab 53

   Berlaku “Adil” kepada Allah Swt. & Ketidakberdayaan “Patung-patung  Sembahan Orang-orang Musyrik

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


D

alam   akhir  Bab  sebelumnya    telah dikemukakan  mengenai   bayangan-bayangan” dalam   firman Allah Swt.:

وَ لِلّٰہِ یَسۡجُدُ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ طَوۡعًا وَّ کَرۡہًا وَّ ظِلٰلُہُمۡ بِالۡغُدُوِّ  وَ الۡاٰصَالِ  ﴿ٛ

“Dan kepada Allah-lah bersujud siapa pun yang ada di seluruh langit dan bumi dengan rela  atau tidak rela dan demikian juga bayangan-bayangan mereka pada setiap pagi dan petang hari.   (Ar-Rā’d [13]:16).

      Sesuai dengan ayat tersebut dalam Surah lain Allah Swt. berfirman mengenai  “bersujudnya“ bayangan  segala sesuatu kepada Allah Swt.:

اَوَ لَمۡ  یَرَوۡا  اِلٰی مَا خَلَقَ اللّٰہُ  مِنۡ  شَیۡءٍ یَّتَفَیَّؤُا ظِلٰلُہٗ عَنِ الۡیَمِیۡنِ وَ الشَّمَآئِلِ سُجَّدًا  لِّلّٰہِ  وَ  ہُمۡ   دٰخِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ لِلّٰہِ یَسۡجُدُ  مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ دَآبَّۃٍ وَّ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ ہُمۡ  لَا یَسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾  یَخَافُوۡنَ رَبَّہُمۡ مِّنۡ فَوۡقِہِمۡ وَ یَفۡعَلُوۡنَ مَا  یُؤۡمَرُوۡنَ ﴿٪ٛ﴾ وَ قَالَ اللّٰہُ  لَا تَتَّخِذُوۡۤا  اِلٰـہَیۡنِ  اثۡنَیۡنِ ۚ اِنَّمَا ہُوَ  اِلٰہٌ  وَّاحِدٌ ۚ فَاِیَّایَ فَارۡہَبُوۡنِ ﴿﴾  وَ لَہٗ  مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لَہُ الدِّیۡنُ وَاصِبًا ؕ اَفَغَیۡرَ اللّٰہِ تَتَّقُوۡنَ ﴿﴾

Apakah mereka tidak melihat segala sesuatu yang telah diciptakan Allah,  bayangan-bayangannya bergeser dari kanan dan dari kiri dalam keadaan sujud kepada Allah,dan  mereka  itu sedang direndahkan? Dan sujud kepada Allah  segala sesuatu yang ada di seluruh langit dan apa yang melata di bumi  dan juga para malaikat, serta mereka itu tidak takabur. Mereka takut kepada  Rabb-Nya (Tuhan-nya) yang ada di atas mereka, dan mereka  mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya.   Dan Allah berfirman: “Janganlah kamu menjadikan dua tuhan sebagai sembahan,  sesungguhnya hanya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaknya hanya kepada-Ku saja  kamu   takut.”    Dan kepunyaan-Nya   apa pun yang ada di seluruh langit dan bumi dan  bagi-Nya ketaatan itu untuk selama-lamanya. Apakah kamu bertakwa kepada  yang bukan Allah?  (An-Nahl [16]:49-53). 
Maka kata sujud  kepada Allah Swt. berkenaan semua ciptaan-Nya di alam semesta ini adalah patuh-taat sepenuhnya kepada Allah Swt. atau bertasbih kepada Allah Swt.,  sebagaimana telah dijelaskan mengenai  makna kalimat sabbaha dan yusabbihu (bertasbih)  dalam beberapa Bab sebelum ini.

        Sehubungan dengan ayat مَا خَلَقَ اللّٰہُ  مِنۡ  شَیۡءٍ یَّتَفَیَّؤُا ظِلٰلُہٗ عَنِ الۡیَمِیۡنِ وَ الشَّمَآئِلِ سُجَّدًا  لِّلّٰہِ    --  “segala sesuatu yang telah diciptakan Allah,  bayangan-bayangannya bergeser dari kanan dan dari kiri dalam keadaan sujud kepada Allah,” yakni telah menjadi gejala alam  bahwa bayangan segala sesuatu menjadi ciut (memendek) sesudah mencapai derajat tertentu, maksudnya bahwa kekuatan, pengaruh, dan kejayaannya hampir luntur, dan bahwa semuanya itu akan berubah menjadi satu kenangan belaka akan keadaannya semula, itulah makna ayat selanjutnya   وَ  ہُمۡ   دٰخِرُوۡنَ   --  “dan  mereka  itu sedang direndahkan?”

     Dengan demikian orang-orang kafir diperingatkan bahwa azab Ilahi akan mengakibatkan hapusnya sama sekali bayangan  -- yakni kejayaan dan kekuasaan serta berbagai kesuksesan duniawi -- mereka; sebaliknya bayangan  Nabi Besar Muhammad saw.  akan terus-menerus meluas dan memanjang, sebab benda-benda mempunyai bayangan yang panjang bila matahari ada di belakang mereka, dan memang matahari rahmat Ilahi ada di belakang  Nabi Besar Muhammad saw..



Keseragaman  Hukum di Tatanan Alam Semesta Membuktikan

bahwa Tuhan Penciptanya adalah Tuhan Yang Maha Esa



Makna firman-Nya:  لَا تَتَّخِذُوۡۤا  اِلٰـہَیۡنِ  اثۡنَیۡنِ ۚ اِنَّمَا ہُوَ  اِلٰہٌ  وَّاحِدٌ ۚ فَاِیَّایَ فَارۡہَبُوۡنِ  --  Janganlah kamu menjadikan dua tuhan sebagai sembahan,  sesungguhnya hanya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa,  maka hendaknya hanya kepada-Ku saja  kamu   takut.”      Penelitian terhadap kerjanya seluruh alam  memperlihatkan keseragaman yang menakjubkan sekali tentang tata kerja yang berlaku di dalamnya.

     Seandainya ada Tuhan lebih dari satu maka keseragaman ini niscaya telah lenyap. Lagi pula, seandainya ada dua Tuhan, yang satu niscaya harus tunduk kepada yang lainnya untuk menjalankan perintah-perintahnya. Dalam keadaan demikian salah satu wujud dari antara dua tuhan itu pasti akan mubazir belaka.

    Tetapi seandainya keduanya mempunyai hak dan kedudukan yang sama maka mereka masing-masing harus mempunyai ruang pengaruh dan kekuasaan yang terpisah. Dalam keadaan semacam itu pasti akan timbul perselisihan-perselisihan di antara mereka. Akan tetapi kedua anggapan itu berlawanan dengan akal, karena itu harus ada satu Tuhan saja, satu-satunya Pencipta seluruh alam semesta, yaitu Allah Swt. Rabb- al-‘alamin (Tuhan Pencipta dan Pemelihara seluruh alam).  Firman-Nya lagi kepada Nabi Besar Muhammad saw.:

اَلَمۡ تَرَ اَنَّ اللّٰہَ یَسۡجُدُ لَہٗ  مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَنۡ فِی الۡاَرۡضِ وَ الشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ وَ النُّجُوۡمُ وَ الۡجِبَالُ وَ الشَّجَرُ وَ الدَّوَآبُّ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنَ  النَّاسِ ؕ وَ کَثِیۡرٌ حَقَّ عَلَیۡہِ الۡعَذَابُ ؕ وَ مَنۡ  یُّہِنِ اللّٰہُ  فَمَا لَہٗ  مِنۡ مُّکۡرِمٍ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  یَفۡعَلُ مَا  یَشَآءُ ﴿ؕٛ ﴾  

Apakah engkau tidak melihat  bahwasanya   Allah kepada-Nya bersujud siapa pun  yang ada di seluruh langit dan siapa pun yang ada di bumi, dan matahari, bulan, bintang-bintang,  gunung-gunung,   pohon-pohon serta hewan-hewan, dan banyak dari manusia?   Tetapi banyak pula yang patut mendapat azab, dan siapa yang dihi-nakan Allah  maka tidak ada kehormatan baginya, sesungguhnya Allah melakukan apa yang Dia kehendaki. (Al-Hajj [22]:19).

      Allah Swt.  telah menetapkan hukum-hukum tertentu — yakni hukum-hukum alam — yang semua makhluk, baik yang bernyawa atau yang tidak, harus menurutinya (mentaatinya). Tidak ada jalan untuk menghindarkan diri dari hukum-hukum alam. Tetapi ada beberapa hukum lain yang tertentu yaitu hukum-hukum syariat, yang  telah diturunkan Allah Swt.  untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Manusia dapat menuruti atau menolak atau menentang hukum-hukum itu dan menderita akibat-akibat perlawanannya.

      Ayat ini selanjutnya mengemukakan kepada orang-orang musyrik, bahwa alangkah bodohnya dan sia-sianya mereka mengambil benda-benda alam sebagai sembahan selain Allah Swt.. Ayat ini mengatakan bahwa semua benda itu sendiri bergantung pada Allah Swt. untuk berwujud.



Penundukan   Apa pun yang ada  di Alam Semesta

Adalah  Bagi Kepentingan Umat Manusia



   Semua benda tunduk kepada hukum-hukum yang Dia telah tetapkan bagi benda-benda itu, dan tidak dapat hidup bebas dari Allah Swt. meskipun hanya sekejap mata saja. Oleh sebab itu alangkah bodohnya memuliakan dan menyembah benda-benda dan wujud-wujud  yang zatnya sendiri harus tunduk kepada hukum yang dibuat  Allah Swt., firman-Nya:

اَلشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ  بِحُسۡبَانٍ ﴿۪۵﴾   وَّ النَّجۡمُ وَ الشَّجَرُ  یَسۡجُدٰنِ ﴿﴾  وَ السَّمَآءَ رَفَعَہَا وَ وَضَعَ الۡمِیۡزَانَ ۙ﴿﴾  اَلَّا  تَطۡغَوۡا فِی الۡمِیۡزَانِ ﴿﴾  وَ اَقِیۡمُوا  الۡوَزۡنَ بِالۡقِسۡطِ وَ لَا تُخۡسِرُوا الۡمِیۡزَانَ ﴿﴾

Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, dan tumbuh-tumbuhan serta pohon-pohon patuh kepada-Nya. Dan langit Dia meninggikannya dan Dia meletakkan  timbangan,  supaya kamu jangan melam-paui dalam timbangan itu.  Tegakkanlah timbangan  dengan adil dan  jangan mengurangi timbangan.(Al-Rahmān [55]:6-10).  

 Ayat ini jika dibaca bersama-sama dengan ayat sebelumnya menunjukkan bahwa dari benda langit terbesar sampai kepada tanaman tidak berbatang sekecil-kecilnya, semuanya tunduk kepada hukum tertentu, dan mereka melaksanakan tugas masing-masing dengan teratur, cermat, dan tanpa membuat kekeliruan.

Dalam tata-surya -- yang hanyalah merupakan salah satu dati jutaan tatanan serupa itu -- tiap-tiap benda langit bergerak dengan aman di atas jalan tempuhannya  (orbitnya) yang telah ditentukan, dan tidak pernah menyimpang darinya.

  Seluruh alam semesta tunduk kepada satu hukum yang seragam, dan segala bagian suku cadangnya membentuk struktur dan gerakan yang amat serasi. Jika keserasian atau kesetimbangan    -- yakni mizan (timbangan)   -- antara berbagai benda itu sedikit saja terganggu, niscaya seluruh jagat raya akan runtuh dan pecah berkeping-keping. Namun semua hukum yang menata alam ini senantiasa dikendalikan oleh Dzat Allah  Swt. Sendiri, di luar jangkauan kemampuan manusia.



Manusia Harus Bersikap Adil Terhadap Allah Swt.



  Sebagaimana terdapat keserasian meliputi segala sesuatu di seluruh jagat raya ini, begitu pulalah manusia – yang merupakan mahkota dan tujuan di balik segala penciptaan – diperintahkan supaya memelihara timbangan secara adil, dan mem-perlakukan sesama manusia tanpa berat sebelah dan dengan adil, memberikan kepada setiap orang haknya dan menghindarkan tindakan-tindakan keras dan mengikuti cara-cara yang bijaksana dalam melaksanakan tugas kewajibannya terhadap  Allah Swt., Tuhan Pencipta-nya.

 Penegakan  nizam (timbangan) atau kesimbangan tersebut  harus diberlakukan manusia terhadap Allah Swt., yakni hendaklah manusia hanya menyembah Allah Swt.  – Tuhan Maha Pencipta dan Pemelihara  tatanan  alam semesta   yakni Rabb-al-‘ālamīn (QS.1:2)  -- bukan menyembahtuhan-tuhan lain” selain Allah Swt. yang pada hakikatnya adalah makhluk (ciptaan) Allah Swt., sebab manusia sendirilah – bukan Allah Swt.. – yang akan menanggung sepenuhnya  berbagai akibat buruk dari ketidak-adilan tersebut, baik di dunia ini mau pun di akhirat nanti. Selanjutnya Allah Swt. berfirman lagi:

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِۚ﴿﴾  حٰمٓ ۚ﴿﴾   عٓسٓقٓ ﴿﴾  کَذٰلِکَ یُوۡحِیۡۤ  اِلَیۡکَ وَ اِلَی الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِکَ ۙ اللّٰہُ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  لَہٗ  مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَلِیُّ  الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾  تَکَادُ  السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡ فَوۡقِہِنَّ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ رَبِّہِمۡ وَ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ لِمَنۡ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ اللّٰہَ ہُوَ  الۡغَفُوۡرُ الرَّحِیۡمُ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اَوۡلِیَآءَ اللّٰہُ  حَفِیۡظٌ عَلَیۡہِمۡ ۫ۖ وَ مَاۤ  اَنۡتَ عَلَیۡہِمۡ  بِوَکِیۡلٍ ﴿﴾

Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Maha Terpuji, Maha Mulia.  Maha Mengetahui, Maha Mendengar, Maha Kuasa.  Demikianlah Allah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana, Dia mewahyukan kepada engkau dan kepada orang-orang sebelum engkau. Kepunyaan  Dia-lah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun  yang ada di bumi, dan Dia-lah Yang Maha-Tinggi, Maha Agung.   Hampir saja seluruh langit pecah dari atas mereka,  dan para malaikat bertasbih dengan pujian Tuhan mereka dan memohonkan ampunan bagi mereka di bumi.  Ketahuilah, sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Dia, Allah Pengawas  atas mereka   dan engkau bukanlah penjaga atas mereka. (Asy-Syurā [42]:1-7).

      Hā Mīm dapat merupakan alih-alih kata hafiz-ul-kitab (Penjaga dan Pemelihara Alkitab) dan munazzil-ul-kitab (Yang menurunkan Alkitab), sebab semua Surah yang dimulai dengan dua huruf singkatan ini terutama membahas soal wahyu Al-Quran dan perlindungan serta penjagaannya.

     Huruf 'ain adalah alih-alih kata Al-'Aliyy (Maha Tinggi; Al-'Alim (Maha Mengetahui); Al-'Azhim (Maha Agung); Al-'Aziz (Maha Gagah-perkasa). Huruf sin menampilkan As-Sami' (Maha Mendengar), dan huruf qaf dapat menampilkan Al-Qadir (Maha Kuasa).

  Dosa manusia itu besar, namun Rahmat Allah Swt.  lebih besar lagi, yang lebih cemerlang dari semua sifat Ilahi lainnya. Rahmat Allah Swt. dan permohonan ampunan para malaikat untuk manusia, bergabung bersama-sama menjadi satu, menyelamatkan manusia dari hukuman Ilahi, dan manusia diberi tangguh agar dapat memperbaiki diri, itulah makna ayat  تَکَادُ  السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡ فَوۡقِہِنَّ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ رَبِّہِمۡ وَ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ لِمَنۡ فِی الۡاَرۡضِ  --  “Hampir saja seluruh langit pecah dari atas mereka,  dan para malaikat bertasbih dengan pujian Tuhan mereka dan memohonkan ampunan bagi mereka di bumi.
Allah Swt. mengawasi  kepercayaan-kepercayaan manusia yang menghina martabat-Nya, dan akan memimta pertanggungjawaban dari mereka serta akan menyiksa mereka jika tidak bertaubat, demikian firman Allah Swt. selanjutnya:
وَ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اَوۡلِیَآءَ اللّٰہُ  حَفِیۡظٌ عَلَیۡہِمۡ ۫ۖ وَ مَاۤ  اَنۡتَ عَلَیۡہِمۡ  بِوَکِیۡلٍ ﴿﴾

“Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Dia, Allah Pengawas  atas mereka   dan engkau bukanlah penjaga atas mereka.” (Asy-Syurā [42]:7). 



Perumpamaan Orang-orang yang Menyembah Makhluk (Ciptaan) Allah Swt.



      Benarlah firman-Nya berikut ini mengenai  tidak berdayanya  tuhan-tuhan” selain Allah Swt.:

یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ  فَاسۡتَمِعُوۡا لَہٗ  ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ لَنۡ یَّخۡلُقُوۡا ذُبَابًا وَّ لَوِ اجۡتَمَعُوۡا  لَہٗ ؕ وَ اِنۡ یَّسۡلُبۡہُمُ الذُّبَابُ شَیۡئًا لَّا یَسۡتَنۡقِذُوۡہُ  مِنۡہُ ؕ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَ الۡمَطۡلُوۡبُ ﴿﴾  مَا قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾  اَللّٰہُ یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  رُسُلًا وَّ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ سَمِیۡعٌۢ  بَصِیۡرٌ ﴿ۚ﴾  یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ  تُرۡجَعُ الۡاُمُوۡرُ﴿﴾

Hai manusia, suatu tamsil (perumpamaan) telah dikemukakan maka dengarlah tamsil itu.  Sesungguhnya mereka yang kamu seru selain Allah tidak dapat menjadikan seekor lalat, walau pun mereka itu bergabung untuk itu. Dan seandainya  lalat itu menyambar sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sangat lemah yang meminta dan yang diminta.  Mereka sekali-kali tidak dapat menilai kekuasaan Allah dengan se-benar-benarnya,  sesungguhnya Allah Mahakuat, Maha Perkasa.   Allah senantiasa memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat dan dari antara manusia, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.  Dia mengetahui apa punyang di hadapan mereka dan apa pun  yang di belakang mereka, dan kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan (Al-Hajj [22]:74-77).

       Ayat ini menerangkan kepada orang-orang kafir, bahwa tuhan-tuhan mereka sama sekali tidak mempunyai kekuasaan dan tidak berdaya, dan betapa bodohnya mereka untuk menyembah tuhan-tuhan palsu yang mereka ada-adakan itu atau yang mereka  warisi dari para pendahulu mereka itu.

     Kenyataan, bahwa orang-orang musyrik menjatuhkan derajat mereka sendiri ke tingkat yang begitu rendah, hingga mereka menyembah patung-patung — berhala-berhala yang terbuat dari kayu dan batu — menunjukkan, bahwa mereka mempunyai anggapan yang sangat keliru mengenai kekuatan-kekuatan dan Sifat-sifat Allah Swt., Tuhan Yang Maha Kuasa, Al-Khāliq (Maha Pencipta) Yang Agung.

      Pada hakikatnya, semua kepercayaan yang mengakui adanya banyak tuhan dan semua anggapan-anggapan musyrik adalah timbul dari pandangan yang lemah dan keliru, bahwa kekuatan-kekuatan dan Sifat-sifat Allah Swt. terbatas dan mempunyai kekurangan seperti halnya manusia. Benarlah firman-Nya:

وَ الَّذِیۡنَ یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ  لَا یَخۡلُقُوۡنَ شَیۡئًا وَّ ہُمۡ  یُخۡلَقُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اَمۡوَاتٌ غَیۡرُ  اَحۡیَآءٍ ۚ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ ۙ اَیَّانَ  یُبۡعَثُوۡنَ ﴿﴾ اِلٰـہُکُمۡ  اِلٰہٌ  وَّاحِدٌ ۚ فَالَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ  قُلُوۡبُہُمۡ مُّنۡکِرَۃٌ وَّ  ہُمۡ  مُّسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾

Dan  mereka yang diseru selain Allah, mereka itu tidak menjadikan sesuatu pun, bahkan mereka sendiri yang telah diciptakan.   Mereka itu mati, tidak hidup, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan (An-Nahl [16]:21-23).



Lemah dan Tidak Berdayanya Patung-patung

Sembahan Orang-orang Musyrik



        Selanjutnya Allah Swt. berfirman  lagi  mengenai lemah dan tak berdayanya   patung-patung (berhala-berhala) sembahan buatan mereka sendiri:

اِنَّ الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ عِبَادٌ اَمۡثَالُکُمۡ فَادۡعُوۡہُمۡ فَلۡیَسۡتَجِیۡبُوۡا لَکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾  اَلَہُمۡ  اَرۡجُلٌ  یَّمۡشُوۡنَ  بِہَاۤ  ۫ اَمۡ  لَہُمۡ  اَیۡدٍ یَّبۡطِشُوۡنَ بِہَاۤ  ۫ اَمۡ  لَہُمۡ اَعۡیُنٌ یُّبۡصِرُوۡنَ  بِہَاۤ  ۫ اَمۡ  لَہُمۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ؕ قُلِ ادۡعُوۡا شُرَکَآءَکُمۡ ثُمَّ   کِیۡدُوۡنِ  فَلَا  تُنۡظِرُوۡنِ﴿﴾  اِنَّ  وَلِیَِّۧ اللّٰہُ الَّذِیۡ نَزَّلَ الۡکِتٰبَ ۫ۖ وَ ہُوَ  یَتَوَلَّی  الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ لَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ نَصۡرَکُمۡ وَ لَاۤ  اَنۡفُسَہُمۡ یَنۡصُرُوۡنَ ﴿﴾  وَ  اِنۡ تَدۡعُوۡہُمۡ  اِلَی الۡہُدٰی لَا یَسۡمَعُوۡا ؕ وَ تَرٰىہُمۡ یَنۡظُرُوۡنَ  اِلَیۡکَ وَ ہُمۡ لَا یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾

Sesungguhnya  mereka yang kamu seru selain Allah adalah hamba-hamba Allah seperti kamu juga, maka  serulah mereka supaya mengabulkan permintaan kamu jika  kamu sungguh orang-orang yang benar. Apakah mereka memiliki kaki yang dengannya mereka dapat berjalan, atau apakah mereka   memiliki tangan yang dengannya  mereka dapat memegang dengan keras, atau apakah mereka memiliki mata yang dengannya mereka dapat melihat, atau apakah mereka memiliki telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Katakanlah: “Panggillah sekutu-sekutu kamu itu, kemudian  rancanglah tipu-daya melawanku dan janganlah aku diberi tangguh.  Sesungguhnya    adalah  Allah Yang telah menurunkan Kitab ini dan Dia melindungi orang-orang saleh.    Dan  mereka  yang kamu seru selain Dia, mereka itu tidak akan mampu menolong kamu dan tidak pula mereka dapat menolong dirinya sendiri.    Dan   jika kamu menyeru mereka kepada petunjuk, mereka tidak akan mendengar, dan  engkau melihat mereka memandang kepada engkau padahal mereka tidak melihat.  (Al-A’rāf [7]:195-199). 

  Ayat  فَادۡعُوۡہُمۡ فَلۡیَسۡتَجِیۡبُوۡا لَکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ  --   “maka serulah mereka supaya mengabulkan permintaan kamu jika  kamu sungguh orang-orang yang benar.” merupakan suatu tantangan terbuka kepada kaum musyrikin bahwa semua benda bernyawa atau pun tidak bernyawa yang diseru mereka di samping Allah Swt., sekali-kali tidak dapat mengabulkan doa mereka, sebab berhala-berhala tidak memiliki kekuatan mengabulkan doa. Akan tetapi  Allah Swt.   Yang Maha Hidup mengabulkan doa-doa hamba-Nya.

     Ayat ini قُلِ ادۡعُوۡا شُرَکَآءَکُمۡ ثُمَّ   کِیۡدُوۡنِ  فَلَا  تُنۡظِرُوۡنِ   --   “Katakanlah: Panggillah sekutu-sekutu kamu itu, kemudian  rancanglah tipu-daya melawanku dan janganlah aku diberi  tangguh,” dan ayat  berikutnya merupakan pemekaran dari tantangan yang diajukan kepada kaum kafir dalam ayat sebelumnya. Mereka ditantang agar memanggil tuhan-tuhan mereka guna membantu mereka melawan Islam, memanfatkan segenap sumber daya mereka, menggunakan segala kekuatan mereka untuk menyerang Islam, tak membiarkan satu peluang pun guna meniadakannya dan tidak menyia-nyiakan waktu untuk menyerang  Nabi Besar Muhammad saw.,  lalu lihatlah kerugian apa gerangan yang dapat ditimpakan kepada beliau saw. oleh keterpaduan dan kegigihan usaha-usaha mereka itu.

  Tetapi Allah Swt.  telah menjanjikan akan membantu  Nabi Besar Muhammad saw.  dan menakdirkan beliau saw. memperoleh kemajuan dan kemenangan,  firman-Nya:

یٰۤاَیُّہَا الرَّسُوۡلُ بَلِّغۡ  مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ  مِنۡ رَّبِّکَ ؕ وَ  اِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا بَلَّغۡتَ رِسَالَتَہٗ ؕ وَ اللّٰہُ یَعۡصِمُکَ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾

Hai Rasul,  sampaikanlah apa yang diturunkan kepada engkau dari Rabb (Tuhan) engkau, dan jika engkau tidak melakukan hal itu maka engkau sekali-kali tidak menyampaikan amanat-Nya.  Dan Allah akan melindungi  engkau dari  manusia, sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum kafir. (Al-Māidah [5]:68).

Lebih tegas lagi Allah Swt. berfirman mengenenai kepastian keunggulan para Rasul Allah -- terutama Nabi Besar Muhammad saw. --  atas para penentang mereka:

اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾

Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina.   Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan menang.”  Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujādilah [58]:21-22).



“Buta, Tuli  dan  Bisunya” Para Penyembah Berhala

Sama Seperti  Keadaan “Patung  Sembahan” Mereka



  Ayat selanjutnya menerangkan bahwa seseorang yang bergelimang dalam kesesatan enggan menerima kebenaran, betapa pun terangnya dan tidak kelirunya Tanda-tanda yang diperlihatkan kepadanya. Hal demikian membuktikan bahwa kedudukannya tidak dapat dipertahankan. Orang-orang kafir melihat perjuangan Islam berderap maju dengan cepatnya di hadapan mereka namun mereka berpura-pura tidak melihat dan enggan mengakuinya, itulah makna firman-Nya:

وَ  اِنۡ تَدۡعُوۡہُمۡ  اِلَی الۡہُدٰی لَا یَسۡمَعُوۡا ؕ وَ تَرٰىہُمۡ یَنۡظُرُوۡنَ  اِلَیۡکَ وَ ہُمۡ لَا یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾

Dan   jika kamu menyeru mereka kepada petunjuk, mereka tidak akan mendengar, dan  engkau melihat mereka memandang kepada engkau padahal mereka tidak melihat.  (Al-A’rāf [7]:199). 
   
(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,  16 Oktober    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar