ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 53
Berlaku “Adil” kepada Allah Swt. & Ketidakberdayaan “Patung-patung” Sembahan Orang-orang Musyrik
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya
telah dikemukakan mengenai “bayangan-bayangan” dalam firman Allah Swt.:
وَ لِلّٰہِ یَسۡجُدُ مَنۡ
فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ طَوۡعًا وَّ کَرۡہًا وَّ ظِلٰلُہُمۡ
بِالۡغُدُوِّ وَ الۡاٰصَالِ ﴿ٛ﴾
“Dan kepada
Allah-lah bersujud siapa pun yang ada di
seluruh langit dan bumi dengan rela
atau tidak rela dan
demikian juga bayangan-bayangan
mereka pada setiap pagi dan petang hari. (Ar-Rā’d [13]:16).
Sesuai
dengan ayat tersebut dalam Surah lain Allah Swt. berfirman mengenai “bersujudnya“ bayangan segala sesuatu
kepada Allah Swt.:
اَوَ لَمۡ یَرَوۡا
اِلٰی مَا خَلَقَ اللّٰہُ
مِنۡ شَیۡءٍ یَّتَفَیَّؤُا
ظِلٰلُہٗ عَنِ الۡیَمِیۡنِ وَ الشَّمَآئِلِ سُجَّدًا لِّلّٰہِ
وَ ہُمۡ دٰخِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لِلّٰہِ
یَسۡجُدُ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی
الۡاَرۡضِ مِنۡ دَآبَّۃٍ وَّ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ ہُمۡ لَا یَسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾ یَخَافُوۡنَ
رَبَّہُمۡ مِّنۡ فَوۡقِہِمۡ وَ یَفۡعَلُوۡنَ مَا
یُؤۡمَرُوۡنَ ﴿٪ٛ﴾ وَ قَالَ اللّٰہُ
لَا تَتَّخِذُوۡۤا اِلٰـہَیۡنِ اثۡنَیۡنِ ۚ اِنَّمَا ہُوَ اِلٰہٌ
وَّاحِدٌ ۚ فَاِیَّایَ فَارۡہَبُوۡنِ ﴿﴾ وَ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لَہُ
الدِّیۡنُ وَاصِبًا ؕ اَفَغَیۡرَ اللّٰہِ تَتَّقُوۡنَ ﴿﴾
Apakah mereka
tidak melihat segala sesuatu yang telah diciptakan Allah, bayangan-bayangannya
bergeser dari kanan dan dari
kiri dalam keadaan sujud kepada Allah,dan mereka
itu sedang direndahkan? Dan sujud kepada Allah segala sesuatu yang ada di seluruh langit dan apa yang melata di bumi dan juga
para malaikat, serta mereka itu tidak takabur. Mereka takut
kepada Rabb-Nya (Tuhan-nya) yang ada
di atas mereka, dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan
kepadanya. Dan Allah berfirman: “Janganlah kamu menjadikan dua tuhan sebagai
sembahan, sesungguhnya hanya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaknya hanya kepada-Ku saja kamu
takut.” Dan kepunyaan-Nya apa pun yang ada di seluruh langit dan bumi
dan bagi-Nya ketaatan itu untuk selama-lamanya. Apakah kamu bertakwa kepada yang bukan
Allah? (An-Nahl
[16]:49-53).
Maka
kata sujud kepada Allah Swt. berkenaan semua ciptaan-Nya
di alam semesta ini adalah patuh-taat
sepenuhnya kepada Allah Swt. atau bertasbih
kepada Allah Swt., sebagaimana telah
dijelaskan mengenai makna kalimat sabbaha dan yusabbihu (bertasbih) dalam
beberapa Bab sebelum ini.
Sehubungan dengan ayat مَا خَلَقَ اللّٰہُ
مِنۡ شَیۡءٍ یَّتَفَیَّؤُا
ظِلٰلُہٗ عَنِ الۡیَمِیۡنِ وَ الشَّمَآئِلِ سُجَّدًا لِّلّٰہِ
--
“segala sesuatu yang telah diciptakan Allah, bayangan-bayangannya
bergeser dari kanan dan dari
kiri dalam keadaan sujud kepada Allah,” yakni telah menjadi gejala alam bahwa bayangan
segala sesuatu menjadi ciut
(memendek) sesudah mencapai derajat
tertentu, maksudnya bahwa kekuatan, pengaruh, dan kejayaannya hampir luntur,
dan bahwa semuanya itu akan berubah menjadi satu kenangan belaka akan keadaannya semula, itulah makna ayat
selanjutnya وَ
ہُمۡ دٰخِرُوۡنَ --
“dan mereka itu sedang direndahkan?”
Dengan
demikian orang-orang kafir diperingatkan
bahwa azab Ilahi akan mengakibatkan hapusnya sama sekali bayangan
-- yakni kejayaan dan kekuasaan serta berbagai kesuksesan duniawi --
mereka; sebaliknya bayangan Nabi Besar Muhammad saw. akan terus-menerus meluas dan memanjang,
sebab benda-benda mempunyai bayangan
yang panjang bila matahari ada di belakang mereka, dan memang matahari rahmat Ilahi ada di
belakang Nabi Besar Muhammad saw..
Keseragaman Hukum
di Tatanan Alam Semesta Membuktikan
bahwa Tuhan Penciptanya adalah Tuhan
Yang Maha Esa
Makna
firman-Nya: لَا تَتَّخِذُوۡۤا
اِلٰـہَیۡنِ اثۡنَیۡنِ ۚ اِنَّمَا
ہُوَ اِلٰہٌ وَّاحِدٌ ۚ فَاِیَّایَ فَارۡہَبُوۡنِ -- “Janganlah
kamu menjadikan dua tuhan sebagai sembahan, sesungguhnya hanya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaknya hanya kepada-Ku saja kamu
takut.” Penelitian
terhadap kerjanya seluruh alam memperlihatkan keseragaman yang menakjubkan sekali tentang tata kerja yang berlaku
di dalamnya.
Seandainya ada Tuhan lebih dari satu
maka keseragaman ini niscaya telah
lenyap. Lagi pula, seandainya ada dua
Tuhan, yang satu niscaya harus tunduk
kepada yang lainnya untuk menjalankan perintah-perintahnya.
Dalam keadaan demikian salah satu wujud dari antara dua tuhan itu pasti akan mubazir belaka.
Tetapi seandainya keduanya mempunyai hak dan kedudukan yang sama maka
mereka masing-masing harus mempunyai ruang
pengaruh dan kekuasaan yang
terpisah. Dalam keadaan semacam itu pasti akan timbul perselisihan-perselisihan di antara mereka. Akan tetapi kedua
anggapan itu berlawanan dengan akal, karena itu harus ada satu Tuhan saja, satu-satunya Pencipta seluruh alam semesta, yaitu Allah Swt. Rabb- al-‘alamin (Tuhan
Pencipta dan Pemelihara seluruh alam).
Firman-Nya lagi kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اَلَمۡ تَرَ اَنَّ اللّٰہَ یَسۡجُدُ لَہٗ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَنۡ فِی الۡاَرۡضِ وَ الشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ وَ
النُّجُوۡمُ وَ الۡجِبَالُ
وَ الشَّجَرُ وَ الدَّوَآبُّ وَ کَثِیۡرٌ مِّنَ النَّاسِ ؕ وَ کَثِیۡرٌ حَقَّ عَلَیۡہِ الۡعَذَابُ ؕ وَ مَنۡ یُّہِنِ اللّٰہُ فَمَا لَہٗ
مِنۡ مُّکۡرِمٍ ؕ اِنَّ اللّٰہَ یَفۡعَلُ مَا یَشَآءُ ﴿ؕٛ ﴾
Apakah engkau tidak melihat bahwasanya
Allah kepada-Nya bersujud siapa pun yang ada di
seluruh langit dan siapa pun yang
ada di bumi, dan matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, pohon-pohon
serta hewan-hewan, dan banyak dari manusia? Tetapi banyak pula yang patut mendapat azab, dan siapa yang dihi-nakan Allah
maka tidak ada kehormatan baginya,
sesungguhnya Allah melakukan apa yang
Dia kehendaki. (Al-Hajj [22]:19).
Allah Swt. telah menetapkan hukum-hukum tertentu — yakni hukum-hukum alam — yang semua makhluk, baik yang bernyawa atau
yang tidak, harus menurutinya
(mentaatinya). Tidak ada jalan untuk menghindarkan
diri dari hukum-hukum alam. Tetapi ada beberapa hukum lain yang tertentu yaitu hukum-hukum
syariat, yang telah diturunkan Allah
Swt. untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Manusia dapat menuruti atau menolak atau menentang hukum-hukum itu dan menderita akibat-akibat perlawanannya.
Ayat
ini selanjutnya mengemukakan kepada orang-orang musyrik, bahwa alangkah bodohnya dan sia-sianya mereka mengambil benda-benda alam sebagai sembahan selain Allah Swt.. Ayat ini
mengatakan bahwa semua benda itu sendiri bergantung
pada Allah Swt. untuk berwujud.
Penundukan Apa pun yang ada di Alam Semesta
Adalah Bagi Kepentingan Umat Manusia
Semua
benda tunduk kepada hukum-hukum yang Dia telah tetapkan bagi
benda-benda itu, dan tidak dapat hidup bebas dari Allah Swt. meskipun
hanya sekejap mata saja. Oleh sebab itu alangkah bodohnya memuliakan dan menyembah
benda-benda dan wujud-wujud yang zatnya sendiri harus tunduk kepada hukum yang dibuat Allah
Swt., firman-Nya:
اَلشَّمۡسُ وَ
الۡقَمَرُ بِحُسۡبَانٍ ﴿۪۵﴾ وَّ
النَّجۡمُ وَ الشَّجَرُ یَسۡجُدٰنِ ﴿﴾ وَ
السَّمَآءَ رَفَعَہَا وَ وَضَعَ الۡمِیۡزَانَ ۙ﴿﴾ اَلَّا تَطۡغَوۡا فِی الۡمِیۡزَانِ ﴿﴾ وَ
اَقِیۡمُوا الۡوَزۡنَ بِالۡقِسۡطِ وَ لَا
تُخۡسِرُوا الۡمِیۡزَانَ ﴿﴾
Matahari
dan bulan beredar menurut perhitungan, dan tumbuh-tumbuhan serta pohon-pohon
patuh kepada-Nya. Dan langit
Dia meninggikannya dan Dia
meletakkan timbangan, supaya kamu jangan melam-paui dalam timbangan itu. Tegakkanlah timbangan dengan adil dan jangan
mengurangi timbangan.(Al-Rahmān
[55]:6-10).
Ayat
ini jika dibaca bersama-sama dengan ayat sebelumnya menunjukkan bahwa dari benda langit terbesar sampai kepada tanaman tidak berbatang sekecil-kecilnya, semuanya tunduk kepada hukum tertentu, dan mereka melaksanakan
tugas masing-masing dengan teratur, cermat, dan tanpa membuat kekeliruan.
Dalam tata-surya -- yang
hanyalah merupakan salah satu dati jutaan tatanan serupa itu -- tiap-tiap benda langit bergerak dengan aman di
atas jalan tempuhannya (orbitnya) yang telah ditentukan, dan tidak pernah menyimpang
darinya.
Seluruh
alam semesta tunduk kepada satu hukum yang seragam, dan segala bagian suku cadangnya membentuk struktur dan gerakan yang amat serasi.
Jika keserasian atau kesetimbangan -- yakni mizan
(timbangan) -- antara berbagai benda
itu sedikit saja terganggu, niscaya seluruh
jagat raya akan runtuh dan pecah
berkeping-keping. Namun semua hukum
yang menata alam ini senantiasa dikendalikan
oleh Dzat Allah Swt. Sendiri, di luar
jangkauan kemampuan manusia.
Manusia
Harus Bersikap Adil Terhadap Allah
Swt.
Sebagaimana terdapat keserasian meliputi segala sesuatu di seluruh jagat raya ini,
begitu pulalah manusia – yang merupakan mahkota
dan tujuan di balik segala penciptaan – diperintahkan supaya memelihara timbangan secara adil, dan mem-perlakukan sesama manusia
tanpa berat sebelah dan dengan adil, memberikan kepada setiap orang haknya dan menghindarkan tindakan-tindakan keras dan mengikuti cara-cara yang bijaksana dalam
melaksanakan tugas kewajibannya
terhadap Allah Swt., Tuhan Pencipta-nya.
Penegakan
nizam (timbangan) atau kesimbangan tersebut harus diberlakukan manusia terhadap Allah
Swt., yakni hendaklah manusia hanya menyembah
Allah Swt. – Tuhan Maha Pencipta
dan Pemelihara tatanan
alam semesta yakni Rabb-al-‘ālamīn (QS.1:2) -- bukan menyembah
“tuhan-tuhan lain” selain Allah Swt.
yang pada hakikatnya adalah makhluk (ciptaan) Allah Swt., sebab manusia
sendirilah – bukan Allah Swt.. – yang akan menanggung
sepenuhnya berbagai akibat buruk dari ketidak-adilan
tersebut, baik di dunia ini mau pun
di akhirat nanti. Selanjutnya Allah Swt. berfirman lagi:
بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِۚ﴿﴾ حٰمٓ
ۚ﴿﴾ عٓسٓقٓ ﴿﴾ کَذٰلِکَ یُوۡحِیۡۤ
اِلَیۡکَ وَ اِلَی الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِکَ ۙ اللّٰہُ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَلِیُّ الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾ تَکَادُ السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡ فَوۡقِہِنَّ وَ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ
رَبِّہِمۡ وَ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ لِمَنۡ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ اللّٰہَ
ہُوَ الۡغَفُوۡرُ الرَّحِیۡمُ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ
اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اَوۡلِیَآءَ
اللّٰہُ حَفِیۡظٌ عَلَیۡہِمۡ ۫ۖ وَ
مَاۤ اَنۡتَ عَلَیۡہِمۡ بِوَکِیۡلٍ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Maha
Terpuji, Maha Mulia. Maha
Mengetahui, Maha Mendengar, Maha Kuasa. Demikianlah Allah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana, Dia mewahyukan kepada
engkau dan kepada orang-orang
sebelum engkau. Kepunyaan Dia-lah apa pun yang ada di seluruh langit dan
apa pun yang ada di bumi, dan Dia-lah Yang Maha-Tinggi, Maha Agung. Hampir
saja seluruh langit pecah dari atas mereka, dan para malaikat bertasbih dengan pujian Tuhan mereka dan memohonkan ampunan bagi mereka di bumi.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan orang-orang yang mengambil
pelindung-pelindung selain Dia, Allah Pengawas atas mereka dan engkau bukanlah penjaga atas mereka. (Asy-Syurā [42]:1-7).
Hā Mīm dapat merupakan alih-alih
kata hafiz-ul-kitab (Penjaga dan Pemelihara Alkitab) dan munazzil-ul-kitab
(Yang menurunkan Alkitab), sebab semua Surah yang dimulai dengan dua huruf
singkatan ini terutama membahas soal wahyu Al-Quran dan perlindungan serta
penjagaannya.
Huruf 'ain
adalah alih-alih kata Al-'Aliyy (Maha Tinggi; Al-'Alim (Maha
Mengetahui); Al-'Azhim (Maha Agung); Al-'Aziz (Maha
Gagah-perkasa). Huruf sin menampilkan As-Sami' (Maha Mendengar),
dan huruf qaf dapat menampilkan Al-Qadir (Maha Kuasa).
Dosa manusia itu besar, namun Rahmat Allah Swt. lebih besar
lagi, yang lebih cemerlang dari semua
sifat Ilahi lainnya. Rahmat Allah Swt. dan permohonan ampunan para malaikat untuk manusia, bergabung
bersama-sama menjadi satu, menyelamatkan manusia dari hukuman Ilahi, dan manusia diberi tangguh agar dapat memperbaiki
diri, itulah makna ayat تَکَادُ
السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡ فَوۡقِہِنَّ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ رَبِّہِمۡ وَ
یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ لِمَنۡ فِی الۡاَرۡضِ
-- “Hampir saja seluruh langit pecah dari atas mereka, dan para malaikat bertasbih dengan pujian Tuhan mereka dan memohonkan ampunan bagi mereka di bumi.”
Allah Swt. mengawasi kepercayaan-kepercayaan manusia yang menghina martabat-Nya, dan akan memimta pertanggungjawaban dari mereka serta akan menyiksa mereka jika tidak bertaubat, demikian firman Allah Swt. selanjutnya:
وَ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اَوۡلِیَآءَ اللّٰہُ حَفِیۡظٌ عَلَیۡہِمۡ ۫ۖ وَ مَاۤ اَنۡتَ عَلَیۡہِمۡ بِوَکِیۡلٍ ﴿﴾
“Dan orang-orang
yang mengambil pelindung-pelindung selain Dia, Allah Pengawas atas mereka dan engkau bukanlah penjaga atas mereka.” (Asy-Syurā [42]:7).
Perumpamaan
Orang-orang yang Menyembah Makhluk
(Ciptaan) Allah Swt.
Benarlah
firman-Nya berikut ini mengenai tidak berdayanya “tuhan-tuhan”
selain Allah Swt.:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ
ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسۡتَمِعُوۡا لَہٗ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ لَنۡ یَّخۡلُقُوۡا ذُبَابًا وَّ لَوِ اجۡتَمَعُوۡا لَہٗ ؕ وَ اِنۡ یَّسۡلُبۡہُمُ الذُّبَابُ
شَیۡئًا لَّا یَسۡتَنۡقِذُوۡہُ مِنۡہُ ؕ
ضَعُفَ الطَّالِبُ وَ الۡمَطۡلُوۡبُ ﴿﴾ مَا قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾ اَللّٰہُ یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ رُسُلًا وَّ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
سَمِیۡعٌۢ بَصِیۡرٌ ﴿ۚ﴾ یَعۡلَمُ مَا
بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ الۡاُمُوۡرُ﴿﴾
Hai manusia,
suatu tamsil (perumpamaan) telah dikemukakan maka dengarlah tamsil itu. Sesungguhnya mereka yang kamu seru selain
Allah tidak dapat menjadikan seekor
lalat, walau pun mereka itu
bergabung untuk itu. Dan seandainya
lalat itu menyambar sesuatu dari
mereka, mereka tidak akan dapat
merebutnya kembali dari lalat itu. Sangat lemah yang meminta dan yang
diminta. Mereka sekali-kali tidak dapat menilai kekuasaan Allah
dengan se-benar-benarnya, sesungguhnya Allah Mahakuat, Maha Perkasa. Allah senantiasa
memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat
dan dari antara manusia,
sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. Dia mengetahui apa punyang di hadapan mereka dan apa pun yang di
belakang mereka, dan kepada
Allah-lah segala urusan dikembalikan
(Al-Hajj
[22]:74-77).
Ayat ini menerangkan kepada orang-orang kafir, bahwa tuhan-tuhan mereka sama sekali tidak mempunyai kekuasaan dan tidak berdaya, dan betapa bodohnya mereka untuk menyembah tuhan-tuhan palsu yang mereka ada-adakan itu atau yang mereka warisi
dari para pendahulu mereka itu.
Kenyataan, bahwa orang-orang musyrik menjatuhkan derajat
mereka sendiri ke tingkat yang begitu
rendah, hingga mereka menyembah patung-patung —
berhala-berhala yang terbuat dari kayu
dan batu — menunjukkan, bahwa mereka
mempunyai anggapan yang sangat keliru
mengenai kekuatan-kekuatan dan Sifat-sifat Allah Swt., Tuhan Yang Maha Kuasa, Al-Khāliq (Maha
Pencipta) Yang Agung.
Pada
hakikatnya, semua kepercayaan yang
mengakui adanya banyak tuhan dan
semua anggapan-anggapan musyrik
adalah timbul dari pandangan yang lemah
dan keliru, bahwa kekuatan-kekuatan dan Sifat-sifat Allah Swt. terbatas dan mempunyai kekurangan seperti halnya manusia. Benarlah
firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ یَدۡعُوۡنَ
مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ لَا یَخۡلُقُوۡنَ
شَیۡئًا وَّ ہُمۡ یُخۡلَقُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اَمۡوَاتٌ
غَیۡرُ اَحۡیَآءٍ ۚ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ
ۙ اَیَّانَ یُبۡعَثُوۡنَ ﴿﴾ اِلٰـہُکُمۡ اِلٰہٌ
وَّاحِدٌ ۚ فَالَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ قُلُوۡبُہُمۡ مُّنۡکِرَۃٌ وَّ ہُمۡ
مُّسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka yang diseru selain Allah, mereka itu tidak menjadikan sesuatu pun, bahkan mereka sendiri yang telah diciptakan. Mereka
itu mati, tidak hidup, dan mereka tidak
mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan (An-Nahl [16]:21-23).
Lemah
dan Tidak Berdayanya Patung-patung
Sembahan
Orang-orang Musyrik
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
lagi mengenai lemah dan tak berdayanya patung-patung (berhala-berhala) sembahan
buatan mereka sendiri:
اِنَّ الَّذِیۡنَ
تَدۡعُوۡنَ
مِنۡ
دُوۡنِ
اللّٰہِ عِبَادٌ اَمۡثَالُکُمۡ
فَادۡعُوۡہُمۡ
فَلۡیَسۡتَجِیۡبُوۡا
لَکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ اَلَہُمۡ اَرۡجُلٌ یَّمۡشُوۡنَ بِہَاۤ ۫ اَمۡ لَہُمۡ اَیۡدٍ
یَّبۡطِشُوۡنَ
بِہَاۤ ۫ اَمۡ
لَہُمۡ اَعۡیُنٌ یُّبۡصِرُوۡنَ بِہَاۤ ۫ اَمۡ
لَہُمۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ
بِہَا ؕ
قُلِ ادۡعُوۡا
شُرَکَآءَکُمۡ
ثُمَّ کِیۡدُوۡنِ فَلَا تُنۡظِرُوۡنِ﴿﴾ اِنَّ وَلِیَِّۧ اللّٰہُ الَّذِیۡ نَزَّلَ الۡکِتٰبَ ۫ۖ
وَ ہُوَ یَتَوَلَّی الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ
تَدۡعُوۡنَ
مِنۡ
دُوۡنِہٖ
لَا
یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ
نَصۡرَکُمۡ وَ لَاۤ
اَنۡفُسَہُمۡ
یَنۡصُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِنۡ تَدۡعُوۡہُمۡ
اِلَی الۡہُدٰی
لَا
یَسۡمَعُوۡا ؕ
وَ تَرٰىہُمۡ
یَنۡظُرُوۡنَ
اِلَیۡکَ وَ ہُمۡ
لَا
یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
mereka yang kamu seru
selain Allah adalah hamba-hamba Allah seperti kamu juga, maka serulah
mereka supaya mengabulkan permintaan
kamu jika kamu
sungguh orang-orang yang benar.
Apakah mereka memiliki kaki
yang dengannya mereka dapat berjalan,
atau apakah mereka memiliki tangan yang dengannya mereka
dapat memegang dengan keras, atau apakah mereka memiliki mata yang dengannya mereka
dapat melihat, atau apakah mereka memiliki
telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? Katakanlah: “Panggillah
sekutu-sekutu kamu itu, kemudian rancanglah tipu-daya melawanku
dan janganlah aku diberi tangguh. Sesungguhnya adalah
Allah Yang telah menurunkan Kitab
ini dan Dia melindungi orang-orang
saleh. Dan mereka
yang kamu seru selain Dia, mereka itu tidak akan mampu menolong kamu dan tidak pula mereka dapat menolong dirinya sendiri. Dan jika kamu menyeru mereka kepada petunjuk, mereka tidak akan mendengar, dan engkau melihat mereka memandang kepada engkau padahal mereka tidak melihat. (Al-A’rāf [7]:195-199).
Ayat فَادۡعُوۡہُمۡ فَلۡیَسۡتَجِیۡبُوۡا لَکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ --
“maka serulah mereka supaya mengabulkan permintaan kamu
jika kamu sungguh orang-orang yang benar.” merupakan
suatu tantangan terbuka kepada kaum musyrikin bahwa semua benda bernyawa atau pun tidak bernyawa yang diseru mereka di samping Allah Swt., sekali-kali tidak dapat mengabulkan doa mereka,
sebab berhala-berhala tidak memiliki kekuatan mengabulkan doa. Akan
tetapi Allah Swt. Yang
Maha Hidup mengabulkan doa-doa
hamba-Nya.
Ayat ini قُلِ
ادۡعُوۡا شُرَکَآءَکُمۡ ثُمَّ
کِیۡدُوۡنِ فَلَا تُنۡظِرُوۡنِ
-- “Katakanlah: Panggillah sekutu-sekutu kamu itu, kemudian rancanglah tipu-daya melawanku
dan janganlah aku diberi tangguh,” dan ayat berikutnya merupakan pemekaran dari tantangan yang diajukan kepada kaum kafir dalam ayat sebelumnya. Mereka
ditantang agar memanggil tuhan-tuhan mereka guna membantu mereka melawan Islam,
memanfatkan segenap sumber daya
mereka, menggunakan segala kekuatan
mereka untuk menyerang Islam, tak membiarkan satu peluang pun guna
meniadakannya dan tidak menyia-nyiakan waktu untuk menyerang Nabi Besar Muhammad saw., lalu lihatlah kerugian apa gerangan yang dapat ditimpakan kepada beliau saw. oleh
keterpaduan dan kegigihan usaha-usaha mereka itu.
Tetapi Allah Swt. telah menjanjikan akan membantu
Nabi Besar Muhammad saw. dan menakdirkan
beliau saw. memperoleh kemajuan dan kemenangan, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الرَّسُوۡلُ
بَلِّغۡ مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ مِنۡ رَّبِّکَ ؕ وَ اِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا بَلَّغۡتَ
رِسَالَتَہٗ ؕ وَ اللّٰہُ یَعۡصِمُکَ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan
kepada engkau dari Rabb (Tuhan)
engkau, dan jika engkau tidak
melakukan hal itu maka engkau
sekali-kali tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah
akan melindungi engkau dari manusia, sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk
kepada kaum kafir. (Al-Māidah
[5]:68).
Lebih tegas lagi Allah Swt. berfirman mengenenai
kepastian keunggulan para Rasul Allah -- terutama Nabi Besar Muhammad saw. -- atas para penentang
mereka:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی
الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ
لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya
mereka itu termasuk orang-orang yang
sangat hina. Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti
akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa. (Al-Mujādilah [58]:21-22).
“Buta, Tuli dan
Bisunya” Para Penyembah Berhala
Sama Seperti Keadaan “Patung Sembahan” Mereka
Ayat selanjutnya menerangkan bahwa seseorang
yang bergelimang dalam kesesatan enggan menerima kebenaran, betapa pun terangnya dan tidak kelirunya Tanda-tanda yang diperlihatkan
kepadanya. Hal demikian membuktikan bahwa kedudukannya
tidak dapat dipertahankan. Orang-orang
kafir melihat perjuangan Islam
berderap maju dengan cepatnya di hadapan mereka namun mereka berpura-pura tidak
melihat dan enggan mengakuinya,
itulah makna firman-Nya:
وَ
اِنۡ تَدۡعُوۡہُمۡ اِلَی الۡہُدٰی لَا یَسۡمَعُوۡا ؕ وَ تَرٰىہُمۡ یَنۡظُرُوۡنَ اِلَیۡکَ وَ ہُمۡ لَا یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾
Dan jika kamu menyeru mereka kepada petunjuk, mereka tidak akan mendengar, dan engkau melihat mereka memandang kepada engkau padahal mereka tidak melihat. (Al-A’rāf [7]:199).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 16 Oktober
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar