Rabu, 23 Oktober 2013

Kesempurnaan Tatanan "Kerajaan" Alam Semesta Ciptaan Allah Swt. & Para "Ilmuwan Ruhani" Pembuka "Khazanah RuhanI" Al-Quran




ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab 55

   Kesempurnaan Tatanan “Kerajaan”  Alam Semesta Ciptaan Allah Swt.  &
Para Ilmuwan Ruhani Pembuka “Khazanah Ruhani” Al-Quran

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


D
alam   akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  kesempurnaan  tatanan  alam semesta kebendaan, demikian juga Al-Quran pun merupakan alam semesta keruhanian, di mana tersembunyi khazanah-khazanah ilmu keruhanian yang dibukakan kepada manusia melalui   Rasul Allah dan orang-orang suci sesuai dengan keperluan zaman, termasuk di Akhir Zaman ini (QS.3:180; QS.56:78-80; QS.72:27-28; QS.61:10).
       Apabila keadaan serta berbagai kemampuan serta fungsi yang telah ditetapkan  (ditakdirkan) Allah Swt. berkenaan berbagai hal  dalam tatanan alam semesta jasmani ini    -- yang merupakan makhluk  -- demikian tidak terhingganya, maka  terlebih lagi Allah Swt., Al-Khāliq (Yang Maha Pencipta), firman-Nya mengenai kesempurnaan  tatanan alam semesta jasmani ciptaan-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ تَبٰرَکَ الَّذِیۡ  بِیَدِہِ  الۡمُلۡکُ ۫ وَ ہُوَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ قَدِیۡرُۨ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ  خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ لِیَبۡلُوَکُمۡ  اَیُّکُمۡ  اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ  الۡغَفُوۡرُ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا ؕ مَا تَرٰی فِیۡ  خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ  تَفٰوُتٍ ؕ فَارۡجِعِ  الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ  تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ ﴿﴾  ثُمَّ  ارۡجِعِ  الۡبَصَرَ کَرَّتَیۡنِ  یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ  الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡرٌ ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Maha Berbarkat  Dia Yang di Tangan-Nya kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,   Yang menciptakan kematian  dan kehidupan,  supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya, dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun,   Yang telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi. Engkau tidak akan melihat ketidakselarasan di dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah,  maka lihatlah berulang-ulang, apakah engkau melihat sesuatu  cacatKemudian pandanglah untuk kedua kali,  penglihatan engkau akan kembali kepada engkau dengan tunduk dan ia letih, (Al-Mulk [67]:1-5).
        Makna ۙ  الَّذِیۡ  خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ لِیَبۡلُوَکُمۡ  اَیُّکُمۡ  اَحۡسَنُ عَمَلًا  --  Yang menciptakan kematian  dan kehidupan,  supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya,”  yaitu bahwa hukum hidup dan mati berlaku di seluruh alam. Tiap-tiap makhluk-hidup tunduk kepada kehancuran dan kematian.
      Kata “kematian” di sini seperti juga dalam ayat QS.2:29 dan QS.53:45, disebut sebelum kata “kehidupan.” Alasannya ialah, rupa-rupanya kematian atau tanpa-wujud itu merupakan keadaan sebelum ada kehidupan, atau mungkin karena “mati” itu lebih penting dan lebih besar artinya daripada “hidup,” karena kematian jasmani manusia membukakan kepada manusia pintu gerbang kehidupan kekal dan kemajuan ruhani yang tidak berhingga di alam akhirat, sedang kehidupan di dunia ini hanyalah suatu tempat persinggahan sementara dan merupakan suatu persiapan bagi kehidupan kekal lagi abadi di balik kubur.
       Itulah sebabnya dikatakan  لِیَبۡلُوَکُمۡ  اَیُّکُمۡ  اَحۡسَنُ عَمَلًا  -- “supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya” yakni Allah Swt. telah “mengkhidmatkan” (menundukkan)  alam semesta jasmani ini untuk kepentingan umat manusia yang merupakan puncak ciptaan-Nya (QS.31:21; QS.43:14; QS.45:14; QS.22:37), yaitu untuk beribadah kepada Allah Swt. (QS.51:57)  atau untuk  meniru dan memperagakan Sifat-sifat Tasybihiyyah Allah Swt. dalam kehidupannya di dunia karena manusia merupakan khalifah (wakil) Allah di muka bumi (QS.6:166; !0:15 & 74;  QS.17:71; QS.35:40)  dengan memanfaatkan  apa pun yang ada tatanan alam semesta jasmani ini sesuai hukum-hukum  yang telah ditetapkan Allah Swt., baik hukum jasmani (hukum alam) mau pun hukum ruhani (hukum-hukum syariat).

Tantangan  Untuk Mencari “Celah Kelemahan” Tatanan Alam Semesta &
Bagaikan “Lantai Kaca Bening” Istana Nabi Sulaiman a.s.
  Kata thibāq   dalam ayat الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا – “Yang telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi”,  bersamaan arti dengan thabāq dan dengan jamaknya athbāq. Orang mengatakan sesuatu ini thabāq atau thibāq bagi  sesuatu itu, yakni sesuatu ini berpasangan dengan itu atau sejenis itu dalam ukuran atau mutunya, dan sebagainya. Thibāq berarti juga tingkat (Lexicon Lane).
  Sungguh menakjubkan ciptaan Allah Swt. itu. Tatasurya yang di dalamnya bumi kita hanya merupakan anggota kecil itu sangat luas, bermacam-macam dan teratur susunannya, namun demikian tatasurya itu pun hanyalah merupakan salah satu dari ratusan juta tatasurya yang beberapa di antaranya jauh lebih besar lagi daripada tatasurya kita ini.
 Namun jutaan matahari dan bintang itu begitu rupa diatur dan disebar dalam hubungan satu sama lain sehingga di mana-mana menimbulkan keserasian dan keindahan. Adanya tertib (keteraturan) yang menutupi dan meliputi seluruh tatanan alam itu, jelas nampak kepada mata tanpa bantuan alat apa pun dan tersebar jauh melewati jangkauan pandangan yang dibantu oleh segala macam alat dan perkakas yang dunia ilmu dan teknik telah mampu menciptakannya, benarlah  firman-Nya:
وَ السَّمَآءِ   ذَاتِ  الۡحُبُکِ ۙ﴿﴾  اِنَّکُمۡ   لَفِیۡ  قَوۡلٍ  مُّخۡتَلِفٍ ۙ﴿﴾  یُّؤۡفَکُ عَنۡہُ  مَنۡ  اُفِکَ ﴿ؕ﴾ 
Dan demi langit yang memiliki  jalur-jalur,                sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat, dipalingkan darinya  siapa yang dipalingkan.   (Adz-Dzāriyāt [51]:7-9).
      Hubuk atau jalur-jalur atau jalan-jalan tempuhan langit adalah orbit-orbit (alur peredaran) planet-planet, komet-komet, dan bintang-bintang, yang menaburi ruang antariksa. Badan-badan langit itu terapung-apung di orbit mereka masing-masing dan melakukan tugas mereka dengan teratur, cermat, dan tidak pernah keliru, tanpa saling melanggar ruang gerak masing-masing, dan secara serempak membentuk suatu struktur dan gerakan yang amat serasi.
Kenyataan bahwa langit penuh dengan jalur-jalur serupa itu  — tempat planet-planet dan bintang-bintang beredar — merupakan suatu penemuan atau pernyataan yang ditampilkan Al-Quran kepada dunia pada saat tatkala orang mempercayai bahwa formasi langit itu padat dan menyatakan bahwa “bumi”  -- bukan matahari -- merupakan pusat alam semesta
   Makna ayat اِنَّکُمۡ   لَفِیۡ  قَوۡلٍ  مُّخۡتَلِفٍ   -- “sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat”,  kebenaran agung dalam ilmu falak, seperti terungkap dalam ayat sebelumnya   menjurus kepada kesimpulan, bahwa Al-Quran adalah Kalam (firman/wahyu) Allah Swt.,   dan bahwa terdapat kesatuan tujuan dan keserasian dalam karya Tuhan Pencipta  dan Pemelihara (Rabb)  tatanan  alam semesta ini, namun demikian ahli-ahli filsafat duniawi menyusun teori-teori muluk-muluk, meraba-raba, dan mengarungi dugaan dan terkaan yang lemah dasarnya tidak mau percaya kepada Kalamullāh dan rasul-Nya, yakni Nabi Besar Muhammad saw..
      Namun demikian,  tatanan alam semesta jasmani yang demikian mengagumkan serta sempurna tersebut – dan memiliki khazanah pengetahuan yang tak terhingga – tetapi pada hakikatnya merupakan benda-benda mati belaka,  seperti “lantai kaca bening” istana  yang dibangun oleh Nabi Sulaiman a.s., yang disangka oleh Ratu Saba seperti    air yang mengalir deras, padahal aliran air tersebut ada di bawah “lantai kaca  bening” istana tersebut  (QS.27:45)   dan hanya orang-orang berakal    -- sajalah yang akan mampu “melihat”  keberadaan Allah Swt., Sang Maha Pencipta tatanan alam semesta tersebut melalui berbagai  Tanda-tanda yang berada di dalamnya (QS.3:191-195).

Al-Quran Merupakan  Kitab Catatan Amal” Umat Manusia

       Di  Akhir Zaman ini, sebagaimana   diketemukannya  berbagai pengetahuan baru  dari berbagai khazanah tak terbatas yang terkandung dalam tatanan alam semesta jasmani,  maka untuk mengimbanginya keadaan yang sama pun terjadi juga di dalam alam keruhanian  berupa dibukakannya khazanah-khazanah baru  yang dikandung dalam Al-Quran.
    Perlu diketahui, bahwa untuk membukakan rahasia baru dari kandungan khazanah  ilmu pengetahuan duniawi,  tidak diperlukan syarat ketakwaan  untuk menemukakan  hal-hal  baru  khazanah  ilmu pengetahuan alam jasmani tersebut, bahkan sekali pun para ilmuwan yang menggeluti pengetahuan duniawi tersebut  menganut paham Atheisme sekali pun, sampai batas tertentu mereka akan dapat menemukan hal-hal baru yang juga dilakukan oleh para ilmuwan yang menganut suatu agama tertentu.
     Bukti mengenai hal tersebut adalah mengenai diketemukannya peristiwa “Big Bang” (Ledakan Besar) sebagai awal terciptanya tatanan alam semesta jasmani ini, Allah Swt. dalam Al-Quran telah mengemukakan hal tersebut kepada orang-orang yang justru menentang Al-Quran atau menentang agama Islam dan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu  lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami   jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Tidakkah  mereka   mau beriman? (Al-Anbiyya [21]:31).
  Yang dimaksud dengan “orang-orang kafir  dalam ayat adalah mereka yang menentang  Nabi Besar Muhammad saw. dan  agama Islam (Al-Quran), mereka diberitahu bahwa sebelum apa yang mereka banggakan tentang peristiwa “Big Bang” (Ledakan Besar) berkenaan prediksi mereka mengenai  proses awal penciptaan alam semesta   beberapa waktu  lalu,  jauh sebelumnya Al-Quran  sejak awal pun telah mengisyaratkan mengenai hal tersebut. 
   Demikian  pula mengenai berbagai “penemuan baru” lainnya yang mereka banggakan  sebagai  hasil usaha mereka pun,  semuanya itu  jauh sebelumnya telah tercantum dalam Al-Quran – contohnya  mengenai   alat perekam   -- Al-Quran telah mengemukakan hal itu mengenai “rekaman amal” manusia yang akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah Swt. (QS.17:37; QS.24:25; QS.36:66; QS.41:21-23). Penemuan mereka itu justru menolak faham “penebusan dosa”  melalui   “kematian terkutuk”  Yesus Kristus di atas tiang salib yang mereka percayai.
 Begitu juga berbagai ekspedisi mereka ke ruang angkasa pun dengan segala  keberhasilan dan kegagalan  yang mereka alami,  Al-Quran  hampir  15 abad lalu  telah mengisyaratkankannya, firman-Nya:
یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ  تَنۡفُذُوۡا مِنۡ  اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا  تَنۡفُذُوۡنَ  اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ ﴿ۚ﴾   فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾ یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ فَلَا  تَنۡتَصِرٰنِ ﴿ۚ﴾
Hai golongan jin dan ins (manusia)! Jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak dapat menembusnya  kecuali dengan kekuatan. Maka  nikmat-nikmat Rabb (Tuhan) kamu berdua yang manakah yang kamu  berdua dustakan? Akan dikirimkan kepada kamu berdua nyala api, dan leburan tembaga,  lalu kamu berdua tidak akan dapat menolong diri sendiri (Al-Rahmān [55]:34-36).
        Akan datang masanya ketika mereka yang sebelumnya merupakan penentang keras Nabi Besar Muhammad Saw. dan Al-Quran akan mengakui kebenaran pendakwaan kenabian beliau saw. dan kesempurnaan agama Islam (Al-Quran), sebab terbukti apa  pun yang tercantum dalam Al-Quran amal mereka sendiri  yang membuktikan kebenarannya, firman-Nya:
  وَ وُضِعَ الۡکِتٰبُ فَتَرَی الۡمُجۡرِمِیۡنَ مُشۡفِقِیۡنَ  مِمَّا فِیۡہِ وَ یَقُوۡلُوۡنَ یٰوَیۡلَتَنَا مَالِ ہٰذَا الۡکِتٰبِ لَا یُغَادِرُ صَغِیۡرَۃً وَّ لَا کَبِیۡرَۃً  اِلَّاۤ  اَحۡصٰہَا ۚ وَ  وَجَدُوۡا مَا عَمِلُوۡا حَاضِرًا ؕ وَ لَا یَظۡلِمُ  رَبُّکَ  اَحَدًا ﴿٪﴾
Dan kitab amalannya akan diletakkan di hadapan mereka, maka engkau akan melihat orang-­orang yang berdosa itu ketakutan dari apa yang ada di dalamnya itu, dan mereka akan berkata: "Aduhai  celakalah kami! Kitab apakah ini? Ia tidak me-ninggalkan sesuatu, baik yang kecil maupun yang besar melainkan telah mencatatnya."  Dan mereka menjumpai apa yang telah mereka kerjakan itu berada di hadapan mereka, dan Rabb (Tuhan) engkau tidak menzalimi seorang pun. (Al-Kahf [18]:50). Lihat pula QS.3:30-31; QS.39:70; QS.99:1-9.

Pentingnya Memiliki Ketakwaan dan  Kesucian Kalbu

   Jadi, berbeda dengan  cara menemukan  ilmu pengetahuan   baru dari  khazanah tak terhingga yang terdapat di alam semesta jasmani ini, cara untuk memperoleh  berbagai rahasia baru yang terkandung dalam khazanah Al-Quran memerlukan syarat yang sangat mendasar,  yaitu  ketakwaan kepada Allah Swt. dan kepatuh-taatan kepada Nabi Besar Muhammad saw. (QS.2:1-6; QS.3:20; 32, 86; QS.4:70-71), yakni  harus memiliki kesucian jiwa  sebagai hasil dari mengamalkan Al-Quran sebagaimana yang dicontohkan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22). Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman-Nya berikut ini:
فَلَاۤ   اُقۡسِمُ  بِمَوٰقِعِ  النُّجُوۡمِ ﴿ۙ﴾  وَ  اِنَّہٗ  لَقَسَمٌ  لَّوۡ  تَعۡلَمُوۡنَ عَظِیۡمٌ ﴿ۙ﴾   اِنَّہٗ   لَقُرۡاٰنٌ   کَرِیۡمٌ ﴿ۙ﴾  فِیۡ  کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ ﴿ۙ﴾  لَّا  یَمَسُّہٗۤ  اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  تَنۡزِیۡلٌ  مِّنۡ  رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  اَفَبِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَنۡتُمۡ  مُّدۡہِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ تَجۡعَلُوۡنَ  رِزۡقَکُمۡ  اَنَّکُمۡ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿﴾
Maka  Aku benar-benar bersumpah demi bintang-bintang berjatuhan, dan sesungguhnya itu benar-benar  kesaksian agung, seandainya kamu mengetahui. Sesungguhnya itu  benar-benar   Al-Quran yang mulia,  dalam  suatu kitab yang sangat terpelihara,  yang tidak  dapat menyentuhnya kecuali orang-orang  yang disucikan, wahyu yang diturunkan dari Rabb (Tuhan) seluruh alam  Maka apakah terhadap  firman  ini kamu menganggap sepele?   Dan bahwa kamu dengan mendustakannya kamu menjadikannya sebagai rezeki kamu? (Al-Wāqi’ah [56]:76-83).
  Makna ayat لَّا  یَمَسُّہٗۤ  اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ --  “yang tidak  dapat menyentuh-nya kecuali orang-orang  yang disucikan,”    yaitu  bahwa hanya  orang yang bernasib baik sajalah yang  diberi pengertian  mengenai dan dan dapat mendalami kandungan arti Al-Quran yang hakiki, melalui cara menjalani kehidupan bertakwa lalu meraih kebersihan hati dan dimasukkan ke dalam alam rahasia ruhani makrifat Ilahi, yang tertutup bagi orang-orang yang hatinya tidak bersih.

Para “Ilmuwan Ruhani” yang Datang Dari “Langit” n&
Pengawalan Para “Malaikat”

  Secara sambil lalu dikatakannya bahwa kita hendaknya jangan menyentuh atau membaca Al-Quran sementara keadaan fisik kita tidak bersih. Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai pentingnya keberadaan  Rasul Allah  (QS.7:35-37), yang kepadanya Allah Swt. membukakan rahasia-rahasia gaib-Nya
مَا  کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ  اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ  اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ  اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan  membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya   hingga  Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih  di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, karena itu berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu ganjaran yang besar. (Āli ‘Imran [3]:180).
  Lebih terinci lagi alasan Allah Swt. membukakan rahasia-rahasia gaib-Nya teritama hanya kepada  Rasul Allah, firman-Nya lagi:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾   لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan  rahasia gaib-Nya kepada siapa pun,  kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya baris-an pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa  sungguh  mereka telah menyampaikan Amanat-amanat Rabb  (Tuhan) mereka, dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jin [72]:27-29).
   Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib” berarti: diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting.
   Makna ayat   یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا    -- “sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya” Ayat ini merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Allah  dengan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada orang-orang   beriman  yang bertakwa lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Allah dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati kehormatan serupa itu.
Tambahan pula wahyu Ilahi  yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi, keadaannya aman dari pemutar-balikkan atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat, sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa lainnya tidak begitu terpelihara.
 Makna ayat      لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ   --    “supaya Dia mengetahui bahwa mereka telah menyampaikan Amanat-amanat Tuhan mereka.”  Wahyu rasul-rasul Allah itu dijamin keamanannya terhadap pemutarbalikkan atau pemalsuan, sebab para rasul Allah  itu membawa tugas dari Allah Swt. yang harus dipenuhi dan mengemban Amanat Ilahi yang harus disampaikan oleh mereka.
    
(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,  18 Oktober    2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar