ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 43
Kesempurnaan Tatanan Alam
Semesta Jasmani & “Istana” Khusus
Nabi Sulaiman a.s. “Berlantai Kaca
Bening”
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai rahasia-rahasia gaib
Tuhan (Allah Swt.) serta ciptaan-Nya tidak ada habisnya dan tidak
dapat diselami, sehingga apa yang telah para
ilmuwan mereka temukan sampai
sekarang, dan apa yang nanti akan
ditemukan dengan segala susah payah, jika dibandingkan dengan rahasia-rahasia Allah belumlah merupakan
setitik air pun dalam samudera,
benarlah firman-Nya berikut ini:
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ مَا
نُنَزِّلُہٗۤ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan tidak
ada suatu pun benda melainkan pada
Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan Kami
sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu.
(Al-Hijr [15]:22).
Allah Swt. memiliki persediaan (khazanah) segala sesuatu dalam jumlah yang tidak terbatas. Akan tetapi sesuai dengan rahmat-Nya yang tidak berhingga, Dia
mengarahkan pikiran atau otak manusia
kepada satu benda yang tertentu,
hanya bilamana timbul suatu keperluan
yang sesungguhnya akan benda itu.
Tidak Terhingganya Khazanah
Ruhani Al-Quran &
Jaminan Pemeliharaan
Al-Quran
Seperti halnya alam semesta kebendaan, demikian juga Al-Quran pun merupakan alam semesta keruhanian, di mana
tersembunyi khazanah-khazanah ilmu
keruhanian yang dibukakan kepada manusia melalui Rasul
Allah dan orang-orang suci sesuai
dengan keperluan zaman, termasuk di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
اِنَّہٗ لَقُرۡاٰنٌ کَرِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ فِیۡ
کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ ﴿ۙ﴾ لَّا یَمَسُّہٗۤ
اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ
مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
itu benar-benar Al-Quran yang mulia, dalam suatu kitab yang sangat terpelihara,
yang tidak dapat menyentuhnya kecuali orang-orang
yang disucikan. Wahyu
yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam. (Al-Wāqi’ah [56]:78-81).
Bahwa Al-Quran itu sebuah Kitab wahyu Ilahi yang terpelihara
dan terjaga baik, (QS.15:10) merupakan
tantangan terbuka kepada seluruh
dunia, tetapi selama 14 abad, tantangan
itu tetap tidak terjawab atau tidak
mendapat sambutan. Tidak ada upaya
yang telah disia-siakan para pengecam
Al-Quran yang tidak bersahabat untuk mencela kemurnian teksnya.
Tetapi semua daya upaya ke arah ini telah membawa kepada
satu-satunya hasil yang tidak terelakkan – walaupun tidak enak dirasakan oleh
musuh-musuh – bahwa kitab suci yang
disodorkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. kepada dunia 14 abad yang lalu, telah
sampai kepada kita tanpa perubahan barang satu huruf pun (Sir Williams Muir).
Sehubungan dengan pengakuan
dari pihak pengritik Al-Quran
dan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut Allah Swt. berfirman:
اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا الذِّکۡرَ
وَ اِنَّا لَہٗ
لَحٰفِظُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
Kami-lah
Yang menurunkan peringatan ini, dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya.
(Al-Hijr [15]:10).
Janji mengenai perlindungan dan penjagaan Al-Quran yang diberikan dalam ayat ini telah genap dengan
cara yang sangat menakjubkan, sehingga sekalipun andaikata tidak ada bukti-bukti
lainnya, kenyataan ini saja niscaya sudah cukup membuktikan bahwa Al-Quran itu berasal dari Allah Swt..
Surah ini diturunkan di Mekkah (Noldeke pun mengakuinya), ketika
kehidupan Nabi Besar Muhammad saw. beserta
para pengikut beliau saw. sangat
morat-marit keadaannya, dan musuh-musuh
dengan mudah dapat menghancurkan agama
yang baru itu. Ketika itulah orang-orang kafir ditantang untuk mengerahkan segenap tenaga mereka guna
menghancurkan Islam, dan mereka diperingatkan bahwa Allah Swt. akan menggagalkan segala tipu-daya mereka sebab Dia sendirilah Penjaganya.
Tantangan itu terbuka dan tidak
samar-samar, sedangkan keadaan musuh kuat lagi kejam, kendatipun demikian
Al-Quran tetap selamat dari perubahan, penyisipan, dan pengurangan, serta
senantiasa terus-menerus menikmati penjagaan yang sempurna. Keistimewaan
Al-Quran yang demikian itu tidak dimiliki oleh Kitab-kitab lainnya yang
diwahyukan.
Sebagaimana dikemukakan
sebelumnya, Sir William Muir, sarjana ahli kritik yang tersohor, karena
sikapnya memusuhi Islam, berkata: “Kita dapat menetapkan berdasarkan dugaan
yang paling keras, bahwa tiap-tiap ayat dalam Al-Quran itu asli dan merupakan
gubahan Muhammad sendiri yang tidak mengalami perubahan ......................
Ada jaminan yang kuat, baik dari dalam Alquran maupun dari luar, bahwa kita
memiliki teks yang Muhammad sendiri siarkan dan pergunakan
...................... Membandingkan teks asli mereka yang tidak mengalami
perubahan itu dengan berbagai naskah kitab-kitab suci kita, adalah
membandingkan hal-hal yang antaranya tidak ada persamaan (Introduction to
“The Life of Mohammad”).
Prof. Noldeke, ahli ketimuran besar yang
berkebangsaan Jerman menulis sebagai berikut, “Usaha-usaha dari para sarjana
Eropa untuk membuktikan adanya sisipan-sisipan dalam Al-Quran di masa kemudian,
telah gagal” (Encyclopaedia
Britannica). Kebalikannya, kegagalan mutlak dari Dr. Mingana,
beberapa tahun berselang, untuk mencari-cari kelemahan dalam kemurnian teks
Al-Quran, membuktikan dengan pasti kebenaran
da'wa kitab itu, bahwa di antara semua kitab
suci yang diwahyukan, hanya Al-Quranlah yang seluruhnya tetap kebal dari
penyisipan atau campur-tangan manusia.
Orang yang Dapat “Menyentuh” Hakikat
dan Khazanah Al-Quran &
Pentingnya Pengutusan Rasul
Allah di Akhir Zaman
Al-Quran adalah sebuah Kitab
yang sangat terpelihara dalam pengertian bahwa hanya orang-orang beriman yang hatinya bersih dapat meraih khazanah keruhanian seperti diterangkan
dalam ayat berikutnya. Ayat ini pun dapat berarti bahwa cita-cita dan asas-asas
yang terkandung dalam Al-Quran itu tercantum di dalam kitab alam, yaitu cita-cita
dan asas-asas itu sepenuhnya serasi dengan hukum alam. Seperti hukum
alam, cita-cita dan asas-asas itu juga kekal dan tidak
berubah serta hukum-hukumnya tidak
dapat dilanggar tanpa menerima hukuman.
Atau, ayat ini dapat
diartikan bahwa Al-Quran dipelihara
dalam fitrat yang telah dianugerahkan
Allah Swt. kepada manusia (QS.30:31). Fitrat
insani berlandaskan pada hakikat-hakikat
dasar dan telah dilimpahi kemampuan
untuk sampai kepada keputusan yang benar.
Orang yang secara jujur bertindak
sesuai dengan naluri atau fitratnya ia dengan mudah dapat mengenal kebenaran Al-Quran.
Makna ayat لَّا یَمَسُّہٗۤ
اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ -- “yang tidak dapat menyentuhnya kecuali orang-orang
yang disucikan” yaitu
bahwa hanya orang yang bernasib baik sajalah yang diberi pengertian mengenai dan dan dapat mendalami kandungan arti Al-Quran yang hakiki, melalui cara
menjalani kehidupan bertakwa lalu
meraih kebersihan hati dan dimasukkan
ke dalam alam rahasia ruhani makrifat
Ilahi, yang tertutup bagi orang-orang
yang hatinya tidak bersih. Secara
sambil lalu dikatakannya bahwa kita hendaknya jangan menyentuh atau membaca
Al-Quran sementara keadaan fisik kita tidak bersih.
Orang yang disucikan
Allah Swt. terutama sekali adalah Rasul
Allah dan para wali Allah, kepada mereka itulah Allah Swt. akan
membukakan khazabah-khazanah ruhani Al-Quran
dan hal-hal gaib lainnya, firman-Nya:
مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ اَنۡتُمۡ
عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ
مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ
لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا
بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ اِنۡ
تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ
اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan
orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di
dalamnya hingga Dia memisahkan
yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia
kehendaki, karena itu berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,
dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar. (Āli
‘Imran [3]:180).
Mengenai
kepentingan kesinambungan pengutusan para Rasul
Allah tersebut – dalam hubungannya
untuk menerangkan “hal-hal gaib”
berkenaan Allah Swt. dan sebagainya – Allah Swt. berfirman:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ
ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ اَنۡ
قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ
رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang
mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali
kepada Rasul yang Dia ridhai, maka
sesungguhnya baris-an pengawal berjalan
di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa sungguh
mereka telah menyampaikan Amanat-amanat Tuhan mere-ka, dan Dia
meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jin
[72]:27-28; QS.61:10).
Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib” berarti:
diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan
mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting. Ayat ini merupakan ukuran yang tiada tara
bandingannya guna membedakan antara sifat
dan jangkauan rahasia-rahasia gaib
yang dibukakan kepada seorang rasul Allah
dan rahasia-rahasia gaib yang
dibukakan kepada orang-orang beriman
yang bertakwa lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada
kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Allah
dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia
yang diturunkan kepada orang-orang
bertakwa dan orang-orang suci
lainnya tidak menikmati kehormatan
serupa itu.
Tambahan pula wahyu Ilahi yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi maka keadaannya aman dari pemutar-balikkan
atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat, sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa lainnya tidak
begitu terpelihara.
Wahyu rasul-rasul Allah
itu dijamin keamanannya terhadap pemutarbalikkan atau pemalsuan, sebab para rasul itu membawa tugas (amanat/risalah) dari Allah Swt. yang harus dipenuhi dan mengemban Amanat Ilahi yang harus disampaikan oleh
mereka kepada umat manusia.
Mewujudkan Kejayaan Islam Kedua Kali
Dikarenakan di Akhir Zaman
ini berbagai terbukanya berbagai khazanah ilmu
pengetahuan mengenai alam semesta jasmani terus berkembang
dengan cepat, maka sebagai padanannya
hal yang sama pun terjadi juga berkenaan
khazanah-khazanah
ruhani dari Al-Quran sebagai Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4), guna membuktikan bahwa antara tatanan alam semesta jasmani dengan tatanan alam semesta ruhani terdapat kesejajaran dan tidak mungkin akan saling bertentangan, sebab keduanya berasal
dari Sumber yang sama yaitu Allah Swt.
Itulah sebabnya sehubungan
dengan terwujudnya kejayaan Islam
yang kedua kali di Akhir Zaman ini
Allah Swt. dengan tegas telah menyatakan bahwa hal itu hanya akan terwujud
melalui pengutusan Rasul Allah atau Rasul Akhir Zaman, yang dibangkitkan dari kalangan umat Islam atau dari kalangan pengikut hakiki Nabi Besar Muhammad saw.
(QS.3:32; QS.4:70-71), bukan berasal dari Bani
Israil, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaf
[61]:10).
Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena
untuk Al-Masih yang dijanjikan
(Al-Masih Mau’ud a.s.) atau Imam Mahdi
a.s., sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama
akan menjadi kepastian melalui perjuangan suci beliau, dalam hal ini adalah
melalui Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah.
Kesempurnaan Tatanan Alam
Semesta Jasmani &
“Kerajaan” Allah Swt.
Jadi, kembali kepada tak terhingganya
berbagai khazanah yang dikandung
dalam setiap benda di tatanan alam semesta jasmani ini dan khazanah ruhani tidak terhingga yang
dikandung Al-Quran, Allah Swt. berfirman:
قُلۡ لَّوۡ
کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ
الۡبَحۡرُ قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ
لَوۡ جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah: "Seandainya lautan menjadi tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Tuhan-ku, niscaya lautan
itu akan habis sebelum kalimat-kalimat Tuhan-ku habis dituliskan,
sekalipun Kami datangkan sebanyak itu
lagi sebagai tambahannya. (Al-Kahf
[18]:110).
Firman-Nya lagi:
وَ لَوۡ اَنَّ مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ شَجَرَۃٍ اَقۡلَامٌ
وَّ الۡبَحۡرُ یَمُدُّہٗ
مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ
اَبۡحُرٍ مَّا نَفِدَتۡ کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan seandainya
pohon-pohon di bumi ini menjadi pena
dan laut ditambahkan
kepadanya sesudahnya tujuh laut menjadi tinta,
kalimat
Allah sekali-kali tidak akan habis. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (Luqman [31]:28)
Sebagaimana telah
dikemukakan bahwa bilangan 7 dan 70 digunakan dalam bahasa Arab adalah menyatakan jumlah besar, dan bukan benar-benar
“tujuh” dan “tujuh puluh” sebagai angka-angka bilangan lazim, dan sesuai dengan
hal tersebut Allah Swt. berfirman:
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ مَا
نُنَزِّلُہٗۤ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan tidak
ada suatu pun benda melainkan pada
Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan Kami
sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu.
(Al-Hijr [15]:22).
Allah Swt. memiliki persediaan (khazanah) segala sesuatu dalam jumlah yang tidak
terbatas. Akan tetapi sesuai dengan rahmat-Nya
yang tidak berhingga, Dia mengarahkan pikiran
atau otak manusia kepada satu benda
yang tertentu, hanya bilamana timbul suatu
keperluan yang sesungguhnya akan benda
itu.
Apabila khazanah
berbagai pengetahuan serta
fungsi yang telah ditetapkan (ditakdirkan)
Allah Swt. berkenaan berbagai hal dalam tatanan alam semesta jasmani ini -- yang merupakan makhluk -- demikian tidak
terhingganya, maka terlebih lagi khazanah Sifat-sifat sempurna Allah
Swt., Al-Khāliq (Yang Maha Pencipta).
Berikut adalah firman Allah Swt. mengenai kesempurnaan
tatanan alam semesta jasmani:
بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ تَبٰرَکَ الَّذِیۡ بِیَدِہِ
الۡمُلۡکُ ۫ وَ ہُوَ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ قَدِیۡرُۨ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ
لِیَبۡلُوَکُمۡ اَیُّکُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡغَفُوۡرُ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا ؕ مَا تَرٰی فِیۡ
خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ تَفٰوُتٍ
ؕ فَارۡجِعِ الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ ﴿﴾ ثُمَّ ارۡجِعِ الۡبَصَرَ کَرَّتَیۡنِ یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡرٌ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Maha
Berbarkat Dia Yang di Tangan-Nya kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menciptakan kematian dan kehidupan,
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
terbaik amalnya, dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun, Yang telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi. Engkau tidak akan melihat ketidakselarasan di dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah, maka lihatlah
ber-ulang-ulang, apakah engkau
melihat sesuatu cacat? Kemudian pandanglah
untuk kedua kali, penglihatan engkau akan kembali kepada
engkau dengan tunduk dan ia letih, (Al-Mulk [67]:1-5).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 5 Oktober
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar