Selasa, 21 Oktober 2014

"Revolusi Akhlak dan Ruhani" di Kalangan Para Pengikut Sejati Nabi Besar Muhammad Saw. Menjadi "Manusia-manusia Malaikat"



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


 Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab   342
  
 Revolusi Akhlak dan Ruhani” di Kalangan Para Sahabah Nabi Besar Muhammad Saw. Sebagai “Manusia-manusia Malaikat
 
Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan  firman Allah Swt.  dalam Al-Insyirah [94]:1-9, mengenai makna “bekas-bekas sujud” (QS.48:30), yang pada hakikatnya  sama sekali tidak ada kaitannya dengan bercak-bercak hitam pada dahi (kening) orang-orang Muslim, sebagai akibat wajar dari adanya gesekan dengan tempat sujud ketika melaksanakan shalat, melainkan yang dimaksudkan dengan “bekas-bekas sujud” tersebut adalah  keberhasilan  orang-orang Muslim meraih kemuliaan akhlak dan ruhani  sebagai akibat dari kepatuh-taatan mereka kepada Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw., sehingga Allah Swt. memuji mereka sebagai “orang-orang yang bersujud”: وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ --   dan melihat gerak-gerik (bolak-balik)   engkau di antara orang-orang yang sujud.”  (Asy-Syu’ara [26]:220).
        Berikut ini adalah   penjelasan  Allah Swt. mengenai perumpamaan mereka dalam Taurat, firman-Nya:
مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ   تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah,  وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ  -- dan orang-orang besertanya sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang  di antara mereka, فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ --  engkau melihat mereka rukuk serta sujud   mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya   , سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ   -- ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ  --  Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat,  dan perumpaman mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا  --  Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:30).

Kecaman Keras Allah Swt. kepada “Orang yang Shalat” Pamer & Pengamalan Nyata  Haququl- ‘Ibad     (Hak-hak Sesama Hamba Allah)

         Jika  benar,  bawa bercak-bercak hitam pada  dahi -- akibat  melakukan sujud dalam shalat  --  adalah sesuatu yang patut dibanggakan, tetapi mengapa dalam kenyataannya Allah Swt. mencela keras    -- bahkan melaknat    -- orang-orang yang melakukan shalat dalam Surah berikut ini? Firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  اَرَءَیۡتَ  الَّذِیۡ یُکَذِّبُ بِالدِّیۡنِ ؕ﴿﴾  فَذٰلِکَ الَّذِیۡ یَدُعُّ  الۡیَتِیۡمَ ۙ﴿﴾  وَ لَا یَحُضُّ عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ ؕ﴿﴾  فَوَیۡلٌ  لِّلۡمُصَلِّیۡنَ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَنۡ صَلَاتِہِمۡ سَاہُوۡنَ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡنَ ہُمۡ  یُرَآءُوۡنَ ۙ﴿﴾  وَ یَمۡنَعُوۡنَ الۡمَاعُوۡنَ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. اَرَءَیۡتَ  الَّذِیۡ یُکَذِّبُ بِالدِّیۡنِ  --  apakah engkau melihat orang yang mendustakan  agama?  فَذٰلِکَ الَّذِیۡ یَدُعُّ  الۡیَتِیۡمَ  --  maka itulah orang yang mengusir anak yatim,  وَ لَا یَحُضُّ عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ  -- dan  tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. فَوَیۡلٌ  لِّلۡمُصَلِّیۡنَ -- Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat,  الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَنۡ صَلَاتِہِمۡ سَاہُوۡنَ  -- orang-orang yang lalai dari  shalatnya,  الَّذِیۡنَ ہُمۡ  یُرَآءُوۡنَ   --  yaitu orang-orang yang berbuat  pamer.   وَ یَمۡنَعُوۡنَ الۡمَاعُوۡنَ -- dan mencegah diri mereka untuk memberi barang-barang kecil  kepada orang-orang miskin. (Al-Ma’un [107]:1-8).
   Sungguh amat buruk dia yang tidak percaya kepada pembalasan Ilahi, atau, yang tidak percaya kepada dīn (agama) – sumber dan dasar semua akhlak. Itulah makna ayat: اَرَءَیۡتَ  الَّذِیۡ یُکَذِّبُ بِالدِّیۡنِ  --  apakah engkau melihat orang yang mendustakan  agama?     
     Ayat ini dan ayat berikutnya membicarakan dua macam penyakit masyarakat yang sangat berbahaya, dan bila tidak mengadakan penjagaan seksama terhadap kedua penyakit itu dapat dipastikan akan mendatangkan kemunduran dan perpecahan total di dalam masyarakat.  Yakni pemahaman dan pengamalan agama mereka tidak membuahkan “bekas sujud ruhani”, melainkan hanya sebatas bercak hitam di kulit saja.
    Mengapa demikian Sebab kegagalan memelihara anak-anak yatim dengan cara sebaik-baiknya membunuh jiwa pengorbanan di dalam suatu bangsa; dan mengabaikan orang-orang miskin dan fakir akan menjauhkan satu bagian masyarakat yang berguna dari segala prakarsa dan kemauan memperbaiki nasib mereka. Itulah makna ayat: فَذٰلِکَ الَّذِیۡ یَدُعُّ  الۡیَتِیۡمَ  --  maka itulah orang yang mengusir anak yatim,  وَ لَا یَحُضُّ عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ  -- dan  tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”
    Shalat merupakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang-orang yang mentaati Allah Swt. dan  Nabi Besar Muhammad saw., karena itu shalat  harus  laksanakan semata-mata karena Allah Swt., dan shalat orang-orang munafik    -- yang tidak menunaikan kewajiban terhadap sesama makhluk Allah itu --  tidak lebih daripada sebuah jasad tanpa ruh, atau kulit tanpa isi.  
      Orang-orang munafik hanya memperagakan perbuatan-perbuatan baik dan sedekah sekedarnya tetapi tidak mengandung jiwa. Itulah mana ayat:  فَوَیۡلٌ  لِّلۡمُصَلِّیۡنَ -- Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat,  الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَنۡ صَلَاتِہِمۡ سَاہُوۡنَ  -- orang-orang yang lalai dari  shalatnya”.   
  Selanjutnya Allah Swt. berfirman: وَ لَا یَحُضُّ عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ  -- dan  tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”   Almā’ūn berarti: barang-barang kecil; perabot rumah tangga biasa; seperti, kapak, panci masak, dan sebagainya; suatu tindak kebaikan; sesuatu yang berguna; zakat (Aqrab-al-Mawarid). Padahal dengan jelas Allah Swt. telah mengemukakan dalam Al-Quran mengenai  khasiat (manfaat)  pelaksanaan berbagai peribadahan dalam Islam, termasuk khasiat shalat, firman-Nya:
اُتۡلُ مَاۤ  اُوۡحِیَ  اِلَیۡکَ مِنَ الۡکِتٰبِ وَ اَقِمِ الصَّلٰوۃَ ؕ اِنَّ الصَّلٰوۃَ  تَنۡہٰی عَنِ الۡفَحۡشَآءِ  وَ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ لَذِکۡرُ اللّٰہِ اَکۡبَرُ ؕ وَ اللّٰہُ یَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُوۡنَ ﴿﴾
Bacakanlah  apa yang diwahyukan kepada engkau dari Kitab Al-Quran itu, dan dirikanlah shalat  الۡمُنۡکَر  اِنَّ الصَّلٰوۃَ  تَنۡہٰی عَنِ الۡفَحۡشَآءِ  وَ -- sesungguhnya shalat mencegah dari kekejian serta kemungkaran. Dan  mengingat Allah benar-benar pekerjaan yang lebih besar, dan Allāh mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Ankabut [29]:46).
     Orang-orang yang shalatnya seperti itu tidak termasuk ke dalam para pengikut sejati Nabi besar Muhammad saw. yang benar-benar “sujud”, firman-Nya: 
وَ اَنۡذِرۡ عَشِیۡرَتَکَ  الۡاَقۡرَبِیۡنَ ﴿﴾ۙ  وَ اخۡفِضۡ جَنَاحَکَ لِمَنِ اتَّبَعَکَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ۚ فَاِنۡ عَصَوۡکَ فَقُلۡ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ۚ وَ تَوَکَّلۡ عَلَی الۡعَزِیۡزِ  الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ۙ  الَّذِیۡ  یَرٰىکَ حِیۡنَ تَقُوۡمُ ﴿﴾ۙ  وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّہٗ  ہُوَ  السَّمِیۡعُ  الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾
Dan berilah peringatan kepada keluarga engkau yang paling dekat,  dan rendahkanlah sayap kasih-sayang engkau kepada orang-orang beriman yang mengikuti engkau,  فَاِنۡ عَصَوۡکَ فَقُلۡ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ --  lalu jika mereka mendurhakai engkau maka katakanlah: “Sesungguhnya aku berlepas diri  dari   apa yang kamu kerjakan.”  وَ تَوَکَّلۡ عَلَی الۡعَزِیۡزِ  الرَّحِیۡمِ  -- dan bertawakallah kepada Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang, الَّذِیۡ  یَرٰىکَ حِیۡنَ تَقُوۡمُ --   Yang melihat engkau  ketika  engkau berdiri shalat, وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ --   dan melihat gerak-gerik (bolak-balik)     engkau di antara orang-orang yang sujud.  اِنَّہٗ  ہُوَ  السَّمِیۡعُ  الۡعَلِیۡمُ --   Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Asy-Syu’ara [26]:215-221).

Revolusi Akhlak dan Ruhani” Terbesar Melalui Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw.  & Tugas Utama  Umat Islam Sebagai “Umat yang Terbaik”

     Sejarah menjadi saksi bahwa melalui suri teladan terbaik yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22), hanya dalam waktu 23 tahun saja bangsa Arab jahiliyah yang berada dalam “kesesatan yang nyata” (QS.62:3-4) telah berubah menjadi “umat terbaik” (QS.2:144; QS.3:111), melalui  perubahankiblatpemahaman dan pengamalan  yang diajarkan  dan dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنٰکُمۡ اُمَّۃً وَّسَطًا لِّتَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ وَ یَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ عَلَیۡکُمۡ شَہِیۡدًا ؕ وَ مَا جَعَلۡنَا الۡقِبۡلَۃَ الَّتِیۡ کُنۡتَ عَلَیۡہَاۤ  اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ یَّتَّبِعُ الرَّسُوۡلَ مِمَّنۡ یَّنۡقَلِبُ عَلٰی عَقِبَیۡہِ ؕ وَ اِنۡ کَانَتۡ لَکَبِیۡرَۃً  اِلَّا عَلَی الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ  ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُضِیۡعَ اِیۡمَانَکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بِالنَّاسِ لَرَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Dan demikianlah  Kami menjadikan kamu  اُمَّۃً وَّسَطًا  -- satu umat yang mulia,  لِّتَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ    -- supaya kamu senantiasa menjadi penjaga manusia,  وَ یَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ عَلَیۡکُمۡ شَہِیۡدًا   -- dan supaya Rasul itu senantiasa menjadi penjaga  kamu. وَ مَا جَعَلۡنَا الۡقِبۡلَۃَ الَّتِیۡ کُنۡتَ عَلَیۡہَاۤ  اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ یَّتَّبِعُ الرَّسُوۡلَ مِمَّنۡ یَّنۡقَلِبُ عَلٰی عَقِبَیۡہِ  -- Dan Kami sekali-kali tidak menjadikan  kiblat yang kepadanya dahulu engkau berkiblat melainkan supaya Kami mengetahui orang yang mengikuti Rasul dari orang yang berpaling di atas kedua tumitnya. وَ اِنۡ کَانَتۡ لَکَبِیۡرَۃً  اِلَّا عَلَی الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ    --   dan sesungguhnya hal ini benar-benar sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah.  وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُضِیۡعَ اِیۡمَانَکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بِالنَّاسِ لَرَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ  -- dan Allah sekali-kali tidak akan pernah menyia-nyiakan iman kamu, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih, Maha Penyayang terhadap manusia. (Al-Baqarah [2]:144).
       Dalam firman-Nya berikut ini,  khasiat shalat yang dikemukakan dalam  Surah Al-Ankabut  ayat 46 sebelum ini merupakan salah satu tugas utama    umat Islam sebagai “umat yang terbaik”, firman-Nya:
کُنۡتُمۡ خَیۡرَ اُمَّۃٍ اُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ تَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ ؕ وَ لَوۡ اٰمَنَ اَہۡلُ  الۡکِتٰبِ لَکَانَ خَیۡرًا لَّہُمۡ ؕ مِنۡہُمُ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ اَکۡثَرُہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Kamu adalah umat terbaik, yang dibangkitkan demi kebaikan umat manusia, تَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ تَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ  --   kamu menyuruh berbuat makruf, melarang dari berbuat munkar,  dan beriman kepada Allah. Dan seandainya Ahlul Kitab beriman, niscaya akan lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman tetapi kebanyakan mereka orang-orang fasik. (Ali ‘Imran [3]:111). 
 Jadi, mengisyaratkan kepada kesia-siaan hanya sekedar mengaku beriman  tanpa dibuktikan dengan amal shalih --  seperti yang dikemukakan dalam Surah Al-Mā’ūn --  itulah peringatan keras Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا  لِمَ  تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا  تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾  کَبُرَ  مَقۡتًا عِنۡدَ  اللّٰہِ  اَنۡ  تَقُوۡلُوۡا مَا  لَا تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan?  Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu me-ngatakan apa yang tidak kamu kerjakan. (Ash-Shaf [61]:3-5).

Keberhasilan Revolusi Ruhani  Melalui Nabi Besar Muhammad Saw.

      Jadi, kembali kepada pokok pembahasan  mengenai kesempurnaan  Nabi Besar Muhammad saw.  dalam Surah Al-Muzzammil,  dalam upaya mempersiapkan diri beliau saw. dan para pengikut beliau saw. yang mendapat  tugas dari Allah Swt. untuk menciptaan  revolusi ruhani  kalangan umat manusia,  Allah Swt. berfirman:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  یٰۤاَیُّہَا الۡمُزَّمِّلُ ۙ﴿﴾   قُمِ  الَّیۡلَ   اِلَّا  قَلِیۡلًا ۙ﴿﴾   نِّصۡفَہٗۤ  اَوِ انۡقُصۡ  مِنۡہُ  قَلِیۡلًا ۙ﴿﴾   اَوۡ زِدۡ  عَلَیۡہِ  وَ رَتِّلِ الۡقُرۡاٰنَ  تَرۡتِیۡلًا ؕ﴿﴾   اِنَّا سَنُلۡقِیۡ عَلَیۡکَ  قَوۡلًا  ثَقِیۡلًا ﴿﴾  اِنَّ نَاشِئَۃَ الَّیۡلِ  ہِیَ اَشَدُّ وَطۡاً  وَّ  اَقۡوَمُ قِیۡلًا ؕ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.      یٰۤاَیُّہَا الۡمُزَّمِّلُ   -- wahai orang yang berselimut. قُمِ  الَّیۡلَ   اِلَّا  قَلِیۡلًا   -- berdirilah untuk shalat waktu malam, kecuali sedikit,    setengahnya atau kurangilah sedikit darinya,   atau tambahkan atasnya,  اَوۡ زِدۡ  عَلَیۡہِ  وَ رَتِّلِ الۡقُرۡاٰنَ  تَرۡتِیۡلًا  -- dan bacalah Al-Quran dengan pembacaan yang baik.  اِنَّا سَنُلۡقِیۡ عَلَیۡکَ  قَوۡلًا  ثَقِیۡلًا  --  sesungguhnya Aku akan melimpahkan kepada engkau firman yang berbobot.  اِنَّ نَاشِئَۃَ الَّیۡلِ  ہِیَ اَشَدُّ وَطۡاً  وَّ  اَقۡوَمُ قِیۡلًا  --  sesungguhnya bangun di waktu malam untuk shalat adalah lebih kuat untuk menguasai diri dan lebih ampuh berbicara. (Al-Muzzammil [73]:1-7).
  Shalat tahajjud membantu memperkembangkan dua syarat itu. Karena telah dapat menguasai pikiran dan ucapannya maka  orang menjadi dapat menguasai orang-orang lain pula  terutama dalam menunaikan kewajiban pelaksanaan haququl ‘ibad yakni pemenuhan akan hak-hak sesama hamba Allah Swt.) -- sebagai hasil dari pelaksanaan haququlLah -- sebagaimana firman Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. dalam ayat selanjutnya:
اِنَّ  لَکَ فِی النَّہَارِ سَبۡحًا طَوِیۡلًا ؕ﴿﴾  وَ اذۡکُرِ اسۡمَ رَبِّکَ وَ تَبَتَّلۡ  اِلَیۡہِ تَبۡتِیۡلًا ؕ﴿﴾
Sesungguhnya engkau di waktu siang سَبۡحًا طَوِیۡلًا  -- memiliki kesibukan yang panjang. وَ اذۡکُرِ اسۡمَ رَبِّکَ  -- maka ingatlah selalu nama  Rabb (Tuhan) engkau, وَ تَبَتَّلۡ  اِلَیۡہِ تَبۡتِیۡلًا  --  dan baktikanlah diri engkau  kepada-Nya dengan sepenuh kebaktian. (Al-Muzzammil [73]:8-9).
   Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab 339    isyarat dalam ayat  سَبۡحًا طَوِیۡلًا  -- “memiliki kesibukan yang panjang” tertuju kepada aneka ragam kewajiban  Nabi Besar Muhammad saw.  yang dilaksanakan oleh beliau  saw. dengan rela dan gembira serta yang dalam melaksanakannya hati beliau saw. merasa amat senang sekali, inilah makna kata sab-han (Lexicon Lane).
  Kata sab-han  -- yang berasal dari kata sabh      --   ini pulalah yang digunakan  dalam Al-Quran mengenai bertasbihnya  seluruh langit dan bumi kepada Allah Swt. dalam berbagai Surah Al-Quran, firman-Nya: 
سَبَّحَ  لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿ ﴾
Menyanjung kesucian  Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan bumi, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Hadīd [57]:2). Lihat pula QS.17:45; QS. 24:42; QS.61:2; QS.62:2; QS.64:2).
   Sabbaha fī hawā’ijihi artinya:  ia menyibukkan diri dalam mencari nafkah, atau sibuk dalam urusannya. Sabh berarti: mengerjakan pekerjaan, atau mengerjakannya dengan usaha sekeras-kerasnya serta secepat-cepatnya, dan ungkapan subhānallāh menyatakan kecepatan pergi berlindung kepada Allah Swt.  dan kesigapan melayani dan menaati perintah-Nya, sebagaimana yang dikatakan para malaikat kepada  Allah Swt. (QS.2:31).
Mengingat akan arti dasar kata ini, masdar isim (kata benda infinitif) tasbih dari sabbaha artinya  menyatakan bahwa Allah  Swt. itu   bebas  dari segala kekurangan atau aib, atau cepat-cepat memohon bantuan ke hadirat Allah Swt. dan sigap dalam menaati Dia sambil mengatakan Subhānallāh  ­- Maha Suci Allah (Lexicon Lane).
    Oleh karena itu ayat ini berarti bahwa segala sesuatu di alam semesta sedang melakukan tugasnya masing-masing dengan cermat dan teratur, dan dengan memanfaatkan kemampuan-kemampuan serta kekuatan-kekuatan yang dilimpahkan Allah Swt. kepadanya, serta memenuhi tujuan ia diciptakan dengan cara yang sangat ajaib,  sehingga kita  mau tidak mau  harus mengambil kesimpulan bahwa  Allah Swt. sebagai Sang Perencana dan Arsitek tatanan alam semesta ini, sungguh Maha Kuasa dan Maha Bijaksana, dan bahwa seluruh alam semesta  secara keseluruhan dan tiap-tiap makhluk secara individu serta dalam batas kemampuannya masing-masing, memberi kesaksian mengenai kebenaran yang tidak dapat dipungkiri, bahwa tatanan alam semesta  karya Allah Swt. itu mutlak bebas dari setiap kekurangan, aib atau ketidaksempurnaan dalam segala seginya yang beraneka ragam dan banyak itu. Inilah maksud kata tasbih.
     Kepatuh-taatan para malaikat dalam melaksanakan berbagai tugas yang telah ditetapkan Allah Swt.   di alam semesta ini,  dimasa Nabi Besar Muhammad saw. telah berhasil dilaksanakan oleh para sahabah beliau saw., sebagaimana yang digambarkan secara kiasan dalam ayat-ayat awal Surah Al-Mursalāt dan Surah  An-Nāzi’āt, insya Allah akan dibahas dalam Bab selanjutnya.

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                ***
Pajajaran Anyar,  1  Oktober     2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar