Senin, 20 Oktober 2014

Makna "Bekas-bekas Sujud" Para Pecinta Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad Saw.



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


 Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   341

   Makna “Bekas-bekas Sujud” yang Hakiki  Para Pecinta  Allah Swt. Dan Nabi Besar Muhammad Saw. 

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan  firman Allah Swt.  dalam Al-Insyirah [94]:1-9, mengenai ayat  اِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ  یُسۡرًا   -- “sesungguhnya bersama kesukaran ada kemudahan”, yang  dalam Surah ini telah disebutkan dua kali. Ini  merupakan nubuatan yang mengisyaratkan   bahwa agama Islam akan harus melalui masa-masa penuh kesulitan, tetapi pada dua peristiwa Islam menghadapi tantangan untuk mempertahankan wujudnya – pertama, selang beberapa tahun permulaan hidupnya sendiri (QS.62:3), dan yang kedua kalinya di  Akhir Zaman    ini (QS.62:4)  – dan pada kedua-dua peristiwa itu Islam akan keluar dari percobaan itu sebagai satu kekuatan baru (QS.61:10), firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --   dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allāh mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).

Nubuatan Dua Kejayaan Islam yaitu di Masa Awal dan di Akhir Zaman

  Jadi, pengulangan ayat اِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ  یُسۡرًا   -- “Sesungguhnya bersama kesukaran ada kemudahan  menunjukkan pula bahwa kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi Nabi Besar Muhammad saw.  dan orang-orang Islam itu hanya bersifat sementara, tetapi keberhasilan-keberhasilan mereka akan kekal dan senantiasa meningkat terus.
Jadi, dalam  فَاِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ  یُسۡرًا   -- maka sesungguhnya bersama kesukaran ada kemudahan,  اِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ  یُسۡرًا --  sesungguhnya bersama kesukaran ada kemudahan”,  Nabi Besar Muhammad saw.  dihibur dengan memperoleh jaminan bahwa lapangan kemajuan ruhani yang tidak ada hingganya terbentang di hadapan beliau saw., dan bahwa sesudah beliau saw. menanggulangi kesulitan demi kesulitan yang menghalangi jalan beliau saw..
   Mengisyaratkan kepada dua kali  keberhasilan yang  diraih oleh Nabi Besar Muhammad saw.    – di masa awal dan di Akhir Zaman (QS.63:3-5) --  itulah firman-Nya berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  اِذَا  جَآءَ  نَصۡرُ اللّٰہِ  وَ  الۡفَتۡحُ ۙ﴿﴾   وَ  رَاَیۡتَ النَّاسَ یَدۡخُلُوۡنَ فِیۡ  دِیۡنِ اللّٰہِ  اَفۡوَاجًا ۙ﴿﴾  فَسَبِّحۡ  بِحَمۡدِ رَبِّکَ وَ اسۡتَغۡفِرۡہُ  ؕؔ اِنَّہٗ کَانَ  تَوَّابًا ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.    Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan,  dan engkau melihat manusia  masuk dalam agama Allah berbondong-bondong,  فَسَبِّحۡ  بِحَمۡدِ رَبِّکَ وَ اسۡتَغۡفِرۡہُ  ؕؔ اِنَّہٗ کَانَ  تَوَّابًا --   maka  bertasbihlah dengan memuji Rabb (Tuhan) engkau, dan mohonlah ampunan-Nya,  sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat. (An-Nashr [110]:-4)
   Karena janji Allah Swt.   mengenai   kemenangan yang dijanjikan-Nya telah menjadi sempurna, dan  Nabi Besar Muhammad saw. melihat bahwa manusia mulai berduyun-duyun masuk Islam, maka be;iau saw. dalam ayat ini  diperintahkan agar bersyukur kepada Rabb-Nya (Tuhan-nya) karena Dia telah memenuhi janji-Nya, agar beliau saw. mendendangkan puji-pujian bagi-Nya.

Makna Perintah Memohon Ampun Kepada Allah Swt.

  Dalam ayat   وَ اسۡتَغۡفِرۡہُ  ؕؔ اِنَّہٗ کَانَ  تَوَّابًا  -- “dan mohonlah ampunan-Nya,  sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat  dikatakan kepada  nabi Besar Muhammad saw.,  bahwa oleh karena kemenangan telah datang kepada beliau saw. dan Islam telah berkuasa di seluruh negeri dan orang-orang yang pernah memusuhi beliau saw.  dahulu telah menjadi pengikut beliau saw. yang mukhlis, maka beliau saw. harus berdoa, supaya Allah Swt. memaafkan kesalahan-kesalahan besar yang pernah dilakukan mereka terhadap beliau saw..
    Rupa-rupanya inilah arti dan maksud perintah kepada Nabi Besar Muhammad saw.  supaya memohon ampunan kepada Allah Swt.: وَ اسۡتَغۡفِرۡہُ  ؕؔ اِنَّہٗ کَانَ  تَوَّابًا  -- “dan mohonlah ampunan-Nya,  sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat.   Atau artinya ialah bahwa beliau saw. diperintahkan supaya memohon perlindungan Ilahi terhadap kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang dapat menyelinap ke dalam tubuh Jemaat kaum Muslimin, disebabkan para muallaf kurang mendapat pengajaran atau pendidikan yang memadai, akibat kurangnya para pengajar, banyaknya yang harus dibina  akhlak dan ruhaninya serta  akibat luasnya wilayah  penyebaran orang-orang Muslim tersebut.
Adalah sangat bermakna,  bahwa manakala di dalam Al-Quran disebutkan perihal kemenangan atau perihal keberhasilan besar lainnya datang kepada  Nabi Besar Muhammad saw.,  beliau saw. selalu diperintahkan agar memohon ampunan Tuhan dan perlindungan-Nya. Hal itu jelas menunjukkan, bahwa dalam ayat ini pun, beliau saw. diperintahkan agar  memohon ampunan Allah Swt. dan perlindungan-Nya, bukan bagi diri beliau saw. sendiri, melainkan bagi orang-orang lain, yaitu beliau saw. diperintahkan agar berdoa bilamana ada bahaya datang, ketika para pengikut beliau saw. mulai menyimpang dari asas-asas dan ajaran-ajaran Islam, semoga kiranya Allah Swt. menyelamatkan mereka dari kemelut serupa itu.
    Dengan demikian  di sini sama sekali bukan berarti bahwa, Nabi Besar Muhammad saw.   beristighfar (memohon ampun) bagi salah satu perbuatan beliau saw. sendiri., sebab menurut Al-Quran, beliau saw. menikmati kekebalan mutlak terhadap segala macam kelemahan akhlak atau terhadap penyimpangan dari jalan lurus.

Makna Kata  Tasbih Berkenaan dengan Nabi Besar Muhammad saw.

   Jadi, Allah Swt. memerintahkan kepada  Nabi Besar Muhammad saw. agar beliau saw. tidak boleh berpuas diri dengan keberhasilan yang tercapai, tetapi sesudah beliau saw. menundukkan suatu puncak, beliau saw. harus berusaha terus mendaki puncak-puncak lain sebagaimana doa yang diajarkan Allah Swt. kepada beliau saw.  sehubungan dengan shalat tahajjud (QS.17:79-82),  dan perhatian beliau saw. harus senantiasa ditujukan seluruhnya kepada usaha menghidupkan kembali  akhlak dan ruhani umat manusia yang telah jatuh (QS.30:42; QS.57:17-18) dan kepada usaha menegakkan Kerajaan Ilahi di atas bumi (QS.14:49; QS.39:70; QS.61:10).
       Dengan demikian ayat  ini dapat pula mengandung arti bahwa manakala  Nabi Besar Muhammad saw.  telah menyelesaikan tugas beliau saw. sehari-hari – mengajar dan mendidik para pengikut beliau saw. dan membenahi urusan-urusan duniawi lainnya – beliau saw. harus kembali menghadap  Allah Swt. dengan sepenuh hati sebab perjalanan ruhani beliau saw. tidak terhingga.
       Itulah makna firman-Nya: فَاِذَا  فَرَغۡتَ فَانۡصَبۡ   --  maka apabila engkau telah selesai tugas  lalu kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,  وَ اِلٰی  رَبِّکَ فَارۡغَبۡ   --  dan kepada Rabb (Tuhan) engkaulah hendaknya engkau memohon dengan sungguh-sungguh.   (Al-Insyirah [94]:8-9),  dan itu pulalah makna  kata sab-han (sabbaha) dari  firman-Nya:
اِنَّ  لَکَ فِی النَّہَارِ سَبۡحًا طَوِیۡلًا ؕ﴿﴾  وَ اذۡکُرِ اسۡمَ رَبِّکَ وَ تَبَتَّلۡ  اِلَیۡہِ تَبۡتِیۡلًا ؕ﴿﴾
Sesungguhnya engkau di waktu siang سَبۡحًا طَوِیۡلًا  -- memiliki kesibukan yang panjang. وَ اذۡکُرِ اسۡمَ رَبِّکَ  -- maka ingatlah selalu nama  Rabb (Tuhan) engkau, وَ تَبَتَّلۡ  اِلَیۡہِ تَبۡتِیۡلًا  -- dan baktikanlah diri engkau  kepada-Nya dengan sepenuh kebaktian. (Al-Muzzammil [73]:8-9).

Pujian Allah Swt. kepada Para Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw.

       Mengisyaratkan kepada keberhasilan Nabi Besar Muhammad saw. dalam upaya mensucikanpakaian” (tsiyab) beliau saw. وَ  ثِیَابَکَ فَطَہِّرۡ   --    dan sucikanlah  pakaian engkau,”    yakni para pengikut beliau saw. (QS.74:1-8). Dan      mengisyaratkan kepada keberhasilan Nabi Besar Muhammad saw. dalam upaya mensucikanpakaian” (tsiyab) beliau saw. وَ  ثِیَابَکَ فَطَہِّرۡ   --    dan sucikanlah  pakaian engkau,”    yakni para pengikut beliau saw. (QS.74:1-8). Dan mengisyaratkan kepada hal   itu pulalah  firman-Nya berikut ini:
وَ اَنۡذِرۡ عَشِیۡرَتَکَ  الۡاَقۡرَبِیۡنَ ﴿﴾ۙ  وَ اخۡفِضۡ جَنَاحَکَ لِمَنِ اتَّبَعَکَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ۚ فَاِنۡ عَصَوۡکَ فَقُلۡ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ۚ وَ تَوَکَّلۡ عَلَی الۡعَزِیۡزِ  الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ۙ  الَّذِیۡ  یَرٰىکَ حِیۡنَ تَقُوۡمُ ﴿﴾ۙ  وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّہٗ  ہُوَ  السَّمِیۡعُ  الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾
Dan berilah peringatan kepada keluarga engkau yang paling dekat,  dan rendahkanlah sayap kasih-sayang engkau kepada orang-orang beriman yang mengikuti engkau,  فَاِنۡ عَصَوۡکَ فَقُلۡ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ --  lalu jika mereka mendurhakai engkau maka katakanlah: “Sesungguhnya aku berlepas diri  dari   apa yang kamu kerjakan.”  وَ تَوَکَّلۡ عَلَی الۡعَزِیۡزِ  الرَّحِیۡمِ  -- dan bertawakallah kepada Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang, الَّذِیۡ  یَرٰىکَ حِیۡنَ تَقُوۡمُ --   Yang melihat engkau  ketika  engkau berdiri shalat, وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ --   dan melihat gerak-gerik (bolak-balik)     engkau di antara orang-orang yang sujud.  اِنَّہٗ  ہُوَ  السَّمِیۡعُ  الۡعَلِیۡمُ --   Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Asy-Syu’ara [26]:215-221).
       Tercantum dalam riwayat  bahwa tatkala ayat  وَ اَنۡذِرۡ عَشِیۡرَتَکَ  الۡاَقۡرَبِیۡنَ   -- “Dan berilah peringatan kepada keluarga engkau yang paling dekat” ini diturunkan,  Nabi Besar Muhammad saw. berdiri di atas gunung Shafa dan memanggil tiap kabilah Quraisy dengan nama masing-masing, dan memperingatkan mereka akan hukuman Ilahi yang akan menimpa mereka, bila mereka tidak menerima amanat beliau   saw. dan meninggalkan cara hidup mereka yang buruk (Bukhari).

Makna “Orang-orang yang Sujud” Kepada Allah Swt.

       Makna ayat  وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ --   “dan melihat gerak-gerik (bolak-balik)     engkau di antara orang-orang yang sujud,” dalam ayat Allah Swt.   ini memberi satu penghormatan yang gemilang atas ketakwaan dan kemuliaan para sahabat Nabi Besar Muhammad saw., yakni kata sājidīn (orang-orang yang sujud) menunjuk kepada mereka.
      Jadi, betapa rahmat dan berkat terlimpah atas Nabi Besar Muhammad saw. yang dikitari (dikelilingi) oleh orang-orang suci demikian, sebagai hasil upaya pensucian yang beliau saw. lakukan terhadap mereka. Sejarah umat manusia tidak berhasil mengemukakan contoh lain bahwa Penghulu (pemimpin) yang demikian mulia, dicintai, dan diikuti oleh pengikut-pengikut yang demikian bertakwa, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --   dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
      Dalam  firman berikut ini sebutan “sajidin” dalam ayat وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ --   dan melihat gerak-gerik (bolak-balik)   engkau di antara orang-orang yang sujud.”  (Asy-Syu’ara [26]:220) telah diuraikan secara terinci martabat-martabat ruhani mereka itu, firman-Nya: 
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾  ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka  itulah sahabat yang sejati.   Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisa [4]:70-71).

Makna “Bekas-bekas Sujud” yang Benar

     Dengan demikian jelaslah, bahwa yang dimaksud dengan “bekas-bekas sujud” (QS.48:30)pada hakikatnya  sama sekali tidak ada kaitannya dengan bercak-bercak hitam pada dahi (kening) orang-orang Muslim, sebagai akibat wajar dari adanya gesekan dengan tempat sujud ketika melaksanakan shalat, melainkan yang dimaksudkan dengan “bekas-bekas sujud” tersebut adalah  keberhasilan  orang-orang Muslim meraih  kemuliaan akhlak dan ruhani  sebagai akibat dari kepatuh-taatan mereka kepada Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw., sehingga Allah Swt. memuji mereka sebagai “orang-orang yang bersujud”: وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ --   dan melihat gerak-gerik (bolak-balik)   engkau di antara orang-orang yang sujud.”  (Asy-Syu’ara [26]:220).
     Jika  benar,  bawa bercak-bercak hitam pada  dahi -- akibat  melakukan sujud dalam shalat  --  adalah sesuatu yang patut dibanggakan, tetapi mengapa dalam kenyataannya Allah Swt. mencela keras    -- bahkan melaknat    -- orang-orang yang melakukan shalat dalam Surah berikut ini? Firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  اَرَءَیۡتَ  الَّذِیۡ یُکَذِّبُ بِالدِّیۡنِ ؕ﴿﴾  فَذٰلِکَ الَّذِیۡ یَدُعُّ  الۡیَتِیۡمَ ۙ﴿﴾  وَ لَا یَحُضُّ عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ ؕ﴿﴾  فَوَیۡلٌ  لِّلۡمُصَلِّیۡنَ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَنۡ صَلَاتِہِمۡ سَاہُوۡنَ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡنَ ہُمۡ  یُرَآءُوۡنَ ۙ﴿﴾  وَ یَمۡنَعُوۡنَ الۡمَاعُوۡنَ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. اَرَءَیۡتَ  الَّذِیۡ یُکَذِّبُ بِالدِّیۡنِ  --  apakah engkau melihat orang yang mendustakan  agama?  فَذٰلِکَ الَّذِیۡ یَدُعُّ  الۡیَتِیۡمَ  --  maka itulah orang yang mengusir anak yatim,  وَ لَا یَحُضُّ عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ  -- dan  tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. فَوَیۡلٌ  لِّلۡمُصَلِّیۡنَ -- Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat,  الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَنۡ صَلَاتِہِمۡ سَاہُوۡنَ  -- orang-orang yang lalai dari  shalatnya,  الَّذِیۡنَ ہُمۡ  یُرَآءُوۡنَ   --  yaitu orang-orang yang berbuat  pamer.   وَ یَمۡنَعُوۡنَ الۡمَاعُوۡنَ -- dan mencegah diri mereka untuk memberi barang-barang kecil  kepada orang-orang miskin. (Al-Ma’un [107]:1-8).
   Sungguh amat buruk dia yang tidak percaya kepada pembalasan Ilahi, atau, yang tidak percaya kepada dīn (agama) – sumber dan dasar semua akhlak. Itulah makna ayat: اَرَءَیۡتَ  الَّذِیۡ یُکَذِّبُ بِالدِّیۡنِ  --  apakah engkau melihat orang yang mendustakan  agama?     

Pengamalan Nyata  Haququl- ‘Ibad     (Hak-hak Sesama Hamba Allah)

     Ayat ini dan ayat berikutnya membicarakan dua macam penyakit masyarakat yang sangat berbahaya, dan bila tidak mengadakan penjagaan seksama terhadap kedua penyakit itu dapat dipastikan akan mendatangkan kemunduran dan perpecahan total di dalam masyarakat.  Yakni pemahaman dan pengamalan agama mereka tidak membuahkan “bekas sujud ruhani”, melainkan hanya sebatas bercak hitam di kulit saja.
    Mengapa demikian Sebab kegagalan memelihara anak-anak yatim dengan cara sebaik-baiknya membunuh jiwa pengorbanan di dalam suatu bangsa; dan mengabaikan orang-orang miskin dan fakir akan menjauhkan satu bagian masyarakat yang berguna dari segala prakarsa dan kemauan memperbaiki nasib mereka. Itulah makna ayat: فَذٰلِکَ الَّذِیۡ یَدُعُّ  الۡیَتِیۡمَ  --  maka itulah orang yang mengusir anak yatim,  وَ لَا یَحُضُّ عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ  -- dan  tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”
    Shalat merupakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang-orang yang mentaati Allah Swt, dan  Nabi Besar Muhammad saw., karena itu shalat  harus  laksanakan semata-mata karena Allah Swt., dan shalat orang-orang munafik    -- yang tidak menunaikan kewajiban terhadap sesama makhluk Allah itu --  tidak lebih daripada sebuah jasad tanpa ruh, atau kulit tanpa isi.  
      Orang-orang munafik hanya memperagakan perbuatan-perbuatan baik dan sedekah sekedarnya tetapi tidak mengandung jiwa. Itulah mana ayat:  فَوَیۡلٌ  لِّلۡمُصَلِّیۡنَ -- Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat,  الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَنۡ صَلَاتِہِمۡ سَاہُوۡنَ  -- orang-orang yang lalai dari  shalatnya”.   
  Selanjutnya Allah Swt. berfirman: وَ لَا یَحُضُّ عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ  -- dan  tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”   Almā’ūn berarti: barang-barang kecil; perabot rumah tangga biasa; seperti, kapak, panci masak, dan sebagainya; suatu tindak kebaikan; sesuatu yang berguna; zakat (Aqrab-al-Mawarid).
     Orang-orang yang seperti itu tidak termasuk ke dalam para pengikut sejati Nabi besar Muhammad saw. yang “sujud”, firman-Nya: 
وَ اَنۡذِرۡ عَشِیۡرَتَکَ  الۡاَقۡرَبِیۡنَ ﴿﴾ۙ  وَ اخۡفِضۡ جَنَاحَکَ لِمَنِ اتَّبَعَکَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ۚ فَاِنۡ عَصَوۡکَ فَقُلۡ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ۚ وَ تَوَکَّلۡ عَلَی الۡعَزِیۡزِ  الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ۙ  الَّذِیۡ  یَرٰىکَ حِیۡنَ تَقُوۡمُ ﴿﴾ۙ  وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّہٗ  ہُوَ  السَّمِیۡعُ  الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾
Dan berilah peringatan kepada keluarga engkau yang paling dekat,  dan rendahkanlah sayap kasih-sayang engkau kepada orang-orang beriman yang mengikuti engkau,  فَاِنۡ عَصَوۡکَ فَقُلۡ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ --  lalu jika mereka mendurhakai engkau maka katakanlah: “Sesungguhnya aku berlepas diri  dari   apa yang kamu kerjakan.”  وَ تَوَکَّلۡ عَلَی الۡعَزِیۡزِ  الرَّحِیۡمِ  -- dan bertawakallah kepada Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang, الَّذِیۡ  یَرٰىکَ حِیۡنَ تَقُوۡمُ --   Yang melihat engkau  ketika  engkau berdiri shalat, وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ --   dan melihat gerak-gerik (bolak-balik)     engkau di antara orang-orang yang sujud.  اِنَّہٗ  ہُوَ  السَّمِیۡعُ  الۡعَلِیۡمُ --   Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Asy-Syu’ara [26]:215-221).

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  30  September     2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar