بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 334
Pengulangan “Kehamilan dan Kelahiran
Ruhani” yang Buruk Istri-istri Durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi
Luth a.s. di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan berbagai firman Allah Swt.
dalam Al-Quran dan Bible mengenai nubuatan akan terjadinya kegoncangan sangat dahsyat yang menimpa kehidupan manusia di Akhir Zaman ini berupa rangkaian dua Perang Dunia yang telah dan, insya Allah, akan terjadi lagi yang ketiga berupa Perang Nuklir, yang sedang
diusahakan oleh berbagai pihak agar peristiwa yang sangat mengerikan tersebut jangan sampai
terjadi, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ
اتَّقُوۡا رَبَّکُمۡ ۚ اِنَّ زَلۡزَلَۃَ السَّاعَۃِ شَیۡءٌ
عَظِیۡمٌ ﴿﴾ یَوۡمَ تَرَوۡنَہَا تَذۡہَلُ کُلُّ
مُرۡضِعَۃٍ عَمَّاۤ اَرۡضَعَتۡ وَ تَضَعُ
کُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَہَا وَ تَرَی النَّاسَ سُکٰرٰی وَ مَا ہُمۡ بِسُکٰرٰی وَ لٰکِنَّ عَذَابَ
اللّٰہِ شَدِیۡدٌ ﴿۲﴾
Aku baca dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb (Tuhan) kamu, اِنَّ زَلۡزَلَۃَ السَّاعَۃِ شَیۡءٌ عَظِیۡمٌ -- sesungguhnya ke-goncangan
Saat itu sesuatu yang sangat
dahsyat. یَوۡمَ تَرَوۡنَہَا تَذۡہَلُ کُلُّ مُرۡضِعَۃٍ عَمَّاۤ اَرۡضَعَتۡ وَ تَضَعُ کُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَہَا --
Pada hari ketika engkau
melihatnya, setiap perempuan
yang menyusui akan lupa kepada yang disusuinya dan setiap perempuan yang mengandung akan menggugurkan
kandungannya, وَ تَرَی النَّاسَ سُکٰرٰی وَ مَا ہُمۡ بِسُکٰرٰی -- dan engkau akan melihat manusia mabuk, padahal mereka itu tidak mabuk, وَ لٰکِنَّ عَذَابَ اللّٰہِ شَدِیۡدٌ -- tetapi azab Allah sungguh sangat keras. (Al-Hājj [22]:1-3).
As-Sā’at
(Saat) atau al-Qiyāmat, dipergunakan dalam 3 pengertian: (a)
Kematian seorang pribadi yang besar dan ternama (assā’at ashshughra); (b)
suatu bencana nasional (assā’at alwustha); (c) Hari Peradilan (assā’at
alkubra). Kata itu telah dipergunakan dalam Al-Quran dengan kedua
pengertian yang disebut terakhir. Letaknya menunjukkan bahwa di sini kata itu
dipergunakan dalam pengertian bencana
nasional yang menggoncangkan sendi-sendi kekuatan suatu kaum.
Kata itu dapat pula
menunjuk secara khusus kepada nasib
yang ketika itu sedang mengancam orang-orang
Arab, ketika Mekkah -- benteng kekuasaan politik mereka -- akan jatuh serta kekuasaan politik dan sistem
kemasyarakatan mereka akan patah
dan ambruk.
Atau, peristiwa
itu dapat menunjuk kepada suatu bencana
amat dahsyat yang akan menimpa umat
manusia berupa rangkaian Perang Dunia,
dan sebagai akibatnya akan mendatangkan perubahan-perubahan
yang amat dahsyat. Ayat ini, jika dibaca bersama-sama dengan
QS.2:213, memberikan lagi dukungan kepada kesimpulan, bahwa kata-kata assā’at
atau yaumalqiyāmah yang dipergunakan dalam Al-Quran pada umumnya
menunjuk kepada suatu bencana nasional besar yang menimpa sesuatu kaum seluruhnya.
Ayat 3
telah memakai 3 perumpamaan atau tamsil untuk menyatakan sangat kerasnya “gempa bumi Saat itu” yang disebut dalam ayat sebelumnya. Tidak ada
yang lebih dicintai oleh seorang ibu
selain bayi yang ia susui, dan tidak ada kengerian yang lebih menakutkan akibatnya,
selain kengerian yang membuat seorang
perempuan gugur kandungannya dan
membuat kaum laki-laki jadi kalap.
Namun demikian ayat ini mengatakan
bahwa sekonyong-konyong dan hebatnya kengerian
yang ditimbulkan oleh kejadian yang amat dahsyat begitu tidak terpikirkan
sehingga kaum ibu akan meninggalkan bayi-bayi yang sedang disusuinya serta perempuan-perempuan hamil akan menggugurkan
kandungannya dan orang-orang akan menjadi gila oleh rasa takutnya
dan seperti orang mabuk tidak akan
menguasai perbuatannya.
Sakralnya Penikahan
Dalam Islam & Terciptanya “Langit
Baru” dan “Bumi Baru”
Jadi, kembali kepada masalah
sakralnya masalah pernikahan dalam ajaran Islam (Al-Quran) serta peringatan Allah Swt. kepada para kepala keluarga (suami) agar kecintaan kepada anak dan istri jangan melalaikan mereka dari dzikr Ilahi atau membuat
lalai melakukan ibadah kepada Allah Swt,. (QS.63:10-13;
QS.64:15-19; QS.66:7), yakni mereka hendaknya mengamalkan ajaran Islam (Al-Quran) sebagaimana yang telah disunnahkan oleh Nabi Besar Muhammad
saw..
Mengapa demikian? Sebab keberhasilan para kepala keluarga (suami)
menciptakan “kehidupan surgawi” di
lingkungan keluarga (rumah-tangga)
mereka akan menjadi landasan bagi terciptanya “kehidupan surgawi” di kalangan masyarakat
yang lebih luas lagi ruang-lingkupnya (QS.24:36-39), dan Insya Allah akan berujung kepada terciptanya “kehidupan surgawi” di dalam kehidupan di dunia
ini juga (QS.49:14), sebab itulah tujuan utama
pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw. sebagai rahmat bagi seluruh alam (QS.21:108), dan
dibangkitkannya umat Islam sebagai “umat yang terbaik” bagi manfaat
seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111).
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah nubuatan dalam Bible dan Al-Quran
mengenai akan terciptanya “langit baru dan bumi baru” di Akhir Zaman ini (QS.14:49-53; Wahyu 21:1-4), setelah terjadinya
berbagai rangkaian azab Ilahi yang sangat dahsyat,
karena umumnya umat manusia terus
menerus berkeras-kepala mendustakan
dan menentang secara zalim Rasul Akhir Zaman atau Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) atau “Anak Domba”, yang
kedatangannya ditunggu-tunggu oleh
semua umat beragama dengan sebutan
(nama) yang berlainan (QS.61:10; QS.77:1-20), sebagai “suami ruhani” mereka di Akhir
Zaman ini:
Lalu aku
melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama
telah berlalu, dan lautpun tidak ada
lagi. Dan aku melihat kota yang
kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang
berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia
dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan
Ia akan menjadi Allah mereka….. Maka datanglah seorang dari ketujuh
malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya:
"Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak
Domba." (Wahyu 21:1-3 & 9).
Pada
waktu terciptanya “langit baru dan bumi baru” tersebut
(QS.14:49-53), bumi akan disinari dengan “cahaya Allah”, firman-Nya:
وَ مَا
قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖ ٭ۖ وَ الۡاَرۡضُ جَمِیۡعًا قَبۡضَتُہٗ یَوۡمَ
الۡقِیٰمَۃِ وَ السَّمٰوٰتُ مَطۡوِیّٰتٌۢ بِیَمِیۡنِہٖ ؕ سُبۡحٰنَہٗ وَ تَعٰلٰی
عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾ وَ نُفِخَ فِی
الصُّوۡرِ فَصَعِقَ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَنۡ فِی الۡاَرۡضِ اِلَّا مَنۡ
شَآءَ اللّٰہُ ؕ ثُمَّ نُفِخَ فِیۡہِ
اُخۡرٰی فَاِذَا ہُمۡ قِیَامٌ یَّنۡظُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَشۡرَقَتِ
الۡاَرۡضُ بِنُوۡرِ رَبِّہَا وَ وُضِعَ الۡکِتٰبُ وَ جِایۡٓءَ
بِالنَّبِیّٖنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ
قُضِیَ بَیۡنَہُمۡ بِالۡحَقِّ وَ ہُمۡ لَا
یُظۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ وَ وُفِّیَتۡ کُلُّ
نَفۡسٍ مَّا عَمِلَتۡ وَ ہُوَ اَعۡلَمُ
بِمَا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benar mengagungkan-Nya, padahal
bumi seluruhnya akan berada di bawah
kekuasaan-Nya pada Hari Kiamat, dan seluruh
langit akan tergulung di tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha
Tinggi terhadap apa
yang mereka persekutukan. Dan nafiri (terompet) akan ditiup,
lalu akan jatuh pingsan semua
yang ada di seluruh langit dan semua
yang ada di bumi, kecuali siapa yang
dikehendaki Allah. Kemudian nafiri itu akan ditiup kedua kalinya maka tiba-tiba
mereka berdiri menantikan keputusan. Dan bumi akan bersinar dengan nur Rabb-nya (Tuhan-nya), dan Kitab itu akan diletakkan terbuka di hadapan mereka, dan
akan didatangkan nabi-nabi serta saksi-saksi, dan diberikan keputusan di antara mereka dengan
adil dan mereka tidak akan dizalimi.
Dan setiap jiwa akan diberikan sepenuhnya
apa yang ia kerjakan, dan Dia
Maha mengetahui mengenai apa yang mereka
kerjakan. (Az-Zumār [39]:68-71).
Rasul Allah
Merupakan Nafiri (Terompet)
yang Menyuarakan “Seruan” Allah Swt.
Kata yamīn dalam ayat وَ السَّمٰوٰتُ
مَطۡوِیّٰتٌۢ بِیَمِیۡنِہٖ -- “dan
seluruh langit akan tergulung di tangan
kanan-Nya” berarti:
kekuasaan dan kekuatan, maka ayat ini mengisyaratkan kepada Kemahakuasaan serta Kemahabesaran Allah Sat. dan bermaksud mengatakan, bahwa tidak ada
yang lebih menghinakan sifat-sifat
Kemahaan-Nya daripada kenyataan bahwa berhala-berhala
kayu dan batu atau makhluk manusia yang lemah dijadikan persembahan, itu pulalah makna kalimat sebelumnya وَ مَا قَدَرُوا
اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖ ٭ۖ وَ الۡاَرۡضُ جَمِیۡعًا قَبۡضَتُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ -- “dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan
sebenar-benar mengagungkan-Nya, padahal
bumi seluruhnya akan berada di bawah
kekuasaan-Nya pada Hari Kiamat.”
Ayat selanjutnya agaknya kena kepada kebangkitan kembali di alam
ukhrawi. Tetapi ayat ini dapat juga
diterapkan kepada keadaan ruhani
orang-orang sebelum kedatangan seorang
Guru Suci (rasul Allah) ke dunia, yang
kedatangannya di sini diumpamakan sebagai
tiupan nafiri atau terompet.
Mengingat akan perumpamaan
ini, kata-kata “akan jatuh pingsan”, dapat berarti kemalasan atau kebekuan
orang-orang pada saat sebelum seorang Pembaharu
Suci datang ke dunia, atau seakan-akan mereka sedang tidur lelap, sedangkan
kata-kata "tiba-tiba mereka berdiri menantikan” dapat berarti
keadaan mereka setelah melihat dan
mengikuti jalan lurus sesudah Sang Pembaharu yang keramat itu menampakkan diri, seakan-akan mereka keluar dari “kuburan kejahiliyah” mereka (QS.36:52-53), itulah makna ayat وَ نُفِخَ
فِی الصُّوۡرِ فَصَعِقَ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَنۡ فِی الۡاَرۡضِ اِلَّا مَنۡ
شَآءَ اللّٰہُ ؕ ثُمَّ نُفِخَ فِیۡہِ
اُخۡرٰی فَاِذَا ہُمۡ قِیَامٌ یَّنۡظُرُوۡنَ -- “Dan nafiri (terompet) akan ditiup, lalu akan jatuh pingsan semua yang ada di seluruh langit
dan semua yang ada di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian
nafiri itu akan ditiup kedua
kalinya maka tiba-tiba mereka
berdiri menantikan keputusan.”
Mereka yang Keluar dari “Kuburan
Hawa Nafsu” dan “Kejahiliyahan”
Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt.
menjelaskan dalam Surah Yā Sīn,
firman-Nya:
وَ نُفِخَ
فِی الصُّوۡرِ فَاِذَا ہُمۡ مِّنَ الۡاَجۡدَاثِ
اِلٰی رَبِّہِمۡ یَنۡسِلُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا یٰوَیۡلَنَا مَنۡۢ بَعَثَنَا مِنۡ
مَّرۡقَدِنَا ٜۘؐ ہٰذَا مَا
وَعَدَ الرَّحۡمٰنُ وَ صَدَقَ
الۡمُرۡسَلُوۡنَ ﴿﴾ اِنۡ کَانَتۡ اِلَّا صَیۡحَۃً وَّاحِدَۃً فَاِذَا ہُمۡ جَمِیۡعٌ لَّدَیۡنَا
مُحۡضَرُوۡنَ ﴿﴾ فَالۡیَوۡمَ لَا
تُظۡلَمُ نَفۡسٌ شَیۡئًا وَّ لَا تُجۡزَوۡنَ
اِلَّا مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan nafiri akan ditiup maka tiba-tiba
mereka akan segera keluar dari kuburan kepada Rabb
(Tuhan) mereka. قَالُوۡا یٰوَیۡلَنَا مَنۡۢ
بَعَثَنَا مِنۡ مَّرۡقَدِنَا -- mereka
akan berkata: ”Aduh celakalah kami! Siapakah yang telah
membangkitkan kami dari tempat tidur kami?” Inilah apa yang telah dijanjikan Tuhan Yang Maha Pemurah, dan benarlah rasul-rasul itu. اِنۡ کَانَتۡ اِلَّا صَیۡحَۃً
وَّاحِدَۃً فَاِذَا ہُمۡ جَمِیۡعٌ لَّدَیۡنَا
مُحۡضَرُوۡنَ --
itu tidak lain hanya satu ledakan maka tiba-tiba
mereka itu semua akan dihadirkan di hadapan Kami. Maka pada hari itu tidak ada satu jiwa pun akan dizalimi sedikit pun,
dan kamu tidak akan dibalas
melainkan apa yang telah kamu kerjakan.
(Yā Sīn [36]:52-55).
Kata-kata, “sangkakala akan ditiup,” di
samping yang dimaksud ialah peniupan terompet
pada Hari Pembalasan, dapat pula
berarti kedatangan seorang mushlih rabbani (rasul Allah), yang
karena seruan terompetnya, mereka
yang secara ruhani telah mati itu bangkit dari kuburan (keadaan kematian ruhani) mereka dan segera mendengarkan dan menerima panggilan Ilahi (QS.17:50-53).
Bila
pada Hari Kiamat orang-orang akan dibangkitkan dan kepada orang-orang kafir akan dihadapkan perbuatan-perbuatan jahat mereka, dan azab akan mengancam mereka, mereka akan dicekam rasa putus-asa dan akan menjerit
dalam kegemparan: “Aduh celaka kami! Siapakah yang telah membangkitkan kami
dari tempat tidur kami?”
Tetapi untuk melanjutkan kiasan
ayat sebelumnya, ayat ini berpaling kepada orang-orang yang pada saat seorang nabi Allah datang mereka tidak
mau mendengar seruan Ilahi dan lebih menyukai tetap tinggal dalam keadaan mati
ruhani itu. Setelah mendengar seruan
Ilahi itu mereka menyahut: “Mengapakah
orang harus mengganggu jalan hidup kami yang tenang, dan menimbulkan keributan
dan kegelisahan di antara kami dengan mengajak kami mengikuti dia dan menganut cara
hidup baru?”
Para Rasul Allah dan Pengikutinya Selalu Dituduh Sebagai “Pembuat
Kerusakan di Muka Bumi”, Padahal Sebaliknya
Itulah sebab di setiap zaman
kedatangan rasul Allah (QS.7:35-37),
para penentang rasul Allah selalu
menuduh rasul Allah yang diutus
kepada mereka sebagai “pembuat kerusakan”, padahal penentangan zalim yang mereka lakukan terhadap rasul Allah dan para pengikutnya itulah yang benar-benar
merupakan perbuatan fasad (kerusakan – QS.2:12-14), sebagaimana dikatakan oleh para malaikat ketika Allah Swt. akan menjadikan seorang “Khalifah-Nya” di muka bumi (QS.2:31) untuk menciptakan “langit baru dan bumi baru”, firman-Nya:
وَ اِذَا
قِیۡلَ لَہُمۡ لَا تُفۡسِدُوۡا فِی الۡاَرۡضِ ۙ قَالُوۡۤا اِنَّمَا نَحۡنُ
مُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ
الۡمُفۡسِدُوۡنَ وَ لٰکِنۡ لَّا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ اٰمِنُوۡا کَمَاۤ اٰمَنَ
النَّاسُ قَالُوۡۤا
اَنُؤۡمِنُ کَمَاۤ اٰمَنَ
السُّفَہَآءُ ؕ اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ السُّفَہَآءُ وَ لٰکِنۡ لَّا
یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila
dikatakan kepada mereka: ”Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi”,
mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ketahuilah, sesungguhnya me-reka itulah pembuat kerusakan tetapi mereka
tidak menyadarinya. Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain
telah beriman”, mereka berkata:
“Apakah kami harus beriman sebagaimana
orang-orang bodoh itu telah beriman?” Ketahuilah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang bodoh tetapi me-reka tidak mengetahui. (Al-Baqarah [2]:12-14).
Berulang-ulang disebutnya kata “ledakan” dalam rangkuman beberapa ayat,
menunjukkan bahwa Surah Yā Sīn menceriterakan keadaan saat, ketika serangan bom-bom atom yang terjadi dalam rangkaian Perang Dunia yang akan membinasakan secara menyeluruh kota-kota
kecil maupun besar dalam waktu hanya sekejap: اِنۡ
کَانَتۡ اِلَّا صَیۡحَۃً وَّاحِدَۃً فَاِذَا ہُمۡ جَمِیۡعٌ لَّدَیۡنَا
مُحۡضَرُوۡنَ --
itu tidak lain hanya satu ledakan maka tiba-tiba
mereka itu semua akan dihadirkan di hadapan
Kami.
Penghancuran “langit lama dan bumi lama”
tersebut mutlak perlu dilakukan Allah Swt., sebab selama “langit lama dan bumi lama” masih ada maka mustahil akan dapat diciptakan
“langit baru dan bumi baru” yang segala
sesuatunya serba “baru”:
Lalu aku
melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama
telah berlalu, dan lautpun tidak ada
lagi. Dan aku melihat kota yang
kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang
berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia
dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan
Ia akan menjadi Allah mereka….. Maka datanglah seorang dari ketujuh
malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya:
"Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak
Domba." (Wahyu 21:1-3 & 9).
Hakikat Kecaman
Nabi Isa Ibnu Maryam Terhadap “Yerusalem”
Pernyataan dalam Bible tersebut sesuai dengan keterangan ayat Surah Az-Zumar selanjutnya: وَ اَشۡرَقَتِ الۡاَرۡضُ بِنُوۡرِ
رَبِّہَا -- “dan bumi akan bersinar dengan nur Rabb-nya (Tuhan-Nya.,” Jika
ayat tersebut bila dikenakan kepada kehidupan ukhrawi, kata-kata, وَ
اَشۡرَقَتِ الۡاَرۡضُ بِنُوۡرِ رَبِّہَا -- “Dan
bumi akan bersinar dengan nur Rabb-nya (Tuhan-Nya),” akan berarti bahwa tirai
yang menyelubungi rahasia-rahasia
kehidupan ini akan diangkat; dan akibat-akibat
perbuatan baik maupun buruk yang telah dilakukan dalam kehidupan dunia ini dan yang tetap tersembunyi di sini akan menjadi nampak dengan nyata.
Tetapi dengan mengisyaratkan
kepada kedatangan seorang Guru Suci (rasul
Allah) ke dunia, khususnya kepada kedatangan Nabi Besar Muhammad saw., maka kata-kata وَ اَشۡرَقَتِ الۡاَرۡضُ بِنُوۡرِ
رَبِّہَا -- “Dan bumi akan bersinar dengan nur Rabb-nya (Tuhan-Nya),” -- dapat berarti bahwa dengan kedatangan Nabi Besar Muhammad saw. seluruh dunia akan bersinar dengan nur Ilahi,
dan kegelapan ruhani akan lenyap sirna.
Ada pun makna kata-kata, وَ جِایۡٓءَ بِالنَّبِیّٖنَ وَ الشُّہَدَآءِ -- “dan akan didatangkan nabi-nabi serta saksi-saksi,” dapat berarti kedatangan Nabi Besar Muhammad saw. menampilkan dalam diri beliau saw. terhimpun pribadi semua nabi Allah dan guru-guru suci; dan “saksi-saksi” menunjuk kepada para pengikut beliau saw. yang sejati serta menikmati hak istimewa yang dibanggakan karena telah ditunjuk sebagai saksi-saksi atas semua
orang (QS.2:144).
Mengapa demikian? Sebab ketika Allah Swt. mengutus rasul
Allah yang kedatangannya dijanjikan
(QS.7:35-37; QS.61:10; QS.62:3-4),
seluruh umat
beragama berlaku seperti pengantin perempuan yang menghias dirinya untuk
“suaminya” (Wahyu 21:9-10), bukan seperti “Yerusalem” (Bani Israil/Yahudi) yang melempari “suami
ruhani” mereka yakni nabi-nabi Bani Israil -- dengan batu, sebagaimana kecaman keras Allah Swt. melalui Yesus
Kristus kepada para pemuka agama
Yahudi yang dimisalkan dengan Yerusalem:
23:37 "Yerusalem, Yerusalem ,
engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang
diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya,
tetapi kamu tidak mau. 23:38 Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. 23:39 Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku
lagi, hingga kamu
berkata: Diberkatilah Dia yang datang
dalam nama Tuhan! " (Matius
23:37-39).
Mengisyaratkan kepada kesaksian Bible itu pulalah firman Allah Swt.
berikut ini mengenai sikap buruk Bani
Israil terhadap para rasul Allah
yang dibangkitkan di kalangan mereka:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا
مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا
عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ
اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ
اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ فَفَرِیۡقًا
کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ
﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَمَّا
جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ
عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚۖ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ
۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ
عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ ۚ فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ
عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ
مُّہِیۡنٌ ﴿﴾
Dan sungguh Kami benar-benar telah berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di
belakangnya, Kami
berikan kepada Isa Ibnu Maryam
Tanda-tanda yang nyata, dan juga Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Maka apakah patut setiap datang kepada kamu seorang rasul
dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu kamu berlaku takabur, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh? وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ -- Dan mereka berkata: ”Hati kami tertutup.” بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ
بِکُفۡرِہِمۡ فَقَلِیۡلًا مَّا
یُؤۡمِنُوۡنَ -- Tidak,
bahkan Allah telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka maka sedikit sekali apa yang mereka imani. Dan
tatkala datang kepada mereka sebuah Kitab yakni Al-Quran dari Allah menggenapi
apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelum
itu mereka senantiasa memohon kemenangan atas orang-orang kafir,
فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا
کَفَرُوۡا بِہٖ -- tetapi
tatkala datang
kepada mereka apa yang mereka kenali itu lalu mereka kafir kepadanya. فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ
عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ -- maka laknat
Allah atas orang-orang kafir. بِئۡسَمَا
اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ -- sangat buruk hal yang dengan itu mereka telah menjual dirinya yakni
mereka kafir
kepada apa yang diturunkan Allah, بَغۡیًا اَنۡ
یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ -- karena dengki bahwa Allah
menurunkan karunia-Nya kepada siapa
yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ
عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ
مُّہِیۡنٌ -- lalu mereka
ditimpa kemurkaan demi kemurkaan,
dan bagi orang-orang kafir ada azab yang menghinakan. (Al-Baqarah [2]:88-91).
“Istri-istri Ruhani” yang
Durhaka di Akhir Zaman
Jadi, betapa benarnya perumpamaan mengenai istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan
Nabi Luth a.s. berkenaan suatu kaum
(umat beragama) yang menentang rasul
Allah yang kedatangannya dijanjikan
Allah Swt. kepada mereka dan sedang mereka tunggu-tunggu dengan penuh
harap, tetapi mereka kemudian melakukan pendutsan dan penentangan terhadap “suami ruhani” mereka yang suci dan penuh berkat tersebut, firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا
لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوا
امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ
عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ
شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ
مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ﴿﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri Luth sebagai misal bagi
orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami yang
saleh, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka mereka
berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah,
dan dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu berdua ke dalam Api
beserta orang-orang yang masuk.” (At-Tahrīm
[66]:11).
Jika
sikap umat beragama terhadap “suami ruhaninya” bukan seperti “pengantin perempuan yang berdandan untuk
suaminya”, melainkan seperti “istri-istri yang selingkuh” dengan para kekasih
gelapnya, maka di kalangan umat
beragama tersebut tidak akan timbul kelahiran
akhlak dan ruhani yang baik melainkan kedurhakaan
terhadap Allah Swt. dan Rasul Allah akan semakin merajalela dalam berbagai bidang kehidupan, sebagaimana yang terjadi di Akhir Zaman ini.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 18 September
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar