Sabtu, 11 Oktober 2014

Pengulangan "Kehamilan dan Kelahiran Ruhani" yang Buruk Istri-istri Durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. di Akhir Zaman



  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


 Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab   334

Pengulangan “Kehamilan  dan Kelahiran Ruhani” yang Buruk  Istri-istri Durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. di Akhir Zaman

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan berbagai firman Allah Swt.  dalam Al-Quran dan Bible mengenai  nubuatan akan terjadinya   kegoncangan sangat dahsyat yang menimpa kehidupan manusia  di Akhir Zaman ini berupa rangkaian dua Perang Dunia yang telah dan, insya Allah,  akan terjadi lagi yang ketiga berupa Perang Nuklir, yang sedang diusahakan  oleh berbagai pihak agar peristiwa yang sangat mengerikan tersebut jangan sampai terjadi, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اتَّقُوۡا رَبَّکُمۡ ۚ اِنَّ  زَلۡزَلَۃَ  السَّاعَۃِ  شَیۡءٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾  یَوۡمَ تَرَوۡنَہَا تَذۡہَلُ کُلُّ مُرۡضِعَۃٍ عَمَّاۤ اَرۡضَعَتۡ وَ تَضَعُ کُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَہَا   وَ تَرَی النَّاسَ سُکٰرٰی وَ مَا ہُمۡ  بِسُکٰرٰی وَ لٰکِنَّ عَذَابَ اللّٰہِ شَدِیۡدٌ ﴿۲﴾
Aku baca dengan nama  Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb (Tuhan) kamu, اِنَّ  زَلۡزَلَۃَ  السَّاعَۃِ  شَیۡءٌ  عَظِیۡمٌ   -- sesungguhnya  ke-goncangan Saat  itu sesuatu yang sangat dahsyat. یَوۡمَ تَرَوۡنَہَا تَذۡہَلُ کُلُّ مُرۡضِعَۃٍ عَمَّاۤ اَرۡضَعَتۡ وَ تَضَعُ کُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَہَا   --  Pada hari ketika engkau melihatnya,  setiap perempuan  yang menyusui akan lupa kepada yang disusuinya dan setiap perempuan  yang mengandung akan  menggugurkan kandungannya, وَ تَرَی النَّاسَ سُکٰرٰی وَ مَا ہُمۡ  بِسُکٰرٰی  -- dan engkau akan melihat manusia mabuk,  padahal mereka itu tidak mabuk,  وَ لٰکِنَّ عَذَابَ اللّٰہِ شَدِیۡدٌ   -- tetapi azab Allah sungguh sangat keras. (Al-Hājj [22]:1-3).
        As-Sā’at (Saat)  atau al-Qiyāmat, dipergunakan dalam 3 pengertian: (a) Kematian seorang pribadi yang besar dan ternama (assā’at ashshughra); (b) suatu bencana nasional (assā’at alwustha); (c) Hari Peradilan (assā’at alkubra). Kata itu telah dipergunakan dalam Al-Quran dengan kedua pengertian yang disebut terakhir. Letaknya menunjukkan bahwa di sini kata itu dipergunakan dalam pengertian bencana nasional yang menggoncangkan sendi-sendi kekuatan suatu kaum.
       Kata itu dapat pula menunjuk secara khusus kepada nasib yang ketika itu sedang mengancam orang-orang Arab, ketika Mekkah -- benteng kekuasaan politik mereka   -- akan jatuh serta kekuasaan politik dan sistem kemasyarakatan mereka akan patah dan ambruk.
       Atau,   peristiwa itu dapat menunjuk kepada suatu bencana amat dahsyat yang akan menimpa umat manusia berupa rangkaian Perang Dunia, dan sebagai akibatnya akan mendatangkan perubahan-perubahan yang amat dahsyat.  Ayat ini, jika dibaca bersama-sama dengan QS.2:213, memberikan lagi dukungan kepada kesimpulan, bahwa kata-kata assā’at atau yaumalqiyāmah yang dipergunakan dalam Al-Quran pada umumnya menunjuk kepada suatu bencana nasional besar yang menimpa sesuatu kaum seluruhnya.
         Ayat 3  telah memakai 3  perumpamaan atau tamsil untuk menyatakan sangat kerasnya “gempa bumi Saat itu” yang disebut dalam ayat sebelumnya. Tidak ada yang lebih dicintai oleh seorang ibu selain bayi yang ia susui, dan tidak ada kengerian yang lebih menakutkan akibatnya, selain kengerian yang membuat   seorang perempuan gugur kandungannya dan membuat kaum laki-laki jadi kalap.
         Namun demikian ayat ini mengatakan bahwa sekonyong-konyong dan hebatnya kengerian yang ditimbulkan oleh kejadian yang amat dahsyat begitu tidak terpikirkan sehingga kaum ibu akan meninggalkan bayi-bayi yang sedang disusuinya serta perempuan-perempuan hamil akan menggugurkan kandungannya dan orang-orang akan menjadi gila oleh rasa takutnya dan seperti orang mabuk tidak akan menguasai perbuatannya.

Sakralnya Penikahan Dalam Islam & Terciptanya “Langit Baru  dan “Bumi Baru

        Jadi, kembali kepada masalah  sakralnya masalah pernikahan dalam ajaran Islam (Al-Quran) serta peringatan Allah Swt. kepada para kepala keluarga (suami) agar kecintaan kepada anak dan istri jangan melalaikan mereka dari dzikr Ilahi  atau membuat  lalai melakukan  ibadah kepada Allah Swt,. (QS.63:10-13; QS.64:15-19; QS.66:7), yakni mereka hendaknya mengamalkan ajaran Islam (Al-Quran) sebagaimana yang telah disunnahkan oleh Nabi Besar Muhammad saw..
     Mengapa demikian? Sebab keberhasilan para kepala keluarga  (suami) menciptakan “kehidupan surgawi” di lingkungan  keluarga (rumah-tangga)  mereka akan menjadi landasan bagi terciptanya “kehidupan surgawi” di kalangan masyarakat yang lebih luas lagi ruang-lingkupnya (QS.24:36-39), dan Insya Allah akan berujung kepada terciptanya “kehidupan surgawi” di dalam kehidupan  di dunia ini juga (QS.49:14), sebab itulah tujuan utama  pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai  rahmat  bagi seluruh alam (QS.21:108), dan dibangkitkannya umat Islam sebagai “umat yang terbaik” bagi manfaat  seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111).
        Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah nubuatan dalam Bible dan Al-Quran mengenai  akan terciptanya “langit baru dan bumi baru  di Akhir Zaman ini (QS.14:49-53; Wahyu 21:1-4), setelah terjadinya berbagai rangkaian  azab Ilahi yang sangat dahsyat,  karena umumnya umat manusia  terus menerus  berkeras-kepala  mendustakan dan menentang secara zalim  Rasul Akhir Zaman  atau Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) atau “Anak Domba”, yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama  dengan sebutan (nama) yang berlainan (QS.61:10; QS.77:1-20), sebagai “suami ruhani” mereka  di Akhir Zaman ini:
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka….. Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba." (Wahyu 21:1-3 & 9).
        Pada waktu  terciptanya “langit baru dan bumi baru” tersebut  (QS.14:49-53),  bumi akan disinari dengan “cahaya Allah”, firman-Nya:
وَ مَا قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖ ٭ۖ وَ الۡاَرۡضُ جَمِیۡعًا قَبۡضَتُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ وَ السَّمٰوٰتُ مَطۡوِیّٰتٌۢ بِیَمِیۡنِہٖ ؕ سُبۡحٰنَہٗ وَ تَعٰلٰی عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾  وَ نُفِخَ فِی الصُّوۡرِ فَصَعِقَ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَنۡ فِی الۡاَرۡضِ اِلَّا مَنۡ شَآءَ اللّٰہُ ؕ ثُمَّ  نُفِخَ  فِیۡہِ  اُخۡرٰی فَاِذَا ہُمۡ  قِیَامٌ  یَّنۡظُرُوۡنَ ﴿﴾  وَ اَشۡرَقَتِ  الۡاَرۡضُ بِنُوۡرِ رَبِّہَا وَ وُضِعَ الۡکِتٰبُ وَ جِایۡٓءَ بِالنَّبِیّٖنَ وَ الشُّہَدَآءِ  وَ قُضِیَ بَیۡنَہُمۡ بِالۡحَقِّ وَ ہُمۡ  لَا یُظۡلَمُوۡنَ ﴿﴾  وَ وُفِّیَتۡ کُلُّ  نَفۡسٍ مَّا عَمِلَتۡ وَ ہُوَ اَعۡلَمُ  بِمَا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan mereka tidak mengagungkan Allah  dengan sebenar-benar mengagungkan-Nya,    padahal bumi seluruhnya akan berada di bawah kekuasaan-Nya pada Hari Kiamat, dan seluruh langit akan tergulung di tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi  terhadap  apa yang mereka persekutukan.   Dan nafiri (terompet) akan ditiup, lalu akan jatuh pingsan semua yang ada di seluruh langit dan semua yang ada di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian nafiri itu akan ditiup kedua kalinya maka tiba-tiba mereka berdiri menantikan  keputusan.   Dan bumi akan bersinar dengan nur Rabb-nya (Tuhan-nya),  dan Kitab itu akan diletakkan terbuka di hadapan mereka, dan akan didatangkan nabi-nabi serta saksi-saksi,  dan  diberikan keputusan di antara mereka dengan adil dan mereka tidak akan dizalimi.   Dan setiap jiwa akan diberikan sepenuhnya apa yang ia kerjakan,  dan Dia Maha mengetahui mengenai apa yang mereka kerjakan.  (Az-Zumār [39]:68-71).

Rasul Allah  Merupakan Nafiri (Terompet) yang Menyuarakan “Seruan” Allah Swt.
        Kata yamīn dalam ayat  وَ السَّمٰوٰتُ مَطۡوِیّٰتٌۢ بِیَمِیۡنِہٖ   -- “dan seluruh langit akan tergulung di tangan kanan-Nyaberarti: kekuasaan dan kekuatan, maka ayat ini mengisyaratkan kepada Kemahakuasaan serta Kemahabesaran Allah Sat. dan bermaksud mengatakan, bahwa tidak ada yang lebih menghinakan sifat-sifat Kemahaan-Nya daripada kenyataan bahwa berhala-berhala kayu dan batu atau makhluk manusia yang lemah dijadikan persembahan, itu pulalah makna  kalimat sebelumnya وَ مَا قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖ ٭ۖ وَ الۡاَرۡضُ جَمِیۡعًا قَبۡضَتُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ  -- “dan mereka tidak mengagungkan Allah  dengan sebenar-benar mengagungkan-Nya,    padahal bumi seluruhnya akan berada di bawah kekuasaan-Nya pada Hari Kiamat.”
         Ayat selanjutnya   agaknya kena kepada kebangkitan kembali di alam ukhrawi. Tetapi  ayat ini dapat juga diterapkan kepada keadaan ruhani orang-orang sebelum kedatangan seorang Guru Suci (rasul Allah) ke dunia,  yang kedatangannya di sini diumpamakan sebagai tiupan nafiri atau terompet.
         Mengingat akan perumpamaan ini, kata-kata “akan jatuh pingsan”, dapat berarti kemalasan atau kebekuan orang-orang pada saat sebelum seorang Pembaharu Suci datang ke dunia, atau seakan-akan mereka sedang tidur lelap,  sedangkan kata-kata "tiba-tiba mereka berdiri menantikan” dapat berarti keadaan mereka setelah melihat dan mengikuti jalan lurus sesudah Sang Pembaharu yang keramat itu menampakkan diri, seakan-akan mereka keluar dari “kuburan  kejahiliyah” mereka (QS.36:52-53), itulah makna ayat  وَ نُفِخَ فِی الصُّوۡرِ فَصَعِقَ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَنۡ فِی الۡاَرۡضِ اِلَّا مَنۡ شَآءَ اللّٰہُ ؕ ثُمَّ  نُفِخَ  فِیۡہِ  اُخۡرٰی فَاِذَا ہُمۡ  قِیَامٌ  یَّنۡظُرُوۡنَ -- “Dan nafiri (terompet) akan ditiup, lalu akan jatuh pingsan semua yang ada di seluruh langit dan semua yang ada di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian nafiri itu akan ditiup kedua kalinya maka tiba-tiba mereka berdiri menantikan  keputusan.”

Mereka yang Keluar dari “Kuburan Hawa Nafsu” dan “Kejahiliyahan

         Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. menjelaskan   dalam Surah Yā Sīn, firman-Nya:
وَ نُفِخَ فِی الصُّوۡرِ فَاِذَا ہُمۡ مِّنَ الۡاَجۡدَاثِ  اِلٰی  رَبِّہِمۡ  یَنۡسِلُوۡنَ ﴿﴾  قَالُوۡا یٰوَیۡلَنَا مَنۡۢ بَعَثَنَا مِنۡ مَّرۡقَدِنَا ٜۘؐ ہٰذَا  مَا  وَعَدَ  الرَّحۡمٰنُ وَ صَدَقَ الۡمُرۡسَلُوۡنَ ﴿﴾  اِنۡ کَانَتۡ  اِلَّا صَیۡحَۃً وَّاحِدَۃً  فَاِذَا ہُمۡ جَمِیۡعٌ  لَّدَیۡنَا  مُحۡضَرُوۡنَ ﴿﴾  فَالۡیَوۡمَ لَا تُظۡلَمُ نَفۡسٌ شَیۡئًا وَّ لَا تُجۡزَوۡنَ  اِلَّا مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan nafiri akan ditiup  maka tiba-tiba mereka akan segera keluar dari kuburan kepada  Rabb (Tuhan) mereka. قَالُوۡا یٰوَیۡلَنَا مَنۡۢ بَعَثَنَا مِنۡ مَّرۡقَدِنَا  --  mereka akan berkata: ”Aduh  celakalah kami! Siapakah yang telah membangkitkan kami dari tempat tidur kami?”  Inilah apa yang telah dijanjikan Tuhan Yang Maha Pemurah, dan benarlah rasul-rasul itu.    اِنۡ کَانَتۡ  اِلَّا صَیۡحَۃً وَّاحِدَۃً  فَاِذَا ہُمۡ جَمِیۡعٌ  لَّدَیۡنَا  مُحۡضَرُوۡنَ   -- itu tidak lain hanya satu ledakan  maka tiba-tiba mereka itu semua akan dihadirkan di hadapan  Kami.  Maka pada hari itu tidak ada satu jiwa pun akan dizalimi sedikit pun, dan kamu tidak akan dibalas melainkan apa yang telah kamu kerjakan. (Yā Sīn [36]:52-55).
          Kata-kata, “sangkakala akan ditiup,” di samping yang dimaksud ialah peniupan terompet pada Hari Pembalasan, dapat pula berarti kedatangan seorang mushlih rabbani (rasul Allah), yang karena seruan terompetnya, mereka yang secara ruhani telah mati itu bangkit dari kuburan (keadaan kematian ruhani) mereka dan segera mendengarkan dan menerima panggilan Ilahi (QS.17:50-53).
        Bila pada Hari Kiamat orang-orang akan dibangkitkan dan kepada orang-orang kafir akan dihadapkan perbuatan-perbuatan jahat mereka, dan azab akan mengancam mereka, mereka akan dicekam rasa putus-asa dan akan menjerit dalam kegemparan:  “Aduh celaka  kami! Siapakah yang telah membangkitkan kami dari tempat tidur kami?”
      Tetapi untuk melanjutkan kiasan ayat sebelumnya, ayat ini berpaling kepada orang-orang yang pada saat seorang nabi Allah datang  mereka tidak mau mendengar seruan Ilahi dan lebih menyukai tetap tinggal dalam keadaan mati ruhani itu. Setelah mendengar seruan Ilahi itu mereka menyahut: “Mengapakah orang harus mengganggu jalan hidup kami yang tenang, dan menimbulkan keributan dan kegelisahan di antara kami dengan mengajak kami mengikuti dia dan menganut cara hidup baru?”

Para Rasul Allah dan Pengikutinya Selalu Dituduh Sebagai “Pembuat Kerusakan di Muka Bumi”, Padahal Sebaliknya

       Itulah sebab di setiap zaman kedatangan rasul Allah (QS.7:35-37), para penentang rasul Allah selalu menuduh rasul Allah yang diutus kepada mereka sebagai “pembuat kerusakan”, padahal penentangan zalim  yang mereka lakukan terhadap rasul Allah dan para pengikutnya itulah yang benar-benar merupakan perbuatan fasad (kerusakan – QS.2:12-14), sebagaimana dikatakan oleh para malaikat ketika Allah Swt.  akan menjadikan seorang “Khalifah-Nya” di muka bumi (QS.2:31) untuk menciptakan “langit baru dan bumi baru”, firman-Nya:
وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ لَا تُفۡسِدُوۡا فِی الۡاَرۡضِ ۙ  قَالُوۡۤا اِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ الۡمُفۡسِدُوۡنَ وَ لٰکِنۡ لَّا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ  اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ اٰمِنُوۡا کَمَاۤ اٰمَنَ النَّاسُ قَالُوۡۤا اَنُؤۡمِنُ کَمَاۤ اٰمَنَ السُّفَہَآءُ ؕ اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ  السُّفَہَآءُ  وَ لٰکِنۡ لَّا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila dikatakan kepada mereka:  Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi”, mereka  berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang  melakukan perbaikan.”   Ketahuilah, sesungguhnya me-reka itulah  pembuat kerusakan  tetapi mereka tidak menyadarinya.   Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka  berkata: “Apakah kami harus beriman sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman?” Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah  orang-orang yang bodoh  tetapi me-reka tidak mengetahui. (Al-Baqarah [2]:12-14).
       Berulang-ulang disebutnya kata “ledakan” dalam rangkuman beberapa ayat, menunjukkan bahwa Surah Yā Sīn  menceriterakan keadaan saat, ketika serangan bom-bom atom  yang terjadi dalam rangkaian Perang Dunia yang akan membinasakan secara menyeluruh kota-kota kecil maupun besar dalam waktu hanya sekejap: اِنۡ کَانَتۡ  اِلَّا صَیۡحَۃً وَّاحِدَۃً  فَاِذَا ہُمۡ جَمِیۡعٌ  لَّدَیۡنَا  مُحۡضَرُوۡنَ   -- itu tidak lain hanya satu ledakan  maka tiba-tiba mereka itu semua akan dihadirkan di hadapan   Kami.
        Penghancuran “langit lama dan bumi lama” tersebut  mutlak perlu dilakukan Allah Swt., sebab selama “langit lama dan bumi lama  masih ada maka mustahil akan dapat diciptakan “langit baru dan bumi baru”   yang segala sesuatunya  serba “baru”:
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka….. Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba." (Wahyu 21:1-3 & 9).

Hakikat Kecaman Nabi Isa Ibnu Maryam Terhadap  Yerusalem

        Pernyataan dalam Bible tersebut sesuai dengan keterangan ayat Surah Az-Zumar selanjutnya: وَ اَشۡرَقَتِ  الۡاَرۡضُ بِنُوۡرِ رَبِّہَا  --  “dan bumi akan bersinar dengan nur Rabb-nya (Tuhan-Nya.,” Jika ayat tersebut bila dikenakan kepada kehidupan ukhrawi, kata-kata, وَ اَشۡرَقَتِ  الۡاَرۡضُ بِنُوۡرِ رَبِّہَا  --  “Dan bumi akan bersinar dengan nur Rabb-nya (Tuhan-Nya),” akan berarti  bahwa tirai yang menyelubungi rahasia-rahasia kehidupan ini akan diangkat; dan akibat-akibat perbuatan baik maupun buruk yang telah dilakukan dalam kehidupan dunia ini dan yang tetap tersembunyi di sini akan menjadi nampak dengan nyata.
        Tetapi dengan mengisyaratkan kepada kedatangan seorang Guru Suci (rasul Allah) ke dunia, khususnya kepada kedatangan Nabi Besar Muhammad saw., maka kata-kata وَ اَشۡرَقَتِ  الۡاَرۡضُ بِنُوۡرِ رَبِّہَا  --  “Dan bumi akan bersinar dengan nur Rabb-nya (Tuhan-Nya),”   -- dapat berarti bahwa dengan kedatangan Nabi Besar Muhammad  saw.  seluruh dunia akan bersinar dengan nur Ilahi, dan kegelapan ruhani akan lenyap sirna.
       Ada pun makna kata-kata, وَ جِایۡٓءَ بِالنَّبِیّٖنَ وَ الشُّہَدَآءِ   -- “dan akan didatangkan nabi-nabi serta saksi-saksi,      dapat berarti kedatangan Nabi Besar Muhammad saw.  menampilkan dalam diri beliau saw. terhimpun pribadi semua nabi Allah dan guru-guru suci; dan “saksi-saksi” menunjuk kepada para pengikut beliau saw. yang sejati serta menikmati hak istimewa yang dibanggakan karena telah ditunjuk sebagai saksi-saksi atas semua orang (QS.2:144).
        Mengapa demikian? Sebab ketika  Allah Swt. mengutus  rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37; QS.61:10; QS.62:3-4),   seluruh   umat beragama   berlaku seperti pengantin  perempuan yang menghias dirinya  untuk  “suaminya” (Wahyu  21:9-10), bukan seperti “Yerusalem” (Bani Israil/Yahudi) yang melempari   suami ruhani” mereka  yakni nabi-nabi Bani Israil   -- dengan batu, sebagaimana kecaman keras  Allah Swt. melalui   Yesus Kristus kepada para pemuka agama Yahudi yang dimisalkan dengan Yerusalem:
23:37 "Yerusalem, Yerusalem , engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu!   Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya,  tetapi kamu tidak mau. 23:38 Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.   23:39 Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga  kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! " (Matius 23:37-39).  
      Mengisyaratkan kepada kesaksian Bible itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini mengenai sikap buruk Bani Israil terhadap para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka:  
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ  فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ  ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَمَّا جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ  ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚۖ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ ۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾  بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ  اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ  اَنۡزَلَ اللّٰہُ  بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ ۚ فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ  لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ مُّہِیۡنٌ ﴿﴾
Dan  sungguh   Kami benar-benar telah  berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di belakangnya,   Kami  berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan juga Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Maka apakah patut setiap datang kepada kamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu  kamu berlaku takabur, lalu  sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh?  وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ  --  Dan mereka berkata:  Hati kami tertutup.” بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ   -- Tidak,  bahkan Allah telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka  maka sedikit sekali apa yang mereka imani.   Dan tatkala datang kepada mereka sebuah Kitab yakni  Al-Quran dari Allah  menggenapi apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelum itu mereka senantiasa memohon kemenangan atas orang-orang kafir,  فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ   -- tetapi tatkala  datang kepada mereka  apa yang mereka  kenali itu lalu mereka kafir  kepadanya. فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ  --   maka laknat Allah atas orang-orang kafir.   بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ  اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ  اَنۡزَلَ اللّٰہُ     -- sangat buruk hal yang  dengan itu mereka telah menjual dirinya   yakni  mereka  kafir  kepada apa yang diturunkan Allah,  بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ   -- karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya,  فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ  لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ مُّہِیۡنٌ  --  lalu   mereka ditimpa kemurkaan demi kemurkaan, dan bagi orang-orang kafir ada azab yang menghinakan.  (Al-Baqarah [2]:88-91).

Istri-istri Ruhani” yang  Durhaka di Akhir Zaman

      Jadi, betapa benarnya perumpamaan  mengenai istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. berkenaan suatu kaum (umat beragama) yang menentang rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada mereka dan sedang mereka tunggu-tunggu dengan penuh harap, tetapi mereka kemudian melakukan pendutsan dan penentangan terhadap “suami ruhani” mereka yang suci dan penuh berkat tersebut,  firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوا امۡرَاَتَ  نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ  لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ﴿﴾
Allah mengemukakan istri Nuh  dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat  kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (At-Tahrīm [66]:11).
       Jika sikap umat beragama terhadap “suami ruhaninya” bukan seperti “pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya”, melainkan seperti  istri-istri yang selingkuh” dengan  para kekasih gelapnya, maka di kalangan  umat beragama tersebut tidak akan timbul kelahiran akhlak dan ruhani yang baik  melainkan kedurhakaan terhadap Allah Swt. dan Rasul Allah akan semakin merajalela dalam berbagai bidang kehidupan, sebagaimana yang   terjadi di Akhir Zaman  ini.

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  18  September     2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar