بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah
Ruhani Surah Shād
Bab 336
Rangkaian Nikmat Ilahi Kepada “Kaum
Terpilih” & Bahaya Keberhasilan Kehidupan Duniawi Bagi Tauhid
Ilahi dan Keruhanian
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan berbagai firman Allah Swt. dalam Al-Quran
dan Bible mengenai janji Allah Swt.
berkenaan dengan Khilafat (kekhalifahan) kepada orang-orang yang beriman dan beramal
shaleh di Akhir Zaman ini
dalam firman-Nya berikut ini:
وَعَدَ اللّٰہُ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ
عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ
الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ
مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ اَمۡنًا ؕ
یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ
شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ
فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
dan beramal saleh di antara kamu niscaya Dia akan menjadikan mereka itu
khalifah di bumi ini sebagaimana Dia
telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka, dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan keamanan
sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu
dengan-Ku, dan barangsiapa kafir sesudah
itu mereka
itulah orang-orang durhaka. (An-Nūr
[24]:56).
Dikarenakan ayat ini berlaku sebagai
pendahuluan untuk mengantarkan masalah khilafat, maka dalam ayat-ayat
QS.52:55 berulang-ulang telah diberi tekanan mengenai pentingnya ketaatan
kepada Allah Swt. dan rasul-Nya. Tekanan ini merupakan isyarat mengenai tingkat dan kedudukan
seorang khalifah dalam Islam.
Para Pewaris
Nikmat-nikmat Ruhani
Ayat ini berisikan janji bahwa orang-orang Muslim akan dianugerahi pimpinan ruhani maupun duniawi, yakni khalifah. Janji itu
diberikan kepada seluruh umat Islam,
tetapi lembaga khilafat akan mendapat bentuk nyata dalam wujud
perorangan-perorangan tertentu, yang
akan menjadi penerus Nabi Besar
Muhammad saw. serta wakil seluruh umat Islam. Janji mengenai ditegakkannya khilafat adalah jelas dan tidak dapat
menimbulkan salah paham.
Oleh sebab kini Nabi Besar Muhammad saw. satu-satunya hadi (petunjuk
jalan) umat manusia untuk selama-lamanya (QS.3:32; QS.4:70-71), maka khilafat beliau saw. akan terus berwujud
dalam salah satu bentuk di dunia ini sampai Hari
Kiamat, karena semua khilafat yang lain telah tiada lagi (QS.62:3-5).
Inilah, di antara banyak keunggulan yang lainnya lagi, merupakan
kelebihan Nabi Besar Muhammad saw. yang
menonjol di atas semua nabi dan rasul Allah lainnya. Di Akhir Zaman ini dunia telah menyaksikan khalifah ruhani
beliau saw. yang terbesar dalam wujud Pendiri
Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s., sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. atau Rasul
Akhir Zaman, yang kedatangannya ditunggu-tunggu
oleh semua umat beragama (QS.77:12)
dengan sebutan (nama/gelar) yang
berbeda-beda.
Pewarisan kekhilafatan dari Nabi Besar
Muhammad saw. tersebut bukan hanya dalam bentuk lembaga Khilafat saja, tetapi juga
derajat-derajat ruhani yang dijanjikan
Allah Swt. bagi orang-orang yang mentaati
Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ مَنۡ
یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ
عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ
الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ
عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan barangsiapa
taat kepada Allah dan Rasul ini
maka mereka akan termasuk di antara
orang-orang yang Allah memberi nikmat kepada
mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang
shalih, dan mereka itulah
sahabat yang sejati. Itulah karunia dari Allah, dan cukuplah
Allah Yang Maha Menge-tahui. (An-Nisa [4]:70-71).
Apabila pasangan suami-istri di lingkungan umat
Islam dalam pandangan Allah Swt. mereka itu termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapat nikmat-nikmat
ruhani tersebut, maka terciptanya “langit baru dan bumi baru”
dalam kehidupan di dunia ini benar-benar akan terwujud, dan kehidupan
surgawi pun, insya Allah, akan
terjadi juga di wilayah-wilayah Muslim
di dunia ini, sebagaimana dikemukakan dalam firman Allah Swt. sebelum ini
mengenai akan berlangsungnya kembali
silsilah khilafat di atas jalan kenabian.
Namun demikian di dalam firman Allah Swt.
selain befrisi kabar gembira mengenai akan
terbentuknya kembali Khilafat keruhanian di kalangan umat Islam yang beriman dan beramal
shaleh tersebut di dalamnya pun terdapat peringatan
Allah Swt. kepada mereka yang ditakdirkan
akan menjadi pewaris khilafat
tersebut. Ada pun kabar gembiranya tercantum dalam ayat:
وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ
الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ
خَوۡفِہِمۡ اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ
لَا یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا
“… dan
niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka
agamanya yang telah Dia ridhai bagi
mereka, dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan keamanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan
menyembah-Ku dan mereka tidak akan
mempersekutukan sesuatu dengan-Ku.”
Peringatan Allah Swt. Kepada “Kaum Terpilih”
Sedangkan ayat selanjutnya merupakan peringatan kepada mereka yakni: وَ مَنۡ کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ -- “dan
barangsiapa kafir sesudah itu mereka
itulah orang-orang durhaka.” (An-Nūr
[24]:56).
Mengapa Allah Swt. memperingatkan mereka seperti itu itu? Sebab merupakan Sunnatullah,
bahwa jika Allah Swt. menjadikan suatu umat
sebagai “khalifah” (pengganti) umat terpilih sebelumnya, kepada
umat “pengganti” (khalifah)
tersebut dianugerahi satu paket
rangkaian nikmat, yakni (1) kenabian; (2) kerajaan/kekuasaan; (3) kemajuan duniawi, mengenai hal tersebut Allah Swt. berfirman
kepada Nabi Musa a.s. sebagai nubuatan:
وَ اِذۡ قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ
اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَعَلَ فِیۡکُمۡ اَنۡۢبِیَآءَ وَ
جَعَلَکُمۡ مُّلُوۡکًا ٭ۖ وَّ اٰتٰىکُمۡ مَّا لَمۡ یُؤۡتِ اَحَدًا مِّنَ
الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai
kaumku, ingatlah nikmat
Allah atas kamu, ketika Dia
menjadikan nabi-nabi di antara kamu, menjadikan
kamu raja-raja, dan Dia
memberikan kepada kamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di antara
bangsa-bangsa. (Al-Māidah [5]:21).
Penggantian kata kum
(kamu) alih-alih kata fī-kum mengandung isyarat bahwa jikalau tiap-tiap
dan semua anggota suatu bangsa yang hidup di bawah kekuasaan seorang raja -- seakan-akan mempunyai kekuasaan dan kedaulatan -- maka pengikut-pengikut seorang nabi Allah tidak mempunyai bagian dalam kenabiannya.
Pada masa kenabian -- akibat adanya perlakuan zalim dari para penentang rasul Allah -- maka secara umum di lingkungan para
pengikut rasul Allah tersebut sampai dengan beberapa lama mereka diliputi
semacam “ketakutan” yang bersifat
alami (manusiawi), namun seiring dengan pertolongan Allah Swt. yang khusus
kepada rasul Allah dan para
pengikutnya maka keadaan yang “menakutkan” tersebut berangsur berubah
menjadi semakin aman, termasuk dalam
melakukan berbagai kegiatan ibadah
kepada Allah Swt.:
وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ
الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ
خَوۡفِہِمۡ اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ
لَا یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا
“… dan
niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka
agamanya yang telah Dia ridhai bagi
mereka, dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan keamanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan
menyembah-Ku dan mereka tidak akan
mempersekutukan sesuatu dengan-Ku.” (An-Nūr [24]:56).
Selanjutnya
kepada “kaum terpilih” (khalifah)
yang dianggap “lemah” oleh para
penentang rasul Allah tersebut, Allah Swt. mulai menganugrahkan nikmat kekuasaan duniawi berupa
munculnya raja-raja (penguasa) di
kalangan para pengikut rasul Allah
tersebut, berikut firman-Nya mengenai Bani Israil ketika
mereka berada dalam penindasan zalim dinasti Fir’aun di Mesir selama 400 tahun:
تِلۡکَ
اٰیٰتُ الۡکِتٰبِ الۡمُبِیۡنِ ﴿﴾ نَتۡلُوۡا عَلَیۡکَ مِنۡ نَّبَاِ مُوۡسٰی وَ
فِرۡعَوۡنَ بِالۡحَقِّ لِقَوۡمٍ یُّؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ فِرۡعَوۡنَ عَلَا فِی الۡاَرۡضِ وَ جَعَلَ
اَہۡلَہَا شِیَعًا یَّسۡتَضۡعِفُ طَآئِفَۃً
مِّنۡہُمۡ یُذَبِّحُ اَبۡنَآءَہُمۡ وَ یَسۡتَحۡیٖ نِسَآءَہُمۡ ؕ
اِنَّہٗ کَانَ مِنَ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾ وَ نُرِیۡدُ اَنۡ نَّمُنَّ عَلَی الَّذِیۡنَ
اسۡتُضۡعِفُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ نَجۡعَلَہُمۡ اَئِمَّۃً وَّ
نَجۡعَلَہُمُ الۡوٰرِثِیۡنَ ۙ﴿﴾ وَ نُمَکِّنَ لَہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ وَ نُرِیَ فِرۡعَوۡنَ
وَ ہَامٰنَ وَ جُنُوۡدَہُمَا مِنۡہُمۡ مَّا
کَانُوۡا یَحۡذَرُوۡنَ ﴿﴾
Inilah ayat-ayat Kitab yang jelas. Kami
membacakan kepada engkau berita mengenai Musa
dan Fir’aun dengan benar
untuk kaum yang beriman. Sesungguhnya Fir’aun berlaku sombong di bumi
dan ia menjadikan penduduknya bergolongan-golongan, ia berusaha melemahkan segolongan dari mereka dengan menyembelih anak-anak laki-laki
mereka, dan membiarkan hidup
perempuan-perempuan mereka, sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. وَ نُرِیۡدُ اَنۡ نَّمُنَّ عَلَی
الَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ نَجۡعَلَہُمۡ اَئِمَّۃً وَّ
نَجۡعَلَہُمُ الۡوٰرِثِیۡنَ -- dan Kami
hendak memberikan karunia kepada
orang-orang yang dianggap lemah di bumi
dan menjadikan mereka pemimpin-pemimpin
dan menjadikan mereka ahli waris ka-runia-karunia
Kami. وَ نُمَکِّنَ لَہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ وَ نُرِیَ فِرۡعَوۡنَ وَ ہَامٰنَ وَ
جُنُوۡدَہُمَا مِنۡہُمۡ مَّا
کَانُوۡا یَحۡذَرُوۡنَ -- Dan Kami mapankan mereka di bumi dan Kami
perlihatkan kepada Fir’aun serta Haman dan lasykar
keduanya apa yang mereka khawatirkan dari mereka itu. (Al-Qashash
[28]:3-8).
Penganugerahan Nikmat-nikmat Duniawi dan Tujuannya
Sudah merupakan Sunnatullah pula, ketika suatu “kaum terpilih” (khalifah) mulai memiliki
kekuasaan duniawi maka “kaum terpilih” tersebut akan terus menerus mendayagunakan berbagai potensi SDM
(Sumber Daya Manusia) dan SDM (Sumber
Daya Alam) yang mereka miliki, sebagaimana firman-Nya kepada Nabi Besar
Muhammad saw. – berupa nubuatan dan peringatan -- mengenai keberhasilan duniawi bangsa-bangsa Kristen di Akhir Zaman ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ اَلۡحَمۡدُ
لِلّٰہِ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلٰی عَبۡدِہِ الۡکِتٰبَ وَ لَمۡ
یَجۡعَلۡ لَّہٗ عِوَجًا ؕ﴿ٜ﴾ قَیِّمًا لِّیُنۡذِرَ بَاۡسًا شَدِیۡدًا مِّنۡ لَّدُنۡہُ وَ یُبَشِّرَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ اَجۡرًا حَسَنًا ۙ﴿﴾ مَّاکِثِیۡنَ فِیۡہِ اَبَدًا ۙ﴿﴾ وَّ یُنۡذِرَ
الَّذِیۡنَ قَالُوا
اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ
عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ
کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ اِلَّا کَذِبًا ﴿﴾ فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ اِنۡ لَّمۡ
یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ اَسَفًا ﴿﴾ اِنَّا
جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ اَیُّہُمۡ
اَحۡسَنُ
عَمَلًا ﴿﴾ وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا
عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا ؕ﴿﴾
Aku
baca dengan nama Allah Maha Pemurah, Maha
Penyayang. Segala puji
bagi Allah Yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Kitab
Al-Quran ini dan Dia
tidak menjadikan padanya kebengkokan. Sebagai penjaga untuk mem-beri peringatan mengenai
siksaan yang dahsyat dari
hadirat-Nya, dan memberikan kabar
gembira kepada orang-orang beriman
yang beramal saleh bahwa sesungguhnya bagi mere-ka ada ganjaran yang baik, mereka menetap di dalamnya selama-lamanya, وَّ یُنۡذِرَ الَّذِیۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا -- dan supaya memperingatkan orang-orang yang berkata: "Allah
mengambil seorang anak laki-laki. مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ اِلَّا کَذِبًا -- mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya. Sangat
besar keburukan perkataan yang
keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan. فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ اِنۡ لَّمۡ یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ اَسَفًا -- Maka sangat mungkin engkau akan membinasakan
diri engkau karena sangat sedih sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini. اِنَّا جَعَلۡنَا مَا
عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ اَیُّہُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا
-- sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi
perhiasan baginya supaya Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا -- dan sesungguhnya Kami nis-caya akan menjadikan segala yang
ada di atasnya menjadi tanah-rata
yang tandus. (Al-Kahf
[18]:1-9).
Menurut firman Allah Swt. dalam ayat-ayat tersebut
bahwa tujuan penganugerahkan keberhasilan duniawi yang diraih seseorang atau pun suatu bangsa adalah supaya mereka berlomba-lomba
melakukan amal shaleh: اِنَّا جَعَلۡنَا مَا
عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ اَیُّہُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا
-- “sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi
perhiasan baginya supaya Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya,” bukan untuk mencari kepuasaan hawa-nafsu
, sebab jika tidak demikian maka akibat akhirnya
adalah: وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا -- dan sesungguhnya Kami niscaya akan menjadikan segala yang
ada di atasnya menjadi tanah-rata
yang tandus. (Al-Kahf
[18]:9).
Nasib Tragis Qarun dan Kekayaan Duniawinya
Demikian pula halnya yang terjadi dengan akhir kehidupan Qarun -- seorang Bani
Israil yang menjadi menteri
pertambangan Fir’aun -- yang karena ketakaburan mengenai ilmu pengetahuan dan kekayaan
duniawi yang dimilikinya, firman-Nya:
اِنَّ
قَارُوۡنَ کَانَ مِنۡ قَوۡمِ مُوۡسٰی
فَبَغٰی عَلَیۡہِمۡ ۪ وَ اٰتَیۡنٰہُ مِنَ الۡکُنُوۡزِ مَاۤ اِنَّ مَفَاتِحَہٗ
لَتَنُوۡٓاُ بِالۡعُصۡبَۃِ اُولِی
الۡقُوَّۃِ ٭ اِذۡ قَالَ لَہٗ
قَوۡمُہٗ لَا تَفۡرَحۡ اِنَّ اللّٰہَ
لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ ﴿﴾ وَ ابۡتَغِ
فِیۡمَاۤ اٰتٰىکَ اللّٰہُ الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ
اَحۡسِنۡ کَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰہُ اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی
الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یُحِبُّ
الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ اِنَّمَاۤ
اُوۡتِیۡتُہٗ عَلٰی عِلۡمٍ عِنۡدِیۡ ؕ اَوَ لَمۡ یَعۡلَمۡ اَنَّ
اللّٰہَ قَدۡ اَہۡلَکَ مِنۡ قَبۡلِہٖ مِنَ
الۡقُرُوۡنِ مَنۡ ہُوَ اَشَدُّ مِنۡہُ
قُوَّۃً وَّ اَکۡثَرُ جَمۡعًا ؕ وَ لَا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِہِمُ الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿﴾ فَخَرَجَ عَلٰی قَوۡمِہٖ فِیۡ زِیۡنَتِہٖ ؕ قَالَ
الَّذِیۡنَ یُرِیۡدُوۡنَ الۡحَیٰوۃَ
الدُّنۡیَا یٰلَیۡتَ لَنَا مِثۡلَ مَاۤ
اُوۡتِیَ قَارُوۡنُ ۙ اِنَّہٗ لَذُوۡ حَظٍّ عَظِیۡمٍ ﴿﴾ وَ قَالَ الَّذِیۡنَ
اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ وَیۡلَکُمۡ ثَوَابُ اللّٰہِ خَیۡرٌ لِّمَنۡ
اٰمَنَ وَ عَمِلَ صَالِحًا ۚ وَ لَا
یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا الصّٰبِرُوۡنَ
﴿﴾ فَخَسَفۡنَا بِہٖ وَ بِدَارِہِ الۡاَرۡضَ ۟ فَمَا کَانَ لَہٗ
مِنۡ فِئَۃٍ یَّنۡصُرُوۡنَہٗ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ٭ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُنۡتَصِرِیۡنَ ﴿﴾ وَ اَصۡبَحَ
الَّذِیۡنَ تَمَنَّوۡا مَکَانَہٗ بِالۡاَمۡسِ یَقُوۡلُوۡنَ وَیۡکَاَنَّ اللّٰہَ
یَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ وَ یَقۡدِرُ ۚ لَوۡ لَاۤ اَنۡ مَّنَّ
اللّٰہُ عَلَیۡنَا لَخَسَفَ بِنَا ؕ وَیۡکَاَنَّہٗ لَا
یُفۡلِحُ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿٪﴾ تِلۡکَ الدَّارُ
الۡاٰخِرَۃُ نَجۡعَلُہَا لِلَّذِیۡنَ لَا
یُرِیۡدُوۡنَ عُلُوًّا فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا فَسَادًا ؕ وَ الۡعَاقِبَۃُ لِلۡمُتَّقِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Qarun adalah
termasuk kaum Musa tetapi ia berlaku aniaya terhadap mereka. Dan Kami telah memberinya khazanah-khazanah
yang kunci-kuncinya sangat susah diangkat oleh sejumlah
orang-orang kuat. Ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak mencintai
orang-orang yang terlalu membanggakan diri. وَ
ابۡتَغِ فِیۡمَاۤ اٰتٰىکَ اللّٰہُ الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ
اَحۡسِنۡ کَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰہُ اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی
الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یُحِبُّ
الۡمُفۡسِدِیۡنَ -- “Dan
carilah rumah akhirat itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada engkau, dan janganlah
engkau melupakan nasib engkau di dunia, dan berbuat ihsanlah sebagaimana Allah telah berbuat ihsan terhadap engkau,
dan janganlah engkau menimbulkan kerusakan di bumi,
sesungguhnya Allah tidak mencintai
orang-orang yang berbuat kerusakan.” قَالَ اِنَّمَاۤ
اُوۡتِیۡتُہٗ عَلٰی عِلۡمٍ عِنۡدِیۡ -- Ia berkata: “Sesungguhnya ini telah
diberikan-Nya kepadaku karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah ia mengetahui
bahwa sungguh Allah
telah membinasakan banyak generasi sebelumnya
yang lebih besar kekua-saannya daripada dia dan lebih banyak harta
kekayaannya? Dan orang-orang yang berdosa tidak akan
ditanyakan mengenai dosa-dosa mereka.
فَخَرَجَ عَلٰی قَوۡمِہٖ فِیۡ زِیۡنَتِہٖ -- maka ia
keluar di hadapan kaumnya dengan
kemegahan. قَالَ الَّذِیۡنَ یُرِیۡدُوۡنَ
الۡحَیٰوۃَ الدُّنۡیَا یٰلَیۡتَ لَنَا
مِثۡلَ مَاۤ اُوۡتِیَ قَارُوۡنُ ۙ اِنَّہٗ لَذُوۡ حَظٍّ عَظِیۡمٍ -- orang-orang
yang menghendaki kehidupan dunia berkata: “Alangkah baiknya, apa-bila kami pun mempunyai seperti apa yang telah
diberikan kepada Qarun! Sesungguhnya ia
mempunyai bagian harta yang besar.” وَ قَالَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ وَیۡلَکُمۡ
ثَوَابُ اللّٰہِ خَیۡرٌ لِّمَنۡ اٰمَنَ وَ عَمِلَ صَالِحًا ۚ وَ لَا یُلَقّٰہَاۤ
اِلَّا الصّٰبِرُوۡنَ -- tetapi
orang-orang yang di-beri pengetahuan
berkata: “Celakalah kamu, ganjaran dari
Allah adalah lebih baik bagi siapa
yang beriman dan beramal saleh,
dan itu tidak akan diberikan kecuali
kepada orang-orang yang sabar.” فَخَسَفۡنَا بِہٖ وَ بِدَارِہِ
الۡاَرۡضَ ۟ فَمَا کَانَ لَہٗ مِنۡ فِئَۃٍ
یَّنۡصُرُوۡنَہٗ مِنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ ٭ وَ مَا کَانَ مِنَ
الۡمُنۡتَصِرِیۡنَ -- maka Kami
membenamkan dia beserta rumahnya ke dalam bumi, dan tidak
ada baginya satu golongan pun yang menolongnya selain Allah, dan tidak pula ia termasuk orang-orang yang dapat membela diri. وَ اَصۡبَحَ الَّذِیۡنَ تَمَنَّوۡا
مَکَانَہٗ بِالۡاَمۡسِ یَقُوۡلُوۡنَ وَیۡکَاَنَّ اللّٰہَ یَبۡسُطُ الرِّزۡقَ
لِمَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ وَ یَقۡدِرُ ۚ -- Dan jadilah orang-orang
yang kemarin ingin mendapat kedudukannya itu berkata: “Celakalah bagi engkau! Sesungguhnya Allah-lah Yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari
hamba-hamba-Nya dan menyempitkan.
لَوۡ
لَاۤ اَنۡ مَّنَّ اللّٰہُ عَلَیۡنَا لَخَسَفَ بِنَا ؕ
وَیۡکَاَنَّہٗ لَا یُفۡلِحُ
الۡکٰفِرُوۡنَ -- Seandainya
Allah tidak menganugerahkan
kemurahan-Nya kepada kami niscaya Dia
akan membenamkan kami juga. Celakalah bagimu! Orang-orang yang kafir tidak akan berhasil.”
(Al-Qashash
[28]:77-83).
Munculnya Generasi Penerus “Pecinta Kehidupan Duniawi”
Pendek kata, ketika Allah Swt. menjadikan suatu kaum
(umat) sebagai “kaum terpilih” (khalifah)
yang menggantikan kedudukan “kaum
terpilih” sebelumnya yang kemudian durhaka kepada Allah Swt. dan rasul Allah, maka sesuatu Sunnah-Nya rangkaian
nikmat Allah Swt. pasti akan dianugerahkan
kepada mereka (QS.5:21).
Ada pun yang paling berbahaya dari rangkaian nikmat-nikmat Allah Swt. tersebut adalah
ketika berbagai bentuk keberhasilan
duniawi -- yang merupakan
rangkaian nikmat yang ketiga setelah nikmat kenabian
dan nikmat kerajaan (kekuasaan) duniawi --
dianugerahkan kepada “kaum
terpilih” maka generasi selanjutnya dari “kaum
terpilih” tersebut akan menjadi
para pecinta
atau para penyembah “kehidupan
duniawi” dan mereka menjadi pelaku berbagai bentuk “kemusyrikan”, firman-Nya:
اُولٰٓئِکَ
الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ مِنۡ ذُرِّیَّۃِ اٰدَمَ ٭ وَ مِمَّنۡ حَمَلۡنَا مَعَ نُوۡحٍ ۫
وَّ مِنۡ ذُرِّیَّۃِ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ
اِسۡرَآءِیۡلَ ۫ وَ مِمَّنۡ ہَدَیۡنَا وَ اجۡتَبَیۡنَا ؕ اِذَا تُتۡلٰی
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتُ الرَّحۡمٰنِ
خَرُّوۡا سُجَّدًا وَّ
بُکِیًّا ﴿ٛ﴾ فَخَلَفَ مِنۡۢ
بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوۃَ وَ اتَّبَعُوا الشَّہَوٰتِ فَسَوۡفَ
یَلۡقَوۡنَ غَیًّا ﴿ۙ﴾
Mereka
inilah orang-orang yang Allah telah memberi nikmat atas
mereka dari antara nabi-nabi
dari keturunan Adam, dari antara keturunan orang-orang yang Kami angkut
dalam bahtera bersama Nuh, dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari antara orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتُ الرَّحۡمٰنِ خَرُّوۡا
سُجَّدًا وَّ بُکِیًّا
-- Tatkala Ayat-ayat Yang Maha Pemurah dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur bersujud dan menangis. فَخَلَفَ مِنۡۢ
بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوۃَ وَ اتَّبَعُوا الشَّہَوٰتِ فَسَوۡفَ
یَلۡقَوۡنَ غَیًّا -- Lalu datang
menggantikan se-sudah mereka pengganti
yang mengabaikan shalat dan mengikuti
hawa-nafsu maka segera mereka akan me-nemui kesesatan, (Maryam
[19]:59-60).
Sebagian
ahli tafsir Al-Quran berpendapat bahwa kata-kata "dari keturunan Adam” menunjuk kepada Nabi Idris a.s., kata-kata "yang Kami angkut dalam bahtera
bersama Nuh" menunjuk kepada Nabi Ibrahim a.s., dan kata-kata "dari keturunan Ibrahim" menunjuk kepada Nabi Isma’il a.s.,
Nabi Ishaq a.s., dan Nabi Ya'qub a.s.; sedangkan kata-kata
"dari keturunan" telah
dihadzafkan (dipahami seolah-olah ada) sebelum kata Israil dan menunjuk kepada Nabi Musa a.s. , Nabi Harun
a.s., Nabi Zakaria a.s., Nabi
Yahya a.s., dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., yang kesemuanya telah disebut dalam ayat-ayat
sebelum ayat 59 ini.
Makna ayat فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ
اَضَاعُوا الصَّلٰوۃَ وَ اتَّبَعُوا الشَّہَوٰتِ فَسَوۡفَ یَلۡقَوۡنَ غَیًّا -- Lalu datang
menggantikan sesudah mereka pengganti
yang mengabaikan shalat dan mengikuti
hawa-nafsu maka segera mereka akan me-nemui kesesatan,” sebenarnya kealpaan dan kelalaian dalam menjalankan shalat
membuat orang menjadi jahil mengenai Sifat-sifat Allah Swt. serta memusnahkan
keinginannya untuk menegakkan hubungan dengan Khaliq-nya (Pencipta-nya), dengan demikian selanjutnya melemparkan dia ke dalam cengkeraman syaitan.
Dan di mana kealpaan dalam memohon rahmat Ilahi dan dalam mendoa
kepada-Nya membawa orang kepada kegagalan,
maka menuruti ajakan nafsu buruk mengakibatkan ada sikap tidak acuh terhadap ilmu hakiki dan bergelimang dengan perbuatan-perbuatan kotor serta usaha-usaha yang tidak berguna, dan bila
semua hal tersebut tergabung menjadi satu, maka hal itu akan mendatangkan kehancuran akhlak dan ruhani manusia secara total.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 20 September
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar