Senin, 13 Oktober 2014

Rangkaian "Nikmat Ilahi" Kepada "Kaum Terpilih" & Bahaya Keberhasilan Duniawi Bagi Tauhid Ilahi dan Keruhanian



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


 Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab   336

  Rangkaian Nikmat Ilahi  Kepada “Kaum Terpilih  & Bahaya  Keberhasilan Kehidupan Duniawi Bagi  Tauhid Ilahi dan Keruhanian
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan berbagai firman Allah Swt.  dalam Al-Quran dan Bible mengenai  janji Allah Swt. berkenaan dengan  Khilafat (kekhalifahan) kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh di Akhir Zaman ini dalam  firman-Nya berikut ini:
وَعَدَ  اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ  الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ  اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا  یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ  کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman  dan  beramal saleh di antara kamu niscaya Dia  akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi ini sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka,  dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka,  dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan keamanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, dan barangsiapa kafir sesudah itu  mereka itulah orang-orang  durhaka. (An-Nūr [24]:56).
        Dikarenakan ayat ini berlaku sebagai pendahuluan untuk mengantarkan masalah khilafat, maka dalam ayat-ayat QS.52:55 berulang-ulang telah diberi tekanan mengenai  pentingnya  ketaatan kepada Allah Swt. dan rasul-Nya. Tekanan ini merupakan isyarat mengenai tingkat dan kedudukan seorang khalifah dalam Islam.

Para Pewaris Nikmat-nikmat Ruhani

      Ayat ini berisikan janji bahwa orang-orang Muslim akan dianugerahi pimpinan ruhani maupun duniawi, yakni khalifah.  Janji itu diberikan kepada seluruh umat Islam, tetapi lembaga khilafat akan mendapat bentuk nyata dalam wujud perorangan-perorangan tertentu, yang akan menjadi penerus Nabi Besar Muhammad saw.  serta wakil seluruh umat Islam. Janji mengenai ditegakkannya khilafat adalah jelas dan tidak dapat menimbulkan salah paham.
        Oleh sebab kini Nabi Besar Muhammad saw.  satu-satunya hadi (petunjuk jalan) umat manusia untuk selama-lamanya (QS.3:32; QS.4:70-71), maka khilafat beliau saw. akan terus berwujud dalam salah satu bentuk di dunia ini sampai Hari Kiamat, karena semua khilafat yang lain telah tiada lagi (QS.62:3-5).
        Inilah, di antara banyak keunggulan yang lainnya lagi, merupakan kelebihan Nabi Besar Muhammad saw.  yang menonjol di atas semua nabi dan rasul Allah lainnya. Di Akhir Zaman  ini dunia telah menyaksikan khalifah ruhani beliau saw. yang terbesar dalam wujud Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s.,  sebagai Al-Masih Mau’ud a.s.  atau Rasul Akhir Zaman, yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama (QS.77:12) dengan sebutan (nama/gelar) yang berbeda-beda.
        Pewarisan kekhilafatan  dari Nabi Besar Muhammad saw. tersebut bukan hanya dalam bentuk lembaga Khilafat saja, tetapi juga  derajat-derajat ruhani  yang dijanjikan Allah Swt. bagi orang-orang yang mentaati Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾  ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka  itulah sahabat yang sejati.   Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Menge-tahui. (An-Nisa [4]:70-71).
     Apabila pasangan suami-istri di lingkungan umat Islam dalam pandangan Allah Swt. mereka itu termasuk ke dalam  golongan orang-orang yang  mendapat nikmat-nikmat ruhani tersebut,  maka  terciptanya “langit baru dan bumi baru” dalam kehidupan di dunia ini benar-benar akan terwujud, dan  kehidupan surgawi pun, insya Allah, akan terjadi juga di wilayah-wilayah Muslim di dunia ini, sebagaimana dikemukakan dalam firman Allah Swt. sebelum ini mengenai  akan berlangsungnya kembali silsilah khilafat di atas jalan kenabian.
     Namun demikian di dalam firman Allah Swt. selain befrisi  kabar gembira mengenai  akan terbentuknya kembali Khilafat keruhanian di kalangan umat Islam yang beriman dan beramal shaleh tersebut di dalamnya pun terdapat peringatan Allah Swt. kepada mereka yang ditakdirkan akan menjadi pewaris khilafat tersebut.        Ada pun kabar gembiranya tercantum dalam ayat:
وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ  الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ  اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا  یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا
“… dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka,  dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan keamanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan-Ku.”

Peringatan Allah Swt. Kepada “Kaum Terpilih

        Sedangkan ayat selanjutnya merupakan peringatan kepada mereka  yakni: وَ مَنۡ  کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡفٰسِقُوۡنَ   --  “dan barangsiapa kafir sesudah itu  mereka itulah orang-orang  durhaka.” (An-Nūr [24]:56).
        Mengapa Allah Swt. memperingatkan mereka seperti itu itu? Sebab  merupakan Sunnatullah, bahwa jika Allah Swt. menjadikan suatu umat sebagai “khalifah” (pengganti) umat terpilih sebelumnya,  kepada  umat  “pengganti” (khalifah) tersebut dianugerahi satu paket rangkaian nikmat, yakni (1) kenabian; (2) kerajaan/kekuasaan; (3)  kemajuan duniawi,  mengenai hal tersebut Allah Swt. berfirman kepada Nabi Musa a.s. sebagai nubuatan:
وَ  اِذۡ قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَعَلَ فِیۡکُمۡ اَنۡۢبِیَآءَ وَ جَعَلَکُمۡ مُّلُوۡکًا ٭ۖ وَّ اٰتٰىکُمۡ مَّا لَمۡ یُؤۡتِ اَحَدًا مِّنَ الۡعٰلَمِیۡنَ  ﴿﴾
Dan ingatlah ketika  Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah  nikmat Allah atas kamu, ketika Dia menjadikan nabi-nabi di antara kamu, menjadikan kamu raja-raja, dan Dia memberikan kepada kamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di antara bangsa-bangsa.  (Al-Māidah [5]:21).
        Penggantian kata kum (kamu) alih-alih kata fī-kum mengandung isyarat bahwa jikalau tiap-tiap dan semua anggota suatu bangsa yang hidup di bawah kekuasaan seorang raja -- seakan-akan mempunyai kekuasaan dan kedaulatan  --  maka pengikut-pengikut seorang nabi Allah tidak mempunyai bagian dalam kenabiannya.
        Pada masa  kenabian   -- akibat adanya perlakuan zalim dari para penentang rasul Allah --    maka secara umum di lingkungan para pengikut  rasul Allah   tersebut  sampai dengan beberapa lama mereka diliputi semacam “ketakutan” yang bersifat alami (manusiawi), namun seiring dengan  pertolongan Allah Swt. yang khusus kepada rasul Allah dan para pengikutnya  maka keadaan yang “menakutkan” tersebut berangsur berubah menjadi semakin aman, termasuk dalam melakukan berbagai kegiatan ibadah kepada Allah Swt.: 
وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ  الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ  اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا  یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا
“… dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka,  dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan keamanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan-Ku.” (An-Nūr [24]:56).
        Selanjutnya kepada “kaum terpilih” (khalifah) yang dianggap “lemah” oleh para penentang rasul Allah  tersebut, Allah Swt. mulai menganugrahkan nikmat kekuasaan duniawi berupa munculnya raja-raja (penguasa) di kalangan para pengikut rasul Allah tersebut, berikut  firman-Nya mengenai Bani Israil  ketika  mereka berada dalam penindasan  zalim dinasti Fir’aun di Mesir selama 400 tahun:
تِلۡکَ اٰیٰتُ  الۡکِتٰبِ  الۡمُبِیۡنِ ﴿﴾  نَتۡلُوۡا عَلَیۡکَ مِنۡ نَّبَاِ مُوۡسٰی وَ فِرۡعَوۡنَ بِالۡحَقِّ  لِقَوۡمٍ  یُّؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ فِرۡعَوۡنَ عَلَا فِی الۡاَرۡضِ وَ جَعَلَ اَہۡلَہَا شِیَعًا یَّسۡتَضۡعِفُ طَآئِفَۃً  مِّنۡہُمۡ یُذَبِّحُ اَبۡنَآءَہُمۡ وَ یَسۡتَحۡیٖ نِسَآءَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ  کَانَ مِنَ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾  وَ نُرِیۡدُ اَنۡ نَّمُنَّ عَلَی الَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ نَجۡعَلَہُمۡ اَئِمَّۃً  وَّ  نَجۡعَلَہُمُ  الۡوٰرِثِیۡنَ ۙ﴿﴾  وَ نُمَکِّنَ لَہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ وَ نُرِیَ فِرۡعَوۡنَ وَ ہَامٰنَ وَ جُنُوۡدَہُمَا مِنۡہُمۡ مَّا  کَانُوۡا  یَحۡذَرُوۡنَ ﴿﴾
Inilah ayat-ayat Kitab yang jelas.  Kami membacakan kepada engkau berita mengenai  Musa dan Fir’aun dengan  benar untuk kaum yang beriman.  Sesungguhnya Fir’aun berlaku sombong di bumi  dan ia menjadikan penduduknya  bergolongan-golongan, ia berusaha melemahkan segolongan dari mereka  dengan  menyembelih anak-anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup perempuan-perempuan mereka, sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.  وَ نُرِیۡدُ اَنۡ نَّمُنَّ عَلَی الَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ نَجۡعَلَہُمۡ اَئِمَّۃً  وَّ  نَجۡعَلَہُمُ  الۡوٰرِثِیۡنَ   --  dan Kami   hendak memberikan karunia kepada orang-orang yang dianggap lemah di bumi  dan menjadikan mereka pemimpin-pemimpin dan menjadikan mereka ahli waris ka-runia-karunia Kami.   وَ نُمَکِّنَ لَہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ وَ نُرِیَ فِرۡعَوۡنَ وَ ہَامٰنَ وَ جُنُوۡدَہُمَا مِنۡہُمۡ مَّا  کَانُوۡا  یَحۡذَرُوۡنَ  --  Dan Kami  mapankan mereka di bumi dan Kami  perlihatkan kepada Fir’aun serta Haman  dan  lasykar keduanya  apa yang mereka khawatirkan dari mereka itu. (Al-Qashash [28]:3-8).

Penganugerahan Nikmat-nikmat Duniawi  dan Tujuannya

        Sudah merupakan Sunnatullah pula, ketika suatu “kaum terpilih” (khalifah) mulai memiliki kekuasaan duniawi maka “kaum terpilih” tersebut akan terus menerus mendayagunakan  berbagai potensi   SDM (Sumber Daya Manusia) dan SDM (Sumber Daya Alam) yang mereka miliki, sebagaimana firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.    – berupa nubuatan dan peringatan  -- mengenai keberhasilan duniawi  bangsa-bangsa Kristen di Akhir Zaman ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ  ﴿﴾  اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡۤ  اَنۡزَلَ عَلٰی عَبۡدِہِ الۡکِتٰبَ  وَ لَمۡ  یَجۡعَلۡ  لَّہٗ عِوَجًا ؕ﴿ٜ﴾ قَیِّمًا  لِّیُنۡذِرَ بَاۡسًا شَدِیۡدًا مِّنۡ لَّدُنۡہُ وَ یُبَشِّرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ  لَہُمۡ  اَجۡرًا حَسَنًا ۙ﴿﴾  مَّاکِثِیۡنَ فِیۡہِ اَبَدًا ۙ﴿﴾  وَّ یُنۡذِرَ الَّذِیۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾  مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ  اِلَّا کَذِبًا ﴿﴾  فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ  اِنۡ لَّمۡ  یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَسَفًا ﴿﴾  اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً  لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ  اَیُّہُمۡ   اَحۡسَنُ  عَمَلًا ﴿﴾  وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا  ؕ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Segala puji bagi Allah  Yang  telah menurunkan kepada hamba-Nya Kitab Al-Quran ini dan   Dia  tidak menjadikan padanya ke­bengkokan. Sebagai penjaga   untuk mem-beri peringatan mengenai  siksaan yang dahsyat dari hadirat-Nya, dan memberikan kabar gembira  kepada orang-orang  beriman  yang beramal saleh bahwa sesungguhnya bagi mere-ka ada ganjaran yang baik,   mereka menetap di dalamnya selama-lamanya,  وَّ یُنۡذِرَ الَّذِیۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا  --   dan supaya memperingat­kan orang-orang  yang berkata: "Allah  mengambil seorang  anak laki-laki.  مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ  اِلَّا کَذِبًا --    mereka   sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya.  Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka,   mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan.  فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ  اِنۡ لَّمۡ  یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَسَفًا --   Maka sangat mungkin engkau akan membinasakan diri engkau   karena sangat sedih  sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini.  اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً  لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ  اَیُّہُمۡ   اَحۡسَنُ  عَمَلًا  -- sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi per­hiasan  baginya supaya  Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.    وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا --  dan sesungguhnya Kami nis-caya akan menjadikan segala yang ada di atasnya menjadi tanah-rata yang tandus. (Al-Kahf [18]:1-9).
     Menurut  firman Allah Swt. dalam ayat-ayat tersebut bahwa tujuan penganugerahkan keberhasilan duniawi yang diraih seseorang atau pun suatu bangsa adalah supaya mereka  berlomba-lomba melakukan amal shaleh:   اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً  لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ  اَیُّہُمۡ   اَحۡسَنُ  عَمَلًا  --  “sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi per­hiasan  baginya   supaya  Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya,”   bukan untuk mencari kepuasaan hawa-nafsu  , sebab jika tidak demikian maka akibat akhirnya adalah: وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا --      dan sesungguhnya Kami niscaya akan menjadikan segala yang ada di atasnya menjadi tanah-rata yang tandus.   (Al-Kahf [18]:9).

Nasib Tragis Qarun dan Kekayaan Duniawinya

        Demikian pula halnya  yang terjadi dengan akhir kehidupan  Qarun  -- seorang Bani Israil yang menjadi menteri pertambangan Fir’aun --  yang karena ketakaburan mengenai ilmu pengetahuan  dan kekayaan duniawi  yang dimilikinya, firman-Nya:
اِنَّ قَارُوۡنَ کَانَ مِنۡ قَوۡمِ  مُوۡسٰی فَبَغٰی عَلَیۡہِمۡ ۪ وَ اٰتَیۡنٰہُ مِنَ الۡکُنُوۡزِ مَاۤ  اِنَّ مَفَاتِحَہٗ  لَتَنُوۡٓاُ بِالۡعُصۡبَۃِ  اُولِی الۡقُوَّۃِ ٭ اِذۡ  قَالَ  لَہٗ  قَوۡمُہٗ  لَا تَفۡرَحۡ  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ ﴿﴾  وَ ابۡتَغِ  فِیۡمَاۤ  اٰتٰىکَ اللّٰہُ  الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ  اَحۡسَنَ اللّٰہُ  اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾  قَالَ  اِنَّمَاۤ   اُوۡتِیۡتُہٗ  عَلٰی  عِلۡمٍ عِنۡدِیۡ ؕ اَوَ لَمۡ یَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ  قَدۡ اَہۡلَکَ مِنۡ قَبۡلِہٖ مِنَ الۡقُرُوۡنِ مَنۡ ہُوَ اَشَدُّ مِنۡہُ  قُوَّۃً وَّ اَکۡثَرُ جَمۡعًا ؕ وَ لَا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِہِمُ  الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿﴾  فَخَرَجَ عَلٰی قَوۡمِہٖ فِیۡ زِیۡنَتِہٖ ؕ قَالَ الَّذِیۡنَ یُرِیۡدُوۡنَ الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا یٰلَیۡتَ لَنَا مِثۡلَ مَاۤ  اُوۡتِیَ  قَارُوۡنُ ۙ اِنَّہٗ  لَذُوۡ حَظٍّ عَظِیۡمٍ ﴿﴾  وَ قَالَ الَّذِیۡنَ  اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ وَیۡلَکُمۡ ثَوَابُ اللّٰہِ خَیۡرٌ  لِّمَنۡ  اٰمَنَ وَ عَمِلَ صَالِحًا ۚ وَ لَا  یُلَقّٰہَاۤ   اِلَّا الصّٰبِرُوۡنَ ﴿﴾   فَخَسَفۡنَا بِہٖ وَ بِدَارِہِ  الۡاَرۡضَ ۟ فَمَا  کَانَ لَہٗ  مِنۡ فِئَۃٍ  یَّنۡصُرُوۡنَہٗ  مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ٭ وَ مَا  کَانَ مِنَ الۡمُنۡتَصِرِیۡنَ ﴿﴾ وَ اَصۡبَحَ الَّذِیۡنَ تَمَنَّوۡا مَکَانَہٗ بِالۡاَمۡسِ یَقُوۡلُوۡنَ وَیۡکَاَنَّ اللّٰہَ یَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ وَ یَقۡدِرُ ۚ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ مَّنَّ  اللّٰہُ عَلَیۡنَا لَخَسَفَ بِنَا ؕ وَیۡکَاَنَّہٗ  لَا  یُفۡلِحُ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿٪﴾ تِلۡکَ الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ  نَجۡعَلُہَا لِلَّذِیۡنَ لَا یُرِیۡدُوۡنَ عُلُوًّا فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا فَسَادًا ؕ وَ الۡعَاقِبَۃُ  لِلۡمُتَّقِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Qarun  adalah termasuk kaum Musa tetapi ia berlaku aniaya terhadap mereka. Dan Kami telah memberinya khazanah-khazanah yang kunci-kuncinya  sangat susah diangkat oleh sejumlah orang-orang kuat. Ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.     وَ ابۡتَغِ  فِیۡمَاۤ  اٰتٰىکَ اللّٰہُ  الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ  اَحۡسَنَ اللّٰہُ  اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ  --  “Dan carilah rumah akhirat  itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada engkau,  dan janganlah engkau melupakan nasib engkau di dunia, dan berbuat ihsanlah sebagaimana Allah telah berbuat ihsan terhadap engkau, dan janganlah engkau menimbulkan kerusakan di bumi, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang berbuat kerusakan.”  قَالَ  اِنَّمَاۤ   اُوۡتِیۡتُہٗ  عَلٰی  عِلۡمٍ عِنۡدِیۡ  --  Ia  berkata: “Sesungguhnya ini telah diberikan-Nya kepadaku karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah ia mengetahui bahwa  sungguh  Allah telah membinasakan banyak generasi sebelumnya  yang lebih besar kekua-saannya daripada dia dan lebih banyak harta kekayaannya? Dan  orang-orang yang berdosa tidak akan ditanyakan mengenai dosa-dosa mereka.  فَخَرَجَ عَلٰی قَوۡمِہٖ فِیۡ زِیۡنَتِہٖ --   maka ia keluar  di hadapan kaumnya dengan kemegahan. قَالَ الَّذِیۡنَ یُرِیۡدُوۡنَ الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا یٰلَیۡتَ لَنَا مِثۡلَ مَاۤ  اُوۡتِیَ  قَارُوۡنُ ۙ اِنَّہٗ  لَذُوۡ حَظٍّ عَظِیۡمٍ  --  orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia berkata: “Alangkah baiknya, apa-bila kami pun mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun! Sesungguhnya ia mempunyai bagian harta yang besar.”  وَ قَالَ الَّذِیۡنَ  اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ وَیۡلَکُمۡ ثَوَابُ اللّٰہِ خَیۡرٌ  لِّمَنۡ  اٰمَنَ وَ عَمِلَ صَالِحًا ۚ وَ لَا  یُلَقّٰہَاۤ   اِلَّا الصّٰبِرُوۡنَ   --  tetapi orang-orang yang di-beri pengetahuan berkata: “Celakalah kamu, ganjaran dari Allah adalah lebih baik bagi siapa yang beriman dan beramal saleh, dan itu tidak akan diberikan kecuali kepada orang-orang yang sabar.”  فَخَسَفۡنَا بِہٖ وَ بِدَارِہِ  الۡاَرۡضَ ۟ فَمَا  کَانَ لَہٗ  مِنۡ فِئَۃٍ  یَّنۡصُرُوۡنَہٗ  مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ٭ وَ مَا  کَانَ مِنَ الۡمُنۡتَصِرِیۡنَ --  maka  Kami membenamkan dia   beserta rumahnya ke dalam bumi, dan  tidak ada baginya satu golongan pun yang menolongnya selain Allah, dan tidak pula ia termasuk orang-orang yang dapat membela diri.  وَ اَصۡبَحَ الَّذِیۡنَ تَمَنَّوۡا مَکَانَہٗ بِالۡاَمۡسِ یَقُوۡلُوۡنَ وَیۡکَاَنَّ اللّٰہَ یَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ وَ یَقۡدِرُ ۚ   -- Dan jadilah orang-orang yang kemarin ingin mendapat kedudukannya itu   berkata: “Celakalah bagi engkau!  Sesungguhnya Allah-lah Yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkan. لَوۡ لَاۤ  اَنۡ مَّنَّ  اللّٰہُ عَلَیۡنَا لَخَسَفَ بِنَا ؕ وَیۡکَاَنَّہٗ  لَا  یُفۡلِحُ  الۡکٰفِرُوۡنَ  -- Seandainya Allah tidak menganugerahkan kemurahan-Nya kepada kami niscaya Dia akan membenamkan kami juga.  Celakalah bagimu! Orang-orang yang kafir tidak akan berhasil.” (Al-Qashash [28]:77-83).

Munculnya Generasi Penerus “Pecinta Kehidupan Duniawi

         Pendek kata, ketika  Allah Swt. menjadikan  suatu kaum (umat) sebagai “kaum terpilih” (khalifah) yang menggantikan kedudukan “kaum terpilih” sebelumnya  yang kemudian durhaka kepada Allah Swt. dan rasul Allah, maka sesuatu Sunnah-Nya  rangkaian nikmat Allah Swt. pasti akan dianugerahkan kepada mereka (QS.5:21).
       Ada pun yang paling berbahaya dari  rangkaian nikmat-nikmat Allah Swt. tersebut adalah ketika berbagai bentuk keberhasilan duniawi    -- yang merupakan rangkaian nikmat yang ketiga   setelah nikmat  kenabian dan nikmat kerajaan (kekuasaan) duniawi --  dianugerahkan kepada “kaum terpilih  maka generasi selanjutnya dari “kaum terpilih” tersebut    akan menjadi para  pecinta atau para penyembah “kehidupan duniawi” dan mereka menjadi  pelaku berbagai bentuk “kemusyrikan”, firman-Nya:
اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ مِنۡ ذُرِّیَّۃِ  اٰدَمَ ٭ وَ مِمَّنۡ حَمَلۡنَا مَعَ نُوۡحٍ ۫ وَّ مِنۡ ذُرِّیَّۃِ  اِبۡرٰہِیۡمَ وَ اِسۡرَآءِیۡلَ ۫ وَ مِمَّنۡ ہَدَیۡنَا وَ اجۡتَبَیۡنَا ؕ اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتُ الرَّحۡمٰنِ  خَرُّوۡا  سُجَّدًا  وَّ  بُکِیًّا ﴿ٛ﴾  فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوۃَ وَ اتَّبَعُوا الشَّہَوٰتِ فَسَوۡفَ یَلۡقَوۡنَ  غَیًّا ﴿ۙ﴾
Mereka inilah orang-orang  yang Allah telah memberi nikmat atas mereka dari antara nabi-nabi dari keturunan Adam, dari antara keturunan orang-orang yang Kami angkut dalam bahtera bersama Nuh,   dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan  dari antara orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتُ الرَّحۡمٰنِ  خَرُّوۡا  سُجَّدًا  وَّ  بُکِیًّا  --   Tat­kala Ayat-ayat Yang Maha Pemurah dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur bersujud dan menangis. فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوۃَ وَ اتَّبَعُوا الشَّہَوٰتِ فَسَوۡفَ یَلۡقَوۡنَ  غَیًّا  --  Lalu datang menggantikan se-sudah mereka  pengganti yang mengabaikan shalat  dan meng­ikuti hawa-nafsu maka segera mereka  akan me-nemui kesesatan, (Maryam [19]:59-60).
  Sebagian ahli tafsir Al-Quran berpendapat bahwa kata-kata  "dari keturunan Adam”  menunjuk kepada Nabi Idris a.s.,    kata-kata "yang  Kami angkut dalam bahtera bersama Nuh" menunjuk kepada Nabi Ibrahim a.s.,  dan kata-kata "dari keturunan Ibrahim" menunjuk kepada Nabi Isma’il a.s.,  Nabi Ishaq a.s.,  dan Nabi Ya'qub a.s.; sedangkan kata-kata "dari keturunan" telah dihadzafkan (dipahami seolah-olah ada) sebelum kata Israil dan menunjuk kepada Nabi Musa a.s. , Nabi Harun a.s., Nabi Zakaria a.s.,  Nabi Yahya a.s., dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,  yang kesemuanya telah disebut dalam ayat-ayat sebelum ayat 59 ini.
 Makna ayat  فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوۃَ وَ اتَّبَعُوا الشَّہَوٰتِ فَسَوۡفَ یَلۡقَوۡنَ  غَیًّا  --  Lalu datang menggantikan sesudah mereka  pengganti yang mengabaikan shalat  dan meng­ikuti hawa-nafsu maka segera mereka  akan me-nemui kesesatan,” sebenarnya kealpaan dan kelalaian dalam menjalankan shalat membuat orang menjadi jahil mengenai Sifat-sifat Allah Swt. serta memusnahkan keinginannya untuk menegakkan hubungan dengan Khaliq-nya (Pencipta-nya),  dengan demikian selanjutnya melemparkan dia ke dalam cengkeraman syaitan.
   Dan di mana kealpaan dalam memohon rahmat Ilahi dan dalam mendoa kepada-Nya membawa orang kepada kegagalan, maka menuruti ajakan nafsu buruk mengakibatkan ada sikap tidak acuh terhadap ilmu hakiki dan bergelimang dengan perbuatan-perbuatan kotor serta usaha-usaha yang tidak berguna, dan bila semua hal tersebut tergabung  menjadi satu, maka hal itu akan mendatangkan kehancuran akhlak dan ruhani manusia secara total.

 (Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  20  September     2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar