Sabtu, 25 Oktober 2014

Peristiwa Fathah Makkah (Penaklukan Makkah) yang Sangat Tiba-tiba Merupakan Gambaran Terjadinya "Hari Kebangkitan"



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

 Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab   344

Peristiwa Fathah Makkah (Penaklukan Makkah) yang Sangat “Tiba-tiba” Merupakan Gambaran Terjadinya “Hari Kebangkitan

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan  firman Allah Swt.  dalam Al-‘Adiyat  [100]:1-12  mengenai    kecintaan berlebihan umumnya manusia kepada kehidupan duniawi, yakni dalam ayat selanjutnya Allah Swt. berfirman: اَفَلَا یَعۡلَمُ  اِذَا بُعۡثِرَ مَا فِی الۡقُبُوۡرِ --  “Maka apakah ia tidak mengetahui apabila dibangkitkan orang-orang yang ada di dalam kuburan-kuburan?”, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  وَ الۡعٰدِیٰتِ ضَبۡحًا ۙ﴿﴾   فَالۡمُوۡرِیٰتِ قَدۡحًا ۙ﴿﴾  فَالۡمُغِیۡرٰتِ صُبۡحًا ۙ﴿﴾   فَاَثَرۡنَ بِہٖ نَقۡعًا ۙ﴿﴾ فَوَسَطۡنَ بِہٖ جَمۡعًا ۙ﴿﴾   اِنَّ  الۡاِنۡسَانَ لِرَبِّہٖ  لَکَنُوۡدٌ ۚ﴿۶﴾   وَ  اِنَّہٗ  عَلٰی ذٰلِکَ لَشَہِیۡدٌ ۚ﴿﴾  وَ  اِنَّہٗ  لِحُبِّ الۡخَیۡرِ  لَشَدِیۡدٌ ؕ﴿﴾  اَفَلَا یَعۡلَمُ  اِذَا بُعۡثِرَ مَا فِی الۡقُبُوۡرِ ۙ﴿﴾  وَ  حُصِّلَ مَا فِی الصُّدُوۡرِ ﴿ۙ﴾  اِنَّ  رَبَّہُمۡ  بِہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّخَبِیۡرٌ ٪ ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. وَ الۡعٰدِیٰتِ ضَبۡحًا  -- demi kuda-kuda perang yang berlari kencang dengan mendengus-dengus.  فَالۡمُوۡرِیٰتِ قَدۡحًا  -- Maka hentakan kakinya memantikkan percikan-percikan bunga api.  فَالۡمُغِیۡرٰتِ صُبۡحًا  -- lalu menyerbu secara tiba-tiba pada waktu subuh,  فَاَثَرۡنَ بِہٖ نَقۡعًا  -- maka dengan itu menerbangkan debu,  فَوَسَطۡنَ بِہٖ جَمۡعًا  -- Lalu mereka menyerbu ke tengah-tengah  barisan-barisan musuh.   Sesungguhnya manusia tidak bersyukur kepada Rabb-nya (Tuhan-nya).   Dan sesungguhnya ia memberi kesaksian terhadap hal itu.   Dan sesungguhnya ia sangat  cinta kepada harta. اَفَلَا یَعۡلَمُ  اِذَا بُعۡثِرَ مَا فِی الۡقُبُوۡرِ --  Maka apakah ia tidak menge-tahui apabila dibangkitkan orang-orang yang ada di dalam kuburan-kuburan?   وَ  حُصِّلَ مَا فِی الصُّدُوۡرِ  -- dan dikeluarkan apa yang  ada dalam dada?  اِنَّ  رَبَّہُمۡ  بِہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّخَبِیۡرٌ --  Sesungguhnya  Rabb (Tuhan) mereka  pada hari itu benar-benar  mengetahui keadaan mereka.  (Al-‘Ādiyāt [100]:1-12).
   Nampaknya orang-orang kafir telah kehilangan segala gairah hidup. Mereka seolah-olah telah tergeletak dalam keadaan tidak bernyawa di dalam kuburan mereka yakni dalam rumah mereka mengikuti  kehendak hawa-nafsu mereka.  Tetapi tidak lama lagi mereka akan bangkit melawan Islam dan akan menempuh jarak bermil-mil untuk menyerang  Nabi Besar Muhammad saw.  di Medinah.
    Dalam ayat-ayat selanjutnya  rencana-rencana jahat musuh-musuh Islam akan terbuka.  Allah mengetahui dengan sungguh-sungguh rencana jahat mereka dan Dia akan menghukum mereka atas segala perbuatan jahat mereka:   اِنَّ  رَبَّہُمۡ  بِہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّخَبِیۡرٌ --  sesungguhnya  Rabb (Tuhan) mereka  pada hari itu benar-benar  mengetahui keadaan mereka.”  

Bukti Kebenaran Adanya “Hari kebangkitan” di Akhirat

 Pendek kata, semangat jihad di jalan Allah   yang dilakukan para Sahabat Nabi Besar Muhammad saw., -- yang digambarkan dalam ayat    --  sama sekali tidak ada kaitannya dengan  melakukan tabligh Islam dengan cara-cara kekerasan guna memaksa pihak-pihak lain untuk beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan menerima Islam, melainkan   semata-mata menggambarkan bahwa betapa bangsa Arab   yang selama ribuan tahun terkubur dalam kuburan “hawa-nafsu” serta “kejahiliyahan mereka,  tetapi hanya dalam jangka waktu 23 tahun saja melalui  seruan Nabi Besar Muhammad saw.  tiba-tiba mereka  keluar dari “kuburan-kuburan kejahiliyahan” mereka dan menjadi  manusia-manusia malaikat” yakni  sebagai “umat  yang terbaik  yang dijanjikan bagi kemanfaatan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111).
    Revolusi berupa kebangkitan akhlak dan ruhani  yang terjadi di kalangan  para Sahabat Nabi Besar Muhammad saw. tersebut, telah membuktikan kebenaran adanya “Hari Kebangkitan” di akhirat,   yang   didustakan oleh umumnya bangsa Arab yang terkubur dalam “kejahiliyahan” selama ribuan tahun tersebut (QS.17:50-53 & 99; QS.23:83; QS.37:17; 56:48), firman-Nya:  
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  وَ النّٰزِعٰتِ غَرۡقًا ۙ﴿﴾   وَّ النّٰشِطٰتِ نَشۡطًا  ۙ﴿﴾  وَّ السّٰبِحٰتِ سَبۡحًا ۙ﴿﴾   فَالسّٰبِقٰتِ سَبۡقًا ۙ﴿﴾  فَالۡمُدَبِّرٰتِ اَمۡرًا ۘ﴿﴾   یَوۡمَ  تَرۡجُفُ الرَّاجِفَۃُ ۙ﴿﴾   تَتۡبَعُہَا الرَّادِفَۃُ ؕ﴿﴾  قُلُوۡبٌ یَّوۡمَئِذٍ وَّاجِفَۃٌ ۙ﴿﴾   اَبۡصَارُہَا خَاشِعَۃٌ ۘ﴿﴾ یَقُوۡلُوۡنَ ءَاِنَّا  لَمَرۡدُوۡدُوۡنَ  فِی الۡحَافِرَۃِ ﴿ؕ﴾  ءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا نَّخِرَۃً ﴿ؕ﴾   قَالُوۡا تِلۡکَ  اِذًا کَرَّۃٌ  خَاسِرَۃٌ ﴿ۘ﴾  فَاِنَّمَا ہِیَ زَجۡرَۃٌ   وَّاحِدَۃٌ ﴿ۙ﴾  فَاِذَا  ہُمۡ  بِالسَّاہِرَۃِ ﴿ؕ﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Demi mereka yang menarik   sekuat-kuatnya,  وَّ النّٰشِطٰتِ نَشۡطًا    -- dan demi mereka yang mengikatkan simpul seerat-eratnya.     --  dan demi mereka yang bergerak dengan cepat,    maka mereka maju jauh mendahului yang lain. فَالۡمُدَبِّرٰتِ اَمۡرًا -- kemudian mereka mengelola urusan.  یَوۡمَ  تَرۡجُفُ الرَّاجِفَۃُ   --  pada hari ketika bumi bergoncang dengan segoncang-goncangnya,  تَتۡبَعُہَا الرَّادِفَۃُ   -- dan akan mengikutinya goncangan berikutnya.  قُلُوۡبٌ یَّوۡمَئِذٍ وَّاجِفَۃٌ -- pada hari itu hati manusia  berdebar-debar, اَبۡصَارُہَا خَاشِعَۃٌ  --   pandangannya tunduk,  یَقُوۡلُوۡنَ ءَاِنَّا  لَمَرۡدُوۡدُوۡنَ  فِی الۡحَافِرَۃِ  -- mereka berkata: “Benarkah kami akan dikembalikan kepada keadaan semula?  ءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا نَّخِرَۃً  --   Apakah apabila  kami telah menjadi tulang yang rapuh?” قَالُوۡا تِلۡکَ  اِذًا کَرَّۃٌ  خَاسِرَۃٌ --  Mereka berkata: “Jika demikian hal  itu  sungguh merupakan suatu pengembalian yang merugikan”,    فَاِنَّمَا ہِیَ زَجۡرَۃٌ   وَّاحِدَۃٌ  --  maka sesungguhnya itu hanya dengan satu teriakan saja, فَاِذَا  ہُمۡ  بِالسَّاہِرَۃِ  -- lalu tiba-tiba mereka keluar di tempat terbuka. (An-Nāzi’āt [79]:1-14). 
    Nāzi’āt  dalam ayat   وَ النّٰزِعٰتِ غَرۡقًا   -- “Demi mereka yang menarik  sekuat-kuatnya,” kata itu diambil dari naza’a dan berarti: wujud-wujud atau kelompok-kelompok orang yang memetik sesuatu; memecat pegawai-pegawai tinggi; menyerupai; menarik dengan kuatnya; mengajak orang lain kepada kebenaran (Aqrab—ul-Mawarid); akar katanya mempunyai semua pengertian tersebut. Sedang kata   gharq   dipergunakan dalam arti ighraq, yang berarti: melepas anak panah sejauh-jauhnya, atau menyergap seseorang dan mengalahkannya, atau memaksa diri mempergunakan segala kekuatan (Lexicon Lane).

Menjadi Para Pengelola  Urusan Umat Manusia

        Nāsyithat  dalam ayat    وَّ النّٰشِطٰتِ نَشۡطًا    -- “dan demi mereka yang mengikatkan simpul seerat-eratnya   berarti: wujud-wujud atau kelompok-kelompok orang yang bekerja sekuat tenaga dalam menjalankan tugas mereka. Sābihat  dalam ayat selanjutnya وَّ السّٰبِحٰتِ سَبۡحًا berarti: (1) wujud-wujud atau kelompok-kelompok orang yang memasuki daerah pedalaman untuk mengejar tujuan mereka; (2) Mereka yang berusaha saling mengungguli dalam menjalankan tugas mereka (Lexicon Lane).
       Makna kata sābihat tersebut sesuai dengan penjelasan mengenai    ayat  سَبۡحًا طَوِیۡلًا  -- “memiliki kesibukan yang panjang (QS.73:8) mengenai kesibukan luar biasa Nabi Besar Muhammad saw., ayat tersebut tertuju kepada aneka ragam kewajiban  Nabi Besar Muhammad saw.  yang dilaksanakan oleh beliau  saw. dengan rela dan gembira serta yang dalam melaksanakannya hati beliau saw. merasa amat senang sekali, inilah makna kata sab-han (Lexicon Lane), hal yang sama dilakukan pula oleh para sahabat beliau saw., firman-Nya:
اِنَّ  لَکَ فِی النَّہَارِ سَبۡحًا طَوِیۡلًا ؕ﴿﴾  وَ اذۡکُرِ اسۡمَ رَبِّکَ وَ تَبَتَّلۡ  اِلَیۡہِ تَبۡتِیۡلًا ؕ﴿﴾
Sesungguhnya engkau di waktu siang سَبۡحًا طَوِیۡلًا  -- memiliki kesibukan yang panjang. وَ اذۡکُرِ اسۡمَ رَبِّکَ  -- maka ingatlah selalu nama  Rabb (Tuhan) engkau, وَ تَبَتَّلۡ  اِلَیۡہِ تَبۡتِیۡلًا  -- dan baktikanlah diri engkau  kepada-Nya dengan sepenuh kebaktian. (Al-Muzzammil [73]:8-9).
   Mudabbirat  dalam ayat فَالۡمُدَبِّرٰتِ اَمۡرًا – “kemudian mereka mengelola urusan.” berarti: wujud-wujud atau kelompok-kelompok orang yang merencanakan, mengelola, dan melaksanakan urusan yang diserahkan (diamanatkan) kepada mereka dengan cara sebaik-baiknya.
   Jadi, Surah An-Nāzi’āt  ayat 2-6, menurut anggapan beberapa  ulama dan ahli tafsir, dikenakan kepada para malaikat dan menurut paham mereka ayat-ayat itu berarti bahwa para malaikat menyaksikan terjadinya peristiwa besar yang disebut dalam ayat-ayat 7-8: یَوۡمَ  تَرۡجُفُ الرَّاجِفَۃُ   --  pada hari ketika bumi bergoncang dengan segoncang-goncangnya,  تَتۡبَعُہَا الرَّادِفَۃُ   -- dan akan mengikutinya goncangan berikutnya”.   
  Tetapi kesaksian para malaikat itu tidak dapat dijangkau oleh kemampuan ilmu dan pengertian manusia. Oleh karena itu seperti nampak dari letaknya – ayat-ayat itu nampak-nya tertuju kepada para Sahabat  Nabi Besar Muhammad saw.  dan dapat dianggap mengandung nubuatan mengenai penyebarluasan agama Islam melalui usaha (jihad) mereka yang tulus ikhlas dan penuh semangat, dan mengandung nubuatan selanjutnya dalam ayat فَالۡمُدَبِّرٰتِ اَمۡرًا – “kemudian mereka mengelola urusan,  bahwa mereka akan diserahi tanggung-jawab melaksanakan dan mengatur urusan-urusan negara yang sangat penting dengan cakap dan adil.

Penggenapan Penganugerahan Rangkaian Nikmat-nikmat Allah Swt.

     Ringkasnya, ayat-ayat tersebut menuturkan beberapa sifat utama para sahabat  Nabi Besar Muhammad saw.  ketika   nubuatan Al-Quran mengenai penganugerahan rangkaian nikmat-nikmat Allah Swt.   berupa kenabian, kerajaan, dan kesuksesan duniawi  -- yang telah diberikan kepada kaum-kaum terpilih sebelumnya,  terutama  kepada Bani Israil  -- juga akan dianugerahkan Allah Swt. kepada para pengikut sejati Nabi Besar Muhammad saw.   – termasuk di Akhir Zaman ini --  firman-Nya:
وَ  اِذۡ قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَعَلَ فِیۡکُمۡ اَنۡۢبِیَآءَ وَ جَعَلَکُمۡ مُّلُوۡکًا ٭ۖ وَّ اٰتٰىکُمۡ مَّا لَمۡ یُؤۡتِ اَحَدًا مِّنَ الۡعٰلَمِیۡنَ  ﴿﴾
Dan ingatlah ketika  Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah  nikmat Allah atas kamu, ketika Dia menjadikan nabi-nabi di antara Kamu, menjadikan kamu raja-raja, dan Dia memberikan kepada kamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di antara bangsa-bangsa. (Al-Maidah [5]:21). Lihat pula QS.24:56.
       Ayat    یَوۡمَ  تَرۡجُفُ الرَّاجِفَۃُ   --  pada hari ketika bumi bergoncang dengan segoncang-goncangnya(An-Nāzi’āt [79]:7),   berarti bahwa nubuatan yang diumumkan dalam ayat-ayat yang mendahuluinya akan terpenuhi sebagai akibat peperangan yang akan terjadi antara hamba-hamba Allah yang bertakwa dengan kekuatan-kekuatan jahat, dan golongan yang kedua akan menderita kekalahan; kata rajafa berarti mengadakan persiapan perang (Lexicon Lane).
    Ayat selanjutnya تَتۡبَعُہَا الرَّادِفَۃُ  -- “dan akan mengikutinya goncangan berikutnya”  bahwa jika  sekali peperangan mulai pecah antara orang-orang Muslim dengan orang-orang kafir, maka perang itu tidak akan berkesudahan sebelum kekuatan-kekuatan  jahat dimusnahkan secara tuntas sebagai akibat pukulan-pukulan bertubi-tubi yang akan mereka terima.
  Apabila orang-orang kafir menerima kekalahan demi kekalahan yang terjadi dengan cepatnya, dan mereka menyaksikan Islam memperoleh kemenangan dan keunggulan, ketika itu perasaan cemas dan khawatir akan kemungkinan adanya Hari Kebangkitan mulai menyerang pikiran mereka. Itulah makna ayat قُلُوۡبٌ یَّوۡمَئِذٍ وَّاجِفَۃٌ – “pada hari itu hati manusia   berdebar-debar, اَبۡصَارُہَا خَاشِعَۃٌ  --  pandangannya tunduk,”   dan mereka mulai meyakini bahwa mereka di akhirat akan mengalami kerugian yang amat sangat, sebagaimana dikemukakan ayat selanjutnya: یَقُوۡلُوۡنَ ءَاِنَّا  لَمَرۡدُوۡدُوۡنَ  فِی الۡحَافِرَۃِ     -- mereka berkata: “Benarkah kami akan dikembalikan kepada keadaan semula?  ءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا نَّخِرَۃً  --   apakah apabila  kami telah menjadi tulang yang rapuh?” قَالُوۡا تِلۡکَ  اِذًا کَرَّۃٌ  خَاسِرَۃٌ --  Mereka berkata: “Jika demikian hal  itu  sungguh merupakan suatu pengembalian yang merugikan.”

Keterkejutan Penduduk Kota Makkah

    Selanjutnya Allah Swt. berfirman  menjawab kegalauan hati  mereka:    فَاِنَّمَا ہِیَ زَجۡرَۃٌ   وَّاحِدَۃٌ  --  “maka sesungguhnya itu hanya dengan satu teriakan saja”, فَاِذَا  ہُمۡ  بِالسَّاہِرَۃِ  -- “lalu tiba-tiba mereka keluar di tempat terbuka.”  Gambaran kekalutan mereka itu di alam akhirat nanti pada Hari Kebangkitan dialami pula oleh para pendukuk kota Mekkah  para peristiwa Fath Mekkah, ketika secara tiba-tiba Nabi Besar Muhammad saw. disertai 10.000 orang pengikut beliau saw. telah berada di pintu gerbang kota Mekkah,    padahal hanya beberapa tahun sebelumnya mereka telah berusaha untuk mempermalukan beliau saw. melalui makar buruk yang mereka  rancang (QS.8:31)   --firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.,  firman-Nya:
فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ ۘ یَوۡمَ یَدۡعُ الدَّاعِ  اِلٰی شَیۡءٍ  نُّکُرٍ ۙ﴿﴾  خُشَّعًا اَبۡصَارُہُمۡ یَخۡرُجُوۡنَ مِنَ الۡاَجۡدَاثِ  کَاَنَّہُمۡ  جَرَادٌ   مُّنۡتَشِرٌ ۙ﴿﴾  مُّہۡطِعِیۡنَ  اِلَی الدَّاعِ ؕ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا یَوۡمٌ  عَسِرٌ ﴿﴾
Maka berpalinglah engkau dari mereka pada hari ketika Sang Penyeru akan memanggil mereka kepada sesuatu yang tidak  menyenangkan, sambil pandangan mereka menunduk, mereka akan keluar dari kuburan mereka, mereka itu seperti belalang yang bertebaran   bergegas-gegas  menuju Sang Penyeru itu.  یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا یَوۡمٌ  عَسِرٌ   --  orang-orang kafir itu akan berkata: “Inilah hari yang sangat sulit.” (Al-Qamar [54]:7-9).
   “Kuburan” di sini mengandung arti rumah orang-orang kafir. Pada beberapa tempat dalam Al-Quran orang-orang kafir telah ditamsilkan (diumpamakan) sebagai orang-orang mati, sebab wujud mereka sama sekali hampa dari kehidupan ruhani (QS.27:81; QS.35:23).
    Ayat-ayat “Sang Penyeru akan memanggil mereka kepada sesuatu yang tidak  menyenangkan,   sambil pandangan mereka menunduk, mereka akan keluar dari kuburan mereka, mereka itu seperti belalang yang bertebaran   bergegas-gegas  menuju Sang Penyeru itu,   memberikan gambaran jelas mengenai kekalutan, kebingungan dan kehilangan akal yang hebat di dalam kalangan kaum Quraisy, ketika sang Penyeru – yakni Nabi Besar Muhammad saw.  – yang hanya beberapa tahun yang lalu, pernah diusir oleh mereka dari kota Mekkah dan telah disayembarakan dengan iming-iming hadiah besar akan diberikan kepada siapa yang dapat menangkapnya hidup atau mati (QS.8:31), sekarang nampak kepada mereka benar-benar telah berada di ambang pintu ibukota mereka.
      Dalam Surah lain Allah Swt. menggambarkan   keterkejutan dan kekalutan pikiran  para pendudukum Mekkah sebagai berikut, firman-Nya: 
فَمَالِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا قِبَلَکَ مُہۡطِعِیۡنَ ﴿ۙ﴾   عَنِ الۡیَمِیۡنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ عِزِیۡنَ ﴿﴾   اَیَطۡمَعُ کُلُّ  امۡرِیًٔ  مِّنۡہُمۡ  اَنۡ یُّدۡخَلَ جَنَّۃَ  نَعِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ کَلَّا ؕ اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ  مِّمَّا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾   فَلَاۤ  اُقۡسِمُ بِرَبِّالۡمَشٰرِقِ وَ الۡمَغٰرِبِ اِنَّا  لَقٰدِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾  عَلٰۤی  اَنۡ  نُّبَدِّلَ خَیۡرًا مِّنۡہُمۡ ۙ وَ مَا نَحۡنُ بِمَسۡبُوۡقِیۡنَ﴿﴾  فَذَرۡہُمۡ  یَخُوۡضُوۡا وَ یَلۡعَبُوۡا حَتّٰی یُلٰقُوۡا یَوۡمَہُمُ  الَّذِیۡ یُوۡعَدُوۡنَ ﴿ۙ﴾   یَوۡمَ یَخۡرُجُوۡنَ  مِنَ الۡاَجۡدَاثِ سِرَاعًا کَاَنَّہُمۡ  اِلٰی نُصُبٍ یُّوۡفِضُوۡنَ ﴿ۙ﴾  خَاشِعَۃً  اَبۡصَارُہُمۡ تَرۡہَقُہُمۡ  ذِلَّۃٌ ؕ ذٰلِکَ  الۡیَوۡمُ الَّذِیۡ کَانُوۡا یُوۡعَدُوۡنَ ﴿٪﴾
Lalu mengapakah orang-orang kafir itu bergegas  datang kepada engkau,  dari kanan dan dari kiri berombongan-rombongan? Apakah setiap orang dari mereka mengharapkan dimasukkan dalam surga penuh kenikmatan?  Sekali-kali tidak. Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari apa  yang mereka ketahui. Maka Aku bersumpah dengan Rabb (Tuhan) yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya benar-benar Kami memiliki kekuasaan, عَلٰۤی  اَنۡ  نُّبَدِّلَ خَیۡرًا مِّنۡہُمۡ ۙ وَ مَا نَحۡنُ بِمَسۡبُوۡقِیۡنَ   -- untuk  menggantikan mereka dengan kaum yang lebih baik daripada mereka. dan sekali-kali tidak  ada yang dapat mencegah Kami dari maksud itu.   فَذَرۡہُمۡ  یَخُوۡضُوۡا وَ یَلۡعَبُوۡا حَتّٰی یُلٰقُوۡا یَوۡمَہُمُ  الَّذِیۡ یُوۡعَدُوۡنَ  -- maka  tinggalkanlah mereka tenggelam dalam pembicaraan kosong dan bermain-main hingga mereka bertemu dengan hari mereka yang dijanjikan kepada mereka. یَوۡمَ یَخۡرُجُوۡنَ  مِنَ الۡاَجۡدَاثِ سِرَاعًا کَاَنَّہُمۡ  اِلٰی نُصُبٍ یُّوۡفِضُوۡنَ    -- hari ketika mereka akan keluar dari kuburan dengan cepat-cepat, seolah-olah mereka lari menuju tempat-tempat tertentu, خَاشِعَۃً  اَبۡصَارُہُمۡ تَرۡہَقُہُمۡ  ذِلَّۃٌ  -- mata mereka tertunduk dan kehinaan meliputi mereka. ذٰلِکَ  الۡیَوۡمُ الَّذِیۡ کَانُوۡا یُوۡعَدُوۡنَ --    Itulah hari yang  telah dijanjikan kepada mereka.  (Al-Ma’arīj [70]:37-45).  

Gambaran Kekecewaan Berat Orang-orang Kafir  Pada “Hari Kebangkitan”

       Makna ayat  فَمَالِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا قِبَلَکَ مُہۡطِعِیۡنَ  -- “Lalu mengapakah orang-orang kafir itu bergegas  datang kepada engkau, عَنِ الۡیَمِیۡنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ عِزِیۡنَ  --  dari kanan dan dari kiri berombongan-rombongan?”   memberikan gambaran yang menubuatkan tentang kemenangan Islam di masa akan datang, ketika suku-suku musyrik Arab, dari setiap penjuru negeri, bergegas-gegas menunggu Nabi Besar Muhammad saw. dalam rombongan-rombongan perwakilan, dengan permohonan agar mereka diterima masuk Islam, sebagaimana nubuatan dalam firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اِذَا  جَآءَ  نَصۡرُ اللّٰہِ  وَ  الۡفَتۡحُ ۙ﴿﴾  وَ  رَاَیۡتَ النَّاسَ یَدۡخُلُوۡنَ فِیۡ  دِیۡنِ اللّٰہِ  اَفۡوَاجًا ۙ﴿﴾  فَسَبِّحۡ  بِحَمۡدِ رَبِّکَ وَ اسۡتَغۡفِرۡہُ  ؕؔ اِنَّہٗ کَانَ  تَوَّابًا ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.    Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan,  dan engkau melihat manusia  masuk dalam agama Allah berbondong-bondong,   maka  bertasbihlah dengan memuji Rabb (Tuhan) engkau, dan mohonlah ampunan-Nya,  sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat. (An-Nashr [110]:1-4).
      Atau, ayat-ayat  فَمَالِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا قِبَلَکَ مُہۡطِعِیۡنَ  -- “Lalu mengapakah orang-orang kafir itu bergegas  datang kepada engkau, عَنِ الۡیَمِیۡنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ عِزِیۡنَ  --  dari kanan dan dari kiri berombongan-rombongan?” (Surah Al-Ma’ārij) itu dapat mengisyaratkan kepada tawaran-tawaran yang sangat memikat hati dari para pemimpin kaum Quraisy kepada Nabi Besar Muhammad saw.,  asalkan saja beliau saw. mau menghentikan kegiatan tabligh (da’wah)  menentang berhala-berhala mereka.
       Tetapi oleh beberapa sumber ayat-ayat itu dianggap mengisyaratkan kepada serangan-serangan berbahaya yang dilancarkan terhadap  Nabi Besar Muhammad saw.  --  dalam berbagai bentuk dan dari berbagai arah  -- oleh para penentang beliau saw., sesuai dengan ancaman penghadang iblis yang  dikemukakannya kepada Allah Swt. berkenaan dengan Adam a.s. dan para pengikutnya (QS.7:12-19).
        Makna ayat عَلٰۤی  اَنۡ  نُّبَدِّلَ خَیۡرًا مِّنۡہُمۡ ۙ وَ مَا نَحۡنُ بِمَسۡبُوۡقِیۡنَ   -- untuk  menggantikan mereka dengan kaum yang lebih baik daripada mereka. dan sekali-kali tidak  ada yang dapat mencegah Kami dari maksud itu (Al-Ma’ārij ayat 42), bahwa lawan-lawan Nabi Besar Muhammad saw.  diberi tahu bahwa orde lama akan lenyap dan dari puing-puingnya akan muncul orde baru dan yang lebih baik, serta kaum lain akan menggantikan mereka (QS.7:35-37; QS.5:55-57; QS.14:49-53).
       Ayat  یَوۡمَ یَخۡرُجُوۡنَ  مِنَ الۡاَجۡدَاثِ سِرَاعًا کَاَنَّہُمۡ  اِلٰی نُصُبٍ یُّوۡفِضُوۡنَ     -- “hari ketika mereka akan keluar dari kuburan dengan cepat-cepat, seolah-olah mereka lari menuju tempat-tempat tertentu, خَاشِعَۃً  اَبۡصَارُہُمۡ تَرۡہَقُہُمۡ  ذِلَّۃٌ  -- mata mereka tertunduk dan kehinaan meliputi mereka. ذٰلِکَ  الۡیَوۡمُ الَّذِیۡ کَانُوۡا یُوۡعَدُوۡنَ --    Itulah hari yang  telah dijanjikan kepada mereka,”  ((Al-Ma’ārij ayat 44-45)  mengandung lukisan  (gambaran) jelas sekali mengenai para pemimpin kaum Quraisy, sesudah Mekkah jatuh, ketika mereka datang kepada  Nabi Besar Muhammad saw.  dengan amat masygul, lesu, dan hati pilu sekali, seraya mata mereka merunduk; lagi pula kekecewaan, rasa berdosa, serta penyesalan membayang jelas pada wajah mereka.

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  5  Oktober     2014





Tidak ada komentar:

Posting Komentar