بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani
Surah Shād
Bab 344
Peristiwa Fathah Makkah (Penaklukan Makkah) yang Sangat “Tiba-tiba” Merupakan
Gambaran Terjadinya “Hari Kebangkitan”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan
firman Allah Swt. dalam Al-‘Adiyat
[100]:1-12 mengenai kecintaan
berlebihan umumnya manusia kepada kehidupan
duniawi, yakni dalam ayat selanjutnya Allah Swt. berfirman: اَفَلَا
یَعۡلَمُ اِذَا بُعۡثِرَ مَا فِی
الۡقُبُوۡرِ -- “Maka apakah ia tidak mengetahui apabila dibangkitkan
orang-orang yang ada di dalam kuburan-kuburan?”, firman-Nya:
بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ وَ
الۡعٰدِیٰتِ ضَبۡحًا ۙ﴿﴾ فَالۡمُوۡرِیٰتِ
قَدۡحًا ۙ﴿﴾ فَالۡمُغِیۡرٰتِ صُبۡحًا ۙ﴿﴾ فَاَثَرۡنَ بِہٖ نَقۡعًا ۙ﴿﴾ فَوَسَطۡنَ بِہٖ
جَمۡعًا ۙ﴿﴾ اِنَّ
الۡاِنۡسَانَ لِرَبِّہٖ لَکَنُوۡدٌ
ۚ﴿۶﴾ وَ
اِنَّہٗ عَلٰی ذٰلِکَ لَشَہِیۡدٌ
ۚ﴿﴾ وَ
اِنَّہٗ لِحُبِّ الۡخَیۡرِ لَشَدِیۡدٌ ؕ﴿﴾ اَفَلَا یَعۡلَمُ
اِذَا بُعۡثِرَ مَا فِی الۡقُبُوۡرِ ۙ﴿﴾ وَ حُصِّلَ
مَا فِی الصُّدُوۡرِ ﴿ۙ﴾ اِنَّ رَبَّہُمۡ
بِہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّخَبِیۡرٌ ٪ ﴿﴾
Aku baca
dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. وَ الۡعٰدِیٰتِ
ضَبۡحًا -- demi
kuda-kuda perang yang berlari
kencang dengan mendengus-dengus. فَالۡمُوۡرِیٰتِ قَدۡحًا -- Maka hentakan
kakinya memantikkan percikan-percikan
bunga api. فَالۡمُغِیۡرٰتِ
صُبۡحًا -- lalu menyerbu secara tiba-tiba pada waktu subuh,
فَاَثَرۡنَ بِہٖ نَقۡعًا -- maka dengan
itu menerbangkan debu, فَوَسَطۡنَ بِہٖ جَمۡعًا -- Lalu mereka menyerbu ke tengah-tengah barisan-barisan musuh. Sesungguhnya manusia tidak bersyukur kepada Rabb-nya
(Tuhan-nya). Dan sesungguhnya ia memberi kesaksian terhadap hal itu. Dan
sesungguhnya ia sangat cinta kepada harta. اَفَلَا
یَعۡلَمُ اِذَا بُعۡثِرَ مَا فِی
الۡقُبُوۡرِ -- Maka apakah ia tidak menge-tahui apabila dibangkitkan orang-orang yang ada di dalam
kuburan-kuburan? وَ
حُصِّلَ مَا فِی الصُّدُوۡرِ
-- dan dikeluarkan apa yang ada dalam dada? اِنَّ رَبَّہُمۡ
بِہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّخَبِیۡرٌ -- Sesungguhnya Rabb
(Tuhan) mereka pada hari itu benar-benar mengetahui keadaan mereka. (Al-‘Ādiyāt
[100]:1-12).
Nampaknya orang-orang kafir telah kehilangan segala gairah hidup. Mereka seolah-olah telah tergeletak dalam keadaan tidak
bernyawa di dalam kuburan mereka
yakni dalam rumah mereka
mengikuti kehendak hawa-nafsu mereka. Tetapi
tidak lama lagi mereka akan bangkit
melawan Islam dan akan menempuh jarak
bermil-mil untuk menyerang Nabi Besar Muhammad saw. di Medinah.
Dalam
ayat-ayat selanjutnya rencana-rencana jahat musuh-musuh Islam akan terbuka. Allah mengetahui dengan sungguh-sungguh rencana jahat mereka dan Dia akan menghukum mereka atas segala perbuatan jahat mereka: اِنَّ رَبَّہُمۡ
بِہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّخَبِیۡرٌ -- sesungguhnya Rabb (Tuhan) mereka pada hari
itu benar-benar mengetahui keadaan mereka.”
Bukti Kebenaran Adanya “Hari kebangkitan” di Akhirat
Pendek kata, semangat jihad di jalan Allah yang
dilakukan para Sahabat Nabi Besar
Muhammad saw., -- yang digambarkan dalam ayat
-- sama sekali tidak ada
kaitannya dengan melakukan tabligh Islam dengan cara-cara kekerasan guna memaksa pihak-pihak lain untuk beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw.
dan menerima Islam, melainkan semata-mata menggambarkan bahwa betapa bangsa Arab yang selama ribuan tahun terkubur dalam kuburan “hawa-nafsu” serta “kejahiliyahan mereka,”
tetapi hanya dalam jangka waktu 23
tahun saja melalui seruan Nabi Besar Muhammad saw. tiba-tiba mereka keluar dari “kuburan-kuburan kejahiliyahan” mereka dan menjadi “manusia-manusia
malaikat” yakni sebagai “umat
yang terbaik” yang dijanjikan
bagi kemanfaatan seluruh umat manusia
(QS.2:144; QS.3:111).
Revolusi
berupa kebangkitan akhlak dan ruhani
yang terjadi di kalangan para Sahabat Nabi Besar Muhammad saw.
tersebut, telah membuktikan kebenaran
adanya “Hari Kebangkitan” di akhirat, yang didustakan oleh umumnya bangsa Arab yang terkubur dalam “kejahiliyahan” selama ribuan tahun tersebut (QS.17:50-53 & 99; QS.23:83; QS.37:17;
56:48), firman-Nya:
بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ وَ
النّٰزِعٰتِ غَرۡقًا ۙ﴿﴾ وَّ النّٰشِطٰتِ
نَشۡطًا ۙ﴿﴾ وَّ
السّٰبِحٰتِ سَبۡحًا ۙ﴿﴾ فَالسّٰبِقٰتِ
سَبۡقًا ۙ﴿﴾ فَالۡمُدَبِّرٰتِ اَمۡرًا ۘ﴿﴾ یَوۡمَ
تَرۡجُفُ الرَّاجِفَۃُ ۙ﴿﴾ تَتۡبَعُہَا الرَّادِفَۃُ ؕ﴿﴾ قُلُوۡبٌ یَّوۡمَئِذٍ وَّاجِفَۃٌ ۙ﴿﴾ اَبۡصَارُہَا خَاشِعَۃٌ ۘ﴿﴾ یَقُوۡلُوۡنَ
ءَاِنَّا لَمَرۡدُوۡدُوۡنَ فِی الۡحَافِرَۃِ ﴿ؕ﴾ ءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا نَّخِرَۃً ﴿ؕ﴾ قَالُوۡا تِلۡکَ اِذًا کَرَّۃٌ
خَاسِرَۃٌ ﴿ۘ﴾ فَاِنَّمَا ہِیَ
زَجۡرَۃٌ وَّاحِدَۃٌ ﴿ۙ﴾ فَاِذَا
ہُمۡ بِالسَّاہِرَۃِ ﴿ؕ﴾
Aku baca dengan nama Allah,
Maha Pemurah, Maha Penyayang. Demi mereka yang menarik sekuat-kuatnya, وَّ النّٰشِطٰتِ نَشۡطًا -- dan demi
mereka yang mengikatkan simpul seerat-eratnya. -- dan demi
mereka yang bergerak dengan cepat, maka
mereka maju jauh mendahului yang
lain. فَالۡمُدَبِّرٰتِ اَمۡرًا -- kemudian mereka mengelola urusan.
یَوۡمَ تَرۡجُفُ الرَّاجِفَۃُ -- pada hari
ketika bumi bergoncang dengan
segoncang-goncangnya, تَتۡبَعُہَا الرَّادِفَۃُ -- dan akan mengikutinya goncangan berikutnya. قُلُوۡبٌ یَّوۡمَئِذٍ وَّاجِفَۃٌ -- pada hari itu hati manusia berdebar-debar,
اَبۡصَارُہَا
خَاشِعَۃٌ -- pandangannya
tunduk, یَقُوۡلُوۡنَ
ءَاِنَّا لَمَرۡدُوۡدُوۡنَ فِی الۡحَافِرَۃِ -- mereka berkata: “Benarkah kami akan dikembalikan kepada keadaan semula? ءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا نَّخِرَۃً -- Apakah
apabila
kami telah menjadi tulang yang rapuh?”
قَالُوۡا
تِلۡکَ اِذًا کَرَّۃٌ خَاسِرَۃٌ -- Mereka berkata: “Jika demikian hal itu sungguh merupakan suatu pengembalian yang merugikan”, فَاِنَّمَا ہِیَ
زَجۡرَۃٌ وَّاحِدَۃٌ -- maka
sesungguhnya itu hanya dengan satu
teriakan saja, فَاِذَا
ہُمۡ بِالسَّاہِرَۃِ -- lalu tiba-tiba mereka keluar di tempat terbuka. (An-Nāzi’āt
[79]:1-14).
Nāzi’āt
dalam ayat
وَ النّٰزِعٰتِ غَرۡقًا -- “Demi mereka yang menarik sekuat-kuatnya,” kata itu diambil dari naza’a dan berarti: wujud-wujud
atau kelompok-kelompok orang yang memetik sesuatu; memecat pegawai-pegawai
tinggi; menyerupai; menarik dengan kuatnya; mengajak orang lain kepada
kebenaran (Aqrab—ul-Mawarid);
akar katanya mempunyai semua pengertian tersebut. Sedang kata gharq
dipergunakan dalam arti ighraq, yang
berarti: melepas anak panah sejauh-jauhnya, atau menyergap seseorang dan
mengalahkannya, atau memaksa diri
mempergunakan segala kekuatan (Lexicon Lane).
Menjadi Para Pengelola Urusan Umat Manusia
Nāsyithat
dalam ayat وَّ
النّٰشِطٰتِ نَشۡطًا -- “dan demi mereka yang
mengikatkan simpul seerat-eratnya” berarti: wujud-wujud atau
kelompok-kelompok orang yang bekerja
sekuat tenaga dalam menjalankan tugas
mereka. Sābihat dalam ayat selanjutnya وَّ السّٰبِحٰتِ سَبۡحًا berarti: (1)
wujud-wujud atau kelompok-kelompok orang yang memasuki daerah pedalaman untuk mengejar tujuan mereka; (2) Mereka yang
berusaha saling mengungguli dalam menjalankan tugas mereka (Lexicon Lane).
Makna kata sābihat tersebut
sesuai dengan penjelasan mengenai ayat
سَبۡحًا طَوِیۡلًا -- “memiliki
kesibukan yang panjang” (QS.73:8) mengenai kesibukan luar
biasa Nabi Besar Muhammad saw., ayat
tersebut tertuju kepada aneka ragam
kewajiban Nabi Besar Muhammad saw. yang dilaksanakan oleh beliau saw. dengan rela dan gembira serta yang
dalam melaksanakannya hati beliau saw.
merasa amat senang sekali, inilah
makna kata sab-han (Lexicon
Lane), hal yang sama dilakukan pula oleh para sahabat beliau saw., firman-Nya:
اِنَّ لَکَ فِی النَّہَارِ سَبۡحًا
طَوِیۡلًا ؕ﴿﴾ وَ اذۡکُرِ اسۡمَ رَبِّکَ وَ تَبَتَّلۡ اِلَیۡہِ تَبۡتِیۡلًا ؕ﴿﴾
Sesungguhnya engkau di
waktu siang سَبۡحًا طَوِیۡلًا -- memiliki
kesibukan yang panjang. وَ اذۡکُرِ اسۡمَ رَبِّکَ -- maka ingatlah selalu nama
Rabb (Tuhan) engkau, وَ تَبَتَّلۡ اِلَیۡہِ تَبۡتِیۡلًا -- dan baktikanlah diri engkau
kepada-Nya dengan sepenuh
kebaktian. (Al-Muzzammil [73]:8-9).
Mudabbirat dalam ayat فَالۡمُدَبِّرٰتِ اَمۡرًا – “kemudian mereka mengelola urusan.” berarti: wujud-wujud atau
kelompok-kelompok orang yang merencanakan,
mengelola, dan melaksanakan urusan yang diserahkan
(diamanatkan) kepada mereka dengan cara
sebaik-baiknya.
Jadi, Surah An-Nāzi’āt ayat 2-6, menurut anggapan beberapa ulama dan ahli tafsir, dikenakan kepada para malaikat dan menurut paham mereka
ayat-ayat itu berarti bahwa para malaikat
menyaksikan terjadinya peristiwa besar
yang disebut dalam ayat-ayat 7-8: یَوۡمَ تَرۡجُفُ الرَّاجِفَۃُ -- “pada hari ketika bumi
bergoncang dengan segoncang-goncangnya, تَتۡبَعُہَا الرَّادِفَۃُ -- dan akan mengikutinya goncangan berikutnya”.
Tetapi kesaksian para malaikat itu tidak dapat dijangkau oleh kemampuan ilmu dan pengertian
manusia. Oleh karena itu seperti nampak dari letaknya – ayat-ayat itu
nampak-nya tertuju kepada para Sahabat
Nabi Besar Muhammad saw. dan dapat dianggap mengandung nubuatan mengenai penyebarluasan agama Islam melalui usaha (jihad) mereka yang tulus
ikhlas dan penuh semangat, dan
mengandung nubuatan selanjutnya dalam
ayat فَالۡمُدَبِّرٰتِ اَمۡرًا – “kemudian mereka mengelola urusan,”
bahwa mereka akan diserahi tanggung-jawab melaksanakan dan mengatur urusan-urusan negara yang sangat penting dengan cakap dan adil.
Penggenapan Penganugerahan
Rangkaian Nikmat-nikmat Allah Swt.
Ringkasnya,
ayat-ayat tersebut menuturkan beberapa sifat
utama para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. ketika
nubuatan Al-Quran mengenai
penganugerahan rangkaian nikmat-nikmat Allah
Swt. berupa kenabian, kerajaan, dan kesuksesan duniawi -- yang telah diberikan kepada kaum-kaum terpilih sebelumnya, terutama
kepada Bani Israil -- juga akan dianugerahkan Allah Swt. kepada
para pengikut sejati Nabi Besar
Muhammad saw. – termasuk di Akhir Zaman ini -- firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ
اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَعَلَ فِیۡکُمۡ اَنۡۢبِیَآءَ وَ
جَعَلَکُمۡ مُّلُوۡکًا ٭ۖ وَّ اٰتٰىکُمۡ مَّا لَمۡ یُؤۡتِ اَحَدًا مِّنَ
الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai
kaumku, ingatlah nikmat
Allah atas kamu, ketika Dia
menjadikan nabi-nabi di antara Kamu, menjadikan
kamu raja-raja, dan Dia
memberikan kepada kamu apa yang
tidak diberikan kepada kaum lain di antara bangsa-bangsa. (Al-Maidah [5]:21). Lihat pula
QS.24:56.
Ayat یَوۡمَ تَرۡجُفُ الرَّاجِفَۃُ -- pada hari
ketika bumi bergoncang dengan
segoncang-goncangnya(An-Nāzi’āt
[79]:7), berarti bahwa nubuatan yang diumumkan dalam ayat-ayat
yang mendahuluinya akan terpenuhi sebagai akibat peperangan yang akan terjadi antara hamba-hamba Allah yang bertakwa
dengan kekuatan-kekuatan jahat, dan
golongan yang kedua akan menderita kekalahan;
kata rajafa berarti mengadakan persiapan
perang (Lexicon Lane).
Ayat selanjutnya تَتۡبَعُہَا
الرَّادِفَۃُ -- “dan akan mengikutinya goncangan berikutnya” bahwa jika sekali peperangan
mulai pecah antara orang-orang Muslim
dengan orang-orang kafir, maka perang itu tidak akan berkesudahan
sebelum kekuatan-kekuatan jahat dimusnahkan
secara tuntas sebagai akibat pukulan-pukulan bertubi-tubi yang akan
mereka terima.
Apabila orang-orang kafir menerima kekalahan demi kekalahan yang terjadi dengan cepatnya, dan mereka menyaksikan Islam memperoleh kemenangan dan keunggulan, ketika itu perasaan
cemas dan khawatir akan
kemungkinan adanya Hari Kebangkitan mulai menyerang
pikiran mereka. Itulah makna ayat قُلُوۡبٌ
یَّوۡمَئِذٍ وَّاجِفَۃٌ – “pada hari itu hati manusia berdebar-debar,
اَبۡصَارُہَا
خَاشِعَۃٌ
-- pandangannya
tunduk,” dan mereka mulai meyakini bahwa mereka di akhirat akan mengalami kerugian yang amat sangat, sebagaimana
dikemukakan ayat selanjutnya: یَقُوۡلُوۡنَ ءَاِنَّا لَمَرۡدُوۡدُوۡنَ فِی الۡحَافِرَۃِ -- mereka berkata: “Benarkah kami akan dikembalikan kepada
keadaan semula? ءَ اِذَا کُنَّا
عِظَامًا نَّخِرَۃً
-- apakah apabila kami telah menjadi
tulang yang rapuh?” قَالُوۡا
تِلۡکَ اِذًا کَرَّۃٌ خَاسِرَۃٌ -- Mereka berkata: “Jika demikian hal itu sungguh merupakan suatu pengembalian yang merugikan.”
Keterkejutan Penduduk Kota Makkah
Selanjutnya Allah Swt.
berfirman menjawab kegalauan hati mereka: فَاِنَّمَا ہِیَ
زَجۡرَۃٌ وَّاحِدَۃٌ -- “maka sesungguhnya itu hanya dengan satu teriakan saja”, فَاِذَا ہُمۡ
بِالسَّاہِرَۃِ -- “lalu
tiba-tiba mereka keluar di tempat terbuka.” Gambaran kekalutan
mereka itu di alam akhirat nanti pada
Hari Kebangkitan dialami pula oleh
para pendukuk kota Mekkah para peristiwa Fath Mekkah, ketika secara tiba-tiba Nabi Besar Muhammad saw. disertai 10.000 orang pengikut beliau saw. telah berada di pintu gerbang kota Mekkah, padahal hanya beberapa tahun sebelumnya
mereka telah berusaha untuk mempermalukan
beliau saw. melalui makar buruk yang
mereka rancang (QS.8:31) --firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
فَتَوَلَّ
عَنۡہُمۡ ۘ یَوۡمَ یَدۡعُ الدَّاعِ اِلٰی
شَیۡءٍ نُّکُرٍ ۙ﴿﴾ خُشَّعًا اَبۡصَارُہُمۡ یَخۡرُجُوۡنَ مِنَ الۡاَجۡدَاثِ کَاَنَّہُمۡ
جَرَادٌ مُّنۡتَشِرٌ ۙ﴿﴾ مُّہۡطِعِیۡنَ
اِلَی الدَّاعِ ؕ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا یَوۡمٌ عَسِرٌ ﴿﴾
Maka berpalinglah engkau dari mereka pada hari ketika Sang Penyeru akan memanggil mereka kepada sesuatu yang
tidak menyenangkan, sambil pandangan mereka menunduk, mereka akan keluar dari kuburan mereka, mereka itu seperti belalang yang bertebaran bergegas-gegas menuju Sang
Penyeru itu. یَقُوۡلُ
الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا یَوۡمٌ عَسِرٌ -- orang-orang
kafir itu akan berkata: “Inilah hari
yang sangat sulit.” (Al-Qamar [54]:7-9).
“Kuburan” di sini mengandung arti rumah orang-orang kafir. Pada beberapa
tempat dalam Al-Quran orang-orang kafir
telah ditamsilkan (diumpamakan) sebagai orang-orang
mati, sebab wujud mereka sama sekali hampa dari kehidupan ruhani (QS.27:81; QS.35:23).
Ayat-ayat “Sang Penyeru akan memanggil mereka kepada sesuatu yang tidak menyenangkan, sambil pandangan mereka menunduk, mereka akan keluar dari kuburan mereka, mereka itu
seperti belalang yang bertebaran bergegas-gegas menuju Sang Penyeru itu,” memberikan gambaran jelas mengenai kekalutan, kebingungan dan kehilangan
akal yang hebat di dalam kalangan kaum
Quraisy, ketika sang Penyeru – yakni Nabi Besar Muhammad saw. – yang hanya beberapa tahun yang lalu,
pernah diusir oleh mereka dari kota Mekkah dan telah disayembarakan dengan iming-iming hadiah besar akan diberikan kepada siapa
yang dapat menangkapnya hidup atau mati (QS.8:31), sekarang nampak kepada
mereka benar-benar telah berada di ambang
pintu ibukota mereka.
Dalam
Surah lain Allah Swt. menggambarkan keterkejutan dan kekalutan pikiran para
pendudukum Mekkah sebagai berikut, firman-Nya:
فَمَالِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا قِبَلَکَ مُہۡطِعِیۡنَ ﴿ۙ﴾ عَنِ الۡیَمِیۡنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ
عِزِیۡنَ ﴿﴾ اَیَطۡمَعُ کُلُّ امۡرِیًٔ
مِّنۡہُمۡ اَنۡ یُّدۡخَلَ
جَنَّۃَ نَعِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ کَلَّا ؕ اِنَّا
خَلَقۡنٰہُمۡ مِّمَّا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ فَلَاۤ
اُقۡسِمُ بِرَبِّالۡمَشٰرِقِ وَ الۡمَغٰرِبِ اِنَّا لَقٰدِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾ عَلٰۤی
اَنۡ نُّبَدِّلَ خَیۡرًا مِّنۡہُمۡ
ۙ وَ مَا نَحۡنُ بِمَسۡبُوۡقِیۡنَ﴿﴾ فَذَرۡہُمۡ
یَخُوۡضُوۡا وَ یَلۡعَبُوۡا حَتّٰی یُلٰقُوۡا یَوۡمَہُمُ الَّذِیۡ یُوۡعَدُوۡنَ ﴿ۙ﴾ یَوۡمَ یَخۡرُجُوۡنَ مِنَ الۡاَجۡدَاثِ سِرَاعًا کَاَنَّہُمۡ اِلٰی نُصُبٍ یُّوۡفِضُوۡنَ ﴿ۙ﴾ خَاشِعَۃً
اَبۡصَارُہُمۡ تَرۡہَقُہُمۡ
ذِلَّۃٌ ؕ ذٰلِکَ الۡیَوۡمُ
الَّذِیۡ کَانُوۡا یُوۡعَدُوۡنَ ﴿٪﴾
Lalu mengapakah orang-orang
kafir itu bergegas datang
kepada engkau, dari kanan dan dari kiri
berombongan-rombongan? Apakah setiap orang dari mereka mengharapkan dimasukkan dalam surga penuh
kenikmatan? Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui. Maka Aku
bersumpah dengan Rabb (Tuhan) yang memiliki
timur dan barat, sesungguhnya benar-benar
Kami memiliki kekuasaan, عَلٰۤی اَنۡ
نُّبَدِّلَ خَیۡرًا مِّنۡہُمۡ ۙ وَ مَا نَحۡنُ بِمَسۡبُوۡقِیۡنَ -- untuk menggantikan
mereka dengan kaum yang
lebih baik daripada mereka. dan sekali-kali tidak ada yang dapat mencegah
Kami dari maksud itu. فَذَرۡہُمۡ یَخُوۡضُوۡا وَ
یَلۡعَبُوۡا حَتّٰی یُلٰقُوۡا یَوۡمَہُمُ
الَّذِیۡ یُوۡعَدُوۡنَ -- maka tinggalkanlah
mereka tenggelam dalam pembicaraan kosong dan bermain-main hingga mereka
bertemu dengan hari mereka yang dijanjikan kepada mereka. یَوۡمَ یَخۡرُجُوۡنَ مِنَ
الۡاَجۡدَاثِ سِرَاعًا کَاَنَّہُمۡ اِلٰی
نُصُبٍ یُّوۡفِضُوۡنَ -- hari ketika mereka akan keluar
dari kuburan dengan cepat-cepat, seolah-olah mereka lari menuju tempat-tempat tertentu, خَاشِعَۃً اَبۡصَارُہُمۡ
تَرۡہَقُہُمۡ ذِلَّۃٌ -- mata mereka tertunduk dan kehinaan
meliputi mereka. ذٰلِکَ الۡیَوۡمُ الَّذِیۡ کَانُوۡا یُوۡعَدُوۡنَ -- Itulah hari yang
telah dijanjikan kepada mereka.
(Al-Ma’arīj [70]:37-45).
Gambaran Kekecewaan Berat Orang-orang Kafir
Pada “Hari Kebangkitan”
Makna ayat فَمَالِ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا قِبَلَکَ مُہۡطِعِیۡنَ -- “Lalu mengapakah orang-orang kafir itu bergegas datang kepada engkau, عَنِ الۡیَمِیۡنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ عِزِیۡنَ -- dari
kanan dan dari kiri berombongan-rombongan?”
memberikan gambaran yang menubuatkan tentang kemenangan Islam di masa akan datang, ketika suku-suku musyrik Arab, dari setiap penjuru negeri, bergegas-gegas
menunggu Nabi Besar Muhammad saw. dalam rombongan-rombongan perwakilan, dengan
permohonan agar mereka diterima masuk Islam, sebagaimana nubuatan dalam firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
اِذَا جَآءَ نَصۡرُ اللّٰہِ وَ
الۡفَتۡحُ ۙ﴿﴾ وَ رَاَیۡتَ النَّاسَ یَدۡخُلُوۡنَ فِیۡ دِیۡنِ اللّٰہِ اَفۡوَاجًا ۙ﴿﴾ فَسَبِّحۡ
بِحَمۡدِ رَبِّکَ وَ اسۡتَغۡفِرۡہُ
ؕؔ اِنَّہٗ کَانَ تَوَّابًا ٪﴿﴾
Aku
baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Apabila
datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan engkau melihat manusia masuk
dalam agama Allah berbondong-bondong, maka bertasbihlah
dengan memuji Rabb (Tuhan) engkau, dan mohonlah ampunan-Nya, sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat. (An-Nashr [110]:1-4).
Atau, ayat-ayat فَمَالِ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا قِبَلَکَ مُہۡطِعِیۡنَ -- “Lalu mengapakah orang-orang kafir itu bergegas datang kepada engkau, عَنِ الۡیَمِیۡنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ عِزِیۡنَ -- dari
kanan dan dari kiri berombongan-rombongan?” (Surah Al-Ma’ārij) itu dapat mengisyaratkan kepada tawaran-tawaran yang sangat memikat hati dari para pemimpin kaum
Quraisy kepada Nabi Besar Muhammad saw., asalkan saja beliau saw. mau menghentikan kegiatan tabligh (da’wah) menentang
berhala-berhala mereka.
Tetapi oleh beberapa sumber ayat-ayat itu
dianggap mengisyaratkan kepada serangan-serangan
berbahaya yang dilancarkan terhadap Nabi Besar Muhammad saw. -- dalam berbagai bentuk dan dari berbagai arah -- oleh para penentang beliau saw., sesuai
dengan ancaman penghadang iblis
yang dikemukakannya kepada Allah Swt.
berkenaan dengan Adam a.s. dan para pengikutnya (QS.7:12-19).
Makna ayat عَلٰۤی اَنۡ نُّبَدِّلَ خَیۡرًا مِّنۡہُمۡ ۙ وَ مَا نَحۡنُ بِمَسۡبُوۡقِیۡنَ -- untuk menggantikan
mereka dengan kaum yang
lebih baik daripada mereka. dan sekali-kali tidak ada yang dapat mencegah
Kami dari maksud itu (Al-Ma’ārij ayat 42), bahwa lawan-lawan
Nabi Besar Muhammad saw. diberi
tahu bahwa orde lama akan lenyap dan dari puing-puingnya akan
muncul orde baru dan yang lebih baik, serta kaum lain akan menggantikan
mereka (QS.7:35-37; QS.5:55-57; QS.14:49-53).
Ayat یَوۡمَ
یَخۡرُجُوۡنَ مِنَ الۡاَجۡدَاثِ سِرَاعًا
کَاَنَّہُمۡ اِلٰی نُصُبٍ یُّوۡفِضُوۡنَ -- “hari
ketika mereka akan keluar dari kuburan
dengan cepat-cepat, seolah-olah mereka
lari menuju tempat-tempat tertentu, خَاشِعَۃً اَبۡصَارُہُمۡ تَرۡہَقُہُمۡ ذِلَّۃٌ -- mata
mereka tertunduk dan kehinaan
meliputi mereka. ذٰلِکَ الۡیَوۡمُ الَّذِیۡ کَانُوۡا یُوۡعَدُوۡنَ -- Itulah hari yang
telah dijanjikan kepada mereka,”
((Al-Ma’ārij ayat 44-45) mengandung lukisan (gambaran) jelas sekali mengenai para pemimpin kaum Quraisy, sesudah Mekkah
jatuh, ketika mereka datang kepada Nabi
Besar Muhammad saw. dengan
amat masygul, lesu, dan hati pilu
sekali, seraya mata mereka merunduk;
lagi pula kekecewaan, rasa berdosa, serta penyesalan membayang jelas pada wajah mereka.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor:
Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 5 Oktober
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar