Rabu, 22 Oktober 2014

Pujian Khusus Allah Swt. Mengenai Para Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw. yang Benar-benar "Berjihad di Jalan Allah"



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


 Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   343

Pujian Khusus Allah Swt.   Mengenai Para Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw. yang   Benar-benar “Berjihad di Jalan Allah” 

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan  firman Allah Swt.  dalam Al-Insyirah [94]:1-9  mengenai kesempurnaan  Nabi Besar Muhammad saw.  dalam Surah Al-Muzzammil, yaitu  dalam upaya mempersiapkan diri beliau saw. dan para pengikut beliau saw. yang mendapat  tugas dari Allah Swt. untuk menciptaan  revolusi ruhani  kalangan umat manusia,  Allah Swt. berfirman:

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  یٰۤاَیُّہَا الۡمُزَّمِّلُ ۙ﴿﴾   قُمِ  الَّیۡلَ   اِلَّا  قَلِیۡلًا ۙ﴿﴾   نِّصۡفَہٗۤ  اَوِ انۡقُصۡ  مِنۡہُ  قَلِیۡلًا ۙ﴿﴾   اَوۡ زِدۡ  عَلَیۡہِ  وَ رَتِّلِ الۡقُرۡاٰنَ  تَرۡتِیۡلًا ؕ﴿﴾   اِنَّا سَنُلۡقِیۡ عَلَیۡکَ  قَوۡلًا  ثَقِیۡلًا ﴿﴾  اِنَّ نَاشِئَۃَ الَّیۡلِ  ہِیَ اَشَدُّ وَطۡاً  وَّ  اَقۡوَمُ قِیۡلًا ؕ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.      یٰۤاَیُّہَا الۡمُزَّمِّلُ   -- wahai orang yang berselimut. قُمِ  الَّیۡلَ   اِلَّا  قَلِیۡلًا   -- berdirilah untuk shalat waktu malam, kecuali sedikit,    setengahnya atau kurangilah sedikit darinya,   atau tambahkan atasnya,  اَوۡ زِدۡ  عَلَیۡہِ  وَ رَتِّلِ الۡقُرۡاٰنَ  تَرۡتِیۡلًا  -- dan bacalah Al-Quran dengan pembacaan yang baik.  اِنَّا سَنُلۡقِیۡ عَلَیۡکَ  قَوۡلًا  ثَقِیۡلًا  --  sesungguhnya Aku akan melimpahkan kepada engkau firman yang berbobot.  اِنَّ نَاشِئَۃَ الَّیۡلِ  ہِیَ اَشَدُّ وَطۡاً  وَّ  اَقۡوَمُ قِیۡلًا  -- sesungguhnya bangun di waktu malam untuk shalat adalah lebih kuat untuk menguasai diri dan lebih ampuh berbicara. (Al-Muzzammil [73]:1-7).

Manfaat Besar Shalat Tahajjud Dalam Meraih Kesuksesan

  Shalat tahajjud membantu memperkembangkan dua syarat itu. Karena telah dapat menguasai pikiran dan ucapannya maka  orang menjadi dapat menguasai orang-orang lain pula  terutama dalam menunaikan kewajiban pelaksanaan haququl ‘ibad yakni pemenuhan akan hak-hak sesama hamba Allah Swt.) -- sebagai hasil dari pelaksanaan haququlLah -- sebagaimana firman Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. dalam ayat selanjutnya:
اِنَّ  لَکَ فِی النَّہَارِ سَبۡحًا طَوِیۡلًا ؕ﴿﴾  وَ اذۡکُرِ اسۡمَ رَبِّکَ وَ تَبَتَّلۡ  اِلَیۡہِ تَبۡتِیۡلًا ؕ﴿﴾
Sesungguhnya engkau di waktu siang سَبۡحًا طَوِیۡلًا  -- memiliki kesibukan yang panjang. وَ اذۡکُرِ اسۡمَ رَبِّکَ  -- maka ingatlah selalu nama  Rabb (Tuhan) engkau, وَ تَبَتَّلۡ  اِلَیۡہِ تَبۡتِیۡلًا  -- dan baktikanlah diri engkau  kepada-Nya dengan sepenuh kebaktian. (Al-Muzzammil [73]:8-9).
   Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab 339    isyarat dalam ayat  سَبۡحًا طَوِیۡلًا  -- “memiliki kesibukan yang panjang  mengenai Nabi Besar Muhammad saw., ayat tersebut tertuju kepada aneka ragam kewajiban  Nabi Besar Muhammad saw.  yang dilaksanakan oleh beliau  saw. dengan rela dan gembira serta yang dalam melaksanakannya hati beliau saw. merasa amat senang sekali, inilah makna kata sab-han (Lexicon Lane).
  Kata sab-han  -- yang berasal dari kata sabh      --   ini pulalah yang digunakan  dalam Al-Quran mengenai bertasbihnya  seluruh langit dan bumi kepada Allah Swt. dalam berbagai Surah Al-Quran, firman-Nya: 
سَبَّحَ  لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿ ﴾
Menyanjung kesucian  Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan bumi, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Hadīd [57]:2). Lihat pula QS.17:45; QS. 24:42; QS.61:2; QS.62:2; QS.64:2).
   Sabbaha fī hawā’ijihi artinya:  ia menyibukkan diri dalam mencari nafkah, atau sibuk dalam urusannya. Sabh berarti: mengerjakan pekerjaan, atau mengerjakannya dengan usaha sekeras-kerasnya serta secepat-cepatnya, dan ungkapan subhānallāh menyatakan kecepatan pergi berlindung kepada Allah Swt.  dan kesigapan melayani dan menaati perintah-Nya, sebagaimana yang dikatakan para malaikat kepada  Allah Swt. (QS.2:31).
   Mengingat akan arti dasar kata ini, masdar isim (kata benda infinitif) tasbih dari sabbaha artinya  menyatakan bahwa Allah  Swt. itu   bebas  dari segala kekurangan atau aib, atau cepat-cepat memohon bantuan ke hadirat Allah Swt. dan sigap dalam menaati Dia sambil mengatakan Subhānallāh  ­- Maha Suci Allah (Lexicon Lane).
    Oleh karena itu ayat ini berarti bahwa segala sesuatu di alam semesta sedang melakukan tugasnya masing-masing dengan cermat dan teratur, dan dengan memanfaatkan kemampuan-kemampuan serta kekuatan-kekuatan yang dilimpahkan Allah Swt. kepadanya, serta memenuhi tujuan ia diciptakan dengan cara yang sangat ajaib,  sehingga kita  mau tidak mau  harus mengambil kesimpulan bahwa  Allah Swt. sebagai Sang Perencana dan Arsitek tatanan alam semesta ini, sungguh Maha Kuasa dan Maha Bijaksana, dan bahwa seluruh alam semesta  secara keseluruhan dan tiap-tiap makhluk secara individu serta dalam batas kemampuannya masing-masing, memberi kesaksian mengenai kebenaran yang tidak dapat dipungkiri, bahwa tatanan alam semesta  karya Allah Swt. itu mutlak bebas dari setiap kekurangan, aib atau ketidaksempurnaan dalam segala seginya yang beraneka ragam dan banyak itu. Inilah maksud kata tasbih.

Pujian Khusus Allah Swt. Mengenai Para  Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw.

     Kepatuh-taatan para malaikat dalam melaksanakan berbagai tugas yang telah ditetapkan Allah Swt.   di alam semesta ini,  dimasa Nabi Besar Muhammad saw. telah berhasil dilaksanakan oleh para sahabah beliau saw., sebagaimana yang digambarkan secara kiasan dalam ayat-ayat awal Surah Al-Mursalāt dan Surah  An-Nāzi’āt,  firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ وَ الۡمُرۡسَلٰتِ  عُرۡفًا ۙ﴿﴾   فَالۡعٰصِفٰتِ عَصۡفًا ۙ﴿﴾  وَّ  النّٰشِرٰتِ نَشۡرًا ۙ﴿﴾  فَالۡفٰرِقٰتِ فَرۡقًا ۙ﴿﴾ فَالۡمُلۡقِیٰتِ ذِکۡرًا ۙ﴿﴾  عُذۡرًا  اَوۡ  نُذۡرًا ۙ﴿﴾  اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ  لَوَاقِعٌ ؕ﴿﴾  
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.    Demi mereka yang diutus  menyebarkan  kebajikan, lalu  mereka bergerak maju dengan cepat. Demi mereka yang menyebarkan  kebenaran sebaik-baiknya.  Maka mereka membedakan  hak dan batil  sebeda-bedanya,  lalu mereka menyampaikan peringatan Allah.    Sebagai alasan atau  sebagai peringatan.  Sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepada kamu niscaya  akan terjadi. (Al-Mursalāt [77]:1-8)
   Wujud-wujud atau makhluk-makhluk yang disebut di dalam ayat 2 sampai  dan empat ayat berikutnya telah dianggap oleh berbagai sumber mengisyaratkan kepada angin, malaikat, rasul-rasul Allah dan para pengikut mereka; dan terutama dan sangat kena kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw..
      Bertalian dengan para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. ayat ini akan berarti, bahwa mula-mula para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.  menyebarkan seruan Islam dengan perlahan-lahan dan lemah lembut, itulah makna ayat  وَ الۡمُرۡسَلٰتِ  عُرۡفًا   -- “Demi mereka yang diutus  menyebarkan  kebajikan
  Makna ayata selanjutnya فَالۡعٰصِفٰتِ عَصۡفًا    -- “lalu  mereka bergerak maju dengan cepat,  bahwa sesudah kesukaran-kesukaran awal dalam rangka usaha tabligh Islam dapat diatasi, para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. bergerak lebih cepat dan meneruskan seruan Islam dengan semangat lebih berkobar; atau, ayat ini dapat berarti bahwa dengan bantuan ajaran Al-Quran  mereka menghancurkan kepalsuan dan kekuatan-kekuatan kejahatan di hadapan mereka menjadi laksana potongan jerami dihembus angin.
 Ayat  وَّ  النّٰشِرٰتِ نَشۡرًا  -- “Demi mereka yang menyebarkan  kebenaran sebaik-baiknya.”  Mereka menyatakan dan menyebarkan seruan kebenaran ke tempat-tempat jauh dan seluas-luasnya, atau menyebarkan benih-benih kebaikan ke mana-mana. Dengan penyebaran Amanat Al-Quran, akan menjadi nyata bedanya kebenaran dari kepalsuan dan orang-orang baik dari orang-orang jahat, demikian makna ayat: فَالۡفٰرِقٰتِ فَرۡقًا  -- “Maka mereka membedakan  hak dan batil  sebeda-bedanya.
 Dalam ayat  selanjutnya Allah Swt. berfirman   فَالۡمُلۡقِیٰتِ ذِکۡرًا  --    “lalu mereka menyampaikan peringatan Allah.” عُذۡرًا  اَوۡ  نُذۡرًا  --  “Sebagai alasan atau  sebagai peringatan,  اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ  لَوَاقِعٌ  -- “sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepada kamu niscaya  akan terjadi,  ayat-ayat tersebut berarti bahwa kenyataan akan dibuktikan, bahwa  para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. telah menyampaikan dan menunaikan tugas kewajiban yang telah diserahkan kepada mereka dengan sebaik-baiknya.

Al-‘Ādiyāt (Kuda-kuda Perang)

   Semangat  melakukan jihad di jalan Allah menyampai tabligh Islam (Al-Quran) yang dilakukan oleh para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. tersebut dalam Surah berikut ini digambarkan (diumpamakan)   bagaikan  al-‘ādiyāt  (kuda-kuda perang), sebab  dalam melakukan tabligh Islam  para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. terpaksa  harus  menghadapi pihak-pihak yang dalam melakukan penentangan  mereka kepada Nabi Besar Muhammad saw. mempergunakan cara-cara kekerasan (senjata n- QS,22:40-42), firman-Nya: 
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  وَ الۡعٰدِیٰتِ ضَبۡحًا ۙ﴿﴾   فَالۡمُوۡرِیٰتِ قَدۡحًا ۙ﴿﴾  فَالۡمُغِیۡرٰتِ صُبۡحًا ۙ﴿﴾   فَاَثَرۡنَ بِہٖ نَقۡعًا ۙ﴿﴾ فَوَسَطۡنَ بِہٖ جَمۡعًا ۙ﴿﴾   اِنَّ  الۡاِنۡسَانَ لِرَبِّہٖ  لَکَنُوۡدٌ ۚ﴿۶﴾   وَ  اِنَّہٗ  عَلٰی ذٰلِکَ لَشَہِیۡدٌ ۚ﴿﴾  وَ  اِنَّہٗ  لِحُبِّ الۡخَیۡرِ  لَشَدِیۡدٌ ؕ﴿﴾  اَفَلَا یَعۡلَمُ  اِذَا بُعۡثِرَ مَا فِی الۡقُبُوۡرِ ۙ﴿﴾  وَ  حُصِّلَ مَا فِی الصُّدُوۡرِ ﴿ۙ﴾  اِنَّ  رَبَّہُمۡ  بِہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّخَبِیۡرٌ ٪ ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. وَ الۡعٰدِیٰتِ ضَبۡحًا  -- demi kuda-kuda perang yang berlari kencang dengan mendengus-dengus.  فَالۡمُوۡرِیٰتِ قَدۡحًا  -- Maka hentakan kakinya memantikkan percikan-percikan bunga api.  فَالۡمُغِیۡرٰتِ صُبۡحًا  -- lalu menyerbu secara tiba-tiba pada waktu subuh,  فَاَثَرۡنَ بِہٖ نَقۡعًا  -- maka dengan itu menerbangkan debu,  فَوَسَطۡنَ بِہٖ جَمۡعًا  -- Lalu mereka menyerbu ke tengah-tengah  barisan-barisan musuh.   Sesungguhnya manusia tidak bersyukur kepada Rabb-nya (Tuhan-nya).   Dan sesungguhnya ia memberi kesaksian terhadap hal itu.   Dan sesungguhnya ia sangat  cinta kepada harta. اَفَلَا یَعۡلَمُ  اِذَا بُعۡثِرَ مَا فِی الۡقُبُوۡرِ -- Maka apakah ia tidak menge-tahui apabila dibangkitkan orang-orang yang ada di dalam kuburan-kuburan?   وَ  حُصِّلَ مَا فِی الصُّدُوۡرِ  -- dan dikeluarkan apa yang  ada dalam dada?  اِنَّ  رَبَّہُمۡ  بِہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّخَبِیۡرٌ --  Sesungguhnya  Rabb (Tuhan) mereka  pada hari itu benar-benar  mengetahui keadaan mereka.  (Al-‘Ādiyāt [100]:1-12).
   Betapa besar kesayangan dan kecintaan Allāh terhadap pejuang-pejuang yang menghadapi perang tidak kenal ampun melawan kekuatan-kekuatan kejahatan hingga Dia bersumpah dengan mereka dan bahkan dengan kuda-kuda mereka, kata ‘ādiyāt itu berarti prajurit-prajurit dan kuda-kuda perang mereka.
   Ayat   وَ الۡعٰدِیٰتِ ضَبۡحًا  -- demi kuda-kuda perang yang berlari kencang dengan mendengus-dengus”, ini melukiskan dengan sangat jelas semangat dan gairah para sahabat  Nabi Besar Muhammad saw.  untuk bertempur dan mengorbankan jiwa mereka di jalan Allah. Ayat ini mengatakan bahwa mereka berderap maju ke medan pertempuran dengan kegembiraan hati luar biasa dan penuh semangat untuk meraih kemenangan atau mati syahid di jalan Allah; dan ayat  ini juga menyebut dengan nada kekagum-kaguman akan kesigapan gerak kuda-kuda perang mereka dan kemendadakan serangan-serangan mereka.  Hal tersebut membuktikan bahwa  antara kuda dengan penunggangnya benar-benar telah “menyatu.”
     Surah ini diturunkan di Mekkah, ketika orang-orang Islam tidak memiliki kuda sama sekali. Dalam pertempuran Badar hanya ada dua ekor kuda dalam lasykar Islam, seekor milik Miqdad dan yang lainnya milik  Zubair. Ayat ini pada hakikatnya merupakan nubuatan bahwa tidak lama lagi orang-orang Islam akan memiliki banyak kuda.
  Ketiga perkataan itu, ‘ādiyāt, mūriyāt, dan mughīrāt telah diberi arti berlain-lainan oleh berbagai ulama. Menurut Ibn ’Abbas r.a.  kata-kata itu menunjuk kepada unta-unta yang berlari pada ketika berziarah ke tanah suci, tetapi menurut pengarang kitab tafsir “Ruhul Ma’ani” sebutan itu tertuju kepada kuda para mujahid Islam.
     Tetapi  sebagian pujangga yang berbakat tasawwuf menganggap kata-kata tersebut sebagai lukisan mengenai para musafir ruhani (salik) yang berlari dengan cepatnya pada perjalanan ruhani (suluk) mereka untuk menemui Tuhan dan Junjungan mereka, Allah Swt..
  Makna ayat  selanjutnya  فَالۡمُوۡرِیٰتِ قَدۡحًا -- “Maka hentakan kakinya memantikkan percikan-percikan bunga api,” yaitu kuda-kuda para mujahid Islam berlari begitu cepat sehingga menimbulkan percikan bunga api ketika tapak kaki kuda mereka menginjak tanah. Yang diisyaratkan ialah keinginan keras dan semangat berkobar para mujahid Islam untuk berjihad di  jalan Allah.

Para Pejuang yang Berjiwa Ksatria

   Makna ayat  فَوَسَطۡنَ بِہٖ جَمۡعًا  -- “lalu mereka menyerbu ke tengah-tengah  barisan-barisan musuh”,   bahwa  para mujahid Islam yang gagah-berani itu tidak mengambil faedah secara tidak ksatria dari kelengahan dan ketidaksiagaan musuh dengan menyerang mereka di waktu malam. Mereka menyergap musuh-musuh mereka dalam kecerahan  hari waktu fajar. Para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.   adalah mujahid-mujahid pemberani dan berjiwa ksatria.
  Serbuan pasukan Islam itu begitu keras dan hebat, sehingga seluruh ufuk (cakrawala) menjadi kelam dengan kepulan debu yang ditimbulkan oleh langkah-langkah cepat kuda-kuda mereka: فَاَثَرۡنَ بِہٖ نَقۡعًا  -- maka dengan itu menerbangkan debu.”
  Makna ayat selanjutnya: فَوَسَطۡنَ بِہٖ جَمۡعًا  -- Lalu mereka menyerbu ke tengah-tengah  barisan-barisan musuh”, bahwa para mujahid Islam tidak menyerang perorangan atau para perempuan  lemah lagi tidak berdaya, anak-anak, dan orang-orang lanjut usia   -- seperti yang terjadi di Akhir zaman ini oleh pihak-pihak  yang juga mengatasnamakan jihad di jalan Allah --  melainkan mereka dalam formasi pasukan menyerang, dan mereka menembus jauh ke dalam jantung barisan-barisan seluruh kekuatan musuh.
 Seetelah mengemukakan  kecintaan berlebihan umumnya manusia kepada kehidupan duniawi, dalam ayat selanjutnya Allah Swt. berfirman: اَفَلَا یَعۡلَمُ  اِذَا بُعۡثِرَ مَا فِی الۡقُبُوۡرِ --  “Maka apakah ia tidak mengetahui apabila dibangkitkan orang-orang yang ada di dalam kuburan-kuburan?”  
   Nampaknya orang-orang kafir telah kehilangan segala gairah hidup. Mereka seolah-olah telah tergeletak dalam keadaan tidak bernyawa di dalam kuburan mereka yakni dalam rumah mereka mengikuti  kehendak hawa-nafsu mereka.. Tetapi tidak lama lagi mereka akan bangkit melawan Islam dan akan menempuh jarak bermil-mil untuk menyerang  Nabi Besar Muhammad saw.  di Medinah.
  Dalam ayat-ayat selanjutnya  rencana-rencana jahat musuh-musuh Islam akan terbuka.  Allah mengetahui dengan sungguh-sungguh rencana jahat mereka dan Dia akan menghukum mereka atas segala perbuatan jahat mereka:   اِنَّ  رَبَّہُمۡ  بِہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّخَبِیۡرٌ --  sesungguhnya  Rabb (Tuhan) mereka  pada hari itu benar-benar  mengetahui keadaan mereka.”  

Bukti Kebenaran Adanya “Hari kebangkitan” di Akhirat

 Pendek kata, semangat jihad di jalan Allah   yang dilakukan para Sahabat Nabi Besar Muhammad saw., sama sekali tidak ada kaitannya dengan  melakukan tabligh Islam dengan cara-cara kekerasan guna memaksa pihak-pihak lain untuk beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan menerima Islam, melainkan   semata-mata menggambarkan bahwa betapa bangsa Arab   yang selama ribuan tahun terkubur dalam kuburan “hawa-nafsu” serta “kejahiliyahan mereka,  tetapi hanya dalam jangka waktu 23 tahun saja melalui  seruan Nabi Besar Muhammad saw.  tiba-tiba mereka  keluar dari “kuburan-kuburan kejahiliyahan” mereka dan menjadi  manusia-manusia malaikat” yakni  sebagai “umat  yang terbaik  yang dijanjikan bagi kemanfaatan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111).
    Revolusi berupa kebangkitan akhlak dan ruhani  yang terjadi di kalangan  para Sahabat Nabi Besar Muhammad saw. tersebut, telah membuktikan kebenaran adanya “Hari Kebangkitan” di akhirat,   yang   didustakan oleh umumnya bangsa Arab yang terkubur dalam “kejahiliyahan” selama ribuan tahun tersebut (QS.17:50-53 & 99; QS.23:83; QS.37:17; 56:48), firman-Nya:  
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  وَ النّٰزِعٰتِ غَرۡقًا ۙ﴿﴾   وَّ النّٰشِطٰتِ نَشۡطًا  ۙ﴿﴾  وَّ السّٰبِحٰتِ سَبۡحًا ۙ﴿﴾   فَالسّٰبِقٰتِ سَبۡقًا ۙ﴿﴾  فَالۡمُدَبِّرٰتِ اَمۡرًا ۘ﴿﴾   یَوۡمَ  تَرۡجُفُ الرَّاجِفَۃُ ۙ﴿﴾   تَتۡبَعُہَا الرَّادِفَۃُ ؕ﴿﴾  قُلُوۡبٌ یَّوۡمَئِذٍ وَّاجِفَۃٌ ۙ﴿﴾   اَبۡصَارُہَا خَاشِعَۃٌ ۘ﴿﴾ یَقُوۡلُوۡنَ ءَاِنَّا  لَمَرۡدُوۡدُوۡنَ  فِی الۡحَافِرَۃِ ﴿ؕ﴾  ءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا نَّخِرَۃً ﴿ؕ﴾   قَالُوۡا تِلۡکَ  اِذًا کَرَّۃٌ  خَاسِرَۃٌ ﴿ۘ﴾  فَاِنَّمَا ہِیَ زَجۡرَۃٌ   وَّاحِدَۃٌ ﴿ۙ﴾  فَاِذَا  ہُمۡ  بِالسَّاہِرَۃِ ﴿ؕ﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Demi mereka yang menarik   sekuat-kuatnya,  وَّ النّٰشِطٰتِ نَشۡطًا    -- dan demi mereka yang mengikatkan simpul seerat-eratnya.     --  dan demi mereka yang bergerak dengan cepat,   maka mereka maju jauh mendahului yang lain. فَالۡمُدَبِّرٰتِ اَمۡرًا -- kemudian mereka mengelola urusan.  یَوۡمَ  تَرۡجُفُ الرَّاجِفَۃُ   --  pada hari ketika bumi bergoncang dengan segoncang-goncangnya,  تَتۡبَعُہَا الرَّادِفَۃُ -- dan akan mengikutinya goncangan berikutnya.  قُلُوۡبٌ یَّوۡمَئِذٍ وَّاجِفَۃٌ -- pada hari itu hati manusia  berdebar-debar, اَبۡصَارُہَا خَاشِعَۃٌ  --   pandangannya tunduk,  یَقُوۡلُوۡنَ ءَاِنَّا  لَمَرۡدُوۡدُوۡنَ  فِی الۡحَافِرَۃِ    -- mereka berkata: “Benarkah kami akan dikembalikan kepada keadaan semula?  ءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا نَّخِرَۃً  --   Apakah apabila  kami telah menjadi tulang yang rapuh?” قَالُوۡا تِلۡکَ  اِذًا کَرَّۃٌ  خَاسِرَۃٌ --  Mereka berkata: “Jika demikian hal  itu  sungguh merupakan suatu pengembalian yang merugikan”,    فَاِنَّمَا ہِیَ زَجۡرَۃٌ   وَّاحِدَۃٌ  --  maka sesungguhnya itu hanya dengan satu teriakan saja, فَاِذَا  ہُمۡ  بِالسَّاہِرَۃِ  -- lalu tiba-tiba mereka keluar di tempat terbuka. (An-Nāzi’āt [79]:1-14). 

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  3  Oktober     2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar