بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 347
Perumpamaan “Pohon
yang Baik” & Hakikat Perbedaan Urutan Keempat Tugas Mulia Nabi Besar Muhammad Saw. Dalam Doa Nabi Ibrahim a.s. dengan Kenyataan yang Terjadi
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan ayat mengenai misal wahyu
Ilahi yang diturunkan kepada para rasul
Allah – terutama wahyu Al-Quran kepada Nabi Besar
Muhammad saw. – yaitu ibarat air hujan yang turun dari langit,
sedangkan berbagai macam tanggapan -- baik dan buruk -- yang dilakukan oleh
manusia terhadap para rasul Allah tersebut bagaikan tumbuhnya aneka ragam tumbuh-tumbuhan yang baik
dan buruk pada bidang tanah yang sama yang
disiram oleh air hujan yang sama pula,
firman-Nya:
وَ ہُوَ
الَّذِیۡ مَدَّ الۡاَرۡضَ وَ جَعَلَ
فِیۡہَا رَوَاسِیَ وَ اَنۡہٰرًا ؕ وَ مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ جَعَلَ
فِیۡہَا زَوۡجَیۡنِ اثۡنَیۡنِ یُغۡشِی الَّیۡلَ النَّہَارَ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ
لَاٰیٰتٍ لِّقَوۡمٍ یَّتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ وَ فِی الۡاَرۡضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ وَّ جَنّٰتٌ
مِّنۡ اَعۡنَابٍ وَّ زَرۡعٌ وَّ نَخِیۡلٌ صِنۡوَانٌ وَّ غَیۡرُ صِنۡوَانٍ یُّسۡقٰی
بِمَآءٍ وَّاحِدٍ ۟ وَ نُفَضِّلُ بَعۡضَہَا عَلٰی بَعۡضٍ فِی الۡاُکُلِ ؕ اِنَّ
فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّقَوۡمٍ
یَّعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Dan Dia-lah
Yang telah membentangkan bumi ini dan menjadikan di dalamnya gunung-gunung dan sungai-sungai, وَ مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ جَعَلَ فِیۡہَا زَوۡجَیۡنِ
اثۡنَیۡنِ -- dan dari setiap macam buah-buahan Dia menjadikan dua jenis
berpasang-pasangan, Dia
menyebabkan malam menutupi siang,
sesungguhnya dalam hal itu benar-benar ada
Tanda-tanda bagi kaum yang merenungkan.
وَ فِی الۡاَرۡضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ -- dan di bumi ini ada bermacam-macam
bidang tanah yang saling
berdampingan, dan kebun-kebun anggur, ladang-ladang, pohon-pohon
kurma berumpun yang tumbuh dari satu akar dan yang tidak berumpun, یُّسۡقٰی بِمَآءٍ وَّاحِدٍ -- semuanya itu disirami dengan air yang sama, وَ نُفَضِّلُ بَعۡضَہَا عَلٰی بَعۡضٍ فِی
الۡاُکُلِ -- tetapi Kami melebihkan sebagian dari sebagian yang lain dalam buahnya, sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada
Tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan. (Ar-Rā’d [13]:4-5).
Pentingnya Keberadaan “Pasangan” Bagi Segala Sesuatu
Meskipun ayat 4 hanya menyinggung adanya pasangan-pasangan pada buah-buahan,
yakni وَ مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ جَعَلَ فِیۡہَا
زَوۡجَیۡنِ اثۡنَیۡنِ -- “dan dari setiap macam buah-buahan
Dia menjadikan dua jenis berpasang-pasangan,” tetapi di tempat lain
Al-Quran mengatakan bahwa Allah Swt. telah membuat pasangan-pasangan jantan
dan betina bagi segala sesuatu,
firman-Nya:
وَ
اٰیَۃٌ لَّہُمُ الۡاَرۡضُ الۡمَیۡتَۃُ ۚۖ
اَحۡیَیۡنٰہَا وَ اَخۡرَجۡنَا مِنۡہَا حَبًّا فَمِنۡہُ یَاۡکُلُوۡنَ ﴿﴾ وَ جَعَلۡنَا فِیۡہَا جَنّٰتٍ مِّنۡ نَّخِیۡلٍ
وَّ اَعۡنَابٍ وَّ فَجَّرۡنَا فِیۡہَا مِنَ الۡعُیُوۡنِ ﴿ۙ﴾ لِیَاۡکُلُوۡا مِنۡ ثَمَرِہٖ ۙ وَ مَا عَمِلَتۡہُ
اَیۡدِیۡہِمۡ ؕ اَفَلَا یَشۡکُرُوۡنَ ﴿﴾ سُبۡحٰنَ الَّذِیۡ خَلَقَ الۡاَزۡوَاجَ کُلَّہَا
مِمَّا تُنۡۢبِتُ الۡاَرۡضُ وَ مِنۡ اَنۡفُسِہِمۡ وَ مِمَّا لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan suatu Tanda bagi mereka bumi yang mati, Kami menghidupkannya
dan Kami mengeluarkan darinya
padi-padian lalu mereka makan
darinya. Dan Kami menjadikan di dalamnya kebun-kebun kurma dan anggur, dan Kami memancarkan di dalamnya mata-mata air, supaya mereka dapat makan buah-buahannya, وَ مَا عَمِلَتۡہُ اَیۡدِیۡہِمۡ ؕ اَفَلَا
یَشۡکُرُوۡنَ -- dan
sekali-kali bukan tangan mereka yang
mengerjakannya, lalu mengapakan
mereka tidak bersyukur? سُبۡحٰنَ
الَّذِیۡ خَلَقَ الۡاَزۡوَاجَ کُلَّہَا مِمَّا تُنۡۢبِتُ الۡاَرۡضُ وَ مِنۡ
اَنۡفُسِہِمۡ وَ مِمَّا لَا یَعۡلَمُوۡنَ -- Maha Suci Dzat Yang men-ciptakan
segala sesuatu berpasang-pasangan baik dari apa
yang ditum-buhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, mau pun dari
apa yang tidak mereka ketahui. (Yā Sīn [36]:34-37). Lihat pula QS.51:50.
Kiasan
(perumpamaan) yang dipakai dalam ayat sebelum ini diteruskan di sini. Ayat ini bermaksud
mengatakan bahwa dari tanah gersang
Arabia akan memancar sumber-sumber
dan mata-mata air ilmu keruhanian,
dan pohon-pohon dengan berbagai macam buah-buahan
ruhani akan tumbuh di mana-mana di seluruh negeri.
Dalam QS.13:4 suatu haki-kat yang untuk pertama kalinya
dikemukakan oleh Al-Quran, salah satu di antara semua kitab suci.
Para Ilmu pengetahuan telah menemukan
kenyataan bahwa pasangan-pasangan terdapat dalam segala sesuatu — dalam alam
nabati, dan malahan Ilmu pengetahuan
telah menemukan kenyataan bahwa pasangan-pasangan
dalam zat anorganik. Bahkan yang disebut
unsur-unsur pun tidak terwujud dengan
sendirinya. Unsur-unsur itu pun
bergantung pada zat-zat lain untuk dapat mengambil wujud. dalam zat anorganik. Bahkan yang disebut unsur-unsur pun tidak terwujud dengan
sendirinya. Unsur-unsur itu pun
bergantung pada zat-zat lain untuk dapat mengambil wujud.
Ayat QS.13:4 dan QS.36:37 tersebut menarik
perhatian kita kepada kenyataan, bahwa hukum
mengenai segala sesuatu mempunyai pasangan-pasangan
itu berlaku pula pada kecerdasan manusia.
Sebelum Nur Ilahi berupa wahyu
Ilahi turun kepada manusia ia tidak dapat memiliki pengetahuan sejati, yang lahir dari paduan antara wahyu Ilahi dan akal manusia
atau kecerdasan otak manusia (QS.42:52-54).
Air Hujan dan Bidang Tanah
yang Disiraminya Sama Tetapi Menghasilkan Buah-buahan yang Berbeda
Ungkapan ayat وَ فِی الۡاَرۡضِ
قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ -- “dan di bumi
ini ada bermacam-macam bidang tanah yang saling berdampingan” …..
یُّسۡقٰی
بِمَآءٍ وَّاحِدٍ -- semuanya
itu disirami dengan air yang sama,” mengandung arti, bahwa bila pohon-pohon
(tanam-tanaman) yang diairi oleh air yang sama, tetapi berbuah sangat berbeda dalam rasa dan warna, maka begitu juga Nabi Besar Muhammad saw. — yang meskipun beliau saw. tinggal di kota yang sama dan di antara kaum
yang sama — bagaimana mungkin beliau saw. tidak dapat melebihi mereka; apalagi mengingat bahwa beliau saw. dipupuk (disirami)
dengan air-kehidupan berupa wahyu Ilahi, sedang musuh-musuh beliau saw. dibesarkan di bawah asuhan syaitan, contohnya Abu
Jahal dan para pemuka kaum kafir
Quraisy lainnya.
Jadi, kembali kepada firman-Nya
Allah Swt. sebelumnya yang menarik perhatian para pembaca Al-Quran kepada
berbagai macam tumbuhan yang baik dan
bermanfaat di permukaan bumi:
اَوَ لَمۡ یَرَوۡا اِلَی الۡاَرۡضِ کَمۡ
اَنۡۢبَتۡنَا فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ زَوۡجٍ
کَرِیۡمٍ ﴿﴾ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً ؕوَ مَا
کَانَ اَکۡثَرُ ہُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ ﴿ ﴾ وَ اِنَّ
رَبَّکَ لَہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الرَّحِیۡمُ ﴿٪﴾
Apakah mereka
tidak memperhatikan bumi, berapa banyak Kami menumbuhkan di dalamnya
dari setiap jodoh (pasangan) yang
mulia? Sesungguhnya dalam hal
itu benar-benar ada suatu Tanda tetapi kebanyakan
dari mereka tidak beriman. Dan
sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau
benar-benar Dia Maha Perkasa, Maha Penyayang. (Asy-Syu’ara
(26]:8-10).
Makna ayat
وَ اِنَّ رَبَّکَ
لَہُوَ الۡعَزِیۡزُ الرَّحِیۡمُ -- “dan sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau Dia
Maha Perkasa, Maha Penyayang” mengandung arti, bahwa sekali pun lingkungan hidup Nabi Besar Muhammad saw. akan mempunyai lingkungan hidup para nabi
Allah yang tersebut dalam Surah Asy-Syu’ara ini, Tuhan Yang Maha Perkasa telah merenggut dan
menghancurkan musuh para nabi Allah itu, demikian juga halnya
dengan para penentang Nabi Besar
Muhammad saw, terutama dalam Perang Badar,
dimana Abu Jahal dan 7 pemimpin kafir
Quraisy lainnya terbunuh, sedangkan Abu Lahab – yang terkenal sangat pemarah (QS.111:1-6) -- di Makkah mati setelah mendengar kekalahan tragis pasukan mereka dalam perang Badar.
Namun berkenaan dengan Nabi Besar Muhammad
saw., Allah Swt. -- Tuhan Yang Maha Perkasa -- tidak akan hanya menjelmakan kekuasaan dan kekuatan-Nya dengan memberikan kejayaan
kepada beliau saw. dan membuat misi beliau saw. menang serta
mekar sentausa bagaikan pertumbuhan pohon-pohon yang baik (QS.14:25-26),
tetapi juga Allah Swt. akan memperlihatkan kasih-sayang
kepada umat (kaum) beliau saw., sebab
hanya sebagian kecil saja dari mereka
akan dibinasakan, sedang sebagian terbesar akan menerima pengampunan
dan kasih-sayang (Rahīmiyat) Allah Swt., dan pada akhirnya
mereka akan menerima amanat
beliau saw., sebagaimana terbukti
setelah terjadinya peristiwa Fathah
Makkah (Penaklukan Makkah), sebagaimana halnya Nabi Yusuf a.s. telah mengampuni kesalahan saudara-saudara seayah beliau
(QS.12:91-93).
Perumpamaan “Pohon yang Baik” dan “Pohon
yang Buruk”
Jadi, kembali kepada kata bākhi’un dalam firman-Nya: لَعَلَّکَ
بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ اَلَّا یَکُوۡنُوۡا مُؤۡمِنِیۡنَ -- “boleh jadi engkau akan membinasakan diri sendiri karena mereka
tidak mau beriman.” (QS.26:4), karena bakhi' itu ism fail dari bakha'a
yang berarti: ia berbuat sesuatu dengan
cara setepat-tepatnya, ayat ini dengan padat dan lugas melukiskan betapa besarnya perhatian
dan kekhawatiran serta kecemasan Nabi Besar Muhammad saw. –
sebagai rahmat bagai seluruh alam (QS.21:108) -- mengenai kesejahteraan
ruhani kaum beliau saw. dan juga umat
manusia, sebagaimana firman-Nya:
لَقَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ عَزِیۡزٌ عَلَیۡہِ مَا
عَنِتُّمۡ حَرِیۡصٌ عَلَیۡکُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Sungguh
benar-benar telah datang kepada kamu seorang Rasul dari antara kamu sendiri, berat
terasa olehnya apa yang menyusahkan kamu, ia sangat mendambakan kesejahteraan bagi kamu dan terhadap
orang-orang beriman ia sangat
berbelas kasih lagi penyayang. (At-Taubah [9]:128).
Jadi, betapa siraman wahyu
Al-Quran -- sebagai air hujan ruhani
yang paling sempurna -- benar-benar telah membuat wilayah Arabia yang keadaannya kering-kerontang,
seperti halnya kering-kerontang serta
kerasnya hati bangsa Arab, hanya
dalam waktu 23 tahun melalui Nabi Besar Muhammad saw. telah berubah menjadi wilayah yang
rimbun berbagai “pohon ruhani” yang sangat menakjubkan,
sebagaimana digambarkan oleh firman-Nya berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad
saw.:
اَلَمۡ تَرَ
کَیۡفَ ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا کَلِمَۃً طَیِّبَۃً کَشَجَرَۃٍ
طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا فِی السَّمَآءِ ﴿ۙ﴾ تُؤۡتِیۡۤ
اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ بِاِذۡنِ
رَبِّہَا ؕ وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ
الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ خَبِیۡثَۃِۣ اجۡتُثَّتۡ مِنۡ
فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا لَہَا مِنۡ قَرَارٍ ﴿﴾ یُثَبِّتُ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ
الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ یُضِلُّ اللّٰہُ
الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ
اللّٰہُ مَا یَشَآءُ ﴿٪﴾
Tidakkah engkau melihat, bagaimana Allah mengemukakan مَثَلًا کَلِمَۃً
طَیِّبَۃً کَشَجَرَۃٍ طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا
فِی السَّمَآءِ -- perumpamaan
satu kalimat yang baik? Kalimat itu seperti sebatang
pohon yang baik, yang akarnya kokoh
kuat dan cabang-cabangnya menjangkau
langit?
تُؤۡتِیۡۤ اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ بِاِذۡنِ رَبِّہَا -- ia memberikan
buahnya setiap waktu dengan izin Rabb-nya (Tuhan-Nya); وَ یَضۡرِبُ
اللّٰہُ الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ
لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ -- dan Allah mengemukakan perumpamaan-perumpamaan
itu bagi manusia, supaya mereka mendapat
nasihat. اجۡتُثَّتۡ مِنۡ
فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا لَہَا مِنۡ قَرَارٍ وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ
خَبِیۡثَۃِۣ -- dan perumpamaan kalimah
yang buruk adalah seperti
pohon buruk yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan
bumi, ia se-kali-kali tidak memiliki kemantapan. یُثَبِّتُ اللّٰہُ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی
الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ اللّٰہُ
مَا یَشَآءُ -- Allah meneguhkan orang-orang yang beriman
dengan firman yang kokoh dalam kehidupan
di dunia dan di akhirat, وَ یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ اللّٰہُ
مَا یَشَآءُ -- dan
Allah menyesatkan orang-orang zalim,
dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
(Ibrahim
[14]:25-28).
Perbedaan “Pohon yang Baik” dengan “Pohon
yang Buruk”
Firman Allah Swt. dalam
ayat-ayat ini – yakni wahyu Al-Quran
-- diumpamakan sebatang pohon yang
mempunyai empat macam sifat yang
penting:
(a) Kalam Ilahi itu baik,
artinya bersih dari segala ajaran-ajaran
yang bertentangan dengan akal dan kata hati manusia atau berlawanan
dengan perasaan dan kepekaan tabiat manusia.
(b) Seperti sebatang pohon yang baik, akarnya dalam serta
buahnya subur; Kalam Ilahi itu
mempunyai dasar yang kuat dan kokoh, dan menerima hayat serta jaminan hidup
yang tetap segar dari sumbernya (QS.15:10); dan laksana sebatang pohon yang
kuat firman
Ilahi itu tidak merunduk oleh tiupan
angin perlawanan serta kecaman
yang timbul dari rasa permusuhan, tetapi berdiri tegak di hadapan segala taufan badai. Firman Allah itu mendapat hayat dan jaminan hidup hanya dari satu
sumber yakni Allah Swt. dan oleh
karena itu tidak ada ketidak-serasian
atau pertentangan dalam prinsip-prinsip dan ajarannya (QS.4:83; QS.47:25) sebagaimana halnya keserasian tatanan
alam semesta (QS.21:23; QS.67:1-5).
(c) Dahan-dahannya menjangkau sampai ke
langit, yang berarti bahwa dengan mengamalkannya, orang dapat menanjak ke
puncak-puncak kemuliaan ruhani
tertinggi (QS.3:32; QS.4:70-71).
(d) Kalam Ilahi itu menghasilkan buahnya
yang berlimpah-limpah di segala musim, yang berarti bahwa berkat-berkatnya nampak di sepanjang masa. Kalam Ilahi itu di sepanjang abad terus-menerus membuahkan orang-orang yang karena beramal sesuai dengan ajaran-ajarannya (QS.3:103-111; QS.61:3-5)
mencapai perhubungan dengan Allah Swt. (QS.3:32; QS.4:70-71), dan karena kejujurannya
serta kesucian dalam tingkah lakunya,
menjulang tinggi dan mengatasi
orang-orang yang sezaman dengan mereka (QS.62:3-5). Al-Quran memiliki semua sifat
itu dalam kadar (ukuran) yang
sepenuhnya.
Berbeda
dari pohon yang baik, keadaan kitab yang diciptakan oleh seorang pemalsu, adalah seperti pohon yang buruk. Ia tidak memiliki kekekalan atau kemantapan. Ajarannya tidak didukung oleh akal maupun hukum-hukum alam.
Kitab semacam itu tak dapat bertahan terhadap kritikan, dan asas-asas
serta cita-citanya terus berubah bersama dengan berubahnya keadaan manusia dan
lingkungannya.
Kitab seperti itu merupakan ajaran yang campur aduk, dikumpulkan dari sumber-sumber yang
meragukan. Kitab semacam itu tidak bisa melahirkan orang-orang yang dapat
menda'wakan pernah mengadakan perhubungan
yang hakiki dengan Allah Swt.. Kitab
seperti itu tidak menerima daya hidup
yang baru dari sumber Ilahi dan selamanya terancam keruntuhan dan kemunduran.
Empat Macam Tugas
Mulia Nabi Besar Muhammad
Saw.
Penjelasan mengenai gambaran “kalimat yang baik” atau “pohon
yang baik” tersebut terangkum dalam firman-Nya berikut ini mengenai 4 tugas mulia Nabi Besar Muhammad saw.:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang
buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan
kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ -- itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [63]:3-5).
Tugas suci Nabi
Besar Muhammad saw. meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat ini, yakni: (1)
membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,
(2) mensucikan mereka, (3) mengajarkan kepada me-reka Kitab, (4) mengajarkan
Hikmah-hikmahnya.
Keempat tugas agung dan
mulia itulah yang dipercayakan kepada Nabi Besar Muhammad saw., sebab untuk kedatangan beliau saw. di
tengah-tengah orang-orang Arab buta huruf
itu leluhur beliau saw., Nabi Ibrahim a.s., telah memanjatkan doa
beberapa ribu tahun yang lampau yaitu ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il
a.s. beliau mendirikan dasar
(pondasi) Ka’bah, firman-Nya:
رَبَّنَا وَ
ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾٪
“Ya
Rabb (Tuhan) kami, bangkitkanlah seorang rasul di tengah-tengah
mereka dari kalangan mereka sendiri,
yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau
kepada mereka, yang mengajarkan Kitab dan hikmah
kepada mereka serta akan
mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau
benar-benar Maha Perkasa, Maha
Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:130).
Perlu
dijelaskan, bahwa ada perbedaan urutan
mengenai
keempat macam tugas mulia Nabi Besar Muhammad saw. yang
dikemukakan dalam doa Nabi Ibrahim
a.s. dengan kenyataannya yang
berhasil dilakukan oleh Nabi Besar
Muhammad saw., yakni dalam doa Nabi
Ibrahim a.s. kalimat “yang
akan mensucikan mereka” ada pada urutan terakhir, sedang dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 3 tersebut ada pada urutan kedua, seperti juga dalam dua
firman Allah Swt. berikut ini:
کَمَاۤ اَرۡسَلۡنَا فِیۡکُمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡکُمۡ
یَتۡلُوۡا عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِنَا وَ
یُزَکِّیۡکُمۡ وَ یُعَلِّمُکُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُعَلِّمُکُمۡ مَّا
لَمۡ تَکُوۡنُوۡا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ؕۛ فَاذۡکُرُوۡنِیۡۤ
اَذۡکُرۡکُمۡ وَ اشۡکُرُوۡا لِیۡ وَ لَا
تَکۡفُرُوۡنِ ﴿﴾٪
Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kamu
seorang Rasul dari antara kamu, yang membacakan
Ayat-ayat Kami kepada kamu, mensucikan
kamu, mengajar kamu Kitab serta hikmah, dan mengajar kamu apa yang tidak
pernah kamu ketahui, maka kamu ingatlah Aku, Aku pun akan mengingat kamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku dan janganlah kamu kafir
kepada-Ku. (Al-Baqarah [2]:152-153).
Dalam firman-Nya tersebut kalimat وَ
یُعَلِّمُکُمۡ مَّا لَمۡ تَکُوۡنُوۡا تَعۡلَمُوۡنَ -- “dan
mengajar kamu apa yang tidak
pernah kamu ketahui” menggantikan
kalimat وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ -- “walaupun sebelumnya mereka benar-benar
berada dalam kesesatan yang nyata”, tetapi memiliki makna yang sama,
sebab kata “kesesatan yang nyata” menunjukkan “ketidak-tahuan akan kebenaran,” sebagaimana dalam firman-Nya
berikut ini:
لَقَدۡ
مَنَّ اللّٰہُ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اِذۡ بَعَثَ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡ
اَنۡفُسِہِمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ۚ وَ اِنۡ
کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
Sungguh Allah benar-benar telah menganugerahkan
karunia kepada orang-orang beriman, ketika Dia membangkitkan
di kalangan mereka seorang Rasul dari antara mereka, yang membacakan
kepada mereka Ayat-ayat-Nya, mensucikan
mereka, mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, وَ
اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ -- dan
walaupun sebelum itu mereka benar-benar dalam kesesat-an yang nyata. (Ali
‘Imran [3]:165).
Hikmah Perbedaan Urutan Tugas Mulia Nabi Besar Muhammad Saw.
Jadi, dengan perubahan sedikit pada urutan kata-katanya, doa
Nabi Ibrahim a.s. dalam QS.2:130 menunjuk kepada karya agung Nabi Besar Muhammad saw. dalam QS.62:3 dengan kata-kata yang persis
sama dengan doa Nabi Ibrahim a.s.
kepada Allah Swt. mengenai
kedatangan seorang Rasul Allah di antara kaum Makkah (QS.2:130). Hal demikian
menampakkan dengan jelas bahwa doa Nabi Ibrahim a.s. . itu telah menjadi sempurna dalam wujud Nabi Besar Muhammad saw..
Ada pun salah satu hikmah adanya perbedaan urutan tugas suci Nabi Besar
Muhammad saw. bahwa apa yang dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad saw.
selalu melebihi melampau “prediksi” logika secara umum, yaitu dalam makna selalu lebih sempurna daripada yang telah
dilakukan atau telah dihasilkan
oleh para Rasul Allah sebelumnya.
Jadi, kembali kepada keempat tugas agung Nabi Besar Muhammad saw.
yang dikemukakan dalam keempat firman Allah SWt. tersebut, bahwa pada
hakikatnya tidak ada Pembaharu (Reformer/Mushlih)
dapat benar-benar berhasil dalam misi sucinya bila ia tidak menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya), itilah sebabnya dalam Surah Al-Jumu’ah dan kedua Surah lainnya penyebutan وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ -- “yang mensucikan mereka” merupakan urutan kedua setelah یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
-- “yang membacakan Ayat-ayat-Nya”.
Suatu jemaat yang pengikut-pengikutnya
terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafat, arti, dan
kepentingan cita-cita dan asas-asas ajaran-nya itu, kemudian mengirimkan
pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwahkan
ajaran itu kepada bangsa lain.
Didikan
yang Nabi Besar Muhammad saw. berikan kepada para pengikut beliau saw. memperluas dan mempertajam kecerdasan
mereka, dan filsafat ajaran beliau saw.
menimbulkan dalam diri mereka keyakinan
iman, dan contoh mulia beliau saw. (QS.33:22) menciptakan di dalam diri
mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang
diisyaratkan oleh ayat ini.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor:
Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 9 Oktober
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar