بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 345
Kecintaan dan Perhatian Luar Biasa Nabi Besar Muhammad Saw. Terhadap Kesejahteraan Ruhani Umat
Manusia
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan ayat dalam
Surah Al-Ma’arij [70]:37-45 mengenai makna ayat فَمَالِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا قِبَلَکَ مُہۡطِعِیۡنَ -- “lalu mengapakah orang-orang kafir itu bergegas datang kepada engkau, عَنِ الۡیَمِیۡنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ عِزِیۡنَ -- dari
kanan dan dari kiri berombongan-rombongan?”
Ayat-ayat tersebut memberikan gambaran penggenapan
nubuatan tentang kemenangan Islam di masa akan datang, ketika suku-suku musyrik Arab dari setiap penjuru negeri, bergegas-gegas menunggu Nabi Besar Muhammad saw. dalam rombongan-rombongan perwakilan, dengan
permohonan agar mereka diterima masuk
Islam, sebagaimana nubuatan dalam
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
اِذَا جَآءَ نَصۡرُ اللّٰہِ وَ
الۡفَتۡحُ ۙ﴿﴾ وَ رَاَیۡتَ النَّاسَ یَدۡخُلُوۡنَ فِیۡ دِیۡنِ اللّٰہِ اَفۡوَاجًا ۙ﴿﴾ فَسَبِّحۡ
بِحَمۡدِ رَبِّکَ وَ اسۡتَغۡفِرۡہُ
ؕؔ اِنَّہٗ کَانَ تَوَّابًا ٪﴿﴾
Aku
baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Apabila
datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan engkau melihat manusia masuk
dalam agama Allah berbondong-bondong, maka bertasbihlah
dengan memuji Rabb (Tuhan) engkau, dan mohonlah ampunan-Nya, sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat. (An-Nashr [110]:1-4).
Gambaran Kepanikan Penduduk Makkah & Keprihatian
Nabi Besar Muhammad Saw.
Atau, ayat-ayat فَمَالِ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا قِبَلَکَ مُہۡطِعِیۡنَ -- “Lalu mengapakah orang-orang kafir itu bergegas datang kepada engkau, عَنِ الۡیَمِیۡنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ عِزِیۡنَ -- dari
kanan dan dari kiri berombongan-rombongan?” Surah Al-Ma’arij [70]:37-45 tersebut
dapat mengisyaratkan kepada tawaran-tawaran
yang sangat memikat hati dari para
pemimpin kaum Quraisy kepada Nabi
Besar Muhammad saw., asalkan saja beliau
saw. mau menghentikan kegiatan tabligh (da’wah) menentang
berhala-berhala mereka.
Tetapi oleh beberapa
sumber ayat-ayat itu dianggap mengisyaratkan kepada serangan-serangan berbahaya yang dilancarkan terhadap Nabi Besar Muhammad saw. -- dalam berbagai bentuk dan dari berbagai arah -- oleh para penentang beliau saw., sesuai
dengan ancaman penghadang iblis
yang dikemukakannya kepada Allah Swt.
berkenaan dengan Adam a.s. dan para pengikutnya
dari berbagai arah dan cara (QS.7:12-19).
Makna ayat عَلٰۤی اَنۡ نُّبَدِّلَ خَیۡرًا مِّنۡہُمۡ ۙ وَ مَا نَحۡنُ
بِمَسۡبُوۡقِیۡنَ -- untuk menggantikan
mereka dengan kaum yang
lebih baik daripada mereka. dan sekali-kali tidak ada yang dapat mencegah
Kami dari maksud itu (Al-Ma’ārij ayat 42), bahwa lawan-lawan
Nabi Besar Muhammad saw. diberi
tahu bahwa orde lama akan lenyap dan dari puing-puingnya akan
muncul orde baru dan yang lebih baik, serta kaum lain akan menggantikan
mereka (QS.7:35-37; QS.5:55-57; QS.14:49-53).
Ayat یَوۡمَ
یَخۡرُجُوۡنَ مِنَ الۡاَجۡدَاثِ سِرَاعًا
کَاَنَّہُمۡ اِلٰی نُصُبٍ یُّوۡفِضُوۡنَ -- “hari
ketika mereka akan keluar dari kuburan
dengan cepat-cepat, seolah-olah mereka
lari menuju tempat-tempat tertentu, خَاشِعَۃً اَبۡصَارُہُمۡ تَرۡہَقُہُمۡ ذِلَّۃٌ -- mata
mereka tertunduk dan kehinaan
meliputi mereka. ذٰلِکَ الۡیَوۡمُ الَّذِیۡ کَانُوۡا یُوۡعَدُوۡنَ -- Itulah hari yang telah dijanjikan
kepada mereka,” (Al-Ma’ārij ayat 44-45) mengandung lukisan (gambaran) jelas sekali mengenai para pemimpin kaum Quraisy, sesudah Mekkah
jatuh, ketika mereka datang kepada Nabi
Besar Muhammad saw. dengan
amat masygul, lesu, dan hati pilu
sekali, seraya mata mereka merunduk;
lagi pula kekecewaan, rasa berdosa, serta penyesalan membayang jelas pada wajah
mereka.
Sehubungan hal tersebut dalam Surah Al-Kahfi ayat 7 dan Asy-Syu’ara ayat 4 Allah Swt. telah menggambarkan keprihatinan luar biasa Nabi Besar
Muhammad saw. terhadap penolakan
orang-orang kafir terhadap risalah
yang beliau saw. sampaikan kepada
mereka, yang diungkapkan dalam kata kata
bākhi’un, firman-Nya: لَعَلَّکَ
بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ اَلَّا یَکُوۡنُوۡا مُؤۡمِنِیۡنَ -- “boleh jadi engkau akan membinasakan diri sendiri karena mereka
tidak mau beriman.” (QS.26:4).
Karena bakhi'
itu ism fail dari bakha'a yang berarti: ia berbuat sesuatu dengan cara setepat-tepatnya, ayat ini dengan
padat dan lugas melukiskan betapa besarnya perhatian
dan kekhawatiran serta kecemasan Nabi
Besar Muhammad saw. mengenai kesejahteraan
ruhani kaum beliau saw., firman-Nya:
لَقَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ عَزِیۡزٌ عَلَیۡہِ مَا
عَنِتُّمۡ حَرِیۡصٌ عَلَیۡکُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Sungguh
benar-benar telah datang kepada kamu seorang Rasul dari antara kamu sendiri, berat
terasa olehnya apa yang menyusahkan kamu, ia sangat mendambakan kesejahteraan bagi kamu dan terhadap
orang-orang beriman ia sangat
berbelas kasih lagi penyayang. (At-Taubah [9]:128).
Rahmat Bagi Seluruh Alam
Ayat ini boleh dikenakan kepada orang-orang
beriman maupun kepada orang-orang kafir, tetapi terutama
kepada orang-orang beriman, bagian
permulaannya mengenai orang-orang kafir
dan bagian terakhir mengenai orang-orang
beriman.
Kepada orang-orang kafir nampaknya ayat ini mengatakan: “Nabi Besar Muhammad saw. merasa sedih melihat kamu mendapat kesusahan,
yaitu sekalipun kamu mendatangkan kepadanya segala macam keaniayaan dan
kesusahan, namun hatinya begitu sarat dengan rasa kasih-sayang kepada umat
manusia, sehingga tidak ada tindakan yang datang dari pihak kamu dapat
mem-buatnya menjadi keras hati terhadap kamu dan membuat ia menginginkan
keburukan bagi kamu. Ia begitu penuh kasih-sayang dan belas kasihan terhadap
kamu, sehingga ia tidak tega hati melihat kamu menyimpang dari jalan kebenaran
hingga mendatangkan kesusahan kepadamu.”
Kepada orang-orang beriman ayat ini
berkata: “Nabi Besar Muhammad saw. .
penuh dengan kecintaan, kasih-sayang, dan rahmat bagi kamu, yaitu ia
dengan riang dan gembira ikut dengan kamu dalam menanggung kesedihan dan
kesengsaraan kamu. Lagi pula, seperti seorang ayah yang penuh dengan kecintaan
ia memperlakukan kamu, dengan sangat murah hati dan kasih-sayang.”
Kesedihan Nabi
Besar Muhammad saw. atas penolakan
dan perlawanan mereka terhadap amanat Ilahi hampir membuat beliau saw. wafat.
Memang begitulah keadaan para utusan
(rasul) dan nabi Allah, hatinya senantiasa penuh dengan kasih-sayang terhadap sesama manusia.
Mereka berseru (kepada Allah), menangis
dan berdukacita demi kepentingan umat manusia. Tetapi manusia
tidak tahu berterimakasih, sehingga orang-orang
itu sendiri -- yang bagi mereka para nabi Allah mempunyai perasaan
yang begitu mendalam -- justru merekalah yang menzalimi para nabi Allah
dan berusaha untuk membunuh mereka.
Kesedihan
Nabi Besar Muhammad saw. tidak akan sia-sia. Jika kaumnya tidak berhenti
menentang beliau saw., mereka akan
didatangi oleh Tanda hukuman, yang
akan merendahkan dan menghinakan pemimpin-pemimpin mereka,
sebab kata ‘anāq (leher-leher) dalam
ayat اِنۡ
نَّشَاۡ نُنَزِّلۡ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ السَّمَآءِ
اٰیَۃً فَظَلَّتۡ اَعۡنَاقُہُمۡ
لَہَا خٰضِعِیۡنَ -- “Jika Kami menghendaki, Kami dapat menurunkan kepada mereka suatu
Tanda dari langit, maka leher-leher
mereka akan tertunduk kepadanya.”
(Asy-Syu’arā (26]:1-5). ‘anāq (leher-leher) berarti pemimpin-pemimpin (Lexicon
Lane).
Makna “Peringatan yang Baru”
Bertentangan dengan kecintaan dan perhatian
luar biasa para Rasul Allah kepada
umat manusia – terutama Nabi Besar
Muhammad saw. sebagai rahmat bagi
seluruh alam (QS.21:108) – justru umumnya
umat manusia berlaku sebaliknya
terhadap wujud-wujud suci yang datang
dari Allah Swt. tersebut, firman-Nya:
وَ مَا یَاۡتِیۡہِمۡ مِّنۡ ذِکۡرٍ مِّنَ الرَّحۡمٰنِ
مُحۡدَثٍ اِلَّا کَانُوۡا عَنۡہُ مُعۡرِضِیۡنَ﴿﴾ فَقَدۡ کَذَّبُوۡا فَسَیَاۡتِیۡہِمۡ اَنۡۢبٰٓؤُا مَا کَانُوۡا بِہٖ
یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ﴿﴾ اَوَ لَمۡ یَرَوۡا اِلَی الۡاَرۡضِ کَمۡ اَنۡۢبَتۡنَا
فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ زَوۡجٍ
کَرِیۡمٍ ﴿﴾ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً ؕوَ مَا
کَانَ اَکۡثَرُ ہُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ ﴿۸﴾ وَ اِنَّ
رَبَّکَ لَہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الرَّحِیۡمُ ﴿٪﴾
Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka peringatan yang baru dari Tuhan Yang Maha Pemurah melainkan mereka
selalu berpaling darinya. Maka
sungguh mereka (rasul-rasul) telah mendustakan, tetapi segera datang kepada mereka kabar-kabar
mengenai apa (azab) yang
mereka perolok-olokkan. (Asy-Syu’ara
(26]:6-7).
Kata
“baru” berarti “dalam bentuk
yang baru”, atau “dengan rincian yang baru”. Pada hakikatnya semua
syariat serupa (sama) dalam ajaran-ajaran
dasar dan pokoknya, hanya dalam perkara yang kecil-kecil (riciannya)
saja ada perbedaan. Atau artinya, suatu syariat diwahyukan dalam bentuk yang telah diubah dan diperbaiki
agar supaya bisa cocok dengan
cita-cita, kepentingan-kepentingan dan keperluan-keperluan masa tertentu ketika
syariat itu diturunkan.
Beberapa nabi
Allah datang dengan suatu syariat
yang baru, sedang nabi Allah yang
lainnya hanya mengkhidmati syariat
yang sudah ada, contohnya para Nabi Allah
di kalangan Bani Israil (QS.2:88-90). Berikut firman-Nya mengenai Al-Quran yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
مَا نَنۡسَخۡ مِنۡ
اٰیَۃٍ اَوۡ نُنۡسِہَا
نَاۡتِ بِخَیۡرٍ مِّنۡہَاۤ اَوۡ مِثۡلِہَا
ؕ اَلَمۡ تَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Ayat mana pun yang Kami mansukhkan yakni
batalkan atau Kami biarkan terlupa,
maka Kami datangkan yang lebih baik
darinya atau yang semisalnya.
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa
sesungguh-nya Allah Maha Kuasa atas
segala se-suatu? (Al-Baqarah
[2]:107).
Ada kekeliruan dalam
mengambil kesimpulan dari ayat ini bahwa beberapa ayat Al-Quran telah
dimansukhkan (dibatalkan). Kesimpulan itu jelas salah dan tidak beralasan.
Tidak ada sesuatu dalam ayat ini yang menunjukkan bahwa kata āyah itu
maksudnya ayat-ayat Al-Quran.
Dalam ayat sebelum dan sesudahnya
telah disinggung mengenai Ahlul Kitab dan kedengkian mereka terhadap wahyu baru yang
menunjukkan bahwa āyah yang disebut dalam ayat ini sebagai mansukh
(batal) menunjuk kepada wahyu-wahyu
terdahulu. Dijelaskan bahwa Kitab Suci
terdahulu mengandung dua macam perintah:
(a) yang menghendaki penghapusan karena keadaan sudah berubah
dan karena keuniversilan wahyu baru
itu -- yakni Al-Quran -- menghendaki pembatalan;
(b) yang mengandung kebenaran kekal-abadi, atau memerlukan penyegaran kembali sehingga orang dapat diingatkan kembali akan kebenaran yang terlupakan, karena itu perlu sekali menghapuskan bagian-bagian tertentu Kitab-kitab Suci itu dan mengganti
dengan perintah-perintah baru dan
pula menegakkan kembali perintah-perintah
yang sudah hilang, maka Allah Swt.
menghapuskan beberapa bagian wahyu-wahyu terdahulu, menggantikannya dengan yang baru dan lebih baik, dan di samping itu memasukkan
lagi bagian-bagian yang hilang dengan
yang sama. Itulah arti yang sesuai
dan cocok dengan konteks (letak) ayat ini dan dengan jiwa umum ajaran Al-Quran.
Kesempurnaan Wahyu Al-Quran dan Nabi Besar Muhammad Saw.
Al-Quran telah membatalkan semua Kitab Suci sebelumnya,
sebab — mengingat keadaan umat manusia telah berubah — Al-Quran membawa syariat baru yang bukan saja lebih baik daripada semua syariat lama, tetapi ditujukan pula
kepada seluruh umat manusia dari
semua zaman. Karena itu ajaran yang
lebih rendah dengan lingkup tugas
yang terbatas harus memberikan
tempatnya kepada ajaran yang lebih baik dan lebih tinggi dengan lingkup tugas
universal.
Dalam ayat ini kata nansakh
(Kami membatalkan) bertalian dengan kata bi-khairin (yang lebih baik),
dan kata nunsiha (Kami biarkan terlupakan) bertalian dengan kata bi-mitslihā
(yang semisalnya), maksudnya bahwa jika Allah Swt. menghapuskan sesuatu maka Dia menggantikannya dengan yang lebih baik, dan bila untuk sementara
waktu Dia membiarkan sesuatu dilupakan orang, Dia menghidupkannya kembali pada waktu yang lain.
Diakui
oleh ulama-ulama Yahudi sendiri bahwa
sesudah bangsa Yahudi diangkut sebagai tawanan ke Babil oleh Nebukadnezar, seluruh Taurat (lima Kitab Nabi Musa a.s.) telah hilang (Encyclopaedia Biblica), karena itu sangat wajar jika
Al-Quran secara total menggantikan kedudukan Kitab-kitab suci yang diwahyukan sebelumnya, karena pada
hakikatnya kesempurnaan Al-Quran dibandingkan dengan Kitab-kitab suci yang diwahyukan
sebelumnya adalah bagaikan samudera luas tak bertepi yang ke dalamnya seluruh
sungai bermuara (QS.18:110; QS.31:28).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor:
Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 5 Oktober
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar