Selasa, 07 Oktober 2014

Makna Memberikan "Pinjaman yang Baik" Kepada Allah Swt. & "Keegoisan" Manusia Ketika Menghadapi Bahaya Maut



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


 Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   331

   Makna Memberikan “Pinjaman yang Baik” Kepada Allah Swt. & Keegoisan” Manusia Ketika Menghadapi Bahaya Maut

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan berbagai firman Allah Swt. mengenai orang yang mendapat izin Allah Swt. memberikan syafaat, dalam firman-Nya:     وَ لَا یَشۡفَعُوۡنَ ۙ اِلَّا لِمَنِ ارۡتَضٰی وَ ہُمۡ مِّنۡ خَشۡیَتِہٖ  -- dan   mereka itu  tidak memberi syafaat, melainkan kepada siapa yang Dia ridhai dan mereka gemetar karena  takut kepada-Nya (QS.21:29),  sama dengan firman Allah Swt. dalam Ayat Kursyi  yang dikemukakan dalam   Bab 328 sebelumnya, yaitu mengenai “orang yang diberi izin Allah Swt. untuk memberi syafaat,  yaitu para rasul Allah, terutama Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:132-133; QS.4:70-72), firman-Nya:
اَللّٰہُ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَۚ اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ ۬ۚ لَا تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ لَا نَوۡمٌ ؕ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ  عِنۡدَہٗۤ  اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ؕ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ  ۚ وَ لَا یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ الۡعَلِیُّ  الۡعَظِیۡمُ ﴿۲﴾
Allah, tidak ada Tuhan kecuali Dia   Yang Maha Hidup, Yang  Maha Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan Penegak segala sesuatu. لَا تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ لَا نَوۡمٌ  --  kantuk tidak menyentuh-Nya dan tidak pula tidur. Milik-Nya apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun  yang ada di bumi.  مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ  عِنۡدَہٗۤ  اِلَّا بِاِذۡنِہٖ  --  Siapakah yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya? یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ     -- Dia mengetahui apa pun yang ada di hadapan mereka dan apa pun di belakang me-reka, وَ لَا یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ  --  dan mereka tidak meliputi sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki.  وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ الۡعَلِیُّ  الۡعَظِیۡمُ  --  Singgasana ilmu-Nya  meliputi seluruh langit dan bumi,  dan tidak memberatkan-Nya menjaga keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung. (Al-Baqarah [2]:255).

Mewaspadai “Musuh” Dalam Keluarga

      Jadi, kembali  kepada masalah sakralnya pernikahan menurut ajaran Islam (Al-Quran), maka dapat dipastikan,    bahwa walau pun   Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s.  berkedudukan sebagai rasul (nabi) Allah  yang mendapat izin untuk memberikan syafaat, tetapi kedua Rasul Allah tersebut  tidak mengajukan syafaat kepada Allah Swt. bagi istri-istri mereka yang durhaka kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya,  sehingga kedua istri durhaka tersebut bersama-sama kaum yang  mendustakan dan menentang   Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. menjadi “penghuni neraka jahannam”, bahkan dalam kehidupan di dunia ini juga,  firman-Nya: 
ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوا امۡرَاَتَ  نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ  لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ﴿﴾
Allah mengemukakan istri Nuh  dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat  kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (At-Tahrīm [66]:11).
        Dengan demikian  betapa sakralnya kedudukan pernikahan dalam ajaran Islam  (Al-Quran), karena di dalamnya mengandung berbagai hikmah yang sangat dalam berkenaan dengan masalah ketakwaan kepada Allah Swt. dan ketaatan kepada Rasul-Nya, terutama Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya: 
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡۤا اِنَّ مِنۡ اَزۡوَاجِکُمۡ وَ اَوۡلَادِکُمۡ عَدُوًّا  لَّکُمۡ فَاحۡذَرُوۡہُمۡ ۚ  وَ  اِنۡ  تَعۡفُوۡا وَ تَصۡفَحُوۡا وَ تَغۡفِرُوۡا  فَاِنَّ اللّٰہَ  غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿﴾  اِنَّمَاۤ  اَمۡوَالُکُمۡ وَ اَوۡلَادُکُمۡ  فِتۡنَۃٌ ؕ وَ اللّٰہُ  عِنۡدَہٗۤ   اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾  فَاتَّقُوا اللّٰہَ  مَا  اسۡتَطَعۡتُمۡ وَ اسۡمَعُوۡا وَ اَطِیۡعُوۡا وَ اَنۡفِقُوۡا خَیۡرًا  لِّاَنۡفُسِکُمۡ ؕ وَ مَنۡ یُّوۡقَ شُحَّ نَفۡسِہٖ  فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾  اِنۡ  تُقۡرِضُوا اللّٰہَ  قَرۡضًا حَسَنًا یُّضٰعِفۡہُ لَکُمۡ  وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  شَکُوۡرٌ  حَلِیۡمٌ ﴿ۙ۱۷﴾  عٰلِمُ  الۡغَیۡبِ وَ الشَّہَادَۃِ  الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿٪﴾  
Hai, orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri kamu dan anak-anak kamu adalah musuh bagimu, maka waspadalah terhadap mereka, وَ  اِنۡ  تَعۡفُوۡا وَ تَصۡفَحُوۡا وَ تَغۡفِرُوۡا  فَاِنَّ اللّٰہَ  غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ  -- dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi dan mengampuni, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.  اِنَّمَاۤ  اَمۡوَالُکُمۡ وَ اَوۡلَادُکُمۡ  فِتۡنَۃٌ ؕ وَ اللّٰہُ  عِنۡدَہٗۤ   اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ --  Sesungguhnya  harta kamu dan  anak-anakmu adalah fitnah (ujian), dan Allah di sisi-Nya ganjaran yang besar. فَاتَّقُوا اللّٰہَ  مَا  اسۡتَطَعۡتُمۡ وَ اسۡمَعُوۡا وَ اَطِیۡعُوۡا وَ اَنۡفِقُوۡا خَیۡرًا  لِّاَنۡفُسِکُمۡ   --  maka bertakwalah kepada Allah sejauh kesanggupan kamu, dan dengarlah serta taatlah, dan belanjakanlah harta kamu di jalan-Nya, hal itu baik bagi diri kamu.  وَ مَنۡ یُّوۡقَ شُحَّ نَفۡسِہٖ  فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ --   Dan barangsiapa dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang berhasil. اِنۡ  تُقۡرِضُوا اللّٰہَ  قَرۡضًا حَسَنًا یُّضٰعِفۡہُ لَکُمۡ  وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  شَکُوۡرٌ  حَلِیۡمٌ  --  Jika kamu meminjamkan kepada Allah suatu pinjaman yang baik, niscaya Dia akan melipat-gandakan bagimu dan akan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Menghargai, Maha Penyantun,   عٰلِمُ  الۡغَیۡبِ وَ الشَّہَادَۃِ  الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- Dia Maha Mengetahui yang gaib dan yang nampak, Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (At-Taghābun [64]:15-19).

Makna “Pinjaman yang Baik

  Membelanjakan harta demi kepentingan kebenaran adalah sama dengan memberikan pinjaman yang baik kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Menghargai, yang dibayarkan kembali oleh-Nya dengan berlipat-ganda. Itulah makna ayat اِنۡ  تُقۡرِضُوا اللّٰہَ  قَرۡضًا حَسَنًا یُّضٰعِفۡہُ لَکُمۡ  وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  شَکُوۡرٌ  حَلِیۡمٌ  --  Jika kamu meminjamkan kepada Allah suatu pinjaman yang baik, niscaya Dia akan melipat-gandakan bagi kamu dan akan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Menghargai, Maha Penyantun” (At-Taghābun [64]:18).  
       Selanjutnya  Allah Swt. memperingatkan mengenai bahaya berlebihan mencintai anak dan istri, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا  لَا تُلۡہِکُمۡ اَمۡوَالُکُمۡ  وَ لَاۤ  اَوۡلَادُکُمۡ عَنۡ ذِکۡرِ اللّٰہِ ۚ وَ مَنۡ یَّفۡعَلۡ  ذٰلِکَ  فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ اَنۡفِقُوۡا مِنۡ مَّا  رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ  قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ  اَحَدَکُمُ  الۡمَوۡتُ فَیَقُوۡلَ  رَبِّ لَوۡ لَاۤ  اَخَّرۡتَنِیۡۤ  اِلٰۤی  اَجَلٍ قَرِیۡبٍ ۙ فَاَصَّدَّقَ وَ  اَکُنۡ  مِّنَ  الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَنۡ  یُّؤَخِّرَ اللّٰہُ  نَفۡسًا  اِذَا جَآءَ اَجَلُہَا ؕ وَ اللّٰہُ  خَبِیۡرٌۢ  بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah  harta kamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah, dan barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.    وَ اَنۡفِقُوۡا مِنۡ مَّا  رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ  قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ  اَحَدَکُمُ  الۡمَوۡتُ  --  Dan belanjakanlah dari apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum kematian menimpa seseorang dari antara kamu, فَیَقُوۡلَ  رَبِّ لَوۡ لَاۤ  اَخَّرۡتَنِیۡۤ  اِلٰۤی  اَجَلٍ قَرِیۡبٍ ۙ فَاَصَّدَّقَ وَ  اَکُنۡ  مِّنَ  الصّٰلِحِیۡنَ --  lalu ia berkata: “Hai Rabb-ku (Tuhan-ku), seandainya Engkau  menangguhkan sebentar batas waktuku  niscaya aku akan bersedekah dan menjadi termasuk orang-orang yang saleh.”  وَ لَنۡ  یُّؤَخِّرَ اللّٰہُ  نَفۡسًا  اِذَا جَآءَ اَجَلُہَا ؕ وَ اللّٰہُ  خَبِیۡرٌۢ  بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ --    Dan Allah  tidak pernah   menangguhkan suatu jiwa  apabila batas waktunya  telah tiba, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Munāfiqūn [63]:10-12).
       Bila jiwa kehilangan kesempatan yang dianugerahkan Allah Swt. kepadanya untuk berbakti pada suatu perjuangan yang baik, itulah makna   فَیَقُوۡلَ  رَبِّ لَوۡ لَاۤ  اَخَّرۡتَنِیۡۤ  اِلٰۤی  اَجَلٍ قَرِیۡبٍ ۙ فَاَصَّدَّقَ وَ  اَکُنۡ  مِّنَ  الصّٰلِحِیۡنَ --  lalu ia berkata: “Hai Rabb-ku (Tuhan-ku), seandainya Engkau  menangguhkan sebentar batas waktuku  niscaya aku akan bersedekah dan menjadi termasuk orang-orang yang saleh.”  

Gambaran  Kehebatan Perang Nuklir  & Ketidak-kekalan Hubungan “Suami-Istri”

       Dalam Surah lain Allah Swt. memperingatkan   manusia mengenai ketidak-kekalan hubungan kecintaan di kalangan umat manusia   -- termasuk antara suami-istri    -- sebab ketika menghadapi bahaya  yang mengerikan, pada umumnya manusia sangat egois  dan lebih mementingkan keselamatannya, sekali pun harus mengorbankan orang-orang mereka cintai    -- termasuk istri dan anak-anaknya   -- firman-Nya:
 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  سَاَلَ  سَآئِلٌۢ  بِعَذَابٍ  وَّاقِعٍ ۙ﴿﴾   لِّلۡکٰفِرِیۡنَ لَیۡسَ لَہٗ  دَافِعٌ ۙ﴿﴾ مِّنَ اللّٰہِ  ذِی الۡمَعَارِجِ ؕ﴿﴾  تَعۡرُجُ  الۡمَلٰٓئِکَۃُ  وَ الرُّوۡحُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗ  خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ﴿﴾  فَاصۡبِرۡ  صَبۡرًا  جَمِیۡلًا ﴿﴾  اِنَّہُمۡ  یَرَوۡنَہٗ  بَعِیۡدًا ۙ﴿﴾  وَّ  نَرٰىہُ  قَرِیۡبًا ؕ﴿﴾  یَوۡمَ  تَکُوۡنُ  السَّمَآءُ  کَالۡمُہۡلِ ۙ﴿﴾  وَ تَکُوۡنُ  الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ  ۙ﴿﴾ وَ لَا یَسۡـَٔلُ  حَمِیۡمٌ حَمِیۡمًا ﴿ۚۖ﴾  یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ ؕ یَوَدُّ  الۡمُجۡرِمُ لَوۡ  یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ بِبَنِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ صَاحِبَتِہٖ وَ اَخِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ فَصِیۡلَتِہِ الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ مَنۡ  فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ  یُنۡجِیۡہِ ﴿ۙ﴾  کَلَّا ؕ اِنَّہَا  لَظٰی ﴿ۙ﴾  نَزَّاعَۃً   لِّلشَّوٰی  ﴿ۚۖ﴾    تَدۡعُوۡا  مَنۡ  اَدۡ  بَرَ  وَ تَوَلّٰی ﴿ۙ﴾  وَ  جَمَعَ   فَاَوۡعٰی ﴿﴾  
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Seorang penanya menanyakan mengenai  azab yang akan terjadi,   untuk orang-orang kafir, yang tidak seorang pun   dapat   menghindarkannya, مِّنَ اللّٰہِ  ذِی الۡمَعَارِجِ --  azab itu dari Allah Yang memiliki  tempat-tempat naik.  تَعۡرُجُ  الۡمَلٰٓئِکَۃُ  وَ الرُّوۡحُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗ  خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ  -- Malaikat-malaikat dan ruh itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang ukurannya lima puluh ribu tahun.  فَاصۡبِرۡ  صَبۡرًا  جَمِیۡلًا   -- maka bersabarlah dengan sabar yang baik. اِنَّہُمۡ  یَرَوۡنَہٗ  بَعِیۡدًا  -- sesungguhnya mereka memandang hari itu sangat jauh, وَّ  نَرٰىہُ  قَرِیۡبًا --  sedangkan Kami melihatnya dekat.  یَوۡمَ  تَکُوۡنُ  السَّمَآءُ  کَالۡمُہۡلِ   -- pada hari langit akan menjadi seperti cairan tembaga, وَ تَکُوۡنُ  الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ  --  dan gunung-gunung akan menjadi seperti bulu domba yang dihamburkan. وَ لَا یَسۡـَٔلُ  حَمِیۡمٌ حَمِیۡمًا --  dan tidak akan bertanya  sahabat karib kepada sahabat karib lainnya. یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ ؕ یَوَدُّ  الۡمُجۡرِمُ لَوۡ  یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ بِبَنِیۡہِ --  Hari itu akan diperlihatkan dengan jelas kepada mereka.  Orang ber-dosa ingin seandainya  dia dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya,    وَ صَاحِبَتِہٖ وَ اَخِیۡہِ  --  dan isteri-istrinya serta  saudaranya,  وَ فَصِیۡلَتِہِ الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ     -- dan kaum kerabatnya yang melindunginya. وَ مَنۡ  فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ  یُنۡجِیۡہِ  -- dan semua orang yang ada di bumi kemudian  menyelamatkannya. کَلَّا ؕ اِنَّہَا  لَظٰی  -- sekali-kali tidak dapat,    sesungguhnya  itu nyala api,   نَزَّاعَۃً   لِّلشَّوٰی     --   yang melucuti kulit  kepala.   تَدۡعُوۡا  مَنۡ  اَدۡبَرَ  وَ تَوَلّٰی  -- yang memanggil orang yang membelakangi dan yang  berpaling, وَ  جَمَعَ   فَاَوۡعٰی  --   dan menimbun harta serta menahannya. (Al-Ma’arīj [70]:1-19). 
   “Penanya” dalam ayat ini dianggap oleh beberapa ahli tafsir tertuju kepada Nadhr bin Al-Harits, atau Abu Jahal, yang menantang Nabi Besar Muhammad saw. agar beliau saw. mempercepat kedatangan azab Ilahi yang dijanjikan (diancamkan) Allah Swt. kepada mereka.
  Tetapi, kata “penanya” itu tidak hanya meng-isyaratkan kepada seseorang tertentu, bahkan dapat dikenakan kepada semua orang kafir, sebab mereka semua berulang-ulang menantang Nabi Besar Muhammad saw. supaya beliau saw. menurunkan atas mereka azab Ilahi  yang diancamkan (QS.8:33; QS.21:39; QS.27:72; QS.32: 29; QS.34:30; QS.36:49; QS.67:26).

Mereka yang Indra-indra Ruhaninya Lumpuh

   Ada pun makna ayat   مِّنَ اللّٰہِ  ذِی الۡمَعَارِجِ --  azab itu dari Allah Yang memiliki  tempat-tempat naik,”  yaitu bahwa sementara azab Ilahi yang akan menimpa orang-orang kafir akan membuat mereka binasa, di lain pihak  Allah Swt. menganugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang taat kenaikan ruhani (mi’raj ruhani) yang setinggi-tingginya untuk  meraih jenjang-jenjang ketinggian ruhani nyang telah disediakan Allah Swt. bagi para pengikut sejati Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32-33; QS.4:70-71).
  Makna ayat  selanjutnya: تَعۡرُجُ  الۡمَلٰٓئِکَۃُ  وَ الرُّوۡحُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗ  خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ  -- Malaikat-malaikat dan ruh itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang ukurannya lima puluh ribu tahun.”  Karena ar-ruh berarti jiwa manusia, ayat ini dapat berarti bahwa perkembangan dan kemajuan ruh manusia tidak akan ada hentinya (QS.66:9).   Atau ayat ini dapat berarti,  bahwa rancangan-rancangan dan rencana-rencana Allah Swt. dapat meliputi ribuan tahun sampai jadi matang.
  Atau isyarat itu dapat juga tertuju kepada peredaran (siklus) tertentu selama 50.000 tahun,  yang selama itu beberapa  perubahan agung yang tertentu telah ditakdirkan akan terjadi, sebab nubuatan-nubuatan Allah  Swt. itu mempunyai masa-masa, zaman-zaman, dan peredaran-peredaran (daur) waktu tertentu yang di di dalamnya nubuatan-nubuatan itu menjadi sempurna.
  Salah satu contohnya adalah janji  atau nubuatan dari Allah Swt. mengenai   turunnya azab Ilahi   yang berskala luas (internasional), yang dituntut orang-orang kafir agar segera terjadi, tetapi Allah Swt. menjawab  bahwa azab Ilahi tersebut akan terjadi setelah jangka waktu  satu hari  -- yang lamanya 1000 tahun   -- setelah 3 abad masa kejayaan Islam yang pertama, firman-Nya:
فَکَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ  اَہۡلَکۡنٰہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ  فَہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ بِئۡرٍ  مُّعَطَّلَۃٍ   وَّ  قَصۡرٍ  مَّشِیۡدٍ ﴿﴾  اَفَلَمۡ یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ  اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ فَاِنَّہَا لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ  وَ لٰکِنۡ  تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ ﴿﴾  وَ  یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ  کَاَلۡفِ  سَنَۃٍ   مِّمَّا  تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾  وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ  اَمۡلَیۡتُ لَہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ  ثُمَّ اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪﴾
Dan berapa banyak kota yang Kami telah  membinasakannya, yang penduduknya sedang berbuat zalim  lalu  dinding-dindingnya  jatuh atas atapnya, dan sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang menjulang tinggi.     اَفَلَمۡ یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ  اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا -- maka apakah mereka tidak berpesiar di bumi, lalu  menjadikan hati mereka memahami dengannya   atau menjadikan telinga  mereka mendengar dengannya?  فَاِنَّہَا لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ  وَ لٰکِنۡ  تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ  -- maka sesungguhnya bukan mata yang buta  tetapi yang buta adalah hati yang ada dalam dada.  وَ  یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ   --  dan mereka meminta kepada engkau untuk mempercepat azab, tetapi Allah  tidak akan pernah mengingkari janji-Nya.  وَ  یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ  -- dan sesungguhnya satu hari di sisi Rabb (Tuhan) engkau  seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu.  وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ  اَمۡلَیۡتُ لَہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ  ثُمَّ اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ  -- dan berapa banyaknya kota telah Aku memberi tangguh baginya padahal dia berlaku zalim, kemudian Aku menangkapnya dan kepada Aku-lah kembali mereka. (Al-Hājj [22]:46-49).
      Dari ayat 47   jelas,  bahwa yang dimaksud dengan orang-orang mati, orang-orang buta, dan orang-orang tuli, yang dibicarakan dalam ayat ini  atau di tempat lain dalam Al-Quran  adalah   orang-orang yang ditilik dari segi ruhani telah mati, buta, dan tuli, yakni indera-indera ruhani mereka tidak berfungsi dengan baik atau lumpuh,  akibatnya di alam akhirat pun mereka akan dibangkitkan dalam keadaan buta, tuli dan bisu (QS.17:73; QS.20:125-129): فَاِنَّہَا لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ  وَ لٰکِنۡ  تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ  -- “maka sesungguhnya bukan mata yang buta  tetapi yang buta adalah hati yang ada dalam dada.” 

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  14  September     2014

1 komentar:

  1. Apakah Anda membutuhkan pinjaman untuk membayar tagihan, mengembangkan bisnis skala kecil atau menengah Anda? Ibu Elizabeth Louis Pinjaman Perusahaan memberikan kesempatan untuk membuat impian Anda menjadi kenyataan dengan memberikan pinjaman kepada individu swasta atau pemerintah dan Perusahaan dengan tingkat bunga 2% untuk awal untuk setiap jumlah yang dibutuhkan dan dengan jadwal pembayaran yang fleksibel. Hubungi Ibu Elizabeth Louis untuk LOAN Anda hari ini melalui email: elizabethlouisloancompany@gmail.com atau hubungi hotline kami +15022653621

    BalasHapus