بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 330
Pemberi Syafa’at Dalam Ayat Kursiy adalah Rasul
Allah, Khususnya Nabi Besar Muhammad saw.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan berbagai firman Allah Swt. mengenai penolakan “sembahan-sembahan” selain Allah Swt. yang dianggap sebagai
“wasilah” (perantaraan) oleh para
“penyembah mereka”, termasuk juga penolakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., yang telah “disembah” oleh orang-orang yang mempertuhankan beliau dan juga ibunya
(Siti Maryam) sebagai dua sembahan
selain Allah Swt., beliau membantah keras sebagai penyebab terjadinya penyembahan (kemusyrikan) mereka itu, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اللّٰہُ
یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ ءَاَنۡتَ قُلۡتَ
لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ ؕ قَالَ سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ
اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ
عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ
وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾ مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ
اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا
تَوَفَّیۡتَنِیۡ کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ﴿﴾ اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ
تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu
Maryam, apakah engkau telah berkata
kepada manusia: “Jadikanlah aku dan
ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?" Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan apa yang
sekali-kali bukan hakku.
Jika aku telah mengatakannya maka sungguh Engkau
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa
yang ada dalam diriku, sedangkan aku
tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau, sesungguh-nya Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib. رَبَّکُمۡ مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ
رَبِّیۡ وَ -- “Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka
kecuali apa yang telah Engkau
perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah kepada Allah, Rabb-ku (Tuhan-ku) dan Rabb (Tuhan) kamu.” شَہِیۡدًا
مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ وَ -- dan aku
menjadi saksi atas mereka selama
aku berada di antara mereka, کُنۡتَ
اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِیۡ -- tetapi tatkala Engkau
telah mewafatkanku maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi
Pengawas atas mereka, اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ
شَہِیۡدٌ وَ -- dan Engkau adalah Saksi atas segala
sesuatu. اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ
تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- Kalau Engkau mengazab mereka, maka
sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba
Engkau, dan kalau Engkau mengampuni
mereka, maka sesungguhnya Engkau
benar-benar Maha Perkasa, Maha
Bijaksana.” (Al-Māidah [5]:17-19). Lihat
pula QS. 4:172-173; QS.5:18; QS. 73-74; QS. 9:30; QS.19: 36-37 & 89-94.
Jadi, di Akhir zaman ini orang-orang yang menunggu-nunggu kedatangan
kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – baik sebagai “tuhan” atau sebagai nabi atau sebagai wasilah (perantara) -- hal
tersebut merupakan penantian yang sia-sia,
sebab Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri menyatakan bahwa setelah beliau diwafatkan
Allah Swt., sebagaimana para nabi Allah
yang lainnya (QS.21:35-36), maka beliau sama sekali tidak-tahu menahu dan berlepas-diri
tentang “penyembahan” terhadap beliau dan ibunya yang dilakukan oleh
orang-orang yang mempertuhankan
beliau dan ibunya.
Penolakan Mereka yang Dianggap
Sebagai “Wasilah” (Perantara) antara
Allah Swt. dengan Manusia
Jadi, semua wasilah (perantara) palsu yang telah “dipersekutukan”
dengan Allah Swt. tersebut di akhirat
mereka itu akan berlepas diri dari pengakuan
orang-orang yang mempersekutukan
mereka, sebagaimana dikemukakan oleh Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. dalam firman-Nya
tersebut.
Sehubungan dengan penolakan “sembahan-sembahan”
yang dianggap sebagai wasilah (perantaraan)
tersebut terhadap pengakuan para penyembahnya, Allah Swt. berfirman
kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai benarnya “jawaban”
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam firman Allah sebelumnya terhadap “pertanyaan” Allah Swt. tentang penyembahan terhadap beliau dan ibunya,
(QS.5:17-19), firman-Nya:
وَ
مَاۤ اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ
رَّسُوۡلٍ اِلَّا نُوۡحِیۡۤ اِلَیۡہِ اَنَّہٗ لَاۤ
اِلٰہَ اِلَّاۤ اَنَا فَاعۡبُدُوۡنِ ﴿﴾ وَ قَالُوا اتَّخَذَ الرَّحۡمٰنُ وَلَدًا سُبۡحٰنَہٗ ؕ
بَلۡ عِبَادٌ مُّکۡرَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾ لَا یَسۡبِقُوۡنَہٗ
بِالۡقَوۡلِ وَ ہُمۡ بِاَمۡرِہٖ
یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ وَ لَا یَشۡفَعُوۡنَ ۙ اِلَّا لِمَنِ ارۡتَضٰی
وَ ہُمۡ مِّنۡ خَشۡیَتِہٖ مُشۡفِقُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّقُلۡ مِنۡہُمۡ اِنِّیۡۤ
اِلٰہٌ مِّنۡ دُوۡنِہٖ فَذٰلِکَ
نَجۡزِیۡہِ جَہَنَّمَ ؕ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan Kami
sekali-kali tidak mengutus seorang rasul
sebelum engkau melainkan Kami
wahyukan kepadanya اَنَّہٗ لَاۤ
اِلٰہَ اِلَّاۤ اَنَا فَاعۡبُدُوۡنِ -- bahwa: “Sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Aku maka sembahlah Aku.” وَ قَالُوا اتَّخَذَ الرَّحۡمٰنُ وَلَدًا -- Dan mereka berkata: “Yang
Maha Pemurah telah mengambil seorang
anak.” سُبۡحٰنَہٗ ؕ بَلۡ
عِبَادٌ مُّکۡرَمُوۡنَ -- Maha Suci Dia.
Bahkan mereka adalah hamba-hamba-Nya
yang dimuliakan. لَا یَسۡبِقُوۡنَہٗ بِالۡقَوۡلِ وَ
ہُمۡ بِاَمۡرِہٖ یَعۡمَلُوۡنَ -- Mereka tidak
mendahului-Nya dalam berbicara dan mereka
hanya melaksanakan perintah-Nya. یَعۡلَمُ مَا
بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا
خَلۡفَہُمۡ -- Dia mengetahui segala yang ada di
hadapan mereka dan apa yang ada di
belakang mereka, وَ لَا
یَشۡفَعُوۡنَ ۙ اِلَّا لِمَنِ ارۡتَضٰی وَ ہُمۡ مِّنۡ خَشۡیَتِہٖ -- dan mereka
itu tidak memberi syafaat, melainkan
kepada siapa yang Dia ridhai dan mereka gemetar karena takut
kepada-Nya. (Al-Anbiya [21]:26-29).
Orang yang Diberi Izin Allah Swt. Memberi Syafaat
Kata
pengganti “mereka” dalam ayat seperti
nampak dari hubungan kalimat menunjuk kepada para nabi Allah, dan rasul-rasul Allah tersebut tidak mungkin durhaka kepada Allah Swt. atau melakukan pelanggaran moral atau berbuat
dosa. Ayat ini membuktikan kemaksuman
(kesucian) para nabi Allah atau kebersihan mereka dari perbuatan dosa.
Kata-kata “Dia
mengetahui segala yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang
mereka, ” itu dapat berarti “Apa yang mereka perbuat dan apa yang tidak
mereka perbuat atau tidak dapat mereka perbuat,” atau kata-kata itu bisa
juga mengisyaratkan kepada pengaruh-pengaruh
yang di bawahnya mereka berada, atau perubahan-perubahan
yang mereka datangkan.
Firman Allah Swt. وَ لَا یَشۡفَعُوۡنَ ۙ اِلَّا لِمَنِ ارۡتَضٰی وَ ہُمۡ مِّنۡ خَشۡیَتِہٖ -- dan mereka itu tidak memberi syafaat,
melainkan kepada siapa yang Dia ridhai dan
mereka gemetar karena takut
kepada-Nya (QS.21:29), sama
dengan firman Allah Swt. dalam Ayat Kursyi
yang dikemukakan dalam Bab 328 sebelumnya, yaitu mengenai “orang yang
diberi izin Allah Swt. untuk memberi syafaat,
yaitu para rasul Allah, terutama Nabi
Besar Muhammad saw. (QS.3:132-133; QS.4:70-72), firman-Nya:
اَللّٰہُ
لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَۚ اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ ۬ۚ لَا تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ
لَا نَوۡمٌ ؕ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ مَنۡ ذَا الَّذِیۡ
یَشۡفَعُ عِنۡدَہٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ؕ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ ۚ وَ لَا
یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ
الۡعَلِیُّ الۡعَظِیۡمُ ﴿۲﴾
Allah, tidak ada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Hidup, Yang
Maha Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan Penegak segala sesuatu. لَا
تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ لَا نَوۡمٌ -- kantuk tidak menyentuh-Nya dan tidak pula tidur. Milik-Nya apa pun yang ada di seluruh
langit dan apa pun yang ada di bumi.
مَنۡ
ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ عِنۡدَہٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ -- Siapakah
yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya? یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ -- Dia
mengetahui apa pun yang ada di hadapan mereka dan apa pun di belakang
me-reka, وَ
لَا یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ -- dan mereka
tidak meliputi sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki. وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ
الۡعَلِیُّ الۡعَظِیۡمُ -- Singgasana
ilmu-Nya meliputi
seluruh langit dan bumi, dan tidak memberatkan-Nya menjaga keduanya,
dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung. (Al-Baqarah [2]:255).
Makna
orang-orang yang diizinkan Allah Swt. sebagai pemberi
syafaat dalam ayat مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ
عِنۡدَہٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ -- Siapakah yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya
kecuali dengan izin-Nya?”
mengisyaratkan kepada para rasul Allah,
terutama Nabi Besar Muhammad saw.,
sebab setelah Allah Swt. menurunkan agama terakhir dan tersempurna – yaitu agama
Islam (Al-Quran – QS.5:4) -- maka
hanya dengan beriman dan patuh-taat kepada Allah Swt. dan Nabi Besar
Muhammad saw. sajalah, bukan saja
keagamaan mereka akan diterima Allah Swt. (QS.3:20 & 86), bahkan mereka akan
memperoleh syafaat dari Nabi Besar
Muhammad saw. (QS.3:32; QS.4:70-71),
karena beliau sajalah
satu-satunya washilah (perantara)
yang diizinkan Allah Swt. untuk
memberikan syafaat, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ وَ ابۡتَغُوۡۤا اِلَیۡہِ الۡوَسِیۡلَۃَ وَ
جَاہِدُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِہٖ
لَعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah
kamu kepada Allah. وَ ابۡتَغُوۡۤا اِلَیۡہِ الۡوَسِیۡلَۃَ -- dan carilah
jalan pendekatan diri kepada-Nya, وَ جَاہِدُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِہٖ لَعَلَّکُمۡ
تُفۡلِحُوۡنَ -- dan berjihadlah di jalan-Nya supaya kamu berhasil. (Al-Māidah [5]:36).
Nabi Besar Muhammad Saw. Satu-satunya Pemberi Syafaat dan Wasilah yang
Hakiki
Sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya bahwa kata wasilah artinya satu
jalan untuk memperoleh suatu kedudukan
terhormat di sisi raja; martabat,
pertalian, ikatan atau perhubungan (Lexicon
Lane). Kata itu bukan berarti “penengah
antara Tuhan dan manusia,” sebagaimana banyak
yang keliru menafsirkan wasilah -- sebab arti yang kedua ini bukan hanya tidak-didukung oleh kelaziman pemakaian bahasa
Arab, tetapi juga bertentangan
dengan ajaran Al-Quran dan hadits-hadits Nabi Besar Muhammad saw..
Bahwa Nabi Besar Muhammad saw. --
setelah Allah Swt. menurunkan agama
terakhir dan tersempurna yaitu agama
Islam (Al-Quran – QS.5:4) --
beliau saw. merupakan satu-satu pemberi wasilah,
mengenai hal tersebut Allah Swt. berfirman:
اِنَّ
الدِّیۡنَ عِنۡدَ اللّٰہِ الۡاِسۡلَامُ ۟ وَ مَا اخۡتَلَفَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا
الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ
مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ فَاِنَّ اللّٰہَ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ ﴿﴾
Sesungguhnya
agama yang benar di sisi Allah adalah Islam, dan sekali-kali
tidaklah berselisih orang-orang yang diberi Kitab melainkan setelah ilmu datang kepada mereka karena
kedengkian di antara mereka. Dan barangsiapa
kafir kepada Tanda-tanda Allah maka sesungguhnya Allāh sangat cepat dalam menghisab. (Ali ‘Imran [3]:20).
Ada pun yang dimaksud dengan ilmu (pengetahuan) dan āyat (Tanda-tanda) dalam ayat tersebut
adalah agama Islam (Al-Quran) atau Nabi Besar Muhammad saw., sebab kedengkian yang diperagakan
golongan Ahlikitab adalah terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan agama Islam (Al-Quran)
Firman-Nya
lagi:
وَ مَنۡ یَّبۡتَغِ غَیۡرَ الۡاِسۡلَامِ دِیۡنًا فَلَنۡ یُّقۡبَلَ مِنۡہُ ۚ
وَ ہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan barangsiapa
mencari agama yang bukan agama Islam,
maka agama itu tidak akan pernah diterima darinya, dan
di akhirat ia termasuk orang-orang yang
rugi. (Ali ‘Imran [3]:86).
Bahwa Nabi Besar Muhammad saw.
merupakan satu-satunya wasilah
(perantara) yang diizinkan Allah Swt.
memberikan syafaat, mengenai hal
tersebut Allah Swt. berfirman:
قُلۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰہَ فَاتَّبِعُوۡنِیۡ یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ وَ
یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾ قُلۡ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ ۚ فَاِنۡ
تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ لَا یُحِبُّ
الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: ”Jika kamu benar-benar mencintai Allah فَاتَّبِعُوۡنِیۡ -- maka ikutilah aku, یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ
ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ
رَّحِیۡمٌ -- Allah
pun akan mencintai kamu dan akan
mengampuni dosa-dosa kamu. Dan Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
قُلۡ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ ۚ
فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ لَا
یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ -- Katakanlah: ”Taatilah Allah dan Rasul ini”, kemudian
jika mereka berpaling maka ketahuilah
sesungguhnya Allah tidak mencintai
orang-orang kafir. (Ali ‘Imran [3]:32-33).
Jadi, kembali kepada makna kata wasilah yang benar: Wasilah artinya satu
jalan untuk memperoleh suatu kedudukan
terhormat di sisi raja; martabat,
pertalian, ikatan atau perhubungan (Lexicon
Lane). Kata itu bukan berarti “penengah
antara Tuhan dan manusia,” sebagaimana banyak
yang keliru menafsirkan wasilah -- sebab arti yang kedua ini bukan hanya tidak-didukung oleh kelaziman pemakaian bahasa
Arab, tetapi juga bertentangan
dengan ajaran Al-Quran dan hadits-hadits Nabi Besar Muhammad saw..
Kemusyrikan Akibat Keliru Memahami Makna Syafaat dan Wasilah & Empat Golongan Martabat
Ruhani di Hadirat Allah Swt.
Sehubungan orang-orang yang keliru memaknai arti wasilah tersebut, ketika ditanyakan kepada orang-orang yang datang menziarahi kuburan para nabi Allah atau wali Allah atau ditanyakan
kepada mereka yang menyembah berbagai
bentuk berhala -- yang
kepada tempat-tempat atau benda-benda tersebut mereka menyampaikan
permohonan -- maka jawaban mereka adalah bahwa semua
itu hanya sekedar wasilah yang memperantarai
permohoan (doa) mereka dengan Allah Swt.
Berikut jawaban Allah Swt. berkenaan makna
wasilah (perantaraan) yang
hakiki, yaitu Nabi Besar Muhammad saw.,
firman-Nya:
وَ مَنۡ
یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ
عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ
الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ
عَلِیۡمًا﴿٪﴾
Dan barangsiapa
taat kepada Allah dan Rasul ini
maka mereka akan termasuk di antara اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ -- orang-orang yang Allāh memberi nikmat kepada
mereka, مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ -- yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq,
syahid-syahid, dan orang-orang shalih, وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا -- dan mereka itulah sahabat yang sejati. ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی
بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا -- Itulah karunia
dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisā [4]:70-71).
Sesuai dengan makna hakiki wasilah
(perantara) sebelum ini – yakni satu jalan untuk memperoleh suatu kedudukan
terhormat di sisi raja; martabat, pertalian, ikatan atau perhubungan (Lexicon Lane) -- maka
maka dalam pandangan Allah Swt.,
tidak ada kedudukan atau martabat atau pertalian atau ikatan
atau perhubungan dengan Allah Swt selain orang-orang beriman dan bertakwa yang
karena ketaatannya kepada Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. termasuk ke
dalam salah satu dari keempat martabat
keruhanian di hadirat Allah Swt. tersebut, yakni: مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ
وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ -- yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq,
syahid-syahid, dan orang-orang shalih, وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا -- dan mereka
itulah sahabat yang sejati. ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ
مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا -- Itulah karunia
dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisā [4]:70-71).
Mereka yang menolak keempat macam martabat keruhanian yang disediakan Allah Swt. bagi mereka yang benar-benar menginginkan syafaat dan wasilah dari Nabi Besar Muhammad saw. – dengan alasan bahwa semua jenis kenabian dan wahyu Ilahi
telah tertutup rapat dengan
pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.
sebagai Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41)
dan diturunkan-Nya agama Islam (Al-Quran)
sebagai agama terakhir dan tersempurna (QS.5:4).
Makna Kursiy (Singgasana)
Setelah menyinggung orang yang diberi izin memberikan syafaat, selanjutnya Allah Swt. berfirman: یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ -- Dia
mengetahui apa pun yang ada di hadapan mereka dan apa pun di belakang
me-reka, وَ
لَا یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ -- dan mereka
tidak meliputi sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki. وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ
الۡعَلِیُّ الۡعَظِیۡمُ -- Singgasana
ilmu-Nya meliputi
seluruh langit dan bumi, dan tidak memberatkan-Nya menjaga keduanya,
dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung. (Al-Baqarah [2]:255).
Kursiy berarti:
singgasana, kursi, tembok penunjang; ilmu; kedaulatan kekuasaan (Aqrab-al-Mawarid); Karāsi itu jamak dari kursiy dan
berarti orang-orang terpelajar. Ayat itu dengan indah menggambarkan Keesaan Allah Swt. serta Sifat-sifat-Nya yang agung. Konon Nabi Besar Muhammad saw. pernah bersabda
bahwa Ayat Al-Kursiy itu ayat
Al-Quran yang paling mulia (Muslim).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 12
September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar