بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 348
Para ‘Ulama
Hakiki dan Ahli Bait Nabi Besar Muhammad Saw. di Masa Awal dan di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan ayat mengenai siraman wahyu Al-Quran -- sebagai air hujan ruhani yang paling sempurna --
benar-benar telah membuat wilayah Arabia
yang keadaannya kering-kerontang,
seperti halnya kering-kerontang serta
kerasnya hati bangsa Arab
(QS.17:50:53), hanya dalam waktu 23 tahun melalui Nabi Besar Muhammad saw. telah berubah
menjadi wilayah yang rimbun berbagai “pohon ruhani” yang sangat menakjubkan, sebagaimana digambarkan oleh firman-Nya berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad
saw.:
اَلَمۡ تَرَ
کَیۡفَ ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا کَلِمَۃً طَیِّبَۃً کَشَجَرَۃٍ
طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا فِی السَّمَآءِ ﴿ۙ﴾ تُؤۡتِیۡۤ
اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ بِاِذۡنِ
رَبِّہَا ؕ وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ
الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ خَبِیۡثَۃِۣ اجۡتُثَّتۡ مِنۡ
فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا لَہَا مِنۡ قَرَارٍ ﴿﴾ یُثَبِّتُ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ
الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ یُضِلُّ اللّٰہُ
الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ
اللّٰہُ مَا یَشَآءُ ﴿٪﴾
Tidakkah engkau melihat, bagaimana Allah mengemukakan مَثَلًا کَلِمَۃً
طَیِّبَۃً کَشَجَرَۃٍ طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا
فِی السَّمَآءِ -- perumpamaan
satu kalimat yang baik? Kalimat itu seperti sebatang
pohon yang baik, yang akarnya kokoh
kuat dan cabang-cabangnya menjangkau
langit?
تُؤۡتِیۡۤ اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ بِاِذۡنِ رَبِّہَا -- ia memberikan
buahnya setiap waktu dengan izin Rabb-nya (Tuhan-Nya); وَ یَضۡرِبُ
اللّٰہُ الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ
لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ -- dan Allah mengemukakan perumpamaan-perumpamaan
itu bagi manusia, supaya mereka mendapat
nasihat. اجۡتُثَّتۡ مِنۡ
فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا لَہَا مِنۡ قَرَارٍ وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ خَبِیۡثَۃِۣ -- dan perumpamaan kalimah yang buruk adalah
seperti pohon buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, ia se-kali-kali tidak
memiliki kemantapan. یُثَبِّتُ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا
بِالۡقَوۡلِ الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ
یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ
اللّٰہُ مَا یَشَآءُ -- Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan firman yang kokoh dalam kehidupan di dunia
dan di akhirat, وَ یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ اللّٰہُ
مَا یَشَآءُ -- dan
Allah menyesatkan orang-orang zalim,
dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
(Ibrahim
[14]:25-28).
Perbedaan “Pohon yang Baik” dengan “Pohon
yang Buruk”
Firman Allah Swt. dalam
ayat-ayat ini – yakni wahyu Al-Quran
-- diumpamakan sebatang pohon yang
mempunyai empat macam sifat yang
penting:
(a) Kalam Ilahi itu baik,
artinya bersih dari segala ajaran-ajaran
yang bertentangan dengan akal dan kata hati manusia atau berlawanan
dengan perasaan dan kepekaan tabiat manusia.
(b) Seperti sebatang pohon yang baik, akarnya dalam serta
buahnya subur; Kalam Ilahi itu
mempunyai dasar yang kuat dan kokoh, dan menerima hayat serta jaminan hidup
yang tetap segar dari sumbernya (QS.15:10); dan laksana sebatang pohon yang
kuat firman
Ilahi itu tidak merunduk oleh tiupan
angin perlawanan serta kecaman
yang timbul dari rasa permusuhan, tetapi berdiri tegak di hadapan segala taufan badai. Firman Allah itu mendapat hayat dan jaminan hidup hanya dari satu
sumber yakni Allah Swt. dan oleh
karena itu tidak ada ketidak-serasian
atau pertentangan dalam prinsip-prinsip dan ajarannya (QS.4:83; QS.47:25) sebagaimana halnya keserasian tatanan
alam semesta (QS.21:23; QS.67:1-5).
(c) Dahan-dahannya menjangkau sampai ke
langit, yang berarti bahwa dengan mengamalkannya, orang dapat menanjak ke
puncak-puncak kemuliaan ruhani
tertinggi (QS.3:32; QS.4:70-71).
(d) Kalam Ilahi itu menghasilkan buahnya
yang berlimpah-limpah di segala musim, yang berarti bahwa berkat-berkatnya nampak di sepanjang masa. Kalam Ilahi itu di sepanjang abad terus-menerus membuahkan orang-orang yang karena beramal sesuai dengan ajaran-ajarannya (QS.3:103-111;
QS.61:3-5) mencapai perhubungan dengan Allah Swt. (QS.3:32; QS.4:70-71), dan karena kejujurannya
serta kesucian dalam tingkah lakunya,
menjulang tinggi dan mengatasi
orang-orang yang sezaman dengan mereka (QS.62:3-5). Al-Quran memiliki semua sifat
itu dalam kadar (ukuran) yang
sepenuhnya.
Berbeda
dari pohon yang baik, keadaan kitab yang diciptakan oleh seorang pemalsu, adalah seperti pohon yang buruk. Ia tidak memiliki kekekalan atau kemantapan. Ajarannya tidak didukung oleh akal maupun hukum-hukum alam.
Kitab semacam itu tak dapat bertahan terhadap kritikan, dan asas-asas
serta cita-citanya terus berubah bersama dengan berubahnya keadaan manusia dan
lingkungannya.
Ia merupakan ajaran yang campur aduk, dikumpulkan dari sumber-sumber yang
meragukan. Kitab semacam itu tidak bisa melahirkan orang-orang yang dapat
menda'wakan pernah mengadakan perhubungan
yang hakiki dengan Allah Swt.. Kitab
seperti itu tidak menerima daya hidup
yang baru dari sumber Ilahi dan selamanya terancam keruntuhan dan kemunduran.
Empat Macam Tugas
Mulia Nabi Besar Muhammad
Saw.
Penjelasan mengenai gambaran “kalimat yang baik” atau “pohon
yang baik” tersebut terangkum dalam firman-Nya berikut ini mengenai 4 tugas mulia Nabi Besar Muhammad saw.:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang
buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan
kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ -- itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [63]:3-5).
Tugas suci Nabi
Besar Muhammad saw. meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat ini, yakni: (1)
membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,
(2) mensucikan mereka, (3) mengajarkan kepada me-reka Kitab, (4) mengajarkan
Hikmah-hikmahnya.
Keempat tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada Nabi Besar Muhammad saw., sebab untuk kedatangan beliau saw. di
tengah-tengah orang-orang Arab buta huruf
itu leluhur beliau saw., Nabi Ibrahim a.s., telah memanjatkan doa
beberapa ribu tahun yang lampau yaitu ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il
a.s. beliau mendirikan dasar
(pondasi) Ka’bah, firman-Nya:
رَبَّنَا وَ
ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾٪
“Ya
Rabb (Tuhan) kami, bangkitkanlah seorang rasul di tengah-tengah
mereka dari kalangan mereka sendiri,
yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau
kepada mereka, yang mengajarkan Kitab dan hikmah
kepada mereka serta akan
mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau
benar-benar Maha Perkasa, Maha
Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:130).
Perlu dijelaskan, bahwa ada perbedaan urutan
mengenai keempat macam tugas
mulia Nabi Besar Muhammad saw. yang dikemukakan dalam doa Nabi Ibrahim a.s. dengan kenyataannya yang berhasil
dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad saw., yakni dalam doa Nabi Ibrahim a.s. kalimat
“yang akan mensucikan mereka” ada pada urutan
terakhir, sedang dalam Surah Al-Jumu’ah
ayat 3 tersebut ada pada urutan kedua,
seperti juga dalam dua firman Allah Swt. berikut ini:
کَمَاۤ اَرۡسَلۡنَا فِیۡکُمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡکُمۡ
یَتۡلُوۡا عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِنَا وَ
یُزَکِّیۡکُمۡ وَ یُعَلِّمُکُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُعَلِّمُکُمۡ مَّا
لَمۡ تَکُوۡنُوۡا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ؕۛ فَاذۡکُرُوۡنِیۡۤ
اَذۡکُرۡکُمۡ وَ اشۡکُرُوۡا لِیۡ وَ لَا
تَکۡفُرُوۡنِ ﴿﴾٪
Sebagaimana Kami
telah mengutus kepada kamu seorang Rasul dari antara kamu, yang membacakan Ayat-ayat Kami kepada kamu, mensucikan kamu, mengajar kamu Kitab serta hikmah,
dan mengajar kamu apa yang tidak
pernah kamu ketahui, maka kamu ingatlah Aku, Aku
pun akan mengingat kamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku dan janganlah kamu
kafir kepada-Ku. (Al-Baqarah
[2]:152-153).
Dalam firman-Nya tersebut kalimat وَ
یُعَلِّمُکُمۡ مَّا لَمۡ تَکُوۡنُوۡا تَعۡلَمُوۡنَ -- “dan
mengajar kamu apa yang tidak
pernah kamu ketahui” menggantikan
kalimat وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ -- “walaupun sebelumnya mereka benar-benar
berada dalam kesesatan yang nyata”, tetapi memiliki makna yang sama,
sebab kata “kesesatan yang nyata” menunjukkan “ketidak-tahuan akan kebenaran,” sebagaimana dalam firman-Nya
berikut ini:
لَقَدۡ
مَنَّ اللّٰہُ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اِذۡ بَعَثَ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡ
اَنۡفُسِہِمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ۚ وَ اِنۡ
کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
Sungguh Allah benar-benar telah menganugerahkan
karunia kepada orang-orang beriman, ketika Dia membangkitkan
di kalangan mereka seorang Rasul dari antara mereka, yang membacakan
kepada mereka Ayat-ayat-Nya, mensucikan
mereka, mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, وَ
اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ -- dan
walaupun sebelum itu mereka benar-benar
dalam kesesat-an yang nyata. (Ali ‘Imran [3]:165).
Hikmah Perbedaan Urutan Tugas Mulia Nabi Besar Muhammad Saw.
Jadi, dengan perubahan sedikit pada
urutan kata-katanya, doa Nabi Ibrahim a.s. dalam QS.2:130 menunjuk
kepada karya agung Nabi Besar
Muhammad saw. dalam QS.62:3 dengan
kata-kata yang persis sama dengan doa
Nabi Ibrahim a.s. kepada Allah
Swt. mengenai kedatangan seorang Rasul
Allah di antara kaum Makkah
(QS.2:130). Hal demikian menampakkan dengan jelas bahwa doa Nabi Ibrahim a.s. .
itu telah menjadi sempurna
dalam wujud Nabi Besar Muhammad saw..
Ada pun salah satu hikmah adanya perbedaan urutan tugas suci Nabi Besar
Muhammad saw. bahwa apa yang dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad saw.
selalu melebihi melampau “prediksi” logika secara umum, yaitu dalam makna selalu lebih sempurna daripada yang telah
dilakukan atau telah dihasilkan
oleh para Rasul Allah sebelumnya.
Jadi, kembali kepada keempat tugas agung Nabi Besar Muhammad saw.
yang dikemukakan dalam keempat firman Allah SWt. tersebut, bahwa pada
hakikatnya tidak ada Pembaharu (Reformer/Mushlih)
dapat benar-benar berhasil dalam misi sucinya bila ia tidak menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya), itilah sebabnya dalam Surah Al-Jumu’ah dan kedua Surah lainnya penyebutan وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ -- “yang mensucikan mereka” merupakan urutan kedua setelah یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
-- “yang membacakan Ayat-ayat-Nya”.
Suatu jemaat yang pengikut-pengikutnya
terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafat, arti, dan
kepentingan cita-cita dan asas-asas ajaran-nya itu, kemudian mengirimkan
pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwahkan
ajaran itu kepada bangsa lain.
Didikan
(ta'lim dan tarbiyat) yang Nabi Besar Muhammad saw. berikan kepada para pengikut beliau saw. memperluas dan mempertajam kecerdasan
mereka, dan filsafat ajaran beliau saw.
menimbulkan dalam diri mereka keyakinan
iman, dan contoh mulia beliau saw. (QS.33:22) menciptakan di dalam diri
mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang
diisyaratkan oleh ayat ini.
Makna ‘Ulama yang Hakiki
Dalam Surah Al-Quran lainnya keberagaman yang muncul sebagai akibat
siraman hujan wahyu Al-Quran
yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw. tersebut digambarkan dalam perumpamaan berikut ini, firman-Nya:
اَلَمۡ تَرَ
اَنَّ اللّٰہَ اَنۡزَلَ مِنَ السَّمَآءِ
مَآءً ۚ فَاَخۡرَجۡنَا بِہٖ ثَمَرٰتٍ
مُّخۡتَلِفًا اَلۡوَانُہَا ؕ وَ
مِنَ الۡجِبَالِ جُدَدٌۢ بِیۡضٌ وَّ
حُمۡرٌ مُّخۡتَلِفٌ اَلۡوَانُہَا وَ
غَرَابِیۡبُ سُوۡدٌ ﴿﴾ وَ مِنَ النَّاسِ وَ
الدَّوَآبِّ وَ الۡاَنۡعَامِ مُخۡتَلِفٌ اَلۡوَانُہٗ کَذٰلِکَ ؕ اِنَّمَا یَخۡشَی اللّٰہَ مِنۡ
عِبَادِہِ الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ اِنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ غَفُوۡرٌ ﴿﴾
Apakah engkau tidak melihat bahwasanya Allah menurunkan air dari awan, dan Kami mengeluarkan dengan air itu buah-buahan yang ber-aneka
warnanya. ؕ وَ مِنَ
الۡجِبَالِ جُدَدٌۢ بِیۡضٌ وَّ
حُمۡرٌ مُّخۡتَلِفٌ اَلۡوَانُہَا وَ
غَرَابِیۡبُ سُوۡدٌ --
dan di gunung-gunung ada garis-garis
putih, merah dengan beraneka macam
warnanya, dan ada yang sehitam
burung gagak? وَ مِنَ النَّاسِ وَ الدَّوَآبِّ وَ الۡاَنۡعَامِ مُخۡتَلِفٌ
اَلۡوَانُہٗ کَذٰلِکَ -- Dan demikian juga di antara manusia, hewan
berkaki empat dan binatang ternak
bermacam-macam warnanya. اِنَّمَا یَخۡشَی اللّٰہَ مِنۡ عِبَادِہِ الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ غَفُوۡرٌ -- sesungguhnya dari
antara hamba-hamba-Nya yang takut kepada Allah adalah ulama. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa, Maha Pengampun. (Al-Fāthir
[35]:28-29).
Ayat 28 ini bermaksud mengatakan, bahwa bila hujan turun di atas tanah yang kering dan gersang,
maka air hujan itu menimbulkan aneka ragam tanam-tanaman, bunga-bungaan, dan buah-buahan yang warna warni
serta aneka cita rasa, dan bentuk serta corak yang berlainan. Air
hujannya sama tetapi tanam-tanaman, bunga-bungaan, dan buah-buahan yang dihasilkan sangat berbeda satu sama lain.
Perbedaan-perbedaan itu mungkin sekali dikarenakan sifat yang dimiliki tanah
dan benih. Demikian pula manakala wahyu Ilahi — yang pada beberapa tempat
dalam Al-Quran telah diibaratkan air
— turun kepada suatu kaum, maka wahyu Ilahi itu menimbulkan
berbagai-bagai akibat pada bermacam-macam manusia menurut keadaan “tanah” (hati) mereka dan cara mereka menerimanya.
Dalam ayat selanjutnya Allah Swt.
menjelaskan, bahwa keragaman yang indah
sekali dalam bentuk, warna, dan corak, yang telah dikemukakan dalam ayat sebelumnya tidak hanya
terdapat pada bunga, buah, dan batu karang, akan tetapi juga pada manusia, binatang buas
dan binatang ternak.
Kata an-nās (manusia), ad-dawāb
(binatang buas) dan al-an’ām (binatang ternak) dapat juga melukiskan manusia dengan bermacam-macam
kesanggupan, pembawaan, dan kecenderungan
alami. Ungkapan اِنَّمَا یَخۡشَی
اللّٰہَ مِنۡ عِبَادِہِ الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ
اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ غَفُوۡرٌ -- “sesungguhnya dsari antara hamba-hambanya
yang takut kepada Allāh dari adalah para
ulama” memberikan bobot arti kepada pandangan, bahwa ketiga kata -- an-nās
(manusia), ad-dawāb (binatang buas) dan al-an’ām (binatang
ternak) -- itu menggambarkan tiga golongan manusia, yang di antara
mereka itu hanya mereka yang dikaruniai
ilmu saja yang takut kepada Tuhan.
Akan tetapi di sini ilmu
berkenaan dengan kata ‘ulama
(orang-orang yang berilmu) itu tidak
seharusnya selalu berarti ilmu keruhanian
atau ilmu agama akan tetapi juga pengetahuan
hukum alam. Sebab penyelidikan yang seksama terhadap tatanan
alam semesta dan hukum-hukumnya niscaya membawa orang kepada makrifat mengenai kekuasaan
Maha Besar Allah Ta’ala dan sebagai akibat-nya merasa kagum dan takzim terhadap
Tuhan (QS.3:191-195; QS.21:23;
QS.67:1-6).
Para Pewaris Al-Quran
& Perumpamaan Dalam Taurat dan Injil
Hamba-hamba Allah yang disebut ‘ulama hakiki itulah yang akan menjadi
para pewaris berbagai khazanah
ruhani Al-Quran yang tak
terhingga -- terutama para wali Allah dan para mujaddid Islam yang dibangkitkan di setiap awal abad, termasuk kepada mujaddid
‘azham yang juga rasul Allah di Akhir Zaman ini (QS.61:10; QS.71:27-29) -- firman-Nya:
ثُمَّ اَوۡرَثۡنَا الۡکِتٰبَ الَّذِیۡنَ اصۡطَفَیۡنَا
مِنۡ عِبَادِنَا ۚ فَمِنۡہُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِہٖ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مُّقۡتَصِدٌ ۚ وَ
مِنۡہُمۡ سَابِقٌۢ بِالۡخَیۡرٰتِ بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَضۡلُ الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ﴾
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang telah Kami
pilih dari antara hamba-hamba Kami,
maka dari antara mereka sangat zalim
terhadap dirinya, dari antara mereka ada
yang mengambil jalan tengah, dan dari
antara mereka ada yang unggul dalam
kebaikan dengan izin Allah, itu adalah
karunia yang sangat besar.
(Al-Fāthir [35]:33).
Menurut ayat tersebut seorang beriman melampaui berbagai tingkat disiplin keruhanian yang ketat. Pada
tingkat pertama ia melancarkan peperangan
yang sungguh-sungguh terhadap keinginan dan nafsu rendahnya (QS.12:54) serta
mengamalkan peniadaan diri (fana) secara
mutlak. Itulah makna فَمِنۡہُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِہٖ -- “maka dari antara mereka sangat
zalim terhadap dirinya”. Itulah peperangan sengit melawan hawa-nafsu pada tingkatan nafs
al- Ammarah.
Pada tingkat selanjutnya, kemajuan
ke arah tujuannya hanya sebagian saja: وَ مِنۡہُمۡ مُّقۡتَصِدٌ -- “dari antara mereka ada yang mengambil jalan tengah”, yang disebut tingkatan nafs al- Lawwamah (QS.75:3), dan pada tingkat terakhir ia mencapai taraf akhlak sempurna, dan kemajuan ke arah tujuannya yang agung itu berlangsung cepat sekali dan merata,
itulah makna: وَ مِنۡہُمۡ سَابِقٌۢ بِالۡخَیۡرٰتِ
بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَضۡلُ
الۡکَبِیۡرُ - “dan dari
antara mereka ada yang unggul dalam
kebaikan dengan izin Allah, itu adalah
karunia yang sangat besar” yang disebut tingkatan nafs al-Muthmainnah
(QS.89:27-29).
Mereka itulah para hamba Allah yang disebut
memiliki “bekas-bekas sujud” yang
hakiki pada wajah mereka berkat “kebersamaan”
mereka dengan Nabi Besar Muhammad
saw.., sebagaimana perumpamaan mereka dalam Taurat dan Injil, firman-Nya:
مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ
اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا
سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ
اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا ۫
سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ
اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ
فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ
فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ
اَخۡرَجَ شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ
فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ بِہِمُ الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu
adalah Rasul Allah, وَ الَّذِیۡنَ
مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَی
الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ -- dan orang-orang
besertanya sangat keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka,
فَضۡلًا
مِّنَ اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ -- engkau melihat mereka
rukuk serta sujud mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ
اَثَرِ السُّجُوۡدِ -- ciri-ciri pe-ngenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ
-- demikianlah perumpamaan mereka
dalam Taurat, وَ مَثَلُہُمۡ فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ اَخۡرَجَ
شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ
یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ
بِہِمُ الۡکُفَّارَ -- dan perumpamaan
mereka dalam Injil adalah laksana tanaman
yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi
kuat, kemudian menjadi kokoh dan berdiri
mantap pada batangnya, menyenangkan
penanam-penanamnya supaya Dia
membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. وَعَدَ اللّٰہُ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً
وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا -- Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:28).
Dua Golongan Para “Sahabah” Nabi Besar Muhammad Saw.
Kata-kata, ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ -- “Demikianlah
perumpamaan mereka dalam Taurat,” dapat juga ditujukan kepada pelukisan
yang diberikan oleh Bible, yakni: “Kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya
dari gunung Paran, lalu datang hampir dari bukit Ka-des” (Terjemahan ini
dikutip dari “Alkitab” dalam bahasa Indonesia, terbitan “Lembaga Alkitab
Indonesia” tahun 1958). Dalam bahasa Inggrisnya berbunyi: “He shined forth
from mount Paran and he came with ten thousands of saints,” yang artinya: “Ia nampak dengan gemerlapan cahayanya dari
gunung Paran dan ia datang dengan sepuluh ribu orang kudus” (Deut. 33:2), Peny).
Dan ungkapan وَ مَثَلُہُمۡ فِی الۡاِنۡجِیۡلِ -- “Dan perumpamaan
mereka dalam Injil adalah laksana tanaman…“ dapat ditujukan kepada perumpamaan lain dalam Bible, yaitu: “Adalah seorang penabur keluar
hendak menabur benih; maka sedang ia menabur, ada separuh jatuh di tepi jalan,
lalu datanglah burung-burung makan, sehinga habis benih itu. Ada separuh jatuh
di tempat yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, maka dengan segera
benih itu tumbuh, sebab tanahnya tidak dalam. Akan tetapi ketika matahari naik,
layulah ia, dan sebab ia tiada berakar, keringlah ia. Ada juga separuh jatuh di
tanah semak dari mana duri itu pun tumbuh serta membantutkan benih itu. Dan ada
pula se-paruh jatuh di tanah yang baik, sehingga mengeluarkan buah, ada yang
seratus, ada yang enam puluh, ada yang tiga puluh kali ganda banyaknya” (Matius 13:3-8).
Perumpamaan yang pertama dalam Taurat nampaknya dikenakan kepada para sahabat Nabi Besar
Muhammad saw., sedangkan perumpamaan
yang kedua dalam Injil dikenakan
kepada para pengikut rekan sejawat
dan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) Al-Masih Mau’ud a.s., yang Jemaatnya
berangkat dari suatu permulaan (tunas tanaman) yang sangat kecil dan tidak
berarti telah ditakdirkan berkembang
menjadi suatu organisasi perkasa, dan
berangsur-angsur tetapi tetap maju menyampaikan tabligh Islam ke seluruh pelosok dunia, sehingga Islam
akan mengungguli dan menang atas semua agama (QS.61:10) dan lawan-lawannya
akan merasa heran dan iri hati terhadap kekuatan dan pamor Jemaat
Muslim di Akhir Zaman tersebut,
yakni Jemaat Ahmadiyah.
Mengisyaratkan kepada perumpamaan dalam Taurat dan Injil -- mengenai dua keadaan umat
Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw. dan di Akhir Zaman -- itu pulalah
firman-Nya berikut ini:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
-- dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
ذٰلِکَ
فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Makna ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
-- dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana,”
ayat mengisyaratkan kepada perumpamaan umat Islam dalam Injil
di Akhir Zaman ini; yang sekali pun dipisahkan oleh jarak waktu
selama 1400 tahun dengan umat
Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw.
yang penuh berkat, tetapi pada
hakikatnya mereka itu termasuk golongan
para sahabat Nabi Besar Muhammad saw..
Ahli
Bait Nabi Besar Muhammad Saw.
Mengapa demikian? Sebab ajaran Nabi Besar
Muhammad saw. ditujukan bukan
kepada bangsa Arab belaka, tetapi
juga -- yang di tengah-tengah bangsa itu beliau saw.
dibangkitkan sebagaimana diisyaratkan dalam QS.62:3 -- tetapi juga وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
-- dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”,
yakni misi kerasulan beliau saw. pun untuk seluruh bangsa
bukan-Arab juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau saw., melainkan juga kepada keturunan demi keturunan
manusia yang akan datang hingga kiamat.
Atau ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
-- dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana,”
dapat juga berarti bahwa Nabi Besar
Muhammad saw. akan dibangkitkan lagi yang kedua kali secara ruhani di antara kaum yang belum
pernah tergabung dalam para pengikut semasa hidup beliau saw..
Isyarat di dalam ayat ini dan di d-lam
hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw. untuk kedua kali dalam wujud Al-Masih
Mau’ud a.s. di Akhir Zaman ini. Mengenai hal tersebut Abu Hurairah r.a. berkata: “Pada
suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw. ketika Surah
Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada beliau saw. “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ -- dan
Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu
dengan mereka?”
Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang
duduk di antara kami. Setelah saya
berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah saw. meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda: “Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya,
seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari).
Hadits Nabi Besar Muhammad saw. ini
menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang
lelaki dari keturunan Parsi. Al-Masih Mau’ud a.s., Pendiri Jemaat
Ahmadiyah, adalah dari keturunan Parsi,
walau pun dari silsilah salah satu leluhur perempuannya beliau a.s.
pun termasuk Ahli Bait Nabi
Besar Muhammad saw. dari jalur Imam Hasan
bin Ali bin Abi Thalib r.a. dan Sayyidah
Fatimah r.a. terlebih lagi dalam
salah satu hadits Nabi Besar Muhammad saw.
telah menyatakan bahwa Salman
Al-Faris r.a. pun termasuk “Ahli Bait”
beliau saw..
Hadits Nabi Besar Muhammad saw. lainnya
menyebutkan bahwa kedatangan Al-Masih
Mau’ud a.s. tersebut pada saat ketika
tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran
kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, -- yaitu jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap QS.32:6; QS.17:86-89) -- (Baihaqi).
Jadi, Al-Quran dan hadits
kedua-duanya sepakat bahwa ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ -- dan
Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu
dengan mereka?” menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar
Muhammad saw. secara ruhani dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s., yang misal
(perumpamaan) keadaan perkembangan jemaat Muslim yang didirikannya atas perintah Allah
Swt. dikemukakan dalam Injil (QS.48:23).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor:
Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 11 Oktober
2014