بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
147
Pengusiran Iblis dari “Surga Keridhaan” Allah Swt. & Hakikat “Empat Burung” Nabi Ibrahim a.s.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai ancaman para pemuka kaum terhadap tiga orang Rasul Allah yang diutus kepada mereka, bahwa mereka akan melakukan
perajaman dan penyiksaan.
Makna kata rajam dalam ayat قَالُوۡۤا اِنَّا
تَطَیَّرۡنَا بِکُمۡ ۚ لَئِنۡ لَّمۡ تَنۡتَہُوۡا لَنَرۡجُمَنَّکُمۡ وَ
لَیَمَسَّنَّکُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ
اَلِیۡمٌ -- “Mereka berkata: “Sesungguhnya kemalangan kami karena kamu,
jika kamu tidak benar-benar berhenti
niscaya kami akan merajam kamu,
dan niscaya azab yang pedih akan menimpa kamu dari kami” (QS.36:19). Rajama-hu berarti: ia merajamnya; ia
melempari dan membunuh dia (Lexicon
Lane).
Pengusiran Iblis
dari “Surga Keridhaan” Allah Swt.
Rajam
atau merajam juga berarti pengusiran,
berikut firman-Nya mengenai ancaman para pemuka kaum Midian kepada Nabi Syu’aib
a.s.:
قَالُوۡا یٰشُعَیۡبُ مَا
نَفۡقَہُ کَثِیۡرًا مِّمَّا
تَقُوۡلُ وَ اِنَّا
لَنَرٰىکَ فِیۡنَا ضَعِیۡفًا ۚ وَ لَوۡ لَا رَہۡطُکَ
لَرَجَمۡنٰکَ ۫ وَ مَاۤ اَنۡتَ عَلَیۡنَا بِعَزِیۡزٍ ﴿﴾
Mereka
menjawab: “Hai Syu'aib, kami sama sekali tidak mengerti banyak mengenai
apa yang engkau katakan, dan sesungguhnya
kami melihat engkau seorang yang lemah di kalangan kami. Dan
seandainya tidak karena kaum
kerabat engkau, niscaya kami telah
mengusir engkau, dan engkau sama
sekali bukanlah seorang yang berkedudukan atas kami.” (Hād [11]:92).
Kemudian mengenai pengusiran Iblis dari “surga
keridhaan” Allah Swt. karena menolak untuk “sujud” (patuh-taat) kepada Adam
(Khalifah Allah) Dia berfirman:
قَالَ یٰۤـاِبۡلِیۡسُ مَا لَکَ اَلَّا تَکُوۡنَ مَعَ السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ لَمۡ اَکُنۡ
لِّاَسۡجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقۡتَہٗ مِنۡ صَلۡصَالٍ
مِّنۡ حَمَاٍ مَّسۡنُوۡنٍ ﴿﴾ قَالَ فَاخۡرُجۡ
مِنۡہَا فَاِنَّکَ رَجِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ وَّ اِنَّ عَلَیۡکَ
اللَّعۡنَۃَ اِلٰی یَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿﴾
Allah berfirman: “Hai iblis, apa yang telah terjadi dengan engkau bahwa engkau
tidak menjadi termasuk di antara mereka yang sujud?” Ia menjawab: “Aku tidak mau sujud yakni patuh-taat kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering yang mendenting, dari
lumpur yang telah diberi bentuk.” Allah berfirman: “Maka keluarlah darinya karena sesungguhnya engkau terusir” Dan sesungguhnya atas engkau ada kutukan-Ku hingga Hari Pembalasan.” (Al-Hijr
[15]:33-36). Lihat pula QS.38:76-79.
Demikian juga sncaman para pemuka “kota”
itu dalam Surah Yā Sīn selanjutnya:
ۚ لَئِنۡ لَّمۡ
تَنۡتَہُوۡا لَنَرۡجُمَنَّکُمۡ وَ لَیَمَسَّنَّکُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِیۡمٌ -- “Mereka berkata: “jika kamu tidak benar-benar berhenti niscaya
kami akan merajam kamu, dan niscaya
azab yang pedih akan menimpa kamu dari
kami.” (Yā Sīn [36]:19), ancaman tersebut tersebut mengisyaratkan kepada pembuatan “parit
api” yang mereka nyalakan
untuk “mambakar” Rasul Allah
dan para pengikutnya (QS.85:1-11).
Pendek kata, sebagaimana telah
dikemukakan dalam Bab-bab sebelumnya, bahwa sesuai dengan firman Allah Swt.
dalam QS.62:3-4 mengenai dua kali pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw. di masa awal dan di Akhir Zaman maka tuduhan-tuduhan provokatif dan ancaman “parit api” seperti itu terjadi juga di Akhir Zaman terhadap Jemaat
Muslim Ahmadiyah, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ
یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata. Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya
kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
Kedatangan “Rasul Allah” yang Keempat &
“Empat Ekor Burung” Nabi
Ibrahim a.s.
Mengisyaratkan kepada pengutusan kedua kali Nabi Besar
Muhammad saw. secara ruhani dalam wujud Rasul Akhir Zaman itulah ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ --
“Dan juga Dia akan membangkitkannya pada
kaum lain dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ”
Mengisyaratkan kepada kedatangan Rasul Akhir Zaman itu pulalah lanjutan Surah Yā Sīn sebelum ini, mengenai “seorang
laki-laki yang datang sambil berlari-lari dari bagian terjauh kota itu”, firman-Nya:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ
رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ﴾ اتَّبِعُوۡا مَنۡ
لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾وَ مَا لِیَ لَاۤ
اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ
اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾ ءَاَتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اٰلِہَۃً اِنۡ یُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ
لَّا تُغۡنِ عَنِّیۡ شَفَاعَتُہُمۡ شَیۡئًا
وَّ لَا یُنۡقِذُوۡنِ ﴿ۚ﴾ اِنِّیۡۤ اِذًا
لَّفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾ اِنِّیۡۤ اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki dengan berlari-lari,
ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul
itu.
Ikutilah mereka
yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka
yang telah mendapat petunjuk. Dan mengapakah
aku tidak menyembah Tuhan Yang
menciptakan diriku dan Yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan? Apakah aku
akan mengambil selain Dia sebagai sembahan-sem-bahan, padahal
jika Tuhan Yang Maha Pemurah
menghendaki sesuatu ke-mudaratan bagiku syafaat
mereka itu tidak akan bermanfaat bagiku sedikit
pun, dan mereka tidak dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya jika aku berbuat demikian
niscaya berada dalam kesesatan yang
nyata. Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb (Tuhan)
kamu maka dengarlah aku.” (Yā Sīn [36]:21-25).
Dengan kedatangan “seorang laki-laki dengan berlari-lari dari bagian terjauh kota itu”
maka jumlah Rasul Allah yang diutus
ke “kota” tersebut menjadi 4 orang Rasul
Allah, hal itu sesuai dengan 4 ekor burung Nabi Ibrahim a.s.
(QS.2:261), firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ
اَرِنِیۡ کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ قَالَ اَوَ لَمۡ
تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ
بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ
الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ
جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan ingatlah
ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara
Engkau menghidupkan yang mati?” Dia
berfirman: “Apakah engkau tidak percaya?”
Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku
tanyakan supaya hatiku tenteram.”
Dia berfirman: “Jika demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu jinakkanlah mereka
kepada engkau, kemudian letakkanlah
setiap burung itu di atas tiap-tiap gunung lalu panggillah mereka, niscaya mereka dengan cepat akan datang kepada engkau, dan
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah
[2]:261).
Permintaan Nabi Ibrahim a.s. kepada
Allah Swt. agar Dia memperlihatkan cara
menghidupkan yang mati dalam ayat tersebut sama sekali tidak ada hubungan dengan masalah kematian dan kehidupan jasmani, sebab semua Rasul
Allah sangat menyakini kekuasaan Allah Swt. yang bersifat Al-Hayyu
(Yang Maha Hidup - QS.2:256; QS.3:3; QS.20:112; QS.25:59) dan Al-Muhyi (Yang
Maha Menghidupkan -- QS.30:51; QS.41:40).
Perbedaan Iman dengan Ithminan
Permintaan Nabi Ibrahim a.s. erat hubungannya
dengan pengangkatan beliau a.s. oleh Allah Swt. sebagai imam
bagi umat manusia (QS.2:125), karena itu
permintaan Nabi Ibrahim a.s. tersebut
adalah mengenai cara menghidupkan
kembali akhlak dan ruhani manusia
yang merupakan tugas utama
semua Rasul Allah.
Jawaban Nabi Ibrahim a.s.
terhadap pertanyaan Allah Swt. اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ -- “Apakah
engkau tidak percaya?” Nabi Ibrahim
a.s. menjawab بَلٰی وَ لٰکِنۡ
لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ -- “Ya aku
percaya, tetapi aku tanyakan supaya
hatiku tenteram.” Perbedaan antara iman (percaya) dan ithminan
(hati dalam keadaan tenteram) ialah, dalam keadaan pertama (iman), orang hanya percaya bahwa Allah Swt.
dapat berbuat sesuatu, sedangkan
dalam keadaan kedua (ithminan) orang
mendapat kepastian bahwa sesuatu
dapat pula berlaku atas dirinya.
Nabi Ibrahim a.s. sungguh
beriman (percaya) bahwa Allah Swt.
dapat menghidupkan yang sudah mati, tetapi apa yang diinginkan beliau
ialah kepuasan pribadi untuk
mengetahui apakah Allah Swt. akan
berbuat demikian untuk keturunan beliau a.s..
Menunjuk kepada ayat yang ada dalam bahasan
Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan
telah bersabda: “Kita lebih layak menaruh
syak (keraguan) daripada Ibrahim” (Muslim). Kata syak
berarti keinginan keras yang
tersembunyi, menunggu dengan penuh harapan akan sempurnanya keinginan itu, sebab, Nabi Besar Muhammad saw. tidak
pernah ragu-ragu mengenai janji
atau apa pun perbuatan Allah Swt…
Hal itu menunjukkan bahwa pertanyaan Nabi Ibrahim a.s. tidak terdorong oleh keraguan, tetapi hanya oleh kedambaan yang sangat, bahkan merupakan
bentuk lain dari doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim a.s. kepada
Allah Swt. (QS.2:127-130; QS.14:36-42).
Makna
ayat قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ --
“Dia berfirman: “Jika demikian,
maka ambillah empat ekor burung
lalu jinakkanlah mereka kepada engkau.” Shurtu al
ghushna ilayya berarti “saya
mencondongkan dahan itu kepadaku sendiri” (Lexicon
Lane). Kata depan ila menentukan arti kata shurhunna
dalam artian mencondongkan atau melekatkan, dan bukannya memotong, sehingga kalimat itu menjadi ”ambillah empat ekor burung lalu potong-potonglah mereka kepada engkau”, sebagaimana penafsiran keliru mengenai makna
sebenarnya ayat tersebut.
Kata juz’ dalam ayat
ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا
-- “kemudian letakkanlah setiap burung itu di atas tiap-tiap gunung” berarti
suku, sebagian atau sesuatu.
Jadi, bila sesuatu terdiri atas atau meliputi suatu rombongan, kata “bagian”
akan berarti tiap-tiap anggotanya.
Empat
Kebangkitan di Kalangan Keturunan Nabi
Ibrahim
Dengan
demikian jelaslah bahwa peristiwa dalam
ayat tersebut adalah suatu peristiwa kasyaf (penglihatan
ruhani) yang dialami Nabi Ibrahim a.s.., sehingga seperti halnya
peristiwa dalam mimpi maka peristiwa
yang dialami oleh Nabi Ibrahim a.s. pun perlu ditafsirkan (ditakwilkan).
Dengan “mengambil empat ekor burung”,
maknanya ialah keturunan Nabi
Ibrahim a.s. akan bangkit dan jatuh sebanyak
empat kali, peristiwa itu disaksikan dua kali di tengah-tengah kaum Bani Israil dan terulang lagi dua kali di tengah-tengah para pengikut Nabi Besar Muhammad saw. -- yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s.
melalui Nabi Isma’il a.s..
(QS.17:5-11).
Kekuatan kaum Yahudi atau Bani Israil yang adalah keturunan Nabi
Ibrahim a.s. melalui Nabi Ishaq a.s. — hancur dua kali: pertama kali oleh Raja
Nebukadnezar dari kerajaan Babilonia, dan kemudian oleh Panglima Titus
dari kerajaan Romawi (QS.17:5-8; Encyclopaedia Britannica, pada Jews), dan tiap-tiap kali Allah Swt. membangkitkan kembali sesudah keruntuhan
mereka; kebangkitan kedua kalinya terlaksana oleh Konstantin, Maharaja Roma, yang memeluk agama Kristen, 300 tahun setelah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Demikian pula kekuatan Islam, mula-mula dengan hebat
digoncang ketika Bagdad jatuh saat menghadapi pasukan-pasukan Tartar pimpinan Hulaku Khan -- cucu Jenghis Khan -- tetapi segera dapat pulih kembali sesudah pukulan
yang meremukkan itu. Para pemenang berubah menjadi golongan yang kalah dan cucu
Hulaku, perebut Bagdad, masuk Islam.
Keruntuhan kedua yang menimpa umat Islam datang kemudian, ketika kemunduran umum dan menyeluruh dialami oleh kaum Muslimin dalam bidang ruhani dan bidang politik, dan mencapai puncaknya ketika Ya’juj (Gog) dan Ma’juj
(Magog) -- yaakni bangsa-bangsa
Kristen dari Barat -- menyerbu semua
kawasan Muslim (QS.21:96-101).
Kebangkitan atau kejayaan Islam yang kedua di Akhir
Zaman ini sedang dilaksanakan oleh Al-Masih Al-Mau’ud a.s. – Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat
Ahmadiyah -- yakni Rasul
Akhir Zaman, yang kedatangannya ditunggu oleh semua umat beragama di dunia
ini dengan nama yang berbeda-beda,
firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaff
[61]:10).
Dalam ayat-ayat yang sebelumnya
(QS.2:259-260) dijelaskan bahwa, menurut hukum Ilahi, Allah Swt. memberikan hidup baru kepada bangsa-bangsa
yang layak menerimanya sesudah mereka mengalami kematian
dari segi akhlak dan ruhani
(QS.30:42)-44), dan ihwal Bani
Israil disebut sebagai contoh. Kemudian dinyatakan bahwa keturunan Ibrahim a.s. akan bangkit empat kali: Bani
Israil dan Bani Isma’il
masing-masing akan bangkit dua kali,
firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ
اَرِنِیۡ کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ قَالَ اَوَ لَمۡ
تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ
بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ
الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ
جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan ingatlah
ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara
Engkau menghidupkan yang mati?” Dia
berfirman: “Apakah engkau tidak percaya?”
Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku
tanyakan supaya hatiku tenteram.”
Dia berfirman: “Jika demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu jinakkanlah mereka
kepada engkau, kemudian letakkanlah
setiap burung itu di atas tiap-tiap gunung lalu panggillah mereka, niscaya mereka dengan cepat akan datang kepada engkau, dan
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah
[2]:261).
Ada pun Keempat “burung” Nabi Ibrahim a.s. tersebut adalah: di kalangan Bani Israil: 1. Nabi Musa
a.s., dan 2. Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.;
sedangkan di kalangan Bani Isma’il
adalah (1) Nabi yang seperti Musa a.s. (Ulangan 18:18; QS.46:11),
yakni Nabi Besar Muhammad saw., dan
(2) Nabi yang seperti Ibnu Maryam a.s. (QS.43”58), yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s., sehingga genaplah
jumlah “burung” Nabi Ibrahim a.s. “4 ekor burung”.
Mengapa demikian? Sebab apabila yang dimaksud
dengan kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. kedua kali di Akhir Zaman adalah Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. Israili maka jumlah “burung” Nabi Ibrahim adalah “tiga” karena Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. Israili
datang dua kali, padahal menurut Allah Swt. dalam Al-Quran pengutusan Nabi Isa Maryam a.s. adalah khusus untuk kaum Bani
Israil saja (QS.3:46-50; QS.43:60;
QS.61:7).
Kembali kepada perumpamaan sebuah kota
yang telah diutus kepada mereka 3 orang Rasul Allah, tetapi semuanya didustakan dan bahka diancam akan “dirajam”
dan akan mendapat “siksaan yang pedih”
dari penduduk kota tersebut (QS.36:14-20), selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai kedatangan “Rasul
Allah” yang keempat atau “burung” Nabi Ibrahim a.s. yang keempat:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ
رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ﴾ اتَّبِعُوۡا مَنۡ
لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾وَ مَا لِیَ لَاۤ اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾ ءَاَتَّخِذُ مِنۡ
دُوۡنِہٖۤ اٰلِہَۃً اِنۡ یُّرِدۡنِ
الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّیۡ شَفَاعَتُہُمۡ شَیۡئًا وَّ لَا
یُنۡقِذُوۡنِ ﴿ۚ﴾ اِنِّیۡۤ اِذًا لَّفِیۡ
ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾ اِنِّیۡۤ اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki dengan berlari-lari,
ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul
itu.
Ikutilah mereka
yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka
yang telah mendapat petunjuk. Dan mengapakah
aku tidak menyembah Tuhan Yang
menciptakan diriku dan Yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan? Apakah aku
akan mengambil selain Dia sebagai sembahan-sem-bahan, padahal
jika Tuhan Yang Maha Pemurah
menghendaki sesuatu ke-mudaratan bagiku
syafaat mereka itu tidak akan
bermanfaat bagiku sedikit pun, dan mereka
tidak dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya
jika aku berbuat demikian niscaya berada dalam kesesatan yang nyata.
Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb (Tuhan) kamu
maka dengarlah aku.” (Yā
Sīn [36]:21-25).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 12
Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar