Selasa, 04 Februari 2014

Pengusiran Iblis dari "Surga Keridhaan" Allah Swt. & Hakikat "Empat Burung" Nabi Ibrahim a.s.

 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  147

    Pengusiran Iblis dari “Surga Keridhaan” Allah Swt. & Hakikat “Empat  Burung”  Nabi Ibrahim a.s.     

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai   ancaman  para pemuka kaum terhadap tiga orang Rasul Allah yang diutus kepada mereka,  bahwa mereka akan   melakukan perajaman  dan penyiksaan.  Makna kata rajam dalam ayat  قَالُوۡۤا اِنَّا تَطَیَّرۡنَا بِکُمۡ ۚ لَئِنۡ لَّمۡ تَنۡتَہُوۡا لَنَرۡجُمَنَّکُمۡ وَ لَیَمَسَّنَّکُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ  اَلِیۡمٌ  -- “Mereka berkata: “Sesungguhnya kemalangan kami karena kamu, jika kamu tidak benar-benar berhenti niscaya kami akan merajam kamu,  dan niscaya azab yang pedih akan menimpa kamu dari  kami” (QS.36:19).  Rajama-hu berarti: ia merajamnya; ia melempari dan membunuh dia (Lexicon Lane).

 Pengusiran  Iblis dari “Surga Keridhaan” Allah Swt.

        Rajam  atau merajam juga  berarti pengusiran, berikut firman-Nya mengenai  ancaman para pemuka kaum Midian kepada Nabi Syu’aib a.s.:
قَالُوۡا یٰشُعَیۡبُ مَا نَفۡقَہُ کَثِیۡرًا مِّمَّا تَقُوۡلُ وَ  اِنَّا  لَنَرٰىکَ فِیۡنَا ضَعِیۡفًا ۚ وَ لَوۡ لَا رَہۡطُکَ لَرَجَمۡنٰکَ ۫ وَ مَاۤ  اَنۡتَ عَلَیۡنَا بِعَزِیۡزٍ ﴿﴾
Mereka menjawab: “Hai Syu'aib, kami sama sekali tidak mengerti banyak mengenai apa yang engkau katakan, dan  sesungguhnya kami melihat engkau seorang yang lemah di kalangan kami. Dan  seandainya tidak karena kaum kerabat engkau, niscaya kami telah mengusir engkau, dan engkau sama sekali bukanlah seorang yang berkedudukan atas kami.” (Hād [11]:92).
       Kemudian mengenai pengusiran Iblis dari “surga keridhaan” Allah Swt. karena menolak untuk “sujud” (patuh-taat) kepada Adam (Khalifah Allah) Dia berfirman: 
قَالَ یٰۤـاِبۡلِیۡسُ مَا لَکَ اَلَّا تَکُوۡنَ مَعَ السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾  قَالَ لَمۡ  اَکُنۡ  لِّاَسۡجُدَ  لِبَشَرٍ  خَلَقۡتَہٗ مِنۡ  صَلۡصَالٍ  مِّنۡ  حَمَاٍ  مَّسۡنُوۡنٍ ﴿﴾  قَالَ  فَاخۡرُجۡ  مِنۡہَا فَاِنَّکَ  رَجِیۡمٌ ﴿ۙ﴾  وَّ اِنَّ عَلَیۡکَ اللَّعۡنَۃَ اِلٰی یَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿﴾
Allah berfirman: “Hai iblis, apa yang telah terjadi dengan engkau  bahwa engkau tidak menjadi termasuk di antara mereka yang sujud?”   Ia menjawab: “Aku tidak mau sujud yakni patuh-taat  kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya  dari tanah liat kering yang mendenting, dari lumpur yang telah diberi bentuk.” Allah berfirman: “Maka keluarlah darinya  karena sesungguhnya engkau terusir Dan  sesungguhnya atas engkau ada kutukan-Ku hingga Hari Pembalasan.” (Al-Hijr [15]:33-36). Lihat pula QS.38:76-79.
      Demikian juga sncaman para pemuka “kota” itu   dalam Surah Yā Sīn   selanjutnya:    ۚ لَئِنۡ لَّمۡ تَنۡتَہُوۡا لَنَرۡجُمَنَّکُمۡ وَ لَیَمَسَّنَّکُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ  اَلِیۡمٌ -- “Mereka berkata: “jika kamu tidak benar-benar berhenti niscaya kami akan merajam kamu,  dan niscaya azab yang pedih akan menimpa kamu dari  kami.” (Yā Sīn [36]:19), ancaman tersebut  tersebut mengisyaratkan kepada pembuatan  parit api” yang mereka nyalakan untuk  mambakar”  Rasul Allah dan para pengikutnya (QS.85:1-11).
      Pendek kata, sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab-bab sebelumnya, bahwa sesuai dengan firman Allah Swt. dalam  QS.62:3-4 mengenai dua kali pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. di masa awal dan di Akhir Zaman  maka   tuduhan-tuduhan provokatif  dan ancaman “parit api” seperti itu terjadi juga di Akhir Zaman terhadap Jemaat Muslim Ahmadiyah, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar.    (Al-Jumu’ah [62]:3-5).

Kedatangan “Rasul Allah” yang Keempat &
Empat Ekor Burung” Nabi Ibrahim a.s.

      Mengisyaratkan kepada pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw.  secara ruhani dalam wujud Rasul Akhir Zaman itulah   ayat    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  -- “Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
        Mengisyaratkan kepada kedatangan Rasul Akhir Zaman  itu pulalah lanjutan Surah Yā Sīn sebelum ini, mengenai  seorang laki-laki yang datang sambil berlari-lari dari bagian terjauh kota itu”, firman-Nya:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ  رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ﴾  اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾وَ مَا لِیَ  لَاۤ  اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ  اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾ ءَاَتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اٰلِہَۃً اِنۡ یُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّیۡ شَفَاعَتُہُمۡ شَیۡئًا  وَّ لَا  یُنۡقِذُوۡنِ ﴿ۚ﴾ اِنِّیۡۤ   اِذًا  لَّفِیۡ  ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ﴿﴾ اِنِّیۡۤ   اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ   فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki dengan berlari-lari, ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul  itu.    Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.   Dan mengapakah aku tidak menyembah Tuhan Yang menciptakan diriku  dan  Yang kepada-Nya  kamu   akan dikembalikan?    Apakah aku akan mengambil selain Dia sebagai sembahan-sem-bahan, padahal jika Tuhan Yang Maha Pemurah menghendaki sesuatu ke-mudaratan bagiku  syafaat mereka itu  tidak akan bermanfaat bagiku sedikit pun, dan mereka tidak dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya jika aku berbuat demikian niscaya berada dalam kesesatan yang nyata.    Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb (Tuhan) kamu  maka dengarlah aku.” (Yā Sīn [36]:21-25). 
      Dengan kedatangan “seorang laki-laki dengan berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” maka jumlah Rasul Allah yang diutus ke “kota” tersebut menjadi 4 orang Rasul Allah,  hal itu sesuai dengan 4 ekor burung Nabi Ibrahim a.s. (QS.2:261),  firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اَرِنِیۡ  کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ  قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?” Dia berfirman: “Apakah engkau tidak percaya?” Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku tanyakan supaya hatiku tenteram.”  Dia berfirman: “Jika  demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu jinakkanlah  mereka kepada engkau, kemudian letakkanlah setiap burung itu di atas tiap-tiap gunung lalu panggillah mereka, niscaya mereka dengan cepat akan datang kepada engkau, dan Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:261).
        Permintaan Nabi Ibrahim a.s. kepada Allah Swt. agar Dia memperlihatkan cara menghidupkan yang mati dalam ayat tersebut  sama sekali tidak ada hubungan dengan masalah kematian dan kehidupan jasmani, sebab semua Rasul Allah sangat menyakini kekuasaan Allah Swt. yang bersifat  Al-Hayyu (Yang  Maha Hidup - QS.2:256; QS.3:3; QS.20:112; QS.25:59)  dan Al-Muhyi    (Yang Maha  Menghidupkan  -- QS.30:51; QS.41:40).  

Perbedaan Iman dengan Ithminan

        Permintaan Nabi Ibrahim a.s. erat hubungannya  dengan pengangkatan beliau a.s.  oleh Allah Swt.  sebagai imam bagi umat manusia  (QS.2:125), karena itu permintaan Nabi Ibrahim a.s. tersebut  adalah mengenai cara menghidupkan kembali  akhlak dan ruhani  manusia  yang merupakan tugas utama semua Rasul Allah.
  Jawaban Nabi Ibrahim a.s. terhadap pertanyaan Allah Swt.  اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ  --    Apakah engkau tidak percaya?”  Nabi Ibrahim a.s. menjawab  بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ   --      “Ya aku percaya, tetapi aku tanyakan supaya hatiku tenteram.” Perbedaan antara iman (percaya) dan ithminan (hati dalam keadaan tenteram) ialah, dalam keadaan pertama (iman), orang hanya percaya bahwa  Allah Swt.  dapat berbuat sesuatu, sedangkan dalam keadaan kedua (ithminan) orang mendapat kepastian bahwa sesuatu dapat pula berlaku atas dirinya.
    Nabi Ibrahim a.s. sungguh beriman (percaya) bahwa Allah Swt. dapat menghidupkan yang sudah mati, tetapi apa yang diinginkan beliau ialah kepuasan pribadi untuk mengetahui apakah Allah Swt.   akan berbuat demikian untuk keturunan beliau a.s..
      Menunjuk kepada ayat yang ada dalam bahasan Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan telah bersabda: “Kita lebih layak menaruh syak (keraguan) daripada  Ibrahim” (Muslim). Kata syak  berarti keinginan keras yang tersembunyi, menunggu dengan penuh harapan akan sempurnanya keinginan itu, sebab, Nabi Besar Muhammad saw.   tidak pernah ragu-ragu mengenai janji atau apa pun perbuatan Allah Swt…
      Hal itu menunjukkan bahwa pertanyaan   Nabi Ibrahim a.s.  tidak terdorong oleh keraguan, tetapi hanya oleh kedambaan yang sangat, bahkan merupakan bentuk lain dari doa  yang dipanjatkan Nabi Ibrahim a.s. kepada Allah Swt.  (QS.2:127-130; QS.14:36-42).
      Makna ayat  قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ  -- “Dia berfirman: “Jika  demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu jinakkanlah  mereka kepada engkau.Shurtu al ghushna ilayya berarti  “saya mencondongkan dahan itu kepadaku sendiri” (Lexicon Lane). Kata depan ila menentukan arti kata shurhunna dalam artian mencondongkan atau melekatkan, dan bukannya  memotong,  sehingga kalimat itu menjadi ”ambillah empat ekor burung lalu  potong-potonglah   mereka kepada engkau”,   sebagaimana penafsiran keliru mengenai makna sebenarnya ayat tersebut.
      Kata  juz’  dalam ayat   ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا  --  “kemudian letakkanlah setiap burung itu di atas tiap-tiap gunung” berarti suku, sebagian atau sesuatu. Jadi, bila sesuatu terdiri atas atau meliputi suatu rombongan, kata “bagian” akan berarti tiap-tiap anggotanya.

Empat Kebangkitan di Kalangan Keturunan Nabi Ibrahim

      Dengan demikian jelaslah bahwa  peristiwa dalam ayat tersebut  adalah suatu peristiwa  kasyaf  (penglihatan   ruhani)  yang dialami  Nabi  Ibrahim a.s.., sehingga seperti halnya peristiwa dalam mimpi  maka peristiwa  yang dialami oleh Nabi Ibrahim a.s. pun perlu ditafsirkan (ditakwilkan).
     Dengan “mengambil empat ekor burung”,  maknanya ialah keturunan Nabi Ibrahim a.s.  akan bangkit dan jatuh sebanyak empat kali, peristiwa itu disaksikan dua kali di tengah-tengah kaum Bani Israil dan terulang lagi dua kali di tengah-tengah para pengikut   Nabi Besar Muhammad saw.  -- yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s.   melalui Nabi Isma’il a.s.. (QS.17:5-11).
      Kekuatan kaum Yahudi atau Bani Israil yang adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s. melalui Nabi Ishaq a.s.  — hancur dua kali: pertama kali oleh Raja Nebukadnezar dari kerajaan Babilonia, dan kemudian oleh Panglima  Titus dari kerajaan Romawi (QS.17:5-8; Encyclopaedia Britannica, pada Jews), dan tiap-tiap kali Allah Swt. membangkitkan kembali sesudah keruntuhan mereka; kebangkitan kedua kalinya terlaksana oleh Konstantin, Maharaja Roma, yang memeluk agama Kristen, 300 tahun setelah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
      Demikian pula kekuatan Islam, mula-mula dengan hebat digoncang ketika Bagdad jatuh saat menghadapi pasukan-pasukan Tartar pimpinan Hulaku Khan    -- cucu Jenghis Khan -- tetapi  segera dapat pulih kembali sesudah pukulan yang meremukkan itu. Para pemenang berubah menjadi golongan yang kalah dan cucu Hulaku, perebut Bagdad, masuk Islam.
   Keruntuhan kedua yang menimpa umat Islam datang kemudian, ketika kemunduran umum dan menyeluruh dialami oleh kaum Muslimin dalam bidang ruhani dan bidang politik, dan mencapai puncaknya ketika Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog)    -- yaakni bangsa-bangsa Kristen dari Barat  -- menyerbu semua kawasan Muslim (QS.21:96-101).
     Kebangkitan atau kejayaan  Islam yang kedua  di Akhir Zaman ini sedang dilaksanakan oleh  Al-Masih Al-Mau’ud a.s.  – Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah   --  yakni Rasul Akhir Zaman, yang kedatangannya ditunggu oleh semua umat beragama di dunia ini dengan nama yang berbeda-beda,  firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaff [61]:10).
     Dalam ayat-ayat yang sebelumnya (QS.2:259-260)   dijelaskan bahwa, menurut hukum Ilahi, Allah Swt.  memberikan hidup baru kepada bangsa-bangsa yang layak menerimanya sesudah mereka  mengalami kematian dari segi akhlak dan ruhani  (QS.30:42)-44), dan ihwal Bani Israil disebut sebagai contoh. Kemudian dinyatakan bahwa keturunan Ibrahim a.s.   akan bangkit empat kali: Bani Israil dan Bani Isma’il masing-masing akan bangkit dua kali, firman-Nya:  
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اَرِنِیۡ  کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ  قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?” Dia berfirman: “Apakah engkau tidak percaya?” Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku tanyakan supaya hatiku tenteram.”  Dia berfirman: “Jika  demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu jinakkanlah  mereka kepada engkau, kemudian letakkanlah setiap burung itu di atas tiap-tiap gunung lalu panggillah mereka, niscaya mereka dengan cepat akan datang kepada engkau, dan Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:261).
      Ada pun Keempat “burung” Nabi Ibrahim a.s. tersebut adalah:   di kalangan Bani Israil: 1. Nabi Musa a.s., dan 2. Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.; sedangkan di kalangan Bani Isma’il adalah  (1) Nabi yang seperti Musa a.s. (Ulangan 18:18; QS.46:11), yakni Nabi Besar Muhammad saw., dan (2) Nabi yang seperti  Ibnu Maryam a.s. (QS.43”58), yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s., sehingga genaplah jumlah “burung” Nabi Ibrahim a.s. “4 ekor burung”.
       Mengapa demikian? Sebab apabila yang dimaksud dengan kedatangan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. kedua kali di Akhir Zaman adalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili  maka jumlah “burung” Nabi Ibrahim  adalah “tiga” karena Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  Israili datang dua kali, padahal menurut Allah Swt. dalam Al-Quran pengutusan Nabi Isa Maryam a.s. adalah khusus untuk kaum  Bani Israil saja  (QS.3:46-50; QS.43:60; QS.61:7).
        Kembali kepada perumpamaan sebuah kota yang telah diutus kepada mereka 3 orang Rasul Allah, tetapi semuanya didustakan dan bahka diancam akan  dirajam” dan akan mendapat “siksaan yang pedih” dari penduduk kota tersebut  (QS.36:14-20), selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kedatangan “Rasul Allah” yang keempat atau “burung” Nabi Ibrahim a.s.  yang keempat:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ  رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ﴾  اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾وَ مَا لِیَ  لَاۤ  اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ  اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾ ءَاَتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اٰلِہَۃً اِنۡ یُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّیۡ شَفَاعَتُہُمۡ شَیۡئًا  وَّ لَا  یُنۡقِذُوۡنِ ﴿ۚ﴾ اِنِّیۡۤ   اِذًا  لَّفِیۡ  ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ﴿﴾ اِنِّیۡۤ   اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ   فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki dengan berlari-lari, ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul  itu.    Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.   Dan mengapakah aku tidak menyembah Tuhan Yang menciptakan diriku  dan  Yang kepada-Nya  kamu   akan dikembalikan?    Apakah aku akan mengambil selain Dia sebagai sembahan-sem-bahan, padahal jika Tuhan Yang Maha Pemurah menghendaki sesuatu ke-mudaratan bagiku  syafaat mereka itu  tidak akan bermanfaat bagiku sedikit pun, dan mereka tidak dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya jika aku berbuat demikian niscaya berada dalam kesesatan yang nyata.    Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb (Tuhan) kamu  maka dengarlah aku.” (Yā Sīn [36]:21-25). 

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   12  Januari      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar