بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
161
Makna Penyembahan
Golongan Ins (Masyarakat Awam)
Terhadap Golongan Jin (Para Pemuka
Kaum)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir
Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai
laki-laki
beriman dari kalangan keluarga Fir’aun
yang benar-benar memiliki pengetahuan
yang luas mengenai nasib buruk yang menimpa kaum-kaum
purbakala, yang telah mendustakan dan berbuat zalim kepada para Rasul Allah yang diutus kepada kaum-kaum tersebut, firman-Nya:
وَ قَالَ الَّذِیۡۤ اٰمَنَ
یٰقَوۡمِ اِنِّیۡۤ اَخَافُ عَلَیۡکُمۡ مِّثۡلَ
یَوۡمِ الۡاَحۡزَابِ ﴿ۙ﴾ مِثۡلَ دَاۡبِ قَوۡمِ نُوۡحٍ وَّ عَادٍ وَّ ثَمُوۡدَ
وَ الَّذِیۡنَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ ؕ وَ مَا
اللّٰہُ یُرِیۡدُ ظُلۡمًا لِّلۡعِبَادِ ﴿﴾ وَ یٰقَوۡمِ اِنِّیۡۤ
اَخَافُ عَلَیۡکُمۡ یَوۡمَ
التَّنَادِ ﴿ۙ﴾ یَوۡمَ
تُوَلُّوۡنَ مُدۡبِرِیۡنَ ۚ مَا لَکُمۡ
مِّنَ اللّٰہِ مِنۡ عَاصِمٍ ۚ وَ مَنۡ یُّضۡلِلِ اللّٰہُ
فَمَا لَہٗ مِنۡ ہَادٍ ﴿﴾
Dan orang yang beriman berkata: “Hai kaumku,
sesungguhnya aku takut atas kamu seperti
hari kebinasaan golongan persekutuan, seperti yang
menimpa kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan orang-orang yang sesudah mereka. Dan Allah sekali-kali tidak
menghendaki kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. Dan hai kaumku, sesungguhnya aku takut
atas kamu hari ketika orang-orang saling memanggil meminta pertolongan, yaitu hari ketika kamu akan berbalik ke belakang melarikan
diri, tidak ada bagi kamu seorang
pun penyelamat bagi kamu dari Allah. Dan siapa yang disesatkan Allah maka baginya tidak ada pemberi
petunjuk.” (Al-Mu’mīn [40]:30-34).
Itikad Sesat “Tidak Ada Lagi Nabi” Berkenaan Wafatnya
Nabi Yusuf a.s.
Makna
ayat یَوۡمَ تُوَلُّوۡنَ مُدۡبِرِیۡنَ یَوۡمَ التَّنَادِ ﴿ۙ﴾ -- “hari ketika orang-orang saling memanggil meminta pertolongan, yaitu hari ketika kamu akan berbalik ke belakang melarikan
diri”, yaitu hari ketika
orang-orang akan ketakutan dan
terpencar ke berbagai jurusan pada saat azab
Ilahi yang dijanjikan Rasul Allah
benar-benar terjadi secara tiba-tiba;
atau bila mereka akan saling membenci
dan tentang menentang dan akan
menjadi terpisah, atau bila mereka seru menyeru meminta pertolongan (Aqrab-ul-Mawarid).
Lebih lanjut laki-laki beriman yang pemberani
tersebut melanjutkan da’wahnya di
hadap Fir’aun dan para pembesarnya:
وَ لَقَدۡ جَآءَکُمۡ یُوۡسُفُ مِنۡ قَبۡلُ بِالۡبَیِّنٰتِ فَمَا زِلۡتُمۡ
فِیۡ شَکٍّ مِّمَّا جَآءَکُمۡ بِہٖ ؕ حَتّٰۤی اِذَا ہَلَکَ قُلۡتُمۡ لَنۡ یَّبۡعَثَ
اللّٰہُ مِنۡۢ بَعۡدِہٖ رَسُوۡلًا ؕ کَذٰلِکَ یُضِلُّ اللّٰہُ مَنۡ
ہُوَ مُسۡرِفٌ مُّرۡتَابُۨ ﴿ۚۖ﴾ الَّذِیۡنَ یُجَادِلُوۡنَ فِیۡۤ
اٰیٰتِ اللّٰہِ بِغَیۡرِ سُلۡطٰنٍ اَتٰہُمۡ ؕ کَبُرَ مَقۡتًا عِنۡدَ
اللّٰہِ وَ عِنۡدَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ کَذٰلِکَ یَطۡبَعُ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
قَلۡبِ مُتَکَبِّرٍ جَبَّارٍ ﴿﴾
Dan sungguh
benar-benar telah datang kepada kamu
Yusuf sebelum ini dengan bukti-bukti
yang nyata, tetapi kamu selalu dalam
keraguan dari apa yang dengannya dia
datang kepada kamu, hingga apabila
ia telah mati kamu berkata: “Allah
tidak akan pernah mengutus
seorang rasul pun sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan barangsiapa
yang melampaui batas, yang ragu-ragu.
Yaitu orang-orang yang bertengkar mengenai
Tanda-tanda Allah tanpa dalil
yang datang kepada mereka. Sangat
besar kebencian di sisi Allah dan di
sisi orang-orang yang beriman, demikianlah Allah mencap (menyegel) setiap hati orang sombong lagi sewenang-senang. (Al-Mu’mīn [40]:35-36).
Laki-laki
beriman yang pemberani tersebut
nampaknya mengetahui pula
peristiwa Nabi Yusuf a.s. -- yang
kemudian menjadi seorang pejabat
tinggi kepercayaan Fir’aun
kerajaan Mesir pada masa itu (QS.55-58) -- yang terjadi sekitar 4 abad
sebelumnya.
Nabi-nabi telah senantiasa datang ke dunia
semenjak waktu yang jauh silam, tetapi begitu busuknya pikiran orang-orang — setiap kali datang seorang nabi baru, mereka menolak serta menentangnya;
dan
ketika ia wafa lalu orang-orang yang beriman kepada nabi itu
berkata, tiada nabi akan datang lagi
dan pintu wahyu telah tertutup untuk
selama-lamanya.
Makna Segolongan Jin
yang Mendengarkan Wahyu Al-Quran & Itikad Sesat “Tidak Ada Lagi Nabi”
Mengisyaratkan kepada itikad sesat warisan kaum-kaum
purbakala para penentang Rasul Allah
itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini, firman-Nya:
وَّ اَنَّہُمۡ ظَنُّوۡا کَمَا
ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ اَحَدًا ۙ﴿﴾
“Dan sesungguhnya mereka
menyangka sebagaimana kamu juga
menyangka bahwa Allah tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul” (Al-Jin
[72]:8).
Perlu diketahui bahwa yang
dimaksud dengan serombongan jin dalam Surah Al-Jin ayat 2 bukanlah tentang makhluk halus yang disebut jin melainkan mengisyaratkan kepada serombongan orang-orang Yahudi yang datang ke Mekkah
dan pada malam hari mereka – karena
takut penentangan dari para pemuka
kota Mekkah -- mereka bertemu dengan
Nabi Besar Muhammad saw. secara sembunyi-sembunyi
di suatu tempat pada malam hari, untuk mendengar langsung wahyu Al-Quran dari Nabi Besar Muhammad saw. -- firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
قُلۡ اُوۡحِیَ اِلَیَّ
اَنَّہُ اسۡتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الۡجِنِّ فَقَالُوۡۤا اِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡاٰنًا عَجَبًا ۙ﴿﴾
یَّہۡدِیۡۤ اِلَی الرُّشۡدِ فَاٰمَنَّا بِہٖ ؕ وَ لَنۡ
نُّشۡرِکَ بِرَبِّنَاۤ اَحَدًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہٗ تَعٰلٰی جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَۃً وَّ لَا
وَلَدًا ۙ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Katakanlah: “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya serombongan
jin mendengarkan Al-Quran, lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah
mendengar Al-Quran yang menakjubkan. Al-Quran itu memberi petunjuk
kepada kebenaran, maka kami te-lah
beriman kepadanya. Dan kami tidak akan pernah menyekutukan seseorang
dengan Rabb (Tuhan) kami, dan
sesungguhnya Maha Luhur Keagungan Rabb (Tuhan) kami, Dia sekali-kali tidak beristri dan tidak
pula beranak, (Al-Jin [72]:1-4).
Isyarat ini tertuju kepada segolongan orang Yahudi dari
Nashibin. Mereka bukan bangsa Arab
dan karena mereka itu orang-orang asing
maka mereka disebut “jin”, yang berarti antara lain orang asing (Lexicon Lane). Peristiwa yang disebut dalam ayat ini nampaknya
lain (berbeda) dari peristiwa “serombongan jin” yang disebut dalam
QS.46:30-33, meskipun ayat ini dianggap oleh beberapa sumber menunjuk kepada
ayat-ayat itu, sebab kata-kata yang diucapkan oleh “jin” dalam ayat ini mempunyai kemiripan
dengan kata-kata yang diucapkan oleh segolongan jin yang disebut dalam QS.46:30-33.
Persamaan dan Perbedaan “Rombongan Jin” dalam Surah Al-Ahqaf dengan “Rombongan Jin” dalam Surah Al-Jin
Persamaannya kedua Surah
tersebut adalah bahwa yang dimaksud dengan “golongan
jin” tersebut adalah mengisyaratkan
kepada golongan Ahlikitab atau orang-orang Yahudi; sedangkan
perbedaannya adalah “golongan jin” dalam QS.46:30-33
dengan jelas menyebutkan bahwa Al-Quran
adalah “Kitab yang diturunkan
sesudah Musa” -- hal ini
mengisyaratkan bahwa mereka itu adalah orang-orang
Yahudi yang beriman kepada Taurat
yang diwahyukan kepada Nabi Musa a.s.
-- sedang “golongan jin” yang
dikemukakan dalam QS.72:1-16 menyinggung kepercayaan agama Kristen bahwa “Tuhan memiliki anak laki-laki”, sebagaimana
dikemukakan ayat berikut ini: وَ لَنۡ نُّشۡرِکَ
بِرَبِّنَاۤ اَحَدًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہٗ
تَعٰلٰی جَدُّ رَبِّنَا مَا
اتَّخَذَ صَاحِبَۃً وَّ لَا وَلَدًا -- Dan kami
tidak akan pernah menyekutukan seseorang dengan Rabb (Tuhan) kami, dan sesungguhnya Maha Luhur Keagungan Rabb (Tuhan) kami, Dia sekali-kali tidak beristri dan tidak
pula beranak” (Al Jin [72]:3-4).
Ayat tersebut menunjukkan bahwa “serombongan jin” itu adalah orang-orang
Kristen yang berpegang kepada Tauhid,
atau orang-orang Yahudi, yang
bersekutu erat dengan mereka , atau yang
karena ada di bawah pengaruh mereka –
baik dalam sikap dan hubungan dengan paham-paham
Kristen. Selanjutnya pemimpin
rombongan “jin” tersebut berkata:
وَّ اَنَّہٗ کَانَ یَقُوۡلُ
سَفِیۡہُنَا عَلَی اللّٰہِ شَطَطًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ
اَنۡ لَّنۡ تَقُوۡلَ الۡاِنۡسُ وَ
الۡجِنُّ عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہٗ کَانَ رِجَالٌ مِّنَ الۡاِنۡسِ
یَعُوۡذُوۡنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الۡجِنِّ فَزَادُوۡہُمۡ رَہَقًا ۙ﴿﴾
“Dan sesungguhnya orang-orang bodoh di antara kami berkata
dusta berlebihan terhadap Allah.
Dan sesungguhnya kami
menyangka ins (manusia) dan jin
tidak akan pernah mengatakan
perkataan dusta terhadap Allah. Dan sesungguhnya ada beberapa orang
dari ins (manusia) yang meminta perlindungan kepada beberapa orang
dari jin maka menambah kesombongan mereka,” (Al
Jin [72]:5-7).
Karena kata rijāl hanya dipakai
mengenai manusia, ayat ini
menunjukkan bahwa “serombongan jin”
yang tersebut dalam ayat-ayat ini (QS.72:1-16 dan dalam Surah Al-Ahqāf (QS.46:30-33) itu adalah manusia
dan bukan suatu jenis makhluk lain
mana pun, yakni bukan golongan makhluk
halus yang juga disebut jin.
Penyebutan “jin” dan “syaitan” berkenaan dengan “orang-orang
asing” atau “orang
kafir” dipergunakan juga dalam Al-Quran berkenaan dengan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. (QS.21:79-83; QS.34:11-15; QS.38:31-41). Dengan demikian kata bahasa Arab jin dalam QS.72:5-7 sebelum ini dapat berarti pula orang-orang
besar dan berpengaruh, dan ins
– orang-orang rendah dan hina atau orang-orang awam (umum).
Penyembahan
Golongan Ins Terhadap “Jin-jin”
di Kalangan Ahlikitab
Menurut ayat tersebut
bahwa ketaatan golongan ins (masyarakat awam) terhadap golongan jin (para
pembesar kaum mereka) serta secara taqlid mencari perlindungan dari mereka itu (golongan jin), maka hal tersebut telah meningkatkan kesombongan dan keangkuhan
mereka.
Mengisyaratkan kepada
kenyataan itulah firman Allah Swt. berikut ini mengenai kemusyrikan yang terjadi kalangan Ahli-Kitab (Yahudi dan Nashrani)
-- yakni penyembahan yang
dilakukan golongan ins terhadap
golongan jin:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ
اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ
قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا
مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ
وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ
مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا
لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang
Yahudi berkata: “Uzair adalah
anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih
adalah anak Allah.” Demikian itulah perkataan mereka de-ngan mulutnya,
mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari
Tauhid? Mereka telah menjadikan
ulama-ulama mereka dan rahib-rahib
mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih
ibnu Maryam, padahal mereka tidak dipe-rintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa.
Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia dari apa yang
mereka sekutukan. (At-Taubah [9]:30-31).
‘Uzair
atau Ezra hidup pada abad kelima sebelum Masehi. Beliau keturunan
Seraya, imam agung, dan karena beliau sendiri pun anggota Dewan Imam dan dikenal sebagai Imam
Ezra. Beliau termasuk seorang tokoh terpenting di masanya dan mempunyai
pengaruh yang luas sekali dalam mengembangkan agama Yahudi.
‘Uzair atau Ezra mendapat kehormatan khas di antara
nabi-nabi Israil. Orang-orang Yahudi di Medinah dan suatu mazhab Yahudi di
Hadramaut, mempercayai beliau sebagai anak
Allah. Para Rabbi (pendeta-pendeta Yahudi) menghubungkan nama beliau
dengan beberapa lembaga-lembaga penting.
Renan mengemukakan dalam mukadimah bukunya “History of the People of Israel” bahwa bentuk agama Yahudi yang-pasti dapat dianggap
berwujud semenjak masa Ezra. Dalam
kepustakaan golongan Rabbi, beliau dianggap patut jadi wahana pengemban syariat seandainya syariat itu
tidak dibawa oleh Nabi Musa a.s. Beliau
bekerjasama dengan Nehemya dan wafat
pada usia 120 tahun di Babil (Yewish Encyclopaedia & Encyclopaedia Biblica).
Ahbar adalah ulama-ulama Yahudi dan Ruhban adalah
para rahib agama Nasrani yang
dimaksud oleh ayat اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ -- “Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan
selain Allah.”
Pewarisan Itikad Sesat “Tidak Ada Lagi Nabi” dari Zaman ke Zaman
Dengan demikian jelaslah
makna penyembahan terhadap
golongan jin oleh golongan ins (manusia) yang dimaksud
dalam Surah Jin sebelum ini:
وَّ اَنَّہٗ کَانَ یَقُوۡلُ
سَفِیۡہُنَا عَلَی اللّٰہِ شَطَطًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ
اَنۡ لَّنۡ تَقُوۡلَ الۡاِنۡسُ وَ
الۡجِنُّ عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہٗ کَانَ رِجَالٌ مِّنَ الۡاِنۡسِ
یَعُوۡذُوۡنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الۡجِنِّ فَزَادُوۡہُمۡ رَہَقًا ۙ﴿﴾
وَّ اَنَّہُمۡ
ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ اَحَدًا ۙ﴿﴾
“Dan sesungguhnya orang-orang bodoh di antara kami berkata
dusta berlebihan terhadap Allah. Dan sesungguhnya kami
menyangka ins (manusia) dan jin
tidak akan pernah mengatakan
perkataan dusta terhadap Allah. Dan sesungguhnya ada beberapa orang
dari ins (manusia) yang meminta perlindungan kepada beberapa orang
dari jin maka menambah kesombongan mereka. Dan sesungguhnya
mereka menyangka sebagaimana kamu
juga menyangka bahwa Allah tidak akan pernah membangkitkan
seorang rasul” (Al Jin [72]:5-8).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 24 Januari 2014
Jaza kumullah ahsanal jaza Abah kilalang buana Kuncen Pajajaran in syaa Allah ngantosan materi salajeng na Mubarak abah
BalasHapus