Sabtu, 01 Februari 2014

Pengulangan "Masa Jahiliyah" di Akhir Zaman



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  144

      Pengulangan “Masa  Jahiliyah” di Akhir Zaman

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

P
ada akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai   makna didatangkan-Nya   nabi-nabi dan syuhada (saksi-saksi)  dalam QS.39:70, sehubungan dengan firman-Nya:
وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنٰکُمۡ اُمَّۃً وَّسَطًا لِّتَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ وَ یَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ عَلَیۡکُمۡ شَہِیۡدًا ؕ وَ مَا جَعَلۡنَا الۡقِبۡلَۃَ الَّتِیۡ کُنۡتَ عَلَیۡہَاۤ  اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ یَّتَّبِعُ الرَّسُوۡلَ مِمَّنۡ یَّنۡقَلِبُ عَلٰی عَقِبَیۡہِ ؕ وَ اِنۡ کَانَتۡ لَکَبِیۡرَۃً  اِلَّا عَلَی الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ  ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُضِیۡعَ اِیۡمَانَکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بِالنَّاسِ لَرَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Dan demikianlah  Kami menjadikan kamu satu umat yang mulia   supaya kamu senantiasa menjadi saksi-saksi  (penjaga-penjaga) atas  manusia dan supaya Rasul itu senantiasa menjadi saksi (penjaga) atas kamu. Dan Kami sekali-kali tidak menjadikan kiblat yang kepadanya dahulu engkau berkiblat melainkan supaya Kami mengetahui orang yang mengikuti Rasul dari orang yang ber-paling di atas kedua tumitnya. Dan sesungguhnya hal  perpindahan kiblat ini benar-benar sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah sekali-kali tidak akan pernah menyia-nyiakan iman kamu, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih, Maha Penyayang terhadap manusia. (Al-Baqarah [2]:144). 

Umat Islam Sebagai “Umat Terbaik  & Makna Saksi

      Kata  al-wasath  dalam ayat  اُمَّۃً وَّسَطًا    berarti: menempati kedudukan di tengah; baik dan mulia dalam pangkat (Aqrab-al-Mawarid). Kata itu dipakai di sini dalam arti baik dan mulia. Dalam QS.3:111 pun kaum Muslimin disebut  khayra ummah (kaum yang terbaik)
      Makna ayat  لِّتَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ  --  supaya kamu senantiasa menjadi saksi-saksi  (penjaga-penjaga) atas  manusia”,   dalam ayat ini  kaum Muslimin diperingatkan  bahwa tiap-tiap keturunan (generasi) mereka harus menjaga dan mengawasi keturunan (generasi) berikutnya.
      Karena mereka  adalah  اُمَّۃً وَّسَطًا   (kaum terbaik) maka mereka berkewajiban senantiasa berjaga-jaga agar jangan jatuh dari taraf hidup yang tinggi seperti yang diharapkan dari mereka,  dan berusaha agar setiap keturunan (generasi) berikutnya pun mengikuti jalan yang ditempuh oleh mereka (para Sahabah) yang telah menikmati pergaulan suci dengan  Nabi Besar Muhammad saw..   
      Jadi,  Nabi Besar Muhammad saw.  itu harus menjadi  saksi (penjaga) para pengikut beliau  saw. yang terdekat,  sedang mereka pada gilirannya harus menjadi saksi-saksi (penjaga-penjaga) generasi-generasi penerus   mereka dan demikian seterusnya.
      Ayat  وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنٰکُمۡ اُمَّۃً وَّسَطًا لِّتَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ وَ یَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ عَلَیۡکُمۡ شَہِیۡدًا   -- “dan demikianlah Kami menjadikan kamu satu umat yang mulia   supaya kamu senantiasa menjadi saksi-saksi  (penjaga-penjaga) atas  manusia dan supaya Rasul itu senantiasa menjadi saksi (penjaga) atas kamu dapat pula berarti,  bahwa seperti  telah ditakdirkan, kaum Muslimin akan menjadi pemimpin umat manusia dan dengan amal saleh mereka akan menjadi penerima karunia-karunia istimewa dari Allah Swt..
      Dengan demikian kaum-kaum lain akan terpaksa mengambil kesimpulan bahwa orang-orang Islam mengikuti agama yang benar, dan dengan demikian kaum Muslimin akan menjadi saksi atas kebenaran Islam bagi orang-orang lain,  seperti halnya  Nabi Besar Muhammad saw.   telah menjadi saksi atas kebenaran Islam bagi mereka.

Kemunduran Umat Islam Selama 1000 Tahun
Sejak 3 Abad Kejayaan Islam yang pertama

      Namun sayang, kedudukan  umat Islam sebagai “umat terbaik” tersebut, sejalan dengan   semakin jauhnya mereka  dari masa  Nabi Besar Muhammad saw. dan masa para Khulafa-ur Rasyidin yang penuh berkat,  setelah umat Islam mengalami masa kejayaan  yang pertama selama 3 abad,   mereka tidak dapat mempertahankan    lagi kedudukan mulia tersebut, firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.(As-Sajdah [32]:6).  
       Jadi, setelah masa kejayaan Islam  yang pertama selama 3 abad tersebut  lalu secara berangsur-angsur  ruh” Islam (Al-Quran -  QS.17:86-89)     mi’raj (naik) lagi kepada Allah Swt. dalam kurun waktu 1000 tahun  (QS.32:6),  sehingga akibatnya  di kalangan  umat Islam   terjadi perpecahan  menjadi  berbagai  firqah   yang saling bertentangan  dan mencapai puncaknya di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
فَاَقِمۡ  وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ  الَّتِیۡ فَطَرَ  النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ  لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah kamu kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu  Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.  Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat,  dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik,     yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm [30]:31-33).
       Allah Swt. adalah  Tuhan Yang Maha   Esa dan kemanusiaan itu satu, inilah fithrat Allah dan dīnul-fithrah — satu agama yang berakar dalam fitrat manusia — dan terhadapnya manusia menyesuaikan diri dan berlaku secara naluri. “Di dalam agama fitrah inilah seorang bayi dilahirkan akan tetapi lingkungannya, cita-cita dan kepercayaan-kepercayaan orang tuanya, serta didikan dan ajaran yang diperolehnya dari mereka itu, kemudian membuat dia Yahudi, Majusi atau Kristen”, demikian sabda Nabi Besar Muhammad saw.  (Bukhari).

Perpecahan Umat Beragama  Identik dengan Kemusyrikan

        Hanya semata-mata percaya kepada Kekuasaan mutlak dan Keesaan Tuhan -- yang sesungguhnya hal itu merupakan asas pokok agama yang hakiki  -- adalah tidak cukup. Suatu agama yang benar harus memiliki peraturan-peraturan dan perintah-perintah tertentu. Dari semua peraturan dan perintah itu kewajiban mendirikan shalatlah yang harus mendapat prioritas utama. Itulah makna ayat  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- “Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.
        Dengan menyinggung masalah musyrik (kemusyrikan), ayat selanjutnya lebih lanjut menjelaskan bahwa  penyimpangan dari agama sejati menjuruskan umat beragama di zaman lampau kepada perpecahan umat beragama dalam bentuk aliran-aliran (firqah-firqah) yang saling memerangi dan menyebabkan sengketa di antara mereka, sebab kemusyrikan identik dengan perpecahan  -- baik mengenai Tuhan yang disembah   mau pun mengenai para penyembahnya:  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ -- “yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka.”
        Oleh karena itu umat Islam di Akhir Zaman ini penting untuk menyimak   peringatan Allah Swt. dalam beberapa firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ  تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan  janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah  diri.  Dan  berpegangteguhlah kamu sekalian pada tali  Allah, dan janganlah kamu berpecah-belah,  dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara, dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk. (Ali ‘Imran [3]:103-104). 

Masa “Jahiliyah” di Akhir Zaman

      Ayat  وَ لَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ -- “dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan ber-serah  diri  berarti bahwa  karena kedatangan saat kematian tidak diketahui,   maka orang-orang beriman dapat berkeyakinan akan mati dalam keadaan berserah  diri kepada Allah Swt.  sebagai Muslim hakiki ((Muslimūn),  hanya jika  keadaan umat Islam  senantiasa tetap dalam keadaan menyerahkan diri kepada-Nya. Jadi ungkapan itu mengandung arti bahwa  orang-orang Islam harus senantiasa tetap patuh kepada Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw..
       Habl  dalam ayat   وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا  -- “Dan  berpegangteguhlah kamu sekalian pada tali  Allah”,   berarti: seutas tali atau pengikat yang dengan itu sebuah benda diikat atau dikencangkan; suatu ikatan, suatu perjanjian atau permufakatan; suatu kewajiban yang karenanya kita menjadi bertanggung jawab untuk keselamatan seseorang atau suatu barang; persekutuan dan perlindungan (Lexicon Lane). Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan telah bersabda:  Kitab Allah itu tali Allah yang telah diulurkan dari langit ke bumi” (Tafsir Ibnu Jarir, IV, 30).
      Makna ayat   وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا            — “dan janganlah kamu berpecah-belah”,  sangat sukar kita mendapatkan suatu kaum yang terpecah-belah lebih daripada orang-orang Arab sebelum kedatangan Nabi Besar Muhammad saw.  di tengah mereka, tetapi dalam pada itu sejarah umat manusia tidak dapat mengemukakan satu contoh pun ikatan persaudaraan penuh cinta yang menjadikan orang-orang Arab telah bersatu-padu, berkat ajaran dan teladan luhur lagi mulia Junjungan Agung mereka Nabi Besar Muhammad saw.. Mengingatkan umumnya  umat Islam di Akhir Zaman ini  kepada kenyataan itulah ayat selanjutnya:
وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا
“...dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara.”
      Selanjutnya Allah Swt. mengingatkan وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا  --  “dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya.”  Kata-kata “di tepi jurang Api” berarti peperangan, saling membinasakan yang di dalam peperangan itu orang-orang Arab senantiasa terlibat dan menghabiskan kaum pria mereka.
     Jadi, peringatan Allah Swt. kepada umat Islam tersebut sesuai dengan  firman-Nya sebelum ini:
فَاَقِمۡ  وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ  الَّتِیۡ فَطَرَ  النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ  لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah kamu kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu  Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah, itulah agama yang lurus,  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuiKembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat,  dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik,     yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm [30]:31-33).

Hati yang Semakin Keras

      Apa yang diperingatkan Allah Swt. dalam Surah Ali ‘Imran ayat 103-104 tersebut  kembali terjadi di Akhir Zaman ini,  seakan-akan  yang saat ini terjadi di kawasan orang-orang Muslim – baik itu di  Afrika Utara, di Jazirah Arabia,  di Iran, di Afghanistan mau pun di Pakistan   -- seakan-akan “reinkarnasi” dari  keadaan  zaman jahiliyah” di masa Nabi Besar Muhammad saw., hanya bedanya keadaan bangsa Arab, Iran,   Afghanistan dan  Pakistan    belum beragama Islam, tetapi  di Akhir Zaman  ini mereka semua umumnya telah menganut agama Islam   dan semuanya mengaku sebagai Muslim,  hanya saja berbeda sekte dan firqah atau mazhab.
        Oleh karena itu tidak keliru jika ada yang berpendapat,  bahwa  “kejahiliyah” yang melanda umat Islam di Akhir Zaman ini  jauh lebih buruk daripada kejahiliyah di masa sebelum pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.30:42-QS.62:3-4), sebab pihak yang membunuh dan pihak yang dibunuh  di Akhir Zaman ini adalah sesama Muslim, sambil kedua belah pihak dengan penuh semangat kebencian mengumandangkan ALLAHU AKBAR!
      Pada hakikatnya semua keburukan tersebut terjadi karena di dalam   diri (hati) masing-masing pihak yang bertikai  persaudaraan Muslim” yang hakiki telah hilang,  dan yang ada adalah   hati  yang keras  disertai  rasa dengki dan dendam.    Benarlah firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan mereka tidak  menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka  zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?  Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
 
(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   9  Januari      2014


Pajajaran Anyar,   10  Januari      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar