Sabtu, 22 Februari 2014

Makna "Golongan Jin" & Itikad Sesat "Tidak Ada Lagi Nabi" yang Senantiasa Muncul Ketika Datang Rasul Allah yang Dijanjikan



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  160

Makna “Golongan Jin” & Itikad Sesat “Tidak  Ada Lagi Nabi” yang Senantiasa Muncul Ketika Datang   Rasul Allah yang Dijanjikan

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  argumentasi akurat yang dikemukakan “laki-laki pemberani” dari keluarga Fir’aun sebelum ini:
وَ  اِنۡ یَّکُ  کَاذِبًا فَعَلَیۡہِ کَذِبُہٗ ۚ وَ اِنۡ یَّکُ صَادِقًا یُّصِبۡکُمۡ  بَعۡضُ الَّذِیۡ  یَعِدُکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یَہۡدِیۡ مَنۡ ہُوَ مُسۡرِفٌ  کَذَّابٌ
“Dan jika ia (Musa) seorang pendusta maka atas dialah kedustaannya, dan jika ia benar maka akan menimpa kamu sebagian dari apa yang diancamkannya  kepada kamu. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada siapa yang melampaui batas dan pembohong besar.” (Al-Mu’min [40]:29). 

Para Nabi Palsu Pasti Dibinasakan Allah Swt.
   
      Berikut firman Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan  kebinasaan yang pasti menimpa orang-orang yang mengada-ada kedustaan terhadap Allah, firman-Nya:
 فَلَاۤ  اُقۡسِمُ بِمَا  تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ مَا  لَا تُبۡصِرُوۡنَ ۙ﴾  اِنَّہٗ  لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍ ۚۙ﴾  وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا  مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾   وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾   تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾   وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾  لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ  بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ  الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾  فَمَا مِنۡکُمۡ  مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾
Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat,  dan apa yang tidak kamu lihat, Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia, dan bukanlah Al-Quran itu perkataan seorang penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat. Al-Quran ini  adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb (Tuhan) seluruh alam.   Dan seandainya ia mengada-adakan sebagian perkataan  atas na-ma Kami, niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan,  kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya,  dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya (Al-Hāqqah [69]:39-48).
    Dalam ayat ini dan dalam tiga ayat sebelumnya keterangan-keterangan telah diberikan bahwa bila  Nabi Besar Muhammad saw.  itu pendusta, maka tangan perkasa Allah Swt. pasti menangkap dan memutuskan urat pada leher beliau saw. dan pasti beliau telah menemui ajal pedih, dan seluruh pekerjaan dan misi beliau saw.  pasti telah hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib seorang nabi palsu. Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20 bahwa nabi palsu pasti akan terbunuh (binasa).
 Pernyataan keras Allah Swt. dalam firman-Nya tersebut pasti  berlaku pula di Akhir Zaman  ini bagi Mirza Ghulam Ahmad a.s., seandainya --  sebagaimana tuduhan para penentang beliau – bahwa beliau adalah seorang nabi palsu. Namun kenyataan membuktikan ancaman Allah Swt. dalam firman-Nya tersebut tidak menimpa Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat Ahmadiyah yang beliau dirikan atas perintah Allah Swt., guna mewujudkan kejayaan Islam kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaff [61]:10).

Pidato Provokatif Fir’aun

      Dalam melakukan pembelaannya terhadap da’wah Nabi Musa a.s. kepada Fir’aun dan para pemuka kaumnya, seanjutnmya “laki-laki pemberani” tersebut berkata, firman-Nya:
یٰقَوۡمِ لَکُمُ  الۡمُلۡکُ الۡیَوۡمَ ظٰہِرِیۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ۫ فَمَنۡ یَّنۡصُرُنَا مِنۡۢ بَاۡسِ اللّٰہِ اِنۡ جَآءَنَا ؕ قَالَ فِرۡعَوۡنُ مَاۤ  اُرِیۡکُمۡ  اِلَّا مَاۤ  اَرٰی وَ مَاۤ   اَہۡدِیۡکُمۡ   اِلَّا سَبِیۡلَ  الرَّشَادِ ﴿﴾ 
“Hai kaumku, kepunyaan  kamu kerajaan hari ini sebagai penguasa di bumi, tetapi siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah, jika menimpa kita?” Fir’aun berkata: “Aku sekali-kali tidak menunjukkan kepada kamu melainkan apa yang te-lah aku lihat, dan aku sekali-kali tidak memberi petunjuk kepada kamu, kecuali kepada jalan yang benar.” (Al-Mu’mīn [40]:30).
 Jawaban Fir’aun terhadap perkataan “laki-laki pemberani” tersebut mengisyaratkan  kepada ucapan provokatifnya dalam Surah Az-Zukhruf  ketika berkata kepada kaumnya agar mereka tidak mempercayai da’wah Nabi Musa a.s.,  firman-Nya:
وَ نَادٰی فِرۡعَوۡنُ فِیۡ  قَوۡمِہٖ  قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ  الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ  تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا  تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ  مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ  یُبِیۡنُ ﴿﴾  فَلَوۡ لَاۤ  اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ  اَسۡوِرَۃٌ  مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ  مَعَہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  مُقۡتَرِنِیۡنَ ﴿﴾  فَاسۡتَخَفَّ قَوۡمَہٗ  فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ ﴿﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya dengan berkata: "Hai kaumku, Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat? Atau tidakkah aku lebih baik daripada orang   yang hina ini  dan ia tidak dapat menjelaskan?  Mengapakah tidak dianugerahkan kepadanya gelang-gelang dari emas, atau datang bersamanya malaikat-malaikat yang berkumpul di sekelilingnya?" Demikianlah ia  menakuti-nakuti (memperbodoh) kaumnya lalu mereka patuh kepadanya, sesungguhnya mereka adalah kaum durhaka. (Az-Zukhruf [43]:52-55).
      Perkataan Fir’aun tersebut menunjukkan bahwa ia adalah seorang  orator (ahli pidato) yang  benar-benar sangat piawai memprovokasi  kaumnya, bahwa Nabi Musa a.s. dalam da’wahnya menjanjikan hal-hal yang kebenarannya belum pasti, sedangkan  ia adalah penguasa kerajaaan Mesir yang telah memberikan kepada kaumnya  hal-hal yang nyata berupa kekuasaan dan kekayaan duniawi, yang tidak dimiliki oleh Nabi Musa a.s, itulah makna ucapan-ucapan Fir’aun  yang memperbodoh kaumnya.

Kepiawaian  Fir’aun Memperbodoh Kaumnya

     Dalam ayat tersebut Fir’aun mengemukakan hal-hal nyata yang mudah dimengerti  oleh  kaumnya yang berpikiran  sederhana, yaitu bahwa:
      (1) Ia adalah penguasa penuh  kerajaan Mesir,  termasuk penguasa berbagai sungai yang ada di wilayah Mesir yang telah memberi kesuburan di wilayah-wilayah yang dilaluinya.
      (2) Ia menganggap dirinya jauh lebih baik dalam segala hal daripada Nabi Musa a.s. dengan karya-karya nyata yang   manfaatnya  langsung dapat dirasakan oleh kaumnya, sedangkan Nabi Musa a.s. – menurutnya –   mengemukakan hal-hal yang belum pasti kebenarannya  serta susah dimengerti, misalnya mengenai “Tuhan  Yang Maha Gaib atau mengenai surga  di akhirat, yaitu “kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai”. Ketakaburan Fir’aun tersebut mengulangi ketakaburan Iblis terhadap Adam  dalam kisah monumental “Adam – Malaikat – Iblis” (QS.7:12-13).
       (3) Ia menganggap bahwa sebagai utusan (rasul) Tuhan maka sudah selayaknya Nabi Musa a.s. memiliki tanda-tanda  yang mudah dikenali, yaitu berupa gelang-gelang emas sebagaimana halnya para raja duniawi memakainya, atau malaikat-malaikat   yang terlihat mengiringinya, sebagaimana halnya para raja duniawi senantiasa diiringi oleh para pengawal raja.
     Menanggapi jawaban Fir’aun  dalam ayat sebelumnya مَاۤ  اُرِیۡکُمۡ  اِلَّا مَاۤ  اَرٰی وَ مَاۤ   اَہۡدِیۡکُمۡ   اِلَّا سَبِیۡلَ  الرَّشَادِ  -- “Aku sekali-kali tidak menunjukkan kepada kamu melainkan apa yang telah aku lihat, dan aku sekali-kali tidak memberi petunjuk kepada kamu, kecuali kepada jalan yang benar”, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai hal tersebut:
وَ قَالَ الَّذِیۡۤ  اٰمَنَ یٰقَوۡمِ  اِنِّیۡۤ  اَخَافُ عَلَیۡکُمۡ  مِّثۡلَ  یَوۡمِ الۡاَحۡزَابِ ﴿ۙ﴾  مِثۡلَ  دَاۡبِ قَوۡمِ نُوۡحٍ وَّ عَادٍ وَّ ثَمُوۡدَ وَ الَّذِیۡنَ مِنۡۢ  بَعۡدِہِمۡ ؕ وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ ظُلۡمًا  لِّلۡعِبَادِ ﴿﴾  وَ یٰقَوۡمِ  اِنِّیۡۤ  اَخَافُ عَلَیۡکُمۡ  یَوۡمَ التَّنَادِ ﴿ۙ﴾  یَوۡمَ تُوَلُّوۡنَ  مُدۡبِرِیۡنَ ۚ مَا  لَکُمۡ  مِّنَ اللّٰہِ  مِنۡ عَاصِمٍ ۚ وَ  مَنۡ یُّضۡلِلِ  اللّٰہُ  فَمَا لَہٗ  مِنۡ ہَادٍ ﴿﴾
Dan orang yang beriman berkata:  “Hai kaumku, sesungguhnya aku takut atas kamu seperti hari kebinasaan  golongan persekutuan,  seperti yang menimpa kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan orang-orang yang sesudah mereka. Dan Allah  sekali-kali tidak menghendaki kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. Dan hai kaumku, sesungguhnya aku takut  atas kamu   hari ketika orang-orang saling memanggil meminta pertolongan,  yaitu hari  ketika kamu akan berbalik ke belakang melarikan diri, tidak ada bagi kamu seorang pun penyelamat bagi kamu dari Allah. Dan siapa yang disesatkan Allah maka baginya tidak ada   pemberi petunjuk.” (Al-Mu’mīn [40]:30-34).

Itikad Sesat “Tidak  Ada Lagi Nabi

      Nampaknya laki-laki beriman dari kalangan keluarga Fir’aun tersebut memiliki  pengetahuan yang luas mengenai  nasib buruk yang menimpa  kaum-kaum purbakala  yang telah mendustakan dan berbuat zalim kepada para Rasul Allah yang diutus kepada kaum-kaum tersebut.
  Makna ayat  یَوۡمَ تُوَلُّوۡنَ  مُدۡبِرِیۡنَ یَوۡمَ التَّنَادِ ﴿ۙ﴾    --   hari ketika orang-orang saling memanggil meminta pertolongan,  yaitu hari  ketika kamu akan berbalik ke belakang melarikan diri”, yaitu hari ketika orang-orang akan ketakutan dan terpencar ke berbagai jurusan pada saat azab Ilahi yang dijanjikan Rasul Allah benar-benar terjadi secara tiba-tiba; atau bila mereka akan saling membenci dan tentang menentang dan akan menjadi terpisah, atau bila mereka seru menyeru meminta pertolongan (Aqrab-ul-Mawarid).
 Lebih lanjut laki-laki beriman yang pemberani tersebut melanjutkan da’wahnya di hadap Fir’aun dan para pembesarnya:
وَ لَقَدۡ جَآءَکُمۡ یُوۡسُفُ مِنۡ قَبۡلُ بِالۡبَیِّنٰتِ فَمَا زِلۡتُمۡ فِیۡ  شَکٍّ  مِّمَّا جَآءَکُمۡ بِہٖ ؕ حَتّٰۤی  اِذَا ہَلَکَ قُلۡتُمۡ لَنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ  مِنۡۢ بَعۡدِہٖ  رَسُوۡلًا ؕ کَذٰلِکَ یُضِلُّ اللّٰہُ مَنۡ ہُوَ  مُسۡرِفٌ مُّرۡتَابُۨ ﴿ۚۖ﴾ الَّذِیۡنَ یُجَادِلُوۡنَ فِیۡۤ  اٰیٰتِ اللّٰہِ بِغَیۡرِ سُلۡطٰنٍ اَتٰہُمۡ ؕ کَبُرَ مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ وَ عِنۡدَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ کَذٰلِکَ یَطۡبَعُ اللّٰہُ  عَلٰی کُلِّ  قَلۡبِ مُتَکَبِّرٍ  جَبَّارٍ ﴿﴾
Dan sungguh benar-benar telah datang kepada kamu Yusuf sebelum ini dengan bukti-bukti yang nyata, tetapi kamu selalu dalam keraguan dari apa yang dengannya dia datang kepada kamu, hingga apabila ia telah mati  kamu berkata: “Allah  tidak akan pernah mengutus  seorang rasul pun sesudahnya.  Demikianlah Allah menyesatkan  barangsiapa yang melampaui batas, yang ragu-ragu.  Yaitu orang-orang yang bertengkar mengenai  Tanda-tanda Allah tanpa dalil yang datang kepada mereka. Sangat besar kebencian di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman, demikianlah Allah mencap setiap  hati orang sombong lagi  sewenang-senang. (Al-Mu’mīn [40]:35-36).
  Laki-laki beriman  yang pemberani tersebut   nampaknya mengetahui pula   peristiwa   Nabi Yusuf a.s.  -- yang  kemudian  menjadi  seorang pejabat tinggi kepercayaan  Fir’aun  kerajaan Mesir pada masa itu (QS.12:55-58) -- yang terjadi sekitar 4 abad sebelumnya.
  Nabi-nabi telah senantiasa datang ke dunia semenjak waktu yang jauh silam, tetapi begitu busuknya pikiran orang-orang — setiap kali datang seorang nabi baru, mereka menolak serta menentangnya;   dan   ketika ia wafa  lalu  orang-orang yang beriman kepada nabi itu berkata, tiada nabi akan datang lagi dan pintu wahyu telah tertutup untuk selama-lamanya.
   Mengisyaratkan kepada itikad sesat warisan kaum-kaum purbakala para penentang Rasul Allah itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini, firman-Nya:
وَّ اَنَّہُمۡ  ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ  اَنۡ  لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ  اَحَدًا ۙ﴿﴾
“Dan sesungguhnya mereka menyangka sebagaimana kamu juga menyangka bahwa  Allah tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul (Al-Jin [72]:8).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   23 Januari      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar