بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
160
Makna
“Golongan Jin” & Itikad Sesat “Tidak
Ada Lagi Nabi” yang Senantiasa Muncul Ketika Datang Rasul Allah yang Dijanjikan
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai argumentasi akurat yang
dikemukakan “laki-laki pemberani” dari keluarga Fir’aun sebelum ini:
وَ اِنۡ
یَّکُ کَاذِبًا فَعَلَیۡہِ کَذِبُہٗ ۚ وَ
اِنۡ یَّکُ صَادِقًا یُّصِبۡکُمۡ بَعۡضُ
الَّذِیۡ یَعِدُکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یَہۡدِیۡ مَنۡ ہُوَ مُسۡرِفٌ کَذَّابٌ
“Dan jika ia (Musa) seorang pendusta maka atas dialah kedustaannya, dan jika ia benar maka akan menimpa kamu sebagian dari apa yang diancamkannya kepada kamu. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada siapa
yang melampaui batas dan pembohong besar.” (Al-Mu’min [40]:29).
Para Nabi Palsu Pasti Dibinasakan Allah Swt.
Berikut firman Allah Swt.
kepada Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan
kebinasaan yang pasti menimpa orang-orang yang mengada-ada kedustaan terhadap Allah, firman-Nya:
فَلَاۤ
اُقۡسِمُ بِمَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ مَا لَا تُبۡصِرُوۡنَ ۙ﴾ اِنَّہٗ
لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍ ۚۙ﴾ وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا
تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ
رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ تَقَوَّلَ
عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾ لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ
بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ فَمَا مِنۡکُمۡ
مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾
Maka Aku bersumpah dengan
apa yang kamu lihat, dan apa yang tidak kamu lihat, Sesungguhnya
Al-Quran itu benar-benar firman
yang disampaikan seorang Rasul
mulia, dan bukanlah Al-Quran
itu perkataan seorang penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai.
Dan bukanlah ini perkataan ahlinujum,
sedikit sekali kamu mengambil nasihat.
Al-Quran ini adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb (Tuhan)
seluruh alam. Dan seandainya ia mengada-adakan
sebagian perkataan atas na-ma Kami,
niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya, dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat
mencegah itu darinya (Al-Hāqqah [69]:39-48).
Dalam ayat ini dan dalam tiga ayat sebelumnya
keterangan-keterangan telah diberikan bahwa bila Nabi Besar Muhammad saw. itu pendusta,
maka tangan perkasa Allah Swt. pasti
menangkap dan memutuskan urat pada leher
beliau saw. dan pasti beliau telah menemui ajal
pedih, dan seluruh pekerjaan dan misi beliau saw. pasti telah hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib seorang nabi palsu. Dakwa dan keterangan
yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi yang tepat
dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20 bahwa nabi palsu pasti akan terbunuh (binasa).
Pernyataan keras
Allah Swt. dalam firman-Nya tersebut pasti
berlaku pula di Akhir Zaman ini
bagi Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
seandainya -- sebagaimana tuduhan para
penentang beliau – bahwa beliau adalah seorang nabi palsu. Namun kenyataan membuktikan ancaman Allah Swt. dalam firman-Nya tersebut tidak menimpa Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat Ahmadiyah yang beliau dirikan atas perintah Allah Swt., guna mewujudkan kejayaan Islam kedua kali di Akhir
Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaff
[61]:10).
Pidato Provokatif Fir’aun
Dalam melakukan pembelaannya terhadap da’wah Nabi Musa a.s. kepada Fir’aun dan para
pemuka kaumnya, seanjutnmya “laki-laki pemberani” tersebut berkata, firman-Nya:
یٰقَوۡمِ لَکُمُ الۡمُلۡکُ
الۡیَوۡمَ ظٰہِرِیۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ۫ فَمَنۡ یَّنۡصُرُنَا مِنۡۢ بَاۡسِ اللّٰہِ
اِنۡ جَآءَنَا ؕ قَالَ فِرۡعَوۡنُ مَاۤ
اُرِیۡکُمۡ اِلَّا مَاۤ اَرٰی وَ مَاۤ اَہۡدِیۡکُمۡ اِلَّا سَبِیۡلَ الرَّشَادِ ﴿﴾
“Hai kaumku,
kepunyaan kamu kerajaan hari ini sebagai penguasa di bumi, tetapi siapakah yang akan menolong kita dari azab
Allah, jika menimpa kita?”
Fir’aun berkata: “Aku sekali-kali tidak
menunjukkan kepada kamu melainkan apa
yang te-lah aku lihat, dan aku
sekali-kali tidak memberi petunjuk kepada kamu, kecuali kepada jalan yang benar.” (Al-Mu’mīn
[40]:30).
Jawaban Fir’aun terhadap perkataan “laki-laki pemberani” tersebut mengisyaratkan kepada ucapan provokatifnya dalam Surah Az-Zukhruf ketika berkata kepada kaumnya agar mereka
tidak mempercayai da’wah Nabi Musa
a.s., firman-Nya:
وَ نَادٰی فِرۡعَوۡنُ فِیۡ
قَوۡمِہٖ قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ
لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ الۡاَنۡہٰرُ
تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ
مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ
مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ
یُبِیۡنُ ﴿﴾ فَلَوۡ لَاۤ اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ اَسۡوِرَۃٌ
مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ مَعَہُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ مُقۡتَرِنِیۡنَ ﴿﴾ فَاسۡتَخَفَّ
قَوۡمَہٗ فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ
کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ ﴿﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya
dengan berkata: "Hai kaumku, Bukankah
kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai
ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat? Atau tidakkah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan ia
tidak dapat menjelaskan? Mengapakah tidak dianugerahkan kepadanya gelang-gelang
dari emas, atau datang bersamanya malaikat-malaikat yang berkumpul di
sekelilingnya?" Demikianlah ia menakuti-nakuti (memperbodoh) kaumnya lalu
mereka patuh kepadanya, sesungguhnya
mereka adalah kaum durhaka. (Az-Zukhruf
[43]:52-55).
Perkataan Fir’aun tersebut menunjukkan
bahwa ia adalah seorang orator (ahli pidato) yang benar-benar sangat piawai memprovokasi kaumnya, bahwa Nabi Musa a.s. dalam da’wahnya menjanjikan hal-hal yang kebenarannya belum pasti, sedangkan ia adalah penguasa
kerajaaan Mesir yang telah memberikan kepada kaumnya hal-hal
yang nyata berupa kekuasaan dan kekayaan duniawi, yang tidak dimiliki oleh Nabi Musa a.s,
itulah makna ucapan-ucapan
Fir’aun yang memperbodoh kaumnya.
Kepiawaian Fir’aun Memperbodoh
Kaumnya
Dalam ayat tersebut Fir’aun mengemukakan
hal-hal nyata yang mudah dimengerti oleh
kaumnya yang berpikiran sederhana,
yaitu bahwa:
(1) Ia adalah penguasa penuh kerajaan
Mesir, termasuk penguasa berbagai sungai yang ada di wilayah Mesir yang telah
memberi kesuburan di wilayah-wilayah
yang dilaluinya.
(2) Ia menganggap dirinya jauh lebih baik dalam segala hal daripada
Nabi Musa a.s. dengan karya-karya nyata
yang manfaatnya
langsung dapat dirasakan oleh kaumnya, sedangkan Nabi Musa a.s. –
menurutnya – mengemukakan hal-hal yang
belum pasti kebenarannya serta susah dimengerti, misalnya mengenai “Tuhan Yang Maha Gaib atau mengenai surga
di akhirat, yaitu “kebun-kebun yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai”. Ketakaburan Fir’aun tersebut mengulangi ketakaburan Iblis terhadap Adam dalam kisah
monumental “Adam – Malaikat – Iblis” (QS.7:12-13).
(3)
Ia menganggap bahwa sebagai utusan
(rasul) Tuhan maka sudah selayaknya
Nabi Musa a.s. memiliki tanda-tanda yang mudah dikenali, yaitu berupa gelang-gelang
emas sebagaimana halnya para raja duniawi memakainya, atau malaikat-malaikat yang terlihat mengiringinya, sebagaimana
halnya para raja duniawi senantiasa
diiringi oleh para pengawal raja.
Menanggapi jawaban Fir’aun dalam ayat sebelumnya مَاۤ اُرِیۡکُمۡ
اِلَّا مَاۤ اَرٰی وَ مَاۤ اَہۡدِیۡکُمۡ اِلَّا سَبِیۡلَ الرَّشَادِ -- “Aku
sekali-kali tidak menunjukkan kepada kamu melainkan apa yang telah aku lihat, dan aku
sekali-kali tidak memberi petunjuk kepada kamu, kecuali kepada jalan yang benar”, selanjutnya Allah
Swt. berfirman mengenai hal tersebut:
وَ قَالَ الَّذِیۡۤ اٰمَنَ
یٰقَوۡمِ اِنِّیۡۤ اَخَافُ عَلَیۡکُمۡ مِّثۡلَ
یَوۡمِ الۡاَحۡزَابِ ﴿ۙ﴾ مِثۡلَ دَاۡبِ قَوۡمِ نُوۡحٍ وَّ عَادٍ وَّ ثَمُوۡدَ
وَ الَّذِیۡنَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ ؕ وَ مَا
اللّٰہُ یُرِیۡدُ ظُلۡمًا لِّلۡعِبَادِ ﴿﴾ وَ یٰقَوۡمِ اِنِّیۡۤ
اَخَافُ عَلَیۡکُمۡ یَوۡمَ
التَّنَادِ ﴿ۙ﴾ یَوۡمَ
تُوَلُّوۡنَ مُدۡبِرِیۡنَ ۚ مَا لَکُمۡ
مِّنَ اللّٰہِ مِنۡ عَاصِمٍ ۚ وَ مَنۡ یُّضۡلِلِ اللّٰہُ
فَمَا لَہٗ مِنۡ ہَادٍ ﴿﴾
Dan orang yang beriman berkata: “Hai kaumku,
sesungguhnya aku takut atas kamu seperti
hari kebinasaan golongan persekutuan, seperti yang
menimpa kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan orang-orang yang sesudah mereka. Dan Allah sekali-kali tidak
menghendaki kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. Dan hai kaumku, sesungguhnya aku takut
atas kamu hari ketika orang-orang saling memanggil meminta pertolongan, yaitu hari ketika kamu akan berbalik ke belakang melarikan
diri, tidak ada bagi kamu seorang
pun penyelamat bagi kamu dari Allah. Dan siapa yang disesatkan Allah maka baginya tidak ada pemberi
petunjuk.” (Al-Mu’mīn [40]:30-34).
Itikad Sesat “Tidak Ada Lagi Nabi”
Nampaknya laki-laki beriman dari kalangan keluarga Fir’aun tersebut
memiliki pengetahuan yang luas mengenai
nasib buruk yang menimpa kaum-kaum
purbakala yang telah mendustakan dan berbuat zalim kepada para Rasul Allah yang diutus kepada kaum-kaum tersebut.
Makna
ayat یَوۡمَ تُوَلُّوۡنَ مُدۡبِرِیۡنَ یَوۡمَ التَّنَادِ ﴿ۙ﴾ -- “hari ketika orang-orang saling memanggil meminta pertolongan, yaitu hari ketika kamu akan berbalik ke belakang melarikan
diri”, yaitu hari ketika
orang-orang akan ketakutan dan
terpencar ke berbagai jurusan pada saat azab
Ilahi yang dijanjikan Rasul Allah
benar-benar terjadi secara tiba-tiba;
atau bila mereka akan saling membenci
dan tentang menentang dan akan
menjadi terpisah, atau bila mereka seru menyeru meminta pertolongan (Aqrab-ul-Mawarid).
Lebih lanjut laki-laki beriman yang pemberani
tersebut melanjutkan da’wahnya di
hadap Fir’aun dan para pembesarnya:
وَ لَقَدۡ جَآءَکُمۡ یُوۡسُفُ مِنۡ قَبۡلُ بِالۡبَیِّنٰتِ فَمَا زِلۡتُمۡ
فِیۡ شَکٍّ مِّمَّا جَآءَکُمۡ بِہٖ ؕ حَتّٰۤی اِذَا ہَلَکَ قُلۡتُمۡ لَنۡ یَّبۡعَثَ
اللّٰہُ مِنۡۢ بَعۡدِہٖ رَسُوۡلًا ؕ کَذٰلِکَ یُضِلُّ اللّٰہُ مَنۡ
ہُوَ مُسۡرِفٌ مُّرۡتَابُۨ ﴿ۚۖ﴾ الَّذِیۡنَ یُجَادِلُوۡنَ فِیۡۤ
اٰیٰتِ اللّٰہِ بِغَیۡرِ سُلۡطٰنٍ اَتٰہُمۡ ؕ کَبُرَ مَقۡتًا عِنۡدَ
اللّٰہِ وَ عِنۡدَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ کَذٰلِکَ یَطۡبَعُ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
قَلۡبِ مُتَکَبِّرٍ جَبَّارٍ ﴿﴾
Dan sungguh
benar-benar telah datang kepada kamu
Yusuf sebelum ini dengan bukti-bukti
yang nyata, tetapi kamu selalu dalam
keraguan dari apa yang dengannya dia
datang kepada kamu, hingga apabila
ia telah mati kamu berkata: “Allah
tidak akan pernah mengutus seorang
rasul pun sesudahnya. Demikianlah
Allah menyesatkan barangsiapa yang melampaui batas, yang ragu-ragu. Yaitu orang-orang yang bertengkar mengenai
Tanda-tanda Allah tanpa dalil
yang datang kepada mereka. Sangat
besar kebencian di sisi Allah dan di
sisi orang-orang yang beriman, demikianlah Allah mencap setiap hati orang
sombong lagi sewenang-senang. (Al-Mu’mīn
[40]:35-36).
Laki-laki
beriman yang pemberani tersebut
nampaknya mengetahui pula
peristiwa Nabi Yusuf a.s. -- yang
kemudian menjadi seorang pejabat
tinggi kepercayaan Fir’aun
kerajaan Mesir pada masa itu (QS.12:55-58) -- yang terjadi sekitar 4
abad sebelumnya.
Nabi-nabi telah senantiasa datang ke dunia
semenjak waktu yang jauh silam, tetapi begitu busuknya pikiran orang-orang — setiap kali datang seorang nabi baru, mereka menolak serta menentangnya;
dan
ketika ia wafa lalu orang-orang yang beriman kepada nabi itu
berkata, tiada nabi akan datang lagi
dan pintu wahyu telah tertutup untuk
selama-lamanya.
Mengisyaratkan kepada itikad sesat warisan kaum-kaum
purbakala para penentang Rasul Allah
itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini, firman-Nya:
وَّ اَنَّہُمۡ ظَنُّوۡا کَمَا
ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ اَحَدًا ۙ﴿﴾
“Dan sesungguhnya mereka
menyangka sebagaimana kamu juga
menyangka bahwa Allah tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul” (Al-Jin
[72]:8).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 23 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar