بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
148
Hubungan ”Burung” Keempat Nabi Ibrahim a.s. dengan “Seorang Laki-laki
yang Datang berlari-lari dari Bagian
Terjauh Kota itu”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai makna “empat burung” Nabi Ibrahim a.s. bahwa keturunan Ibrahim a.s. akan bangkit empat kali: Bani
Israil dan Bani Isma’il
masing-masing akan bangkit dua kali,
firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ
اَرِنِیۡ کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ قَالَ اَوَ لَمۡ
تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ
بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ
الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ
جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan ingatlah
ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara
Engkau menghidupkan yang mati?” Dia
berfirman: “Apakah engkau tidak percaya?”
Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku
tanyakan supaya hatiku tenteram.”
Dia berfirman: “Jika demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu jinakkanlah mereka
kepada engkau, kemudian letakkanlah
setiap burung itu di atas tiap-tiap gunung lalu panggillah mereka, niscaya mereka dengan cepat akan datang kepada engkau, dan
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah
[2]:261).
Ada
pun Keempat “burung” Nabi Ibrahim
a.s. tersebut adalah: di kalangan Bani Israil: 1. Nabi Musa a.s., dan 2. Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s.; sedangkan di kalangan Bani Isma’il adalah (1) Nabi
yang seperti Musa a.s. (Ulangan
18:18; QS.46:11), yakni Nabi Besar
Muhammad saw., dan (2) Nabi yang seperti
Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s., sehingga genaplah
jumlah “burung” Nabi Ibrahim a.s. “4 ekor burung”.
Mengapa demikian? Sebab apabila yang
dimaksud dengan kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. kedua kali di Akhir Zaman adalah Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. Israili maka jumlah “burung” Nabi Ibrahim adalah “tiga” karena Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. Israili
datang dua kali, padahal menurut Allah Swt. dalam Al-Quran pengutusan Nabi Isa Maryam a.s. adalah khusus untuk kaum Bani
Israil saja (QS.3:46-50; QS.43:60;
QS.61:7).
Makna “Laki-laki yang Datang Berlari-lari dari Bagian terjauh Kota itu”
Kembali kepada perumpamaan sebuah kota
yang telah diutus kepada mereka 3 orang Rasul Allah, tetapi semuanya didustakan dan bahka diancam akan “dirajam”
dan akan mendapat “siksaan yang pedih”
dari penduduk kota tersebut (QS.36:14-20), selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai kedatangan “Rasul
Allah” yang keempat atau “burung” Nabi Ibrahim a.s. yang keempat:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ
رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ﴾ اتَّبِعُوۡا مَنۡ
لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾وَ
مَا لِیَ لَاۤ
اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ
اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾ ءَاَتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اٰلِہَۃً اِنۡ یُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ
لَّا تُغۡنِ عَنِّیۡ شَفَاعَتُہُمۡ شَیۡئًا
وَّ لَا یُنۡقِذُوۡنِ ﴿ۚ﴾ اِنِّیۡۤ اِذًا لَّفِیۡ
ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾ اِنِّیۡۤ اٰمَنۡتُ
بِرَبِّکُمۡ فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki dengan berlari-lari,
ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul
itu. Ikutilah mereka
yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka
yang telah mendapat petunjuk. Dan mengapakah
aku tidak menyembah Tuhan Yang
menciptakan diriku dan Yang kepada-Nya kamu akan
dikembalikan? Apakah aku akan
mengambil selain Dia sebagai sembahan-sembahan, padahal
jika Tuhan Yang Maha Pemurah
menghendaki sesuatu kemudaratan bagiku
syafaat mereka itu tidak akan
bermanfaat bagiku sedikit pun, dan mereka
tidak dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya
jika aku berbuat demikian niscaya berada dalam kesesatan yang nyata.
Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb (Tuhan) kamu
maka dengarlah aku.” (Yā
Sīn [36]:21-25).
Kata-kata
“bagian terjauh kota itu” dalam ayat وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا
الۡمَدِیۡنَۃِ رَجُلٌ یَّسۡعٰ -- “Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki dengan
berlari-lari” dapat diartikan suatu tempat
yang jauh letaknya dari markas Islam
di jazirah Arabia. Isyarat yang
terkandung dalam kata rajulun (sesorang laki-laki) dapat tertuju kepada Al-Masih
Mau’ud a.s. atau Rasul
Akhir Zaman – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- yang telah disebut demikian
dalam suatu hadits yang terkenal (Bukhari,
Kitab at-Tafsir) yang lahir di kampung Qadian,
wilayah Punjab – India (Hindustan). Nama
asal (asli) kampung tersebut adalah Islampur
Qadhi yang kemudian lebih dikenal
dengan sebutan Qadian.
Kata-kata yang sama dalam arti
dan maksud dengan kata yas’a (berlari-lari), telah dipakai mengenai Al-Masih
Mau’ud a.s. oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam beberapa sabda beliau saw., yang
memberi isyarat kepada sifatnya yang tidak mengenal lelah, cepat bertindak
dan tidak mengenal jemu dalam
usahanya untuk kepentingan Islam.
Makna Penyebutan “Seorang Laki-laki” (Rajulun) dan
“Dua orang Laki-laki” (Rajulaani)
Penyebutan “seorang laki-laki” (rajulun) mengenai Mirza Ghulam Ahmad a.s. tersebut
memiliki makna yang sama dengan sebutan “dua orang laki-laki” (rajulaani) dalam QS.5:24 berkenaan dengan Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s., guna membedakan dari kaum Bani Israil yang pengecut yang menolak
perintah Nabi Musa a.s. agar memasuki
“negeri yang dijanjikan” karena mereka takut kepada kaum-kaum
yang ada di kawasan “negeri yang
dijanjikan” (Kanaan/Palestina), firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ
یٰقَوۡمِ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَعَلَ فِیۡکُمۡ
اَنۡۢبِیَآءَ وَ جَعَلَکُمۡ مُّلُوۡکًا ٭ۖ وَّ اٰتٰىکُمۡ مَّا لَمۡ یُؤۡتِ
اَحَدًا مِّنَ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ یٰقَوۡمِ
ادۡخُلُوا الۡاَرۡضَ الۡمُقَدَّسَۃَ الَّتِیۡ
کَتَبَ اللّٰہُ لَکُمۡ وَ لَا تَرۡتَدُّوۡا عَلٰۤی اَدۡبَارِکُمۡ فَتَنۡقَلِبُوۡا خٰسِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat
Allah atas kamu, ketika Dia
menjadikan nabi-nabi di antara kamu, menjadikan kamu raja-raja, dan Dia memberikan kepada kamu apa yang tidak
diberikan kepada kaum lain di antara bangsa-bangsa. Hai
kaumku, masukilah Tanah yang disucikan
yang telah ditetapkan Allah bagi kamu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang kamu
lalu kamu kembali menjadi orang-orang yang rugi.” (Al-Māidah [5]:21-23).
Penggantian
kata kum (kamu) alih-alih kata fī-kum dalam ayat 21 mengandung
isyarat, bahwa tiap-tiap dan semua
anggota suatu bangsa yang hidup di bawah kekuasaan
seorang raja seakan-akan mempunyai kekuasaan dan kedaulatan, maka pengikut-pengikut seorang nabi (rasul) Allah tidak mempunyai bagian dalam kenabiannya.
Ungkapan telah ditetapkan Allah bagimu
dalam ayat یٰقَوۡمِ ادۡخُلُوا الۡاَرۡضَ الۡمُقَدَّسَۃَ
الَّتِیۡ کَتَبَ اللّٰہُ لَکُمۡ -- “Hai kaumku, masukilah Tanah yang disucikan yang telah
ditetapkan Allah bagi kamu,” mengandung janji yang tersirat bahwa Allah Swt. akan menolong
dan memberi mereka kemenangan,
seandainya orang-orang Bani Israil
mempunyai keberanian memasuki Tanah
yang disucikan (Kanaan/Palestina)
itu.
Terhadap perintah Nabi Musa a.s. tersebut kaum Bani Israil memberikan jawaban
yang pengecut, firman-Nya:
قَالُوۡا یٰمُوۡسٰۤی اِنَّ فِیۡہَا قَوۡمًا جَبَّارِیۡنَ ٭ۖ وَ اِنَّا لَنۡ
نَّدۡخُلَہَا حَتّٰی یَخۡرُجُوۡا مِنۡہَا ۚ فَاِنۡ یَّخۡرُجُوۡا مِنۡہَا فَاِنَّا دٰخِلُوۡنَ ﴿﴾
Mereka
berkata: “Ya Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada suatu kaum yang kuat lagi
kejam, dan sesungguhnya
kami tidak akan pernah memasukinya
hingga mereka keluar sendiri
darinya, lalu jika mereka keluar darinya maka kami akan memasukinya.”
(Al-Māidah [5]:23).
Keperwiraan Para Sahabat Nabi Besar
Muhammad saw.
Ayat
tersebut selain menjelaskan keberhasilan upaya Dinasti Fir’aun
membunuh sifat-sifat kejantanan Bani Israil selama mereka berada di
Mesir (QS.2:50; QS.7:128 & 142;QS.28:5),
menjelaskan bahwa riwayat kaum
itu dikenal oleh bangsa Bani Israil.
Bangsa Amaliki (Amalek)
dan suku-suku bangsa Arab liar
menghuni Tanah suci (Kanaan/Palestina)
pada zaman itu. Orang-orang Bani Israil
sangat takut kepada mereka. Allah
Swt. menyebut kaum-kaum yang berada di wilayah Kanaan
(Palestina) tersebut dengan sebutan “Jalut dan bala tentaranya” (QS.2:247-253).
Bandingkanlah sikap para pengikut Nabi Musa a.s. yang tidak punya rasa malu lagi pengecut
itu dengan pengorbanan tulus-ikhlas
dan hampir-hampir tak masuk akal dari para sahabat
Nabi Besar Muhammad saw. yang
senantiasa mendambakan melompat ke dalam rahang
kematian bila ada sedikit saja isyarat aba-aba dari Junjungan mereka
saw..
Ketika Nabi Besar Muhammad saw. bersama sejumlah kecil para sahabat
dengan perlengkapan perang yang sangat darurat hendak bergerak ke Badar
menghadapi balatentara Mekkah yang dipimpin oleh Abu Jahal dkk -- yang bilangannya jauh lebih besar serta persenjataannya lebih lengkap -- beliau saw. meminta saran mereka mengenai situasi itu.
Atas permintaan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut salah seorang dari para sahabat bangkit lalu
menjawab dengan kata-kata yang akan selamanya
terkenang: “Kami tidak akan berkata
kepada Anda seperti dikatakan oleh pengikut-pengikut Nabi Musa a.s.: “Pergilah engkau bersama Tuhan engkau
kemudian berperanglah engkau berdua, sesungguhnya kami hendak duduk-duduk saja
di sini.’ Kebalikannya, wahai Rasulullah, kami senantiasa beserta engkau dan
kami akan bertempur dengan musuh di sebelah kanan dan di sebelah kiri engkau
dan di hadapan engkau dan di belakang engkau, dan kami mengharap dari Allah
agar engkau akan menyaksikan kami apa yang akan menyejukkan mata engkau.”
Jadi, betapa para sahabah
Nabi Besar Muhammad saw. yang berperang di Badar semua benar-benar “laki-laki pemberani.” Itulah
sebabnya Allah Swt. pun dalam ayat selanjutnya telah menyebut Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. dengan kata
rajulāni (dua orang laki-laki) untuk membedakan keduanya dari kaumnya (Bani
Israil) yang pengecut, firman-Nya:
قَالَ رَجُلٰنِ مِنَ الَّذِیۡنَ یَخَافُوۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمَا ادۡخُلُوۡا عَلَیۡہِمُ الۡبَابَ ۚ فَاِذَا دَخَلۡتُمُوۡہُ فَاِنَّکُمۡ غٰلِبُوۡنَ ۬ۚ وَ عَلَی
اللّٰہِ فَتَوَکَّلُوۡۤا اِنۡ کُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Dua orang laki-laki dari antara mereka yang takut kepada Allah dan Allah telah memberi nikmat kepada keduanya
berkata: “Masuklah melalui pintu gerbang
mereka, lalu apabila kamu memasuki negeri itu maka sesungguhnya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman.” (Al-Māidah
[5]:24).
Jawaban Bani Israil yang Sangat Memalukan
“Dua
orang laki-laki” (rajulāni) yang disebut di sini biasanya diduga adalah Yusak bin Nun dan Kaleb bin Yefuna (Bilangan
14:6). Akan tetapi, dari letak kalimat nampak lebih mendekati kemungkinan bahwa
Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. yang dipanggil dengan kata-kata “dua orang laki-laki” di sini.
Kata rajul (laki-laki)
mencerminkan citra kejantanan dan keberanian. Bahwa kedua laki-laki yang gagah-berani ini adalah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun
a.s. sendiri, dapat pula ditarik kesimpulan dari kenyataan bahwa Nabi Musa
a.s. mendoa bagi beliau
sendiri dan bagi saudara beliau, Harun a.s. dalam ayat selanjutnya (QS.5:26).
Allah Swt. tidak menyebut nama-nama beliau melainkan hanya mengatakan “dua orang laki-laki” sebagai pujian
atas keperwiraan dan keberanian kedua Rasul Allah tersebut dan
dengan sendirinya mencela nyali kecil
(kepengecutan) orang-orang Bani Israil
lainnya yang menyertai Nabi Musa a.s.
dan Nabi Harun a.s., selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai jawaban
mereka:
قَالُوۡا یٰمُوۡسٰۤی اِنَّا لَنۡ
نَّدۡخُلَہَاۤ اَبَدًا مَّا
دَامُوۡا فِیۡہَا فَاذۡہَبۡ اَنۡتَ وَ رَبُّکَ فَقَاتِلَاۤ اِنَّا ہٰہُنَا قٰعِدُوۡنَ ﴿﴾ قَالَ رَبِّ
اِنِّیۡ لَاۤ اَمۡلِکُ اِلَّا نَفۡسِیۡ وَ اَخِیۡ فَافۡرُقۡ
بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَ الۡقَوۡمِ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ فَاِنَّہَا مُحَرَّمَۃٌ عَلَیۡہِمۡ اَرۡبَعِیۡنَ
سَنَۃً ۚ یَتِیۡہُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ فَلَا تَاۡسَ عَلَی الۡقَوۡمِ
الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿٪﴾
Mereka
berkata: “Hai Musa, sesungguhnya kami tidak akan pernah memasuki negeri
itu, selama mereka masih ada di dalamnya,
karena itu pergilah engkau bersama Rabb
(Tuhan) engkau, lalu berperanglah
engkau berdua, sesungguhnya kami
hendak duduk-duduk saja di sini!” Musa
berkata: “Ya Rabb-Ku (Tuhan-ku),
sesungguhnya aku tidak berkuasa kecuali
terhadap diriku dan saudara
laki-lakiku, maka bedakanlah antara
kami dengan kaum yang fasik itu.” Dia
berfirman: “Maka sesungguhnya negeri itu diharamkan
bagi mereka selama empat puluh tahun, mereka
akan bertualang kebingungan di muka bumi maka janganlah
eng-kau bersedih atas kaum yang fasik itu.”
(Al-Māidah [5]:25-27).
Ketika
orang-orang Bani Israil bertingkah
bagai orang-orang pengecut, maka AllaSwt.
menakdirkan mereka harus terus-menerus mengembara di padang
belantara selama 40 tahun. agar kehidupan keras padang pasir akan menempa mereka dan memasukkan ke dalam
diri mereka suatu jiwa baru dan akan memperkokoh moral mereka. Dalam masa itu
generasi tua boleh dikatakan telah hilang
dan generasi muda tumbuh dengan
memiliki sifat keberanian serta kekuatan yang cukup untuk menaklukkan Tanah Yang Dijanjikan.
Pengangkatan Thalut
(Gideon) Sebagai Raja Bani Israil
Dalam Surah Al-Baqarah berkenaan dengan pengangkatan Thalut (Gideon) sebagai raja
pertama di kalangan Bani
Israil (QS.2:247-253) telah menyebut keperwiraan Nabi Musa a.s. dan
Nabi Harun a.s. tersebut sebagai “tabut
yang dipikul oleh para malaikat” -- yang disalahartikan
sebagai sebuah kotak (peti) -- berikut firman-Nya kepada Nabi Besar
Muhammad saw.:
اَلَمۡ تَرَ اِلَی الۡمَلَاِ مِنۡۢ بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ مِنۡۢ بَعۡدِ مُوۡسٰی ۘ
اِذۡ قَالُوۡا لِنَبِیٍّ لَّہُمُ ابۡعَثۡ
لَنَا مَلِکًا نُّقَاتِلۡ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ قَالَ ہَلۡ عَسَیۡتُمۡ اِنۡ کُتِبَ عَلَیۡکُمُ الۡقِتَالُ اَلَّا
تُقَاتِلُوۡا ؕ قَالُوۡا وَ مَا لَنَاۤ
اَلَّا نُقَاتِلَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ قَدۡ اُخۡرِجۡنَا مِنۡ
دِیَارِنَا وَ اَبۡنَآئِنَا ؕ فَلَمَّا کُتِبَ عَلَیۡہِمُ الۡقِتَالُ تَوَلَّوۡا
اِلَّا قَلِیۡلًا مِّنۡہُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ عَلِیۡمٌۢ بِالظّٰلِمِیۡنَ ﴿ ﴾ وَ قَالَ لَہُمۡ نَبِیُّہُمۡ اِنَّ اللّٰہَ قَدۡ بَعَثَ لَکُمۡ طَالُوۡتَ
مَلِکًا ؕ قَالُوۡۤا اَنّٰی یَکُوۡنُ لَہُ
الۡمُلۡکُ عَلَیۡنَا وَ نَحۡنُ اَحَقُّ بِالۡمُلۡکِ مِنۡہُ وَ لَمۡ یُؤۡتَ سَعَۃً
مِّنَ الۡمَالِ ؕ قَالَ اِنَّ اللّٰہَ اصۡطَفٰىہُ عَلَیۡکُمۡ وَ زَادَہٗ بَسۡطَۃً فِی
الۡعِلۡمِ وَ الۡجِسۡمِ ؕ وَ اللّٰہُ یُؤۡتِیۡ مُلۡکَہٗ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ
اللّٰہُ وَاسِعٌ عَلِیۡمٌ ﴿ ﴾
Apakah engkau tidak melihat mengenai para pemuka Bani Israil sesudah Musa, ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka: “Angkatlah
bagi kami seorang raja, supaya kami
dapat berperang di jalan Allah.” Ia berkata: ”Mungkin saja kamu tidak akan berperang jika berperang itu diwajibkan atas kamu?”
Mereka berkata: “Mengapa kami tidak akan
berperang di jalan Allah
padahal sungguh kami telah diusir dari rumah-rumah kami
dan dipisahkan dari anak-anak
kami?” Tetapi tatkala berperang
ditetapkan atas mereka, mereka berpaling kecuali sedikit dari mereka, dan Allah Maha Mengetahui orang-orang
yang zalim. Dan nabi mereka berkata kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut
menjadi raja bagi kamu.” Mereka
berkata: “Bagaimana ia bisa memiliki kedaulatan
atas kami, padahal kami lebih berhak
memiliki kedaulatan daripadanya,
karena ia tidak pernah diberi harta yang
berlimpah-ruah?” Ia berkata: “Sesungguhnya
Allah telah memilihnya sebagai raja atas kamu dan melebihkannya
dengan keluasan ilmu dan kekuatan badan.” Dan Allah memberikan kedaulatan-Nya
kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
Maha Luas karunia-Nya, Maha
Me-ngetahui. (Al-Baqarah [2]:147-148).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 13 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar