بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah
Ruhani Surah Shād
Bab 159
Pembelaan dan Da’wah “Laki-laki Pemberani” dari Keluarga Fir’aun & Makna “Turunnya
Para Malaikat” kepada Orang-orang yang Mengucapkan “Rabb (Tuhan) Kami Allah”
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai seorang “laki-laki
pemberani” -- yang sebelumnya
menyembunyikan keimanannya kepada Nabi Musa a.s. tersebut --
yang telah tampil membela
Nabi Musa a.s. – bahkan berdakwah
-- di hadapan Fir’aun dan para pembesarnya secara lantang, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اَرۡسَلۡنَا مُوۡسٰی بِاٰیٰتِنَا وَ
سُلۡطٰنٍ مُّبِیۡنٍ ﴿ۙ﴾ اِلٰی فِرۡعَوۡنَ وَ
ہَامٰنَ وَ قَارُوۡنَ فَقَالُوۡا سٰحِرٌ کَذَّابٌ ﴿﴾ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ بِالۡحَقِّ مِنۡ عِنۡدِنَا قَالُوا اقۡتُلُوۡۤا
اَبۡنَآءَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ وَ اسۡتَحۡیُوۡا نِسَآءَہُمۡ ؕ وَ مَا
کَیۡدُ الۡکٰفِرِیۡنَ اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ
﴿﴾
وَ قَالَ فِرۡعَوۡنُ
ذَرُوۡنِیۡۤ اَقۡتُلۡ مُوۡسٰی وَ
لۡیَدۡعُ رَبَّہٗ ۚ اِنِّیۡۤ
اَخَافُ اَنۡ یُّبَدِّلَ دِیۡنَکُمۡ اَوۡ اَنۡ یُّظۡہِرَ فِی الۡاَرۡضِ
الۡفَسَادَ ﴿﴾ وَ قَالَ مُوۡسٰۤی
اِنِّیۡ عُذۡتُ بِرَبِّیۡ وَ رَبِّکُمۡ مِّنۡ کُلِّ مُتَکَبِّرٍ لَّا یُؤۡمِنُ
بِیَوۡمِ الۡحِسَابِ ﴿٪﴾
Dan sungguh Kami
benar-benar telah mengutus Musa dengan Tanda-tanda
Kami dan dalil yang nyata, kepada Fir’aun,
Haman dan Qarun, lalu
mereka berkata: “Ia tukang sihir
dan pendusta besar!” Maka tatkala ia (Musa) datang kepada mereka dengan kebenaran dari
sisi Kami, mereka berkata: ”Bunuhlah
anak laki-laki mereka yang telah beriman beserta dia, dan biarkanlah hidup perempuan-perempuan mereka.”
Dan sekali-kali tidaklah tipu-daya orang-orang kafir itu kecuali sia-sia. Dan Fir’aun berkata: “Biarkanlah aku membunuh Musa dan supaya dia menyeru Rabb-nya (Tuhan-nya), sesungguhnya aku takut bahwa ia akan mengubah agama kamu atau menimbulkan kerusakan di bumi.”
Dan Musa berkata: “Aku berlindung kepada Rabb-ku
(Tuhan-ku) dan Rabb (Tuhan) kamu dari setiap orang-orang yang sombong yang tidak beriman kepada Hari Perhitungan.” (Al-Mu’mīn
[40]:24-28).
Tiap-tiap nabi Allah mempunyai Fir’aun, Haman dan Qarunnya
sendiri. Nama-nama itu masing-masing melambangkan sifat kekuasaan, pejabat keagamaan,
dan kekayaan harta, seperti halnya Haman itu kepala pejabat keagamaan, dan Qarun
itu seorang yang kaya raya di antara kaum bangsawan Fir’aun.
Kekuasaan politik
tanpa batas, golongan pejabat keagamaan
yang berwatak suka menjilat, dan nafsu kapitalisme yang tidak terkendalikan merupakan tiga keburukan yang senantiasa menghambat dan menghentikan pertumbuhan politik, ekonomi, akhlak, dan ruhani suatu bangsa, dan tentunya terhadap musuh-musuh manusia itulah para Pembaharu Suci – yakni para Rasul Allah -- telah melancarkan perang sengit di sepanjang zaman.
Pembelaan “Seorang
Laki-laki” Pemberani dari Keluarga
Fir’aun
Itulah sebabnya para Rasul
Allah dan para pengikut
mereka di setiap zaman mendapat penentangan
hebat dari pihak-pihak yang dalam
Al-Quran dilambangkan oleh Fir’aun, Haman dan Qarun tersebut. Dan dalam
menghadapi perlawanan hebat ketiga pihak yang bersekutu tersebut para Rasul Allah hanya meminta perlindungan dan pertolongan kepada Allah Swt. saja, Tuhan seluruh alam yang telah mengutus mereka.
Allah Swt.
merupakan tempat berlindung
terakhir bagi para nabi Allah dan
para pilihan Tuhan. Mereka menutup pintu-Nya bila mereka melihat kegelapan di sekitar mereka dan bila kekuatan-kekuatan kejahatan bertekad melenyapkan kebenaran yang dianjurkan dan disebarkan
mereka. Itulah makna ayat وَ قَالَ مُوۡسٰۤی اِنِّیۡ عُذۡتُ بِرَبِّیۡ وَ رَبِّکُمۡ مِّنۡ کُلِّ
مُتَکَبِّرٍ لَّا یُؤۡمِنُ بِیَوۡمِ الۡحِسَابِ – “Dan Musa berkata: “Aku berlindung kepada Rabb-ku (Tuhan-ku) dan Rabb (Tuhan) kamu dari setiap orang-orang
yang sombong yang tidak beriman kepada Hari
Perhitungan”.
Dalam ayat selanjutnya Allah Swt.
mengemukakan “seorang laki-laki pemberani”
dari kalangan keluarga Fir’aun -- yang
sebelumnya menyembunyikan keimanannya kepada Nabi Musa a.s. --
ia dengan berani tampil membela kebenaran da’wah Nabi Musa a.s. yang
disampaikan kepada Fir’aun dengan dalil-dalil
(argumentasi) yang sangat akurat,
firman-Nya:
وَ قَالَ رَجُلٌ
مُّؤۡمِنٌ ٭ۖ مِّنۡ اٰلِ فِرۡعَوۡنَ یَکۡتُمُ اِیۡمَانَہٗۤ
اَتَقۡتُلُوۡنَ رَجُلًا اَنۡ
یَّقُوۡلَ رَبِّیَ اللّٰہُ وَ قَدۡ جَآءَکُمۡ
بِالۡبَیِّنٰتِ مِنۡ رَّبِّکُمۡ ؕ وَ
اِنۡ یَّکُ کَاذِبًا فَعَلَیۡہِ
کَذِبُہٗ ۚ وَ اِنۡ یَّکُ صَادِقًا یُّصِبۡکُمۡ
بَعۡضُ الَّذِیۡ یَعِدُکُمۡ ؕ
اِنَّ اللّٰہَ لَا یَہۡدِیۡ مَنۡ ہُوَ
مُسۡرِفٌ کَذَّابٌ ﴿﴾
Dan berkata seorang laki-laki yang beriman dari kaum Fir’aun yang menyembunyikan
imannya, “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia mengatakan: “Rabb-ku (Tuhan-ku) adalah Allah,
padahal ia telah da-tang kepada kamu dengan Tanda-tanda nyata dari Rabb (Tuhan) kamu? Dan jika ia seorang pendusta maka atas
dialah kedustaannya, dan jika ia
benar maka akan menimpa kamu
sebagian dari apa yang diancamkannya
kepada kamu. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada siapa
yang melampaui batas dan pembohong besar.” (Al-Mu’mīn [40]:29).
Orang
beriman yang menyembunyikan imannya --
untuk menampakkannya pada kesempatan yang
cocok dengan cara yang tegas dan berani
dalam menyatakan imannya dan
berbicara kepada kaum Fir’aun --
menunjukkan bahwa penyembunyian imannya
itu tidaklah disebabkan oleh perasaan
takut.
Perkataan laki-laki yang beriman kepada Fir’aun dan para pembesarnya اَتَقۡتُلُوۡنَ رَجُلًا اَنۡ
یَّقُوۡلَ رَبِّیَ اللّٰہُ وَ قَدۡ جَآءَکُمۡ
بِالۡبَیِّنٰتِ مِنۡ رَّبِّکُم – “Apakah kamu akan membunuh
seorang laki-laki karena ia mengatakan: “Rabb-ku (Tuhan-ku) adalah Allah, padahal
ia telah datang kepada kamu
dengan Tanda-tanda nyata dari Rabb
(Tuhan) kamu?” perkataannya tersebut memiliki persamaan dengan perkataan tulang-tulang
sihir ketika mendapat ancaman
mengerikan dari Fir’aun atas pernyataan keimanan
mereka kepada Rabb (Tuhan) Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.,
firman-Nya:
قَالُوۡۤا اِنَّاۤ
اِلٰی رَبِّنَا مُنۡقَلِبُوۡنَ ﴿﴾ۚ وَ مَا تَنۡقِمُ مِنَّاۤ
اِلَّاۤ اَنۡ اٰمَنَّا بِاٰیٰتِ رَبِّنَا لَمَّا جَآءَتۡنَا
ؕ رَبَّنَاۤ اَفۡرِغۡ عَلَیۡنَا
صَبۡرًا وَّ تَوَفَّنَا مُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾٪
Mereka berkata: “Sesungguhnya Kami kepada Rabb (Tuhan) kamilah akan kembali. Dan sekali-kali tidaklah engkau
menuntut balas dari kami melainkan karena kami telah beriman kepada Tanda-tanda Rabb (Tuhan) kami tatkala Tanda-tanda itu datang kepada kami. Ya Rabb (Tuhan) kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri.” (Al-A’rāf [7]:126-127). Lihat
pula QS.20:71-74.
Makna “Turunnya
Para Malaikat”
Jadi, betapa keimanan
yang hakiki kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, telah membuat para pengikut Rasul Allah benar-benar menjadi para “laki-laki
pemberani” yang siap mengalami kezaliman dari para penentang Rasul Allah, sebagaimana yang
diperagakan oleh tukang-tukang sihir
tersebut.
Dengan demikian jelaslah bahwa yang
dimaksud oleh firman Allah Swt. mengenai orang-orang yang mengatakan رَبُّنَا
اللّٰہُ ثُمَّ اسۡتَقَامُوۡا -- “Rabb
(Tuhan) kami Allah lalu mereka
istiqamah (teguh)”
(QS.41:31-33), bukanlah perkataan
biasa yang dapat diucapkan oleh
setiap Muslim yang mengucapkan “Laa ilaaha illallaahu” (tidak ada Tuhan
kecuali Allah), karena ucapan
tersebut adalah ucapan orang-orang yang
beriman kepada Rasul Allah yang diutus kepada mereka, yang karena
pernyataan keimanan tersebut lalu
mereka diperlakukan secara zalim oleh para penentang
Rasul Allah tersebut, itulah
sebabnya selanjutnya dikatakan ثُمَّ
اسۡتَقَامُوۡا -- “kemudian mereka teguh” dalam keimanannya tersebut , firman-Nya:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ قَالُوۡا رَبُّنَا اللّٰہُ
ثُمَّ اسۡتَقَامُوۡا تَتَنَزَّلُ عَلَیۡہِمُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ اَلَّا تَخَافُوۡا وَ لَا تَحۡزَنُوۡا وَ
اَبۡشِرُوۡا بِالۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ کُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ ﴿﴾ نَحۡنُ اَوۡلِیٰٓؤُکُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ
الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ لَکُمۡ فِیۡہَا مَا تَشۡتَہِیۡۤ
اَنۡفُسُکُمۡ وَ لَکُمۡ فِیۡہَا مَا تَدَّعُوۡنَ ﴿ؕ﴾ نُزُلًا مِّنۡ غَفُوۡرٍ رَّحِیۡمٍ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang yang
berkata: ”Rabb (Tuhan) kami Allah,” kemudian mereka teguh, kepada mereka
turun malaikat-malaikat seraya
berkata: ”Janganlah kamu
takut, dan jangan pula bersedih,
dan bergembiralah kamu dengan surga yang
telah dijanjikan kepada kamu. Kami adalah teman-teman kamu di dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Dan bagi kamu di dalamnya apa yang diinginkan
diri kamu dan bagi kamu di dalamnya
apa yang kamu minta, sebagai hidangan
dari Tuhan Yang Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” (Hā
Mim – As-Sajdah (Al-Fushshilat) [41]:31-33).
Bukan hanya di alam akhirat saja,
melainkan dalam kehidupan di dunia
inilah malaikat-malaikat turun kepada
orang yang beriman, untuk memberi
mereka kata-kata penghibur dan pelipur lara jika mereka menampakkan keteguhan dan ketabahan di tengah-tengah cobaan
dan kemalangan yang berat atas
pernyataan keimanan mereka terhadap Tauhid Ilahi yang diajarkan Rasul Allah yang datang kepada mereka
(QS.98:1-9).
Itulah makna
ayat selanjutnya تَتَنَزَّلُ عَلَیۡہِمُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ
--
“kepada mereka turun malaikat-malaikat” memberikan kabar-kabar gembira kepada mereka mengenai
berbagai ganjaran Allah
Swt. yang disediakan bagi mereka dibalik
penderitaan-penderitaan yang mereka
alami di jalan Allah, para malaikat
tersebut berkata:
اَلَّا تَخَافُوۡا وَ لَا تَحۡزَنُوۡا وَ اَبۡشِرُوۡا بِالۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ
کُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ ﴿﴾ نَحۡنُ
اَوۡلِیٰٓؤُکُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ
الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ لَکُمۡ فِیۡہَا مَا تَشۡتَہِیۡۤ
اَنۡفُسُکُمۡ وَ لَکُمۡ فِیۡہَا مَا تَدَّعُوۡنَ ﴿ؕ﴾ نُزُلًا مِّنۡ غَفُوۡرٍ رَّحِیۡمٍ ﴿٪﴾
”Janganlah kamu takut,
dan jangan pula bersedih, dan
bergembiralah kamu dengan surga yang
telah dijanjikan kepada kamu. Kami adalah teman-teman kamu di dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Dan bagi kamu di dalamnya apa yang diinginkan
diri kamu dan bagi kamu di dalamnya
apa yang kamu minta, sebagai hidangan
dari Tuhan Yang Maha
Pengampun, Maha Penyayang.”
Jadi, pada hakikatnya “turunnya para malaikat” itulah yang membuat para pengikut Rasul Allah di setiap
zaman -- termasuk di Akhir Zaman ini -- dapat menghadapi berbagai bentuk kezaliman
yang dilakukan oleh para penentang Rasul
Allah akibat pernyataan keimanan
mereka kepada Rasul Allah yang diutus
kepada mereka, termasuk di Akhir Zaman
ini.
Amanat Allah Swt. Kepada Bani Adam Tentang Kesinambungan
Kedatangan Rasul Allah
Kembali kepada da’wah atau pembelaan
yang dilakukan “laki-laki beriman”
pemberani di hadapan Fir’aun dan para
pembesarnya, selanjutnya ia berkata mengenai
apa yang dikemukakan oleh Nabi
Musa a.s. dalam da’wahnya:
وَ اِنۡ یَّکُ کَاذِبًا فَعَلَیۡہِ کَذِبُہٗ ۚ وَ اِنۡ یَّکُ
صَادِقًا یُّصِبۡکُمۡ بَعۡضُ
الَّذِیۡ یَعِدُکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یَہۡدِیۡ مَنۡ ہُوَ مُسۡرِفٌ کَذَّابٌ
“Dan jika ia (Musa) seorang pendusta maka atas dialah kedustaannya, dan jika
ia benar maka akan menimpa kamu
sebagian dari apa yang diancamkannya
kepada kamu. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada siapa
yang melampaui batas dan pembohong besar.”
Jadi, “laki-laki pemberani” tersebut mengemukakan cara
yang paling sederhana untuk menguji benar-tidaknya pendakwaan
orang yang mendakwakan sebagai Rasul Allah atau orang yang mendakwakan
memperoleh wahyu Ilahi, yakni وَ اِنۡ
یَّکُ صَادِقًا یُّصِبۡکُمۡ بَعۡضُ
الَّذِیۡ یَعِدُکُمۡ -- “Dan jika
ia (Musa) seorang pendusta maka atas
dialah kedustaannya, dan jika ia
benar maka akan menimpa kamu
sebagian dari apa yang diancamkannya
kepada kamu.”
Dalil
atau argumentasi akurat yang
dikemukakan oleh “laki-laki pemberani”
di kalangan keluarga Fir’aun tersebut
sesuai dengan pernyataan Allah Swt.
berikut ini, firman-Nya:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ
اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ اَجَلُہُمۡ
لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً وَّ
لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ
ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ
﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan bagi tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila telah datang batas waktu mereka,
mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaat pun dan tidak pula
dapat memajukannya. Wahai Bani
Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu
yang menceritakan Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri,
tidak akan ada ketakutan menimpa mereka
dan tidak pula mereka akan bersedih hati. Dan orang-orang
yang men-dustakan Ayat-ayat Kami dan dengan
takabur berpaling darinya, mereka
itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rāf
[7]:35-37).
Dalam ayat 35
Allah Swt. menyatakan bahwa tidak ada satu umat atau kaum yang menjadi “umat pilihan” Allah Swt. selamanya,
karena itu apabila waktu yang ditetapkan untuk menghukum
suatu kaum tiba -- karena kedurhakaan mereka kepada Allah Swt. dan Rasul Allah yang diutus kepada mereka -- maka waktu
itu tidak dapat dihindarkan, diulur-ulur, atau ditunda-tunda.
Dalam
ayat selanjutnya (36) Allah Swt. memberi peringatan
kepada Bani Adam (anak keturunan
Adam), bahwa seperti pada beberapa ayat sebelumnya (yakni QS.7:27, 28 &
32), seruan dengan kata-kata Hai anak-cucu Adam, bukan ditujukan kepada kaum-kaum purbakala setelah zaman Nabi Adam a.s., melainkan ditujukan kepada umat manusia di
zaman Nabi Besar Muhammad saw., dan juga
ditujukan kepada generasi-generasi
yang akan lahir setelah masa beliau saw. hingga Akhir Zaman.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman -- sesuai dengan ucapan “laki-laki pemberani” kepada Fir’aun
dan para pembesarnya -- yang
menjadi pokok bahasan:
فَمَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا اَوۡ کَذَّبَ بِاٰیٰتِہٖ ؕ اُولٰٓئِکَ
یَنَالُہُمۡ نَصِیۡبُہُمۡ مِّنَ الۡکِتٰبِ ؕ حَتّٰۤی اِذَا جَآءَتۡہُمۡ رُسُلُنَا یَتَوَفَّوۡنَہُمۡ ۙ قَالُوۡۤا
اَیۡنَ مَا کُنۡتُمۡ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ
دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالُوۡا ضَلُّوۡا عَنَّا وَ شَہِدُوۡا عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ اَنَّہُمۡ
کَانُوۡا کٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan
terhadap Allah atau mendustakan Ayat-ayat-Nya? Mereka akan
memperoleh bagian mereka sebagaimana telah ditetapkan dalam Kitab, hingga apabila
datang kepada mereka utusan-utusan Kami untuk mencabut nyawanya seraya berkata: ”Di manakah apa yang biasa kamu seru selain Allah?” Mereka berkata:
“Mereka te-lah lenyap dari kami.”
Dan mereka memberi kesaksian terhadap diri
mereka sendiri bahwa sesungguhnya mereka adalah
orang-orang kafir. (Al-A’rāf [7]:38).
Nasib Buruk yang Pasti Menimpa Para Pendusta
Menurut Allah Swt. dalam ayat
tersebut ada dua macam orang
yang zalim, yaitu:
(1) orang-orang yang mengada-adakan
kedustaan terhadap Allah Swt.,
misalnya mengaku-aku sebagai Rasul Allah padahal dusta, mengaku-aku mendapat wahyu
Ilahi padahal tidak.
(2) Orang-orang yang mendustakan Rasul Allah yang datang kepada mereka padahal Rasul
Allah tersebut datang dengan membawa Tanda-tanda
dari Allah Swt..
Itulah makna ayat فَمَنۡ
اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ
کَذِبًا اَوۡ کَذَّبَ بِاٰیٰتِہ -- “Maka siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan
terhadap Allah atau mendustakan Ayat-ayat-Nya?”,
firman Allah Swt. tersebut sesuai dengan perkataan “laki-laki pemberani” yang dikemukakan dalam firman Allah Swt.
sebelumnya:
وَ اِنۡ یَّکُ کَاذِبًا فَعَلَیۡہِ کَذِبُہٗ ۚ وَ اِنۡ یَّکُ
صَادِقًا یُّصِبۡکُمۡ بَعۡضُ
الَّذِیۡ یَعِدُکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یَہۡدِیۡ مَنۡ ہُوَ مُسۡرِفٌ کَذَّابٌ
“Dan jika ia (Musa) seorang pendusta maka atas dialah kedustaannya, dan jika
ia benar maka akan menimpa kamu
sebagian dari apa yang diancamkannya
kepada kamu. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada siapa yang melampaui batas dan pembohong
besar.” (Al-Mu’min [40]:29).
Ayat selanjutnya menegaskan mengenai nasib
buruk yang pasti menimpa kedua jenis orang zalim tersebut, yakni:
اُولٰٓئِکَ یَنَالُہُمۡ
نَصِیۡبُہُمۡ مِّنَ الۡکِتٰبِ -- “Mereka
akan memperoleh bagian mereka
sebagaimana telah ditetapkan dalam Kitab,” bahwa
sesuai dengan ayat وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ -- “Dan orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami
dan dengan takabur berpaling darinya,
mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya” (37), bahwa mereka yang menolak Rasul-rasul
Allah yang kedatangannya dijanjikan dari kalangan Bani Adam (ayat 36) -- mereka akan melihat dengan mata kepala sendiri penyempurnaan kabar-kabar gaib (nubuatan) yang meramalkan kekalahan dan kegagalan
mereka (QS.58:21-22). Mereka akan merasakan hukuman
(azab) yang dijanjikan Allah Swt.
kepada mereka karena menentang Rasul-rasul Allah.
Ancaman
Keras Allah Swt. Bagi Para Pendakwa Palsu
Berikut firman Allah Swt. kepada Nabi
Besar Muhammad saw. berkenaan wahyu
Al-Quran yang diwahyukan Allah Swt. kepada beliau saw., dan kebinasaan yang pasti menimpa orang-orang yang mengada-ada kedustaan terhadap Allah, termasuk beliau saw. -- na’uudzubillaahi
min dzaalik -- seandainya beliau
saw. pun melakukan hal yang sama,
sebagaimana tuduhan para
penentang beliau saw. (QS.25:5-6),
firman-Nya:
فَلَاۤ اُقۡسِمُ بِمَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ مَا لَا تُبۡصِرُوۡنَ ۙ﴾ اِنَّہٗ لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍ ۚۙ﴾ وَّ مَا ہُوَ
بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا
تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ لَا
بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾ لَاَخَذۡنَا
مِنۡہُ بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ فَمَا مِنۡکُمۡ مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ
حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾
Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat, dan apa
yang tidak kamu lihat, Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang
disampaikan seorang Rasul mulia, dan bukanlah
Al-Quran itu perkataan seorang
penyair, sedikit se-kali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil
nasihat. Al-Quran ini adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb (Tuhan)
seluruh alam. Dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian perkataan atas na-ma Kami, niscaya Kami akan
menang-kap dia dengan tangan kanan,
kemudian niscaya Kami me-motong urat nadinya, dan tidak ada seorang pun di antara kamu
dapat mencegah itu darinya (Al-Hāqqah [69]:39-48).
Dalam ayat ini dan dalam tiga ayat
sebelumnya keterangan-keterangan telah diberikan bahwa bila Nabi Besar Muhammad
saw. ` itu pendusta, maka tangan perkasa Allah Swt. pasti menangkap dan memutuskan urat pada leher beliausaw. dan pasti beliau saw. telah menemui ajal yang pedih, dan seluruh pekerjaan
dan misi beliau saw. pasti telah hancur
berantakan, sebab memang demikianlah nasib
seorang nabi palsu. Dakwa dan
keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi
yang tepat dari peryataan Bible dalam
Ulangan 18:20 tentang nasib buruk
yang pasti dialami nabi palsu.
Pernyataan keras Allah Swt. dalam firman-Nya
tersebut pasti berlaku pula di Akhir
Zaman ini bagi Mirza Ghulam Ahmad a.s., seandainya -- sebagaimana tuduhan para penentang beliau –
bahwa beliau adalah seorang nabi palsu.
Namun kenyataan membuktikan ancaman
Allah Swt. dalam firman-Nya tersebut tidak
menimpa Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat
Ahmadiyah yang beliau dirikan atas perintah Allah Swt., guna mewujudkan
kejayaan Islam kedua kali di Akhir Zaman
ini. (QS.61:10).
Dengan demikian benarlah perkataan
“laki-laki pemberani” dari keluarga Fir’aun sebelum ini:
وَ اِنۡ یَّکُ کَاذِبًا فَعَلَیۡہِ کَذِبُہٗ ۚ وَ اِنۡ یَّکُ
صَادِقًا یُّصِبۡکُمۡ بَعۡضُ
الَّذِیۡ یَعِدُکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یَہۡدِیۡ مَنۡ ہُوَ مُسۡرِفٌ کَذَّابٌ
“Dan jika ia (Musa) seorang pendusta maka atas dialah kedustaannya, dan jika
ia benar maka akan menimpa kamu
sebagian dari apa yang diancamkannya
kepada kamu. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada siapa yang melampaui batas dan pembohong
besar.” (Al-Mu’min [40]:29).
Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 22 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar