بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
162
Imam Mahdi Pembawa
Rahmat, Bukan Imam Mahdi Penumpah Darah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai
kemusyrikan
yang terjadi kalangan Ahli-Kitab
(Yahudi dan Nashrani) -- yakni penyembahan yang dilakukan golongan ins (masyarakat awam) terhadap golongan jin
(para pemuka kaum) -- firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ
اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ
قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ
ۚ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ
مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang
Yahudi berkata: “Uzair adalah
anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih
adalah anak Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya,
mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari Tauhid?
Mereka telah menjadikan ulama-ulama
mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan
selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, padahal mereka
tidak diperintahkan melainkan supaya
mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak
ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia dari apa yang mereka sekutukan. (At-Taubah [9]:30-31).
Pewarisan Itikad Sesat “Tidak
Ada Lagi Nabi” dari Zaman ke Zaman
‘Uzair atau Ezra hidup pada abad kelima sebelum Masehi.
Beliau keturunan Seraya, imam agung, dan karena beliau sendiri pun anggota Dewan Imam dan dikenal sebagai Imam Ezra. Beliau termasuk seorang tokoh
terpenting di masanya dan mempunyai pengaruh yang luas sekali dalam
mengembangkan agama Yahudi.
‘Uzair atau Ezra mendapat
kehormatan khas di antara nabi-nabi Israil. Orang-orang Yahudi di Medinah dan
suatu mazhab Yahudi di Hadramaut, mempercayai beliau sebagai anak Allah. Para Rabbi
(pendeta-pendeta Yahudi) menghubungkan nama beliau dengan beberapa
lembaga-lembaga penting.
Renan mengemukakan dalam mukadimah bukunya
“History of the People of Israel”
bahwa bentuk agama Yahudi yang-pasti
dapat dianggap berwujud semenjak masa Ezra.
Dalam kepustakaan golongan Rabbi, beliau dianggap patut jadi wahana pengemban syariat seandainya syariat itu
tidak dibawa oleh Nabi Musa a.s. Beliau
bekerjasama dengan Nehemya dan wafat
pada usia 120 tahun di Babil (Yewish Encyclopaedia & Encyclopaedia Biblica).
Ahbar adalah ulama-ulama Yahudi dan Ruhban adalah para rahib agama Nasrani yang dimaksud oleh
ayat اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ
-- “Mereka telah menjadikan
ulama-ulama mereka dan rahib-rahib
mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah.”
Dengan demikian jelaslah makna penyembahan terhadap golongan jin oleh golongan ins (manusia) yang dimaksud
dalam Surah Jin sebelum
ini:
وَّ اَنَّہٗ کَانَ یَقُوۡلُ سَفِیۡہُنَا عَلَی اللّٰہِ
شَطَطًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ اَنۡ لَّنۡ تَقُوۡلَ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلَی
اللّٰہِ کَذِبًا ۙ﴿﴾
وَّ اَنَّہٗ کَانَ رِجَالٌ مِّنَ الۡاِنۡسِ
یَعُوۡذُوۡنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الۡجِنِّ فَزَادُوۡہُمۡ رَہَقًا ۙ﴿﴾
وَّ اَنَّہُمۡ ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ
لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ اَحَدًا
ۙ﴿﴾
“Dan
sesungguhnya orang-orang bodoh di antara kami berkata dusta berlebihan terhadap Allah.
Dan sesungguhnya kami menyangka ins (manusia) dan jin tidak akan pernah mengatakan perkataan dusta
terhadap Allah. Dan sesungguhnya ada beberapa orang dari ins (manusia)
yang meminta perlindungan kepada beberapa orang dari jin maka menambah kesombongan mereka. Dan sesungguhnya
mereka menyangka sebagaimana kamu
juga menyangka bahwa Allah tidak akan pernah membangkitkan
seorang rasul” (Al Jin [72]:5-8).
Dua Syarat Utama Sebagai Imam yang Hakiki
Kembali kepada pokoh bahasan tentang “seorang laki-laki yang datang dari bagian
terjauh kota itu” yang datang
menggenapi tiga orang rasul Allah yang datang sebelumnya, yang telah didustakan oleh “penduduk kota itu”,
firman-Nya:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ
رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ﴾ اتَّبِعُوۡا مَنۡ
لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾وَ
مَا لِیَ لَاۤ
اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ
اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾ ءَاَتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اٰلِہَۃً اِنۡ یُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ
لَّا تُغۡنِ عَنِّیۡ شَفَاعَتُہُمۡ شَیۡئًا
وَّ لَا یُنۡقِذُوۡنِ ﴿ۚ﴾ اِنِّیۡۤ اِذًا لَّفِیۡ
ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾ اِنِّیۡۤ اٰمَنۡتُ
بِرَبِّکُمۡ فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki dengan berlari-lari,
ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul
itu.
Ikutilah mereka yang tidak
meminta upah dari kamu dan mereka
yang telah mendapat petunjuk. Dan mengapakah
aku tidak menyembah Tuhan Yang
menciptakan diriku dan Yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan? Apakah aku
akan mengambil selain Dia sebagai sembahan-sembahan, padahal
jika Tuhan Yang Maha Pemurah
menghendaki sesuatu ke-mudaratan bagiku
syafaat mereka itu tidak akan
bermanfaat bagiku sedikit pun, dan mereka
tidak dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya
jika aku berbuat demikian niscaya berada dalam kesesatan yang nyata.
Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb (Tuhan) kamu
maka dengarlah aku.” (Yā
Sīn [36]:21-25).
Hal yang sangat menarik dari perkataan “laki-laki pemberani” tersebut yaitu یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ -- “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul itu”,
اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ
اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ – “Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.”
Posisi orang yang kedudukannya “diikuti” harus berada di depan “orang-orang yang mengikutinya”, yang
dalam bahasa Arab disebut imam. Dalam
perkataan “laki-laki pemberani” tersebut
dikemukakan syarat seorang imam yang hakiki yaitu dalam
melaksanakan tugasnya sebagai imam adalah
seorang yang telah mendapat petunjuk
langsung dari Allah Swt. melalui wahyu
Ilahi, dan dalam melaksanakan tugas
yang diembannya dari Allah Swt. sebagai imam
tersebut ia “tidak meminta upah
(ganjaran) dari manusa”, dan itu hanya mungkin dilakukan oleh Rasul
Allah, itulah sebabnya “laki-laki pemberani” tersebut berkata یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ -- “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul itu”,
اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ
اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ – “Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.”
Sebutan Imam
Mahdi di kalangan Keturunan Nabi Ibrahim a.s.
Dari Al-Quran diketahui bahwa Imam yang dalam melaksanakan tugasnya
mendapat petunjuk langsung dari Allah
Swt. melalui wahyu-Nya disebut Imam
Mahdi (imam yang mendapat petunjuk) -- yakni para rasul (nabi) Allah -- berikut firman-Nya mengenai Nabi Ibrahim
a.s.:
وَ وَہَبۡنَا لَہٗۤ اِسۡحٰقَ ؕ وَ
یَعۡقُوۡبَ نَافِلَۃً ؕ وَ کُلًّا جَعَلۡنَا صٰلِحِیۡنَ ﴿﴾ وَ جَعَلۡنٰہُمۡ اَئِمَّۃً یَّہۡدُوۡنَ بِاَمۡرِنَا وَ
اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡہِمۡ فِعۡلَ
الۡخَیۡرٰتِ وَ اِقَامَ الصَّلٰوۃِ وَ
اِیۡتَآءَ الزَّکٰوۃِ ۚ وَ کَانُوۡا لَنَا عٰبِدِیۡنَ ﴿ۚۙ﴾
Dan Kami
menganugerahkan kepadanya Ishaq, dan
seorang cucu, Ya’qub, dan
masing-masing Kami jadikan orang-orang yang saleh. Dan Kami menjadikan mereka imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah
Kami, dan Kami wahyukan kepada
mereka untuk berbuat kebaikan-kebaikan, dan mendirikan shalat serta membayar
zakat, dan hanya kepada Kami mereka
menyembah. (Al-Anbiya [21]:73-74).
Firman-Nya lagi kepada Nabi Besar
Muhammad saw. mengenai imam-imam yang
hakiki atau imam mahdi:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ فَلَا تَکُنۡ فِیۡ مِرۡیَۃٍ مِّنۡ لِّقَآئِہٖ وَ جَعَلۡنٰہُ ہُدًی لِّبَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ﴿ۚ﴾ وَ جَعَلۡنَا
مِنۡہُمۡ اَئِمَّۃً یَّہۡدُوۡنَ
بِاَمۡرِنَا لَمَّا صَبَرُوۡا ۟ؕ
وَ کَانُوۡا بِاٰیٰتِنَا یُوۡقِنُوۡنَ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah memberikan
Kitab kepada Musa, maka janganlah
engkau ragu mengenai pertemuan dengan-Nya, dan Kami telah menjadikannya petunjuk bagi Bani Israil. Dan
Kami menjadikan dari antara mereka imam-imam yang
memberikan petunjuk atas perintah Kami, sebab mereka sabar dan memiliki
keyakinan kuat kepada Tanda-tanda Kami. (As-Sajdah [32]:24-25).
Sehubungan dengan ayat-ayat tersebut,
dalam firman-Nya berikut ini dijelaskan bahwa kedudukan imam-imam yang hakiki yang
mendapat petunjuk Allah Swt. melalui wahyu Ilahi -- atau imam mahdi tersebut --
adalah para rasul Allah:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا
مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا
عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ
اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ
اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ فَفَرِیۡقًا
کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ
﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ
لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ
فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di
belakangnya, Kami
berikan kepada Isa Ibnu Maryam
Tanda-tanda yang nyata, dan juga
Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Maka apakah
patut setiap datang kepadamu
seorang rasul dengan membawa apa
yang tidak disukai oleh diri kamu
kamu berlaku takabur,
lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian
lainnya kamu bunuh? Dan mereka berkata: ”Hati kami tertutup.” Tidak, bahkan Allah
telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka maka sedikit
sekali apa yang mereka imani. (Al-Baqarah [2]:88-89).
Imam Mahdi Pembawa Rahmat, bukan Imam Mahdi Penumpah Darah
Ketiga firman Allah Swt. mengenai Imam Mahdi yang hakiki atau Rasul
Allah tersebut membantah pemahaman keliru mengenai kedatangan Imam Mahdi penumpah darah yang
ditunggu-tunggu oleh umat Islam, akibat kekeliruan
menafsirkan sabda-sabda Nabi Besar
Muhammad saw. mengenai “gambaran” Imam Mahdi.
Mengapa demikian? Sebab untguk menjadi “Imam Mahdi
penumpah darah” tidak diperlukan petunjuk
Allah Swt. melalui wahyu Ilahi sebagaimana yang dikemukakan firman Alah Swt. mengenai imam-imam yang hakiki
tersebut -- yakni para Rasul Allah.
Justru para imam yang hakiki dan para pengikut mereka itulah yang darahnya tertumpah oleh
para penentang mereka jang jahil
dan zalim:
ؕ اَفَکُلَّمَا
جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿﴾
“Maka apakah patut setiap
datang kepadamu seorang rasul dengan membawa
apa yang tidak disukai oleh diri kamu
kamu berlaku takabur,
lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian
lainnya kamu bunuh?”
وَ قَالُوۡا
قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka
berkata: ”Hati kami tertutup.” Tidak, bahkan Allah
telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka maka sedikit
sekali apa yang mereka imani.
Sehubungan dengan dengan janji Allah Swt. mengenai kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman, Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. pun
telah mengemukakan mengenai kedatangan Imam
Mahdi sebagai hakaman ‘adlan (hakim yang adil) dan Al-Masih
Mau’ud (Al-Masih yang dijanjikan) atau Rasul
Akhir Zaman, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaff
[61]:10).
Dalam firman Allah Swt tersebut
tersirat tentang Imam Mahdi a.s. dan
juga tentang Rasul Allah yaitu Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58),
yakni kalimat رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی -- “Rasul-Nya
dengan petunjuk” mengisyaratkan
kepada kedudukan Rasul Akhir Zaman sebagai Imam
Mahdi yang hakiki (Imam Mahdi a.s.)
, sedangkan kalimat رَسُوۡلَہٗ -- “Rasul-Nya” dihubungkan dengan kalimat
وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ -- “dan agama yang benar”
yaitu agama Islam (Al-Quran), mengisyaratkan kepada kedudukan Rasul Akhir Zaman sebagai Al-Masih Mau’ud a.s.
Dua Tugas Utama Rasul
Akhir Zaman & Makna Kalimat “Tidak Ada Mahdi Kecuali Isa”
Jadi
ayat ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ
رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ
دِیۡنِ الۡحَقِّ -- “Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar” pada hakikatnya
mengisyaratkan kepada dua tugas utama
Rasul Akhir Zaman dalam mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini yaitu لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ -- “supaya
Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai.”
Dua tugas utama yang harus dilakukan oleh Rasul
Akhir Zaman tersebut adalah (1) tugas
intern (ke dalam) sebagai Imam Mahdi a.s., dan (2) tugas ekstern (ke luar) sebagai Al-Masih
Mau’ud a.s.. Mengisyaratkan
kepada kenyataan itulah sabda Nabi Besar Muhammad saw. Laa
mahdiy illa Isa -- tidak ada Mahdi kecuali Isa”, artinya bahwa pada hakikatnya Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s. (Isa Al-Masih Akhir Zaman) itu merujuk kepada satu wujud yang sama yang
memiliki dua tugas utama dalam upayanya mewujudkan kejayaan Islam yang
kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaff
[61]:10).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 25 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar