Kamis, 27 Februari 2014

Imam Mahdi Pembawa Rahmat, Bukan Imam Mahdi Penumpah Darah



  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  162

Imam Mahdi   Pembawa Rahmat, Bukan Imam Mahdi Penumpah Darah            

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai   kemusyrikan yang terjadi kalangan Ahli-Kitab (Yahudi dan Nashrani)   -- yakni penyembahan yang dilakukan golongan ins (masyarakat awam) terhadap golongan jin  (para pemuka kaum) -- firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ  ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ  ابۡنُ  اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan  orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah  anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih adalah  anak  Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka  meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari Tauhid? Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia dari apa yang mereka sekutukan. (At-Taubah [9]:30-31).

Pewarisan Itikad Sesat “Tidak  Ada Lagi Nabi  dari  Zaman ke Zaman

      ‘Uzair atau Ezra hidup pada abad kelima sebelum Masehi. Beliau keturunan Seraya, imam agung, dan karena beliau sendiri pun anggota Dewan Imam dan dikenal sebagai Imam Ezra. Beliau termasuk seorang tokoh terpenting di masanya dan mempunyai pengaruh yang luas sekali dalam mengembangkan agama Yahudi.     
    ‘Uzair atau Ezra mendapat kehormatan khas di antara nabi-nabi Israil. Orang-orang Yahudi di Medinah dan suatu mazhab Yahudi di Hadramaut, mempercayai beliau sebagai anak Allah. Para Rabbi (pendeta-pendeta Yahudi) menghubungkan nama beliau dengan beberapa lembaga-lembaga penting.
     Renan mengemukakan dalam mukadimah bukunya “History of the People of Israel” bahwa bentuk agama Yahudi yang-pasti dapat dianggap berwujud semenjak masa Ezra. Dalam kepustakaan golongan Rabbi, beliau dianggap patut jadi wahana pengemban syariat seandainya syariat itu tidak dibawa oleh Nabi Musa a.s.  Beliau bekerjasama dengan Nehemya dan wafat pada usia 120 tahun di Babil (Yewish  Encyclopaedia & Encyclopaedia  Biblica).
       Ahbar adalah ulama-ulama Yahudi dan Ruhban adalah para rahib agama Nasrani yang dimaksud oleh ayat  اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ  -- “Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka  sebagai tuhan-tuhan selain Allah.”
     Dengan demikian jelaslah makna  penyembahan terhadap  golongan jin  oleh golongan ins (manusia) yang dimaksud  dalam Surah Jin sebelum ini: 
وَّ اَنَّہٗ  کَانَ یَقُوۡلُ سَفِیۡہُنَا عَلَی اللّٰہِ شَطَطًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ  اَنۡ  لَّنۡ تَقُوۡلَ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلَی اللّٰہِ  کَذِبًا ۙ﴿﴾  وَّ  اَنَّہٗ کَانَ رِجَالٌ مِّنَ الۡاِنۡسِ یَعُوۡذُوۡنَ بِرِجَالٍ  مِّنَ  الۡجِنِّ فَزَادُوۡہُمۡ  رَہَقًا ۙ﴿﴾   وَّ اَنَّہُمۡ  ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ  اَنۡ  لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ  اَحَدًا ۙ﴿﴾
“Dan sesungguhnya  orang-orang bodoh di antara kami berkata dusta berlebihan terhadap Allah.  Dan sesungguhnya  kami menyangka ins (manusia) dan jin   tidak akan pernah mengatakan perkataan  dusta terhadap Allah. Dan sesungguhnya   ada beberapa orang dari ins (manusia)  yang meminta perlindungan kepada beberapa orang dari jin maka menambah kesombongan mereka.  Dan sesungguhnya mereka menyangka sebagaimana kamu juga menyangka bahwa  Allah tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul” (Al Jin [72]:5-8).

Dua Syarat Utama Sebagai Imam yang Hakiki

      Kembali kepada pokoh bahasan tentang “seorang laki-laki yang datang dari bagian terjauh kota itu”  yang datang menggenapi tiga orang rasul Allah yang datang sebelumnya, yang  telah didustakan oleh “penduduk kota itu”, firman-Nya:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ  رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ﴾  اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾وَ مَا لِیَ  لَاۤ  اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ  اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾ ءَاَتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اٰلِہَۃً اِنۡ یُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّیۡ شَفَاعَتُہُمۡ شَیۡئًا  وَّ لَا  یُنۡقِذُوۡنِ ﴿ۚ﴾ اِنِّیۡۤ   اِذًا  لَّفِیۡ  ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ﴿﴾ اِنِّیۡۤ   اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ   فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki dengan berlari-lari, ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul  itu.  Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.   Dan mengapakah aku tidak menyembah Tuhan Yang menciptakan diriku  dan  Yang kepada-Nya  kamu   akan dikembalikan?    Apakah aku akan mengambil selain Dia sebagai sembahan-sembahan, padahal jika Tuhan Yang Maha Pemurah menghendaki sesuatu ke-mudaratan bagiku  syafaat mereka itu  tidak akan bermanfaat bagiku sedikit pun, dan mereka tidak dapat menyelamatkanku?    Sesungguhnya jika aku berbuat demikian niscaya berada dalam kesesatan yang nyata.    Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb (Tuhan) kamu  maka dengarlah aku.” (Yā Sīn [36]:21-25). 
      Hal yang sangat menarik dari perkataan “laki-laki pemberani” tersebut yaitu  یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ --   Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul  itu”,      اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ   – “Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.”
      Posisi orang yang kedudukannya “diikuti” harus berada di depan “orang-orang yang mengikutinya”, yang dalam bahasa Arab disebut imam.  Dalam  perkataan “laki-laki pemberani”  tersebut dikemukakan syarat seorang imam yang hakiki yaitu dalam melaksanakan tugasnya sebagai imam  adalah     seorang yang telah mendapat petunjuk langsung dari Allah Swt. melalui wahyu Ilahi, dan dalam melaksanakan tugas yang diembannya dari Allah Swt. sebagai imam tersebut ia “tidak meminta upah (ganjaran) dari manusa”, dan itu hanya mungkin dilakukan oleh  Rasul Allah, itulah sebabnya “laki-laki pemberani”  tersebut berkata    یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ --   Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul  itu”,      اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ   – “Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.”

 Sebutan  Imam Mahdi di kalangan Keturunan Nabi Ibrahim a.s.

       Dari Al-Quran diketahui bahwa Imam yang dalam melaksanakan tugasnya mendapat petunjuk langsung dari Allah Swt. melalui wahyu-Nya  disebut Imam Mahdi (imam yang mendapat petunjuk) -- yakni para rasul (nabi) Allah  -- berikut firman-Nya mengenai Nabi Ibrahim a.s.:
وَ وَہَبۡنَا لَہٗۤ  اِسۡحٰقَ ؕ وَ یَعۡقُوۡبَ  نَافِلَۃً ؕ وَ کُلًّا  جَعَلۡنَا صٰلِحِیۡنَ ﴿﴾  وَ جَعَلۡنٰہُمۡ اَئِمَّۃً یَّہۡدُوۡنَ بِاَمۡرِنَا وَ اَوۡحَیۡنَاۤ  اِلَیۡہِمۡ فِعۡلَ الۡخَیۡرٰتِ وَ اِقَامَ الصَّلٰوۃِ  وَ اِیۡتَآءَ الزَّکٰوۃِ ۚ وَ کَانُوۡا لَنَا عٰبِدِیۡنَ ﴿ۚۙ﴾
Dan Kami menganugerahkan kepadanya Ishaq, dan seorang cucu, Ya’qub, dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang saleh.  Dan Kami menjadikan mereka imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan Kami wahyukan kepada mereka untuk berbuat kebaikan-kebaikan, dan mendirikan shalat serta membayar zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah. (Al-Anbiya [21]:73-74).
      Firman-Nya lagi kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai imam-imam yang hakiki atau imam mahdi:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ فَلَا تَکُنۡ فِیۡ مِرۡیَۃٍ  مِّنۡ لِّقَآئِہٖ وَ جَعَلۡنٰہُ ہُدًی  لِّبَنِیۡۤ   اِسۡرَآءِیۡلَ﴿ۚ﴾  وَ جَعَلۡنَا مِنۡہُمۡ  اَئِمَّۃً  یَّہۡدُوۡنَ  بِاَمۡرِنَا لَمَّا صَبَرُوۡا ۟ؕ  وَ کَانُوۡا بِاٰیٰتِنَا یُوۡقِنُوۡنَ﴿﴾
Dan  sungguh  Kami benar-benar telah memberikan Kitab kepada Musa, maka janganlah engkau ragu mengenai pertemuan dengan-Nya, dan Kami telah menjadikannya petunjuk bagi Bani Israil.  Dan  Kami  menjadikan dari antara mereka imam-imam yang memberikan petunjuk atas perintah Kami, sebab mereka sabar dan memiliki keyakinan kuat kepada Tanda-tanda Kami. (As-Sajdah [32]:24-25).
      Sehubungan dengan ayat-ayat tersebut, dalam firman-Nya berikut ini dijelaskan bahwa kedudukan imam-imam yang hakiki  yang mendapat petunjuk Allah Swt. melalui wahyu Ilahi -- atau imam mahdi tersebut   -- adalah para rasul Allah:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ  فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ  ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh   Kami benar-benar telah  berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di belakangnya,   Kami  berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan juga Kami memperkuatnya dengan  Ruhulqudus. Maka apakah patut setiap datang kepadamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh diri kamu  kamu berlaku takabur, lalu  sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh?   Dan mereka berkata:  Hati kami tertutup.” Tidak,  bahkan Allah telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka  maka sedikit sekali apa yang mereka imani. (Al-Baqarah [2]:88-89).

Imam Mahdi   Pembawa Rahmat, bukan Imam Mahdi Penumpah Darah

       Ketiga firman Allah Swt. mengenai Imam Mahdi yang hakiki  atau Rasul Allah tersebut  membantah pemahaman keliru mengenai kedatangan Imam Mahdi penumpah darah  yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam,  akibat kekeliruan menafsirkan sabda-sabda Nabi Besar Muhammad  saw. mengenai “gambaran” Imam Mahdi.  
      Mengapa demikian? Sebab untguk menjadi “Imam Mahdi  penumpah darah” tidak diperlukan petunjuk Allah Swt. melalui wahyu Ilahi  sebagaimana yang dikemukakan firman  Alah Swt. mengenai imam-imam yang hakiki tersebut   -- yakni para Rasul Allah. Justru para imam yang hakiki   dan para pengikut  mereka itulah yang darahnya tertumpah oleh para penentang mereka jang  jahil dan zalim:
ؕ اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ  فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ  ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah patut setiap datang kepadamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh diri kamu  kamu berlaku takabur, lalu  sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh?”  
وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka berkata:  Hati kami tertutup.” Tidak,  bahkan Allah telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka  maka sedikit sekali apa yang mereka imani.
       Sehubungan dengan dengan janji Allah Swt. mengenai kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman,  Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. pun telah mengemukakan mengenai kedatangan Imam Mahdi  sebagai hakaman ‘adlan (hakim yang adil) dan  Al-Masih Mau’ud (Al-Masih yang dijanjikan) atau Rasul Akhir Zaman, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ   وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaff [61]:10).
        Dalam firman Allah Swt tersebut tersirat tentang Imam Mahdi a.s. dan juga tentang Rasul Allah  yaitu  Al-Masih Mau’ud a.s.  atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), yakni kalimat  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی  -- “Rasul-Nya dengan petunjuk” mengisyaratkan kepada kedudukan Rasul Akhir Zaman sebagai  Imam Mahdi yang hakiki (Imam Mahdi a.s.)  , sedangkan  kalimat  رَسُوۡلَہٗ    -- “Rasul-Nya” dihubungkan dengan  kalimat  وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ -- “dan agama yang benar  yaitu agama Islam (Al-Quran),  mengisyaratkan kepada kedudukan Rasul Akhir Zaman sebagai  Al-Masih Mau’ud a.s.

Dua Tugas Utama Rasul Akhir Zaman & Makna Kalimat “Tidak  Ada Mahdi Kecuali Isa

      Jadi  ayat  ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ  --  Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar” pada hakikatnya mengisyaratkan kepada dua tugas utama Rasul Akhir Zaman dalam mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini yaitu   لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ   -- “supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.”
      Dua tugas utama yang harus dilakukan  oleh Rasul Akhir Zaman tersebut adalah  (1) tugas intern (ke dalam)  sebagai Imam Mahdi a.s., dan (2) tugas ekstern (ke luar) sebagai Al-Masih Mau’ud a.s.. Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah sabda Nabi Besar Muhammad saw.  Laa mahdiy illa Isa   -- tidak ada Mahdi kecuali Isa”, artinya bahwa pada hakikatnya   Imam Mahdi  a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s. (Isa Al-Masih Akhir Zaman)  itu merujuk kepada satu wujud yang sama  yang memiliki dua tugas utama  dalam upayanya mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ   وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaff [61]:10).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   25 Januari      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar