Senin, 10 Februari 2014

Kemunduran Kekuasaan Umat Islam di Hindustan & Bangkitnya Kaum Sikh Sebagai Sarana Hukuman Ilahi



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  151


     Rasul Akhir Zaman adalah “Seorang Laki-laki yang Datang Berlari-lari dari Bagian Terjauh Kota itu Berasal  dari Qadian di Hindustan


Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai asal  leluhur Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang merupakan  keturunan Haji Barlas, raja kawasan Qesh, yang merupakan paman Amir Tughlak Temur. Tatkala Amir Temur menyerang Qesh, Haji Barlas sekeluarga terpaksa melarikan diri ke Khorasan dan Samarkand, dan mulai menetap disana.
            Tetapi pada abad kesepuluh Hijriah atau abad keenambelas Masehi, seorang keturunan Haji Barlas, bernama Mirza Hadi Beg beserta 200 orang pengikutnya hijrah dari Khorasan ke India karena beberapa hal, dan tinggal di kawasan sungai Bias dengan mendirikan sebuah perkampungan bernama Islampur, 9 km jauhnya darii sungai tersebut.
       Mirza Hadi Beg adalah seorang cerdik pandai, karena beliau oleh pemerintah pusat Delhi diangkat sebagai qadhi (hakim) untuk daerah sekelilingnya. Oleh sebab kedudukan beliau sebagai qadhi itulah maka tempat tinggal beliau disebut Islampur Qadhi. lambat laun kata Islampur hilang, tinggal Qadhi saja. Dikarenakan logat daerah setempat, akhirnya disebut sebagai Qadi atau Qadian.
       Demikianlah keluarga Barlas tersebut pindah dari Khorasan ke Qadian secara permanen. Selama kerajaan Moghul berkuasa, keluarga ini senantiasa memperoleh kedudukan mulia dan terpandang dalam pemerintahan negara. Setelah kejatuhan kerajaan Moghul, keluarga ini tetap menguasai kawasan 60 pal sekitar Qadian, sebagai kawasan otonomi.  

Penindasan  Zalim Oleh Bangsa Sikh

      Tetapi lambat laun bangsa Sikh mulai berkuasa dan kuat, dan beberapa suku Sikh dari Ramgarhia, setelah bersatu mulai menyerang keluarga ini. Selama itu buyut  Mirza Ghulam Ahmad a.s. tetap mempertahankan diri dari serangan musuh. Tetapi di zaman kakek beliau, daerah otonomi keluarga ini menjadi sangat lemah, dan hanya terbatas di dalam Qadian saja yang menyerupai benteng dengan tembok pertahanan di sekelilingnya.
       Daerah-daerah lain telah jatuh ke tangan musuh. Akhirnya bangsa Sikh dapat juga menguasai Qadian dengan jalan mengadakan kontak rahasia dengan beberapa penduduk Qadian, dan semua anggota keluarga ini ditawan oleh bangsa Sikh. Tetapi setelah beberapa hari, keluarga ini diizinkan meninggalkan Qadian, lalu mereka pergi ke Kesultanan Kapurtala dan menetap disana selama 12 tahun.
      Setelah itu tibalah zaman kekuasaan Maharaja Ranjit Singh yang berhasil menguasai semua raja kecil, dan beliau mengembalikan sebagian harta benda keluarga tersebut kepada Mirza Ghulam Murtaza - ayah  Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- yang bekerja dalam tentara  Maharaja Ranjit Singh beserta saudara-saudaranya.
        Dengan demikian dapat dapat disimpulkan, bahwa pada hakikatnya penderitaan hebat yang dialami oleh umumnya umat Islam di  Hindustan di bawah kezaliman kaum Sikh,  pada hakikatnya merupakan akumulasi  akibat ketidak-bersyukuran atau kedurhakaan  para penguasa Muslim di Hindustan, (QS.2:152-153; QS.4:148; QS.14:8; QS.8:54; QS.13:12), karena mereka  telah meninggalkan  Al-Quran sebagai  sesuatu yang telah ditinggalkan (QS.25:31-32), firman-Nya:
کَدَاۡبِ اٰلِ فِرۡعَوۡنَ ۙ وَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ؕ  کَفَرُوۡا بِاٰیٰتِ اللّٰہِ  فَاَخَذَہُمُ اللّٰہُ  بِذُنُوۡبِہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿﴾ ذٰلِکَ بِاَنَّ  اللّٰہَ  لَمۡ یَکُ مُغَیِّرًا  نِّعۡمَۃً اَنۡعَمَہَا عَلٰی قَوۡمٍ حَتّٰی یُغَیِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِہِمۡ ۙ وَ اَنَّ  اللّٰہَ  سَمِیۡعٌ  عَلِیۡمٌ ﴿ۙ﴾
Seperti keadaan  kaum Fir-’aun dan orang-orang sebelum mereka. Mereka kafir terhadap Tanda-tanda Allah maka Allah menghukum mereka karena dosa-dosa mereka, sesungguhnya Allah Mahakuat,  Maha keras dalam menghukum.    Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya  Allah tidak   pernah  mengubah suatu nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada suatu kaum  hingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri,  dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Anfāl [8]:53-54). Lihat  pula QS.13:12.
    Ayat  ini  mengemukakan satu Sunnatullāh (Hukum Allah  yang lazim), bahwa Allah Swt. tidak akan mengambil kembali suatu nikmat yang telah dianugerahkan oleh-Nya kepada suatu kaum, selama belum ada perubahan memburuk dalam keadaan mereka sendiri, itulah makna ayat   ذٰلِکَ بِاَنَّ  اللّٰہَ  لَمۡ یَکُ مُغَیِّرًا  نِّعۡمَۃً اَنۡعَمَہَا عَلٰی قَوۡمٍ حَتّٰی یُغَیِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِہِمۡ   -- “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya  Allah tidak   pernah  mengubah suatu nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada suatu kaum  hingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
Ada pun Sunnah Allah Swt. lainnya adalah,  ketika orang-orang beriman -- yang pada zamannya -- merupakan “kaum pilihan” Allah Swt.   tersebut  melakukan kedurhakaan kepada Allah Swt. dan Rasul Allah,  maka Allah Swt. menjadikan bangsa   kafir  sebagai sarana  untuk menghukum mereka, sebagaimana yang telah terjadi pada Bani Israil,  berupa penyerbuan dahsyat pasukan Raja Nebukadnezar dari kerajaan Babilonia dan serbuan panglima Titus dari kerajaan Romawi, firman-Nya:
وَ قَضَیۡنَاۤ  اِلٰی بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ فِی الۡکِتٰبِ لَتُفۡسِدُنَّ فِی الۡاَرۡضِ مَرَّتَیۡنِ  وَ لَتَعۡلُنَّ  عُلُوًّا کَبِیۡرًا ﴿﴾  فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ اُوۡلٰىہُمَا بَعَثۡنَا عَلَیۡکُمۡ  عِبَادًا  لَّنَاۤ   اُولِیۡ  بَاۡسٍ  شَدِیۡدٍ فَجَاسُوۡا خِلٰلَ الدِّیَارِ ؕ وَ کَانَ وَعۡدًا  مَّفۡعُوۡلًا ﴿﴾  ثُمَّ رَدَدۡنَا لَکُمُ الۡکَرَّۃَ عَلَیۡہِمۡ وَ اَمۡدَدۡنٰکُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّ بَنِیۡنَ وَ جَعَلۡنٰکُمۡ  اَکۡثَرَ  نَفِیۡرًا ﴿﴾  اِنۡ اَحۡسَنۡتُمۡ اَحۡسَنۡتُمۡ لِاَنۡفُسِکُمۡ ۟ وَ اِنۡ اَسَاۡتُمۡ فَلَہَا ؕ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ  لِیَسُوۡٓءٗا  وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا الۡمَسۡجِدَ کَمَا دَخَلُوۡہُ  اَوَّلَ مَرَّۃٍ  وَّ  لِیُتَبِّرُوۡا مَا عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا ﴿﴾  عَسٰی رَبُّکُمۡ اَنۡ یَّرۡحَمَکُمۡ ۚ وَ اِنۡ عُدۡتُّمۡ عُدۡنَا ۘ وَ جَعَلۡنَا جَہَنَّمَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ  حَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan   telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Niscaya  kamu akan melakukan kerusakan di muka bumi ini dua kali,  dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang sangat besar.”   Apabila datang saat sempurnanya janji yang pertama dari kedua janji itu,  Kami membangkitkan untuk menghadapi kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat, dan mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah, dan itu merupakan suatu janji yang pasti terlaksana.    Kemudian Kami mengembali-kan lagi kepada kamu kekuatan untuk melawan mereka, dan Kami membantu kamu dengan harta dan anak-anak, dan  Kami menjadikan kelompok kamu lebih besar  dari sebelumnya.   Jika kamu berbuat ihsan, kamu berbuat ihsan  bagi diri kamu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk  maka itu untuk diri kamu sendiri. Lalu bila datang saat sempurnanya janji yang kedua itu Kami membangkitkan lagi hamba-hamba Kami yang lain supaya mereka mendatangkan kesusahan kepada pe-mimpin-pemimpin kamu   dan supaya mereka memasuki masjid seperti pernah mereka memasukinya pada kali pertama, dan supaya mereka meng-hancurluluhkan segala yang telah mereka kuasai.  Boleh jadi kini Rabb (Tuhan)  kamu akan menaruh kasihan kepada kamu, tetapi jika kamu kembali kepada perbu-atan buruk, Kami pun akan kembali menimpakan hukuman dan ingatlah, Kami telah jadikan Jahannam, penjara bagi orang-orang kafir. (Bani Israil [17]:5-9).

Hubungan Mirza Ghulam Ahmad a.s. dengan Bangsa Farsi

      Dari penjelasan mengenai riwayat  leluhur Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang dikemukakan sebelum ini,   jelaslah bahwa leluhur  Mirza Ghulam Ahmad a.s.   memiliki hubungan darah dengan bangsa Fersia,   seperti halnya salah seorang Sahabat Nabi Besar yang sangat terkenal, Salman Al-Farisi r.a., yang  oleh Nabi Besar Muhammad saw. telah dirujuk ketika beliau saw. menjelaskan makna ayat 4 --  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  -- dalam Surah Al-Jumu’ah, atas pertanyaan Abu Hurairah a.s. yang meminta penelasan beliau saw. mengenai makna “pengutusan kedua kali” Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan “kaum lain” dari kalangan umat Islam sendiri,  yang belum pernah bertemu dengan para sahabat r.a.,   firman-Nya: 
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾      وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [62]:3-4).
        Mengenai makna ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ    --   “Dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana,     Abu Hurairah r.a. menerangkan:
  “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw.,  ketika Surah Al-Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.:  Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata  Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?  Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami.
   Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah saw.  meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda: “Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari bab Tafsir Surah Al-Jumu’ah).
       Hadits Nabi Besar Muhammad saw. ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi.  Pendiri Jemaat Ahmadiyah   -- yakni Al-Masih Mau’ud a.s. --  sesuai dengan penelasan sebelum ini  mengenai leluhur beliau --   adalah dari keturunan Parsi.
      Hadits Nabi Besar Muhammad saw. lainnya menyebutkan kedatangan Al-Masih  Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman  adalah pada saat ketika tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap (Baihaqi).
     Jadi, Al-Quran dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. dalam wujud   Al-Masih Mau’ud a.s., atau Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah, yang telah diutus oleh Allah Swt. pada masa puncak kemunduran di kalangan umat Islam  dalam segala bidang kehidupan  telah mencapai puncaknya pada abad  14 Masehi (QS.5:55-57; QS.6:160; QS.30:31:33), sehingga keadaan  umat Islam  di Akhir Zaman tersebut benar-benar sangat menyedihkan hati beliau a.s., firman-nya:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿ ﴾  وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿ ﴾  
Dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan. Dan demikianlah Kami  telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi   dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai Pemberi petunjuk dan Penolong.  (Al-Furqān [25]:31-32

Rasul Akhir Zaman adalah “Seorang Laki-laki yang Datang Berlari-lari dari Bagian Terjauh Kota itu

      Jadi, sikap  umumnya umat Islam  di Akhir Zaman ini terhadap Al-Quran benar-benar sangat menyedihkan  seorang  laki-laki” yang “datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” (QS.36:21-28) yakni   di wilayah Hindustan – tepatnya di Qadian   --   yaitu  Mirza Ghulam Ahmad a.s.,  yang atas karunia Allah Swt. telah ditetapkan sebagai Rasul Akhir Zaman yang akan mewujudkan kajayaan Islam yang kedua kali, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaff [61]:10).
          
 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   15 Januari      2014




 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar