بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
153
Diskusi Damai di Mesjid
Nabawi Mengenai “Ketuhanan Yesus”
& Ajakan Melakukan “Mubahalah”
(Tanding Doa)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir
Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai tantangan
melakukan mubahalah (pertandingan doa) yang dilakukan oleh Pendiri Jemaat
Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s.
-- “seorang laki-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu”
(QS.36:21-18) dalam melakukan pembelaannya
terhadap kesucian dan kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan Nabi
Besar Muhammad saw., yang selama
itu di Hindustan keadaan umat Islam
menjadi “mangsa yang tidak berdaya” sehingga munculnya para penghujat seperti Pandit Lekh
Ram dari kalangan Hindu (Arya Samaj) dan Dr. John Alexander Dowie (1847-1907)
pendiri Zion City - Chicago, USA -- seorang pendeta
Kristen di Amerika Serikat -- bukanlah tanpa
alasan.
Kenapa demikian? Sebab keadaan umat Islam dan para pemuka umat Islam ketika itu -- selain merupakan kelompok “minoritas” di Hindustan dari segi agama jika dibandingkan dengan pemeluk agama Hindu dan Buddha -- juga dari segi kekuasaan duniawi benar-benar tidak berdaya melakukan perlawanan terhadap para penghujat tersebut, baik perlawanan secara jasmani (fisik) mau pun dari segi ruhani, karena memang “ruh” Islam (Al-Quran) telah hilang dari umat Islam dan terbang ke
bintang Tsurayya (QS.17:86-88;
QS.32:6; QS.62:3-4).
Gerakan Kristenisasi Global
di Hindustan
Bahkan dengan kedatangan bangsa Inggris di Hindustan
-- walau pun dari satu segi telah menyelamatkan
umat Islam dari kekejaman bangsa
(kaum) Sikh – tetapi dari segi
lain jutaan para pengikut berbagai agama di Hindustan, termasuk
umat
Islam, telah menjadi pengakut agama
Kristen, karena memang --
selain benua Afrika -- Benua Alit Hindustan pun menjadi target
gerakan Kristenisasi global bangsa-bangsa
yang disebut Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) atau bangsa-bangsa Kristen dari Barat tersebut, terutama setelah keberhasilan mereka melakukan Revolusi Industri pada abad 17 -18
Masehi (1750-1850), yang akibat-akibatnya telah diisyaratkan
Allah Swt. 14 abad yang lalu dalam Al-Quran, antara lain dalam Surah At
Takwir ayat 1-17, Surah Al-Zilzal,
Surah Al-Qāri’ah dan Surah Al-Lahab, yang artinya “Bapak Nyala Api” yang erat kaitannya
dengan “keledai Dajjal pemakan api.”
Nabi Besar Muhammad saw. dalam hadis-hadits shahih telah menyebut
penyebaran Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) atau bangsa-bangsa Kristen dari Barat tersebut sebagai bahaya fitnah Dajjal, dimana beliau saw. telah menyatakan bahwa tidak ada satu kekuatan dunia pun yang mampu melawan Dajjal, kecuali Imam Mahdi a.s. melalui doa-doa beliau a.s. -- bukan melalui
cara-cara kekerasan sebagaimana yang dipercayai oleh umumnya orang-orang
Islam yang menunggu-nunggu kedatangan Imam Mahdi “Penumpah
Darah”, akibat kekeliruan memahami ungkapan-ungkapan kiasan dari
sabda-sabda Nabi Besar Muhammad saw. mengenai kedatangan Imam Mahdi a.s. yang hakiki.
Nabi Besar Muhammad saw. telah
bersabda, bahwa apabila Dajjal bertemu dengan Imam Mahdi a.s. akan seperti garam yang disiram air, ia akan mencair
lalu lenyap, hal itu sesuai dengan
makna lain dari kata dhāllīn
dalam ayat terakhir Surah Al-Fatihah, bahwa “golongan” yang disebut dhāllīn tersebut -- selain berarti “sesat” -- juga berarti “akan hilang sirna” atau “akan binasa”, tetapi bukan melalui
cara-cara kekerasan sebab dengan
cara-cara itu -- menurut Nabi Besar
Muhammad saw. – tidak ada satu pun kekuatan dunia yang mampu menghadapi bangsa-bangsa yang disebut “Dajjal” atau Gog (Ya’juj) dan Magog
(Ma’juj), sebab mereka memiliki kekuatan tempur yang sangat canggih.
Berikut
adalah peringatan Allah Swt. kepada umat Islam mengenai kebangkitan
mereka kembali, setelah mereka “tertidur lama” akibat kebangkitan umat Islam yang pertama melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya kepada beliau saw.:
وَ تَحۡسَبُہُمۡ اَیۡقَاظًا
وَّ ہُمۡ رُقُوۡدٌ ٭ۖ وَّ نُقَلِّبُہُمۡ ذَاتَ الۡیَمِیۡنِ وَ ذَاتَ
الشِّمَالِ ٭ۖ وَ کَلۡبُہُمۡ بَاسِطٌ ذِرَاعَیۡہِ بِالۡوَصِیۡدِ ؕ لَوِ اطَّلَعۡتَ عَلَیۡہِمۡ
لَوَلَّیۡتَ
مِنۡہُمۡ
فِرَارًا وَّ لَمُلِئۡتَ
مِنۡہُمۡ رُعۡبًا
﴿﴾
Dan engkau menyangka mereka itu bangun
padahal mereka itu tidur,
dan Kami membolik-balikkan mereka
ke kanan dan ke kiri, dan anjing
mereka sedang menjulurkan kedua kaki-depannya di halaman gua itu. Seandainya engkau menyaksikan mereka niscaya engkau akan berbalik dari mereka untuk melarikan diri dan niscaya engkau akan dipenuhi oleh rasa takut
terhadap mereka. (Al-Kahf [18]:19).
Keberhasilan Duniawi Bangsa-bangsa Kristen dari Barat
Orang Islam di masa Nabi Besar Muhammad saw. telah diberi peringatan oleh Allah Swt. sebelumnya bahwa bangsa-bangsa Kristen di daerah utara sedang berleha-leha, tetapi tidak lama lagi mereka akan bangkit dari keadaan lelap (tidur panjang) yang meliputi masa ratusan tahun itu, dan mereka
akan menyebar ke seluruh dunia serta menguasai
dunia.
Kata-kata وَّ نُقَلِّبُہُمۡ
ذَاتَ الۡیَمِیۡنِ وَ ذَاتَ الشِّمَالِ -- "Kami akan membolik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri,"
nampaknya menunjuk kepada berkeliarannya
mereka di muka bumi, tersebarnya
mereka ke semua jurusan untuk mencari pasaran
baru dan untuk mencapai kemenangan-kemenangan
yang baru pula, termasuk ke wilayah Nusantara,
dan bangsa
Belanda melalui VOC menjajah
wilayah Nusantara selama 350 tahun.
Kata-kata وَ کَلۡبُہُمۡ
بَاسِطٌ ذِرَاعَیۡہِ بِالۡوَصِیۡدِ -- ” dan anjing
mereka sedang menjulurkan kedua kaki-depannya di halaman gua itu” itu
di samping menunjuk kepada kesayangan
yang mendalam bangsa-bangsa Kristen
di barat kepada anjing, dapat pula
dianggap menunjuk kepada kerajaan
Byzantine yang ketika itu mengadakan penjagaan bagi Eropa
pada kedua pantai Laut Marmora, yang kelihatan seperti seekor anjing yang mengadakan penjagaan, dengan membentangkan
kaki-depannya ke kedua sisinya.
Kata-kata لَوِ اطَّلَعۡتَ
عَلَیۡہِمۡ لَوَلَّیۡتَ مِنۡہُمۡ فِرَارًا وَّ لَمُلِئۡتَ مِنۡہُمۡ رُعۡبًا -- “Seandainya
engkau menyaksikan mereka niscaya engkau akan ber-balik dari mereka untuk
melarikan diri dan niscaya engkau
akan dipenuhi oleh rasa takut terhadap mereka” ini menunjuk kepada masa
di Akhir
Zaman ini, ketika bangsa-bangsa Kristen dari barat -- yakni Gog
(Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) atau Dajjal
-- akan memperoleh kekuasaan politik
yang besar.
Al-Quran menubuatkan
hakikat ini ratusan tahun sebelumnya,
ketika bangsa-bangsa Kristen masih
terbenam dalam tidur lelap ratusan
tahun, sehingga daya cipta manusia yang betapa pun kaya dan luasnya tidak dapat
meramalkan kekuasaan dan kemuliaan yang akan dicapai oleh bangsa-bangsa itu sesudahnya.
Ayat ini َّ لَمُلِئۡتَ مِنۡہُمۡ رُعۡبًا -- “niscaya engkau akan dipenuhi oleh rasa takut terhadap mereka” berisikan
gambaran khas mengenai kekuasaan bangsa-bangsa Kristen barat di atas negeri-negeri sebelah timur dan selatan, cara hidup mereka yang khusus, rasa takut, dan keseganan yang bangsa ini timbulkan di tengah-tengah rakyat-rakyat
yang mendiami daerah-daerah tersebut.
Kecuali Imam Mahdi a.s.
Tidak ada yang Mampu Melawan “Dajjal”
Pendek kata, peringatan Allah Swt. mengenai kekuatan
duniawi bangsa-bangsa yang disebut Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) atau bangsa-bangsa
Kristen dari Barat tersebut benar adanya, itulah sebabnya Nabi Besar Muhammad
saw. telah bersabda bahwa kecuali Imam Mahdi a.s. yang hakiki, tidak
ada satu pun kekuatan dunia yang mampu menghadapi bangsa-bangsa yang disebut “Dajjal”
atau Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj).
Di wilayah Hindustan yang menjadi target gerakan Kristenisasi telah digagalkan oleh kemunculan “seorang laki-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” (QS.36:31-28) -- yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s. – melalui dalil-dalil
akurat Al-Quran mengenai telah
wafatnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. secara wajar (QS.3:56; QS.5:117-119;
QS.21:35) dalam usia 120 tahun di Srinagar -- Kasymir (QS.23:51), setelah beliau melaksanakan tugasnya
sebagai Al-Masih (Mesiah/Mesias), atau sebagai “penggembala” untuk mencari 10 suku Israel yang tersesat di luar wilayah Palestina (Injil Yohanes 10:11-14; QS.3:46-55;
QS.61:7).
Mengapa demikian? Sebab menurut
Bible mau pun menurut Al-Quran tidak ada satu pun dari 10
suku-suku Bani Israil yang telah “tersesat ke langit”, sehingga tidak ada alasan Nabi Isa Ibnu Mayam a.s.
harus diangkat (pergi) ke langit (Markus 16:19) sebagaimana
mereka yang salah menafsirkan ayat
Al-Quran mengenai kata rafa’a (mengangkat) sehubungan peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.158-159), sehingga tanpa mereka sadari faham keliru mereka mengenai “pengangkatan Nabi isa Ibnu Maryam a.s. secara jasmani” tersebut
telah mendukung keberhasilan gerakan Kristenisasi
Global di lingkungan umat Islam.
Pendek kata,
di Hindustan -- sebuah wilayah yang
banyak dihuni oleh berbagai macam umat
beragama yang ada dibawah kekuasaan kerajaan Inggris, yang karena keluasan wilayah kekuasaannya
memiliki semboyan “matahari yang tidak
pernah terbenam” -- telah muncul seorang “laki-laki sejati”, yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s. atau Imam Mahdi a.s., yang atas perintah
Allah Swt. dengan berani menyatakan
bahwa Nabi Isa Ibnu Mayam a.s. atau Yesus Kristus telah wafat (QS.3:56; QS.5:117-119; QS.21:35) dalam usia 120 tahun dan kuburan
beliau terdapat di desa Khan Yar – Srinagar – Kasymir
(QS.23:51).
Diskusi Damai di
Mesjid Nabawi Madinah Mengenai
“Ketuhanan” Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus)
Keberanian serta pembelaan yang dilakukan “laki-laki
sejati” yang muncul dari kalangan umat Islam di Akhir Zaman tersebut (QS.5:55-57; QS.62:3-4) tersebut bukan
hanya melalui penyebaran literatur mengenai kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan akhlak serta ruhani Nabi Besar Muhammad saw. mau pun melakukan perdebatan dengan berbagai pihak, tetapi juga telah menantang mereka yang tetap
mempertahankan kebathilan melalui mubahalah yang juga pernah dilakukan oleh Nabi Besar
Muhammad saw. terhadap rombongan Kristen dari Najran pimpinan Abd al- Masih,
yang datang ke Madinah menemui Nabi
Besar Muhammad saw. di mesjid beliau saw., untuk berdiskusi secara damai mengenai “ketuhanan” Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. ” (Yesus Kristus) yang
mereka percayai, berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad
saw.:
اَلۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَلَا تَکُنۡ مِّنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿﴾ فَمَنۡ حَآجَّکَ
فِیۡہِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَکَ مِنَ الۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡا نَدۡعُ
اَبۡنَآءَنَا وَ اَبۡنَآءَکُمۡ وَ نِسَآءَنَا وَ نِسَآءَکُمۡ وَ اَنۡفُسَنَا
وَ اَنۡفُسَکُمۡ ۟ ثُمَّ نَبۡتَہِلۡ فَنَجۡعَلۡ لَّعۡنَتَ اللّٰہِ عَلَی
الۡکٰذِبِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّ ہٰذَا لَہُوَ
الۡقَصَصُ الۡحَقُّ ۚ وَ مَا مِنۡ
اِلٰہٍ اِلَّا اللّٰہُ ؕ وَ اِنَّ
اللّٰہَ لَہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Kebenaran
ini dari Rabb (Tuhan) engkau maka janganlah engkau terma-suk orang-orang yang
ragu. Tetapi barangsiapa membantah engkau
mengenainya setelah datang kepada engkau ilmu maka katakanlah: “Marilah kita
panggil anak-anak laki-laki kami dan anak-anak laki-laki kamu, perempuan-perempuan kami dan
perempuan-perempuan kamu, orang-orang kami dan orang-orang kamu, kemudian kita berdoa
supaya laknat Allah menimpa orang-orang
yang berdusta.” Sesungguhnya ini benar-benar kisah yang haq, dan sekali-kali tidak ada
Tuhan yang patut disembah ke-cuali
Allah, dan sesungguhnya Allāh,
Dia benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Ali ‘Imran [3]:61-63).
Pembahasan ajaran Kristen yang digarap oleh
Surah Ali ‘Imran ini telah berakhir dalam ayat 62. Rujukan itu, seperti telah disebut di atas, tertuju
kepada suatu delegasi orang-orang
Kristen dari Najran, terdiri atas 40 orang dipimpin oleh kepala kabilah
mereka ‘Abd-al-Masih, yang terkenal
dengan nama Al-’Āqib. Mereka
menjumpai Nabi Besar Muhammad saw. di masjid beliau, dan pertukaran pikiran tentang akidah yang dinamakan mereka ketuhanan Isa berlangsung beberapa lama.
Ketika masalahnya telah dibahas
secukupnya dan para anggota delegasi ternyata masih tetap berpegang pada ajaran mereka, maka Nabi Besar Muhammad saw. mematuhi perintah Ilahi yang tercantum dalam ayat ini, sebagai langkah penghabisan mengajak mereka
untuk ikut serta dengan beliau saw. dalam
semacam adu kekuatan doa dan yang
secara teknis disebut mubahalah, yakni menyeru agar keputusan Allah Swt. menimpa penganut kepercayaan palsu.
Tetapi karena orang-orang Kristen
itu merasa tidak yakin mengenai dasar kepercayaan mereka maka mereka menolak menerima tantangan itu, dengan demikian secara tidak langsung mengakhiri kepalsuan akidah mereka (Zurqani).
Secara sambil lalu baiklah
disebutkan, bahwa sewaktu berlangsung tukar pikiran dengan delegasi Kristen
dari Najran itu, Nabi Besar Muhammad
saw. mengizinkan mereka melakukan sembahyang
di masjid beliau dengan cara mereka
sendiri, dan mereka melakukan dengan menghadap ke timur, suatu sikap toleransi keagamaan yang tiada taranya,
dalam sejarah agama (Zurqani).
Mubahalah di Akhir Zaman
Di Akhir Zaman ini Sunnah
Nabi Besar Muhammad saw. tersebut telah dilakukan pula oleh Mirza
Ghulam Ahmad a.s. terhadap para penghujat, termasuk dari kalangan umat Islam sendiri, dan sebagaimana
telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya dua orang dari kalangan Non-Muslim menjadi bukti keampuhan mubahalah ini
adalah juga kematian yang dialami Pandit Lekh Ram dan Dr.
John Alexander Dowie (1847-1907) pendiri Zion City - Chicago, USA. seorang pendeta
Kristen di Amerika Serikat, yang
mendakwakan diri sebagai Elijah the Restorer (Elijah Sang Pembaharu)
yang sesumbar akan menghabisi agama Islam di seluruh dunia.
Kedua peristiwa mubahalah itu
merupakan bukti lainnya mengenai “kelaki-lakian”
atau “kejantanan” Mirza
Ghulam Ahmad a.s., di pada saat para
pemuka agama Islam di
dunia -- termasuk di Hindustan -- tidak berdaya membendung penyebaran agama Kristen ke seluruh dunia dengan membonceng tersebarnya Gog
(Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) sebagaimana yang dinubuatkan Bible
(Yehezkiel 38:2-9 & 39:6 & 15-19; Wahyu
20:7-10) dan Al-Quran (QS.18:95-102; QS.21:96-101).
Kejadiannya berlangsung tahun
1902, waktu itu di USA ada seorang yang mengklaim dirinya sebagai utusan/nabi Tuhan Yesus - yaitu sebagai Elijah
the Restorer - yang menurut pengakuannya
ia adalah telah mendapatkan wahyu
dari Tuhan. Namanya adalah Dr. John Alexander Dowie pendiri
Zion City - Chicago, USA. Dr. John Alexander Dowie sangat terkenal dan dipuja di Amerika Serikat karena ia adalah pendiri Gereja Katolik Kristen (Christian Catholic Church)
yang didirikannya tahun 1896, jemaatnya sangat banyak dan dikenal dengan
sebutan Zionites. Ia juga mengirimkan
misionarisnya ke penjuru dunia. Selain itu ia juga pendiri International Divine Healing Association.
Dalam penyampaian pemikiran dan
ajarannya, Dowie sangat tidak toleran terhadap Islam dan suka menghujat Nabi Suci Islam - Nabi
Muhammad saw. Ia mengumumkan bahwa Islam akan dihabisi dari muka bumi dan ia akan mendirikan gerejanya di seluruh
dunia.
Berikut ini adalah terjemahan perkataan takabbur Dowie terhadap Islam dan Muhammad saw.:
"Aku berpikir tentang kebohongan Muhammad dengan
penghinaan besar. Jika saya harus menerima kebohongan-kebohongan itu, saya harus percaya bahwa dalam semua komunitas dan memang dalam setiap bagian dari
bumi Allah tidak ada seorang wanita pun yang memiliki jiwa yang abadi. Aku harus
mengakui bahwa kalian perempuan hanyalah hewan
liar yang dapat digunakan selama satu jam atau satu hari sebagai mainan dan
bahwa kalian tidak
memiliki keberadaan yang kekal, dan bahwa ketika orang-orang yang didominasi
oleh nafsu binatang mereka telah memenuhi nafsu mereka kepada kalian,
kalian akan mati seperti anjing. Ini akan menjadi akhir kalian. Ini adalah agama Muhammad". (Leaves
of Healing, Vol. VII, No.5, 26 Mei 1900).
"Saya
memperingatkan orang-orang Kristen dari Amerika dan Eropa bahwa Islam tidak
mati, Islam
memiliki kekuatan besar. Meskipun Islam
dan kepercayaan
terhadap Muhammad harus
dihancurkan, kehancuran Islam tidak akanterjadi melalui
gereja Latin yang tidak aktif atau gereja
Yunani yang
tidak berdaya." (Leaves of
Healing, 25 Agustus 1900, hal. 7).
Kehinaan yang Menimpa Dr. John Alexander Dowie &
Larangan Keras Menyegel dan
Merusak Tempat-tempat Ibadah
Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza
Ghulam Ahmad a.s. (1835-1908) - Imam
Mahdi/The Promised Messiah a.s. telah meresponse kebathilan
tersebut dengan mengajukan tantangan melakukan mubahalah, agar Dowie
mengajukan doa kepada tuhannya (Yesus) dan Mirza Ghulam Ahmad a.s. berdoa kepada Allah Ta'ala
- One True God, agar Tuhan
Sendiri yang akan memutuskan
siapa yang benar dan siapa yang dusta. Yang berdusta akan mengalami kehinaan dan kesengsaraan di hadapan mata rasul-Nya yang benar.
Tantangan mubahalah Mirza Ghulam Ahmad a.s. pada bulan September
1902 telah dipublikasikan oleh banyak
media cetak di Amerika Serikat. Walau
pun Alexander Dowie tidak
menanggapinya secara resmi, tetapi dengan tanggapan-tanggapan yang
sangat menghina Mirza Ghulam Ahmad a.s. – yang dianggapnya seperti “lalat” – hal tersebut telah cukup
bagi Allah Swt. untuk menghukum Dr.
John Alexander Dowie (1847-1907) sehingga bukan saja Zion City - Chicago, USA serta “komunitas” yang dibangunnya hancur berantakan, bahkan ia sendiri mengalami akhir kehidupan yang sangat hina,
sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Al-Quran bagi semua orang yang terus menerus menentang
Allah Swt. dan Rasul-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی
الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah
telah menetapkan: “Aku dan
rasul-rasul-Ku pasti
akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.
(Al-Mujādilah
[58]:21-22).
Jadi, melakukan mubahalah (pertandingan doa)
-- bukan merusak tempat peribadahan – yang diizinkan Allah Swt. dan merupakan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw., jika dialog keagamaan yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang berbeda pendapat tidak menemui kesepakatan, sebab mengenai tindakan merusak tempat peribadahan – walau pun
melakukannya dengan mengatas namakan JIHAD sambil mengucapkan ALLAHU AKBAR --
Allah Swt. mencelanya dengan
keras, bahkan telah mengutuk mereka
yang melakukannya, firman-Nya:
وَ مَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنۡ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللّٰہِ اَنۡ
یُّذۡکَرَ فِیۡہَا اسۡمُہٗ وَ سَعٰی فِیۡ خَرَابِہَا ؕ اُولٰٓئِکَ مَا کَانَ
لَہُمۡ اَنۡ یَّدۡخُلُوۡہَاۤ اِلَّا خَآئِفِیۡنَ ۬ؕ لَہُمۡ فِی الدُّنۡیَا خِزۡیٌ وَّ لَہُمۡ فِی
الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menghalangi orang yang menyebut nama-Nya di
dalam mesjid-mesjid Allah dan berupaya
merobohkannya? Mereka itu
tidak layak masuk ke dalamnya
kecuali dengan rasa takut. Bagi mereka ada kehinaan di dunia, dan
bagi mereka azab yang besar di akhirat.
(Al-Baqarah
[2]:115).
Ayat
ini merupakan tudingan keras terhadap
mereka yang membawa perbedaan-perbedaan
agama mereka sampai ke titik runcing,
sehingga malahan tidak segan-segan merobohkan
atau menodai tempat-tempat beribadah
milik agama-agama lain. Mereka
menghalang-halangi orang menyembah Tuhan
di tempat-tempat suci mereka sendiri
dan malahan bertindak begitu jauh, hingga membinasakan rumah-rumah ibadah mereka. Tindakan kekerasan demikian di sini dicela dengan kata-kata keras dan di samping itu ditekankan ajaran toleransi dan berpandangan
luas.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 17 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar