بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
146
Doa Takabbur
Abu Jahal kepada Allah Swt. & Ancaman Melakukan Perajaman dan Penyiksaan Terhadap
Rasul Allah dan Para Pengikutnya
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai tuduhan provokatif Fir’aun terhadap Nabi Musa
a.s. dan tuduhan provokatif dan makar
buruk yang dirancang oleh sembilan
orang tokoh pembuat kerusakan di kalangan kaum Tsamud terhadap Nabi
Shalih a.s. dan para pengikut
beliau, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اَرۡسَلۡنَاۤ اِلٰی
ثَمُوۡدَ اَخَاہُمۡ صٰلِحًا اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ فَاِذَا ہُمۡ فَرِیۡقٰنِ یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾ قَالَ یٰقَوۡمِ لِمَ
تَسۡتَعۡجِلُوۡنَ بِالسَّیِّئَۃِ قَبۡلَ الۡحَسَنَۃِ ۚ لَوۡ لَا تَسۡتَغۡفِرُوۡنَ
اللّٰہَ لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ﴿﴾ قَالُوا اطَّیَّرۡنَا بِکَ وَ بِمَنۡ مَّعَکَ ؕ قَالَ
طٰٓئِرُکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ بَلۡ اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ تُفۡتَنُوۡنَ﴿﴾
Dan sungguh Kami benar-benar telah mengutus kepada
Tsamud, saudara mereka Shalih yang
berkata: “Sembahlah Allah” maka tiba-tiba mereka menjadi dua golongan
yang saling berbantah. Ia, Shalih,
berkata: “Hai kaumku, mengapakah kamu
minta disegerakan keburukan sebelum datang kebaikan? Mengapakah
kamu tidak memohon ampun kepada Allah,
supaya kamu dikasihani?” Mereka
berkata: “Hai Shalih, kami telah mendapatkan nasib malang
disebabkan engkau dan orang yang beserta engkau.” Ia, Shalih,
berkata: “Nasib buruk kamu ada di sisi Allah,
bahkan kamu kaum yang diuji.” (An-Naml [27]:46-48).
Nubuatan Tentang Makar Buruk Abu Jahal dkk
Terhadap Nabi
Besar Muhammad saw.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai keberadaan 9 tokoh penentang
Rasul Allah di kalangan kaum Tsamud -- yang menjawab da’wah Nabi Shalih a.s.
dengan membuat “parit api” (QS.85:1-11) guna
“membakar” Nabi Shalih a.s. dan orang-orang yang beriman kepada beliau
-- firman-Nya:
وَ کَانَ فِی الۡمَدِیۡنَۃِ
تِسۡعَۃُ رَہۡطٍ یُّفۡسِدُوۡنَ فِی
الۡاَرۡضِ وَ لَا یُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا تَقَاسَمُوۡا بِاللّٰہِ لَنُبَیِّتَنَّہٗ وَ
اَہۡلَہٗ ثُمَّ لَنَقُوۡلَنَّ لِوَلِیِّہٖ مَا شَہِدۡنَا مَہۡلِکَ اَہۡلِہٖ
وَ اِنَّا لَصٰدِقُوۡنَ ﴿﴾
وَ
مَکَرُوۡا مَکۡرًا وَّ مَکَرۡنَا
مَکۡرًا وَّ ہُمۡ لَا یَشۡعُرُوۡنَ﴿﴾فَانۡظُرۡ کَیۡفَ کَانَ
عَاقِبَۃُ مَکۡرِہِمۡ ۙ اَنَّا دَمَّرۡنٰہُمۡ
وَ قَوۡمَہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿﴾
فَتِلۡکَ
بُیُوۡتُہُمۡ خَاوِیَۃًۢ بِمَا ظَلَمُوۡا ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لِّقَوۡمٍ
یَّعۡلَمُوۡنَ﴿﴾ وَ اَنۡجَیۡنَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ کَانُوۡا یَتَّقُوۡنَ ﴿﴾
Dan dalam kota itu ada sembilan orang yang berbuat
kerusakan di bumi dan tidak mau mengadakan perbaikan. Mereka
berkata: “Hendaklah kamu sekalian
bersumpah dengan nama Allah
bahwa niscaya kami akan menyerbu pada malam hari kepada dia dan
keluarganya, kemudian kami niscaya
akan berkata kepada pelindungnya:
“Kami sekali-kali tidak
menyaksikan keluarganya menjadi binasa dan sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang benar.” Dan mereka membuat makar buruk dan Kami
pun membuat makar tandingan,
tetapi mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah bagaimana buruknya akibat makar buruk mereka,
sesungguhnya Kami memusnahkan mereka dan
kaumnya semua. Maka itulah
rumah-rumah mereka yang telah runtuh karena mereka berbuat zalim. Sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada Tanda untuk kaum yang
mengetahui. Dan Kami menyelamatkan orang-orang
yang beriman dan bertakwa.” (An-Naml
[27]:49-54).
Dengan
sendirinya yang diisyaratkan dalam ayat ini adalah kesembilan musuh Nabi Besar
Muhammad saw. terkemuka. Delapan di antaranya terbunuh dalam pertempuran Badar
dan yang kesembilan, Abu Lahab -- yang terkenal keburukannya itu -- mati
di Mekkah ketika sampai ke telinganya kabar tentang kekalahan pasukan Quarisy Mekkah pimpinan Abu Jahal di Badar.
Kedelapan orang itu adalah Abu
Jahal, Muthim bin Adiy, Syaibah bin Rabiah, Utbah bin Rabiah, Walid bin Utbah,
Umayah bin Khalf, Nadhr bin Harts, dan
Aqbah bin Abi Mu’aith. Mereka bersekongkol untuk membunuh Nabi Besar Muhammad
saw. (QS.8:31).
Rencana
buruk mereka itu ialah mereka memilih seorang
dari tiap-tiap kabilah kaum Quraisy,
dan kemudian pada malam hari mereka mengadakan serangan
pembunuhan yang berencana atas Nabi
Besar Muhammad saw. , sehingga tidak ada kabilah tertentu dapat dianggap bertanggung-jawab
atas pembunuhan terhadap beliau saw. itu.
Rencana buruk itu datang dari Abu Jahal, pemimpin kelompok jahat itu, mengenai hal tersebut Allah
Swt. berfirman kepada Nabi Besar
Muhammad saw.:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ
یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ اللّٰہُ
ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika orang-orang kafir merancang
makar buruk terhadap engkau,
supaya mereka dapat menangkap engkau
atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah
pun merancang makar tandingan, dan Allah sebaik-baik Perancang makar. (Al-Anfal [8]:31).
Doa Takabbur Abu Jahal
dalam Perang Badar
Ayat ini mengisyaratkan kepada musyawarah rahasia yang diadakan di Darun
Nadwah (Balai Permusyawaratan) di Mekkah. Ketika mereka melihat bahwa semua
usaha mereka mencegah berkembangnya aliran kepercayaan baru (agama Islam) ini gagal, dan bahwa kebanyakan orang-orang Muslim yang mampu meninggalkan Mekkah
telah hijrah ke Medinah dan mereka sudah jauh dari bahaya -- yakni dari ”parit
api” yang selama 13 tahun mereka nyalakan atau dari kezaliman mereka -- maka
orang-orang terkemuka warga kota
berkumpul di Darun Nadwah untuk
membuat rencana ke arah usaha terakhir guna menghabisi Islam.
Sesudah diadakan pertimbangan
mendalam, terpikir oleh mereka satu rencana,
ialah sejumlah orang-orang muda dari
berbagai kabilah Quraisy harus secara
serempak menyergap Nabi Besar Muhammad saw. lalu membunuh beliau saw.. Tetapi
“makar tandingan” Allah Swt.
Allah Swt. membuat makar buruk mereka gagal, karena tanpa setahu orang Nabi Besar Muhammad saw. meninggalkan rumah
tengah malam buta, ketika para penjaga dikuasai oleh kantuk, berlindung di Gua
Tsur bersama-sama Abubakar Shiddiq r.a. sahabat beliau yang setia (QS.9:40), dan
akhirnya keduanya sampai di Medinah dengan selamat.
Jadi, “makar buruk” yang dirancang oleh Abu Jahal dkk tersebut telah
membuat Nabi Besar Muhammad saw. terpaksa hijrah dari Mekkah, tetapi hijrah beliau saw.
itu akhirnya mengakibatkan kehancuran
kekuatan kaum Quraisy yang tidak menyadari, bahwa dengan memaksa
Nabi Besar Muhammad saw. hijrah dari Mekkah, mereka telah meletakkan dasar kehancuran bagi mereka sendiri, sebab selama Nabi Besar
Muhammad saw. berada di Mekkah maka
selama itu pula Allah Swt. tidak akan mengazab
orang-orang kafir Quraisy Mekkah, termasuk Abu
Jahal dan 8 orang tokoh kekafiran
lainnya.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai ketakaburan Abu Jahal dan
kawan-kawannya berkenaan Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran,firman-Nya:
وَ اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتُنَا قَالُوۡا قَدۡ سَمِعۡنَا لَوۡ نَشَآءُ
لَقُلۡنَا مِثۡلَ ہٰذَاۤ ۙ اِنۡ
ہٰذَاۤ اِلَّاۤ اَسَاطِیۡرُ
الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿﴾ وَ اِذۡ
قَالُوا اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ
ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ
السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾
وَ مَا
کَانَ اللّٰہُ لِیُعَذِّبَہُمۡ وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ
مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila Ayat-ayat Kami dibacakan kepada mereka, mereka berkata: “Kami telah mendengar. Jika kami ingin
niscaya kami pun dapat mengatakan serupa
itu, tidak lain Al-Quran ini melainkan dongeng-dongengan orang-orang dahulu!” Dan ingatlah ketika mereka berkata:
“Ya Allah, jika Al-Quran ini
benar-benar kebenaran dari
Engkau maka hujanilah kami dengan batu
dari langit atau datangkanlah kepada
kami azab yang pedih.” Tetapi Allah
sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama engkau berada di tengah-tengah mereka, dan Allah
sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan mereka meminta ampun. (Al-Anfāl [8]:33-34).
Melecehkan Nabi Besar Muhammad
Saw. dan Al-Quran
Orang-orang kafir itu membual,
bahwa mereka dapat mengemukakan suatu gubahan
yang sama seperti Al-Quran: قَدۡ سَمِعۡنَا
لَوۡ نَشَآءُ لَقُلۡنَا مِثۡلَ ہٰذَاۤ
ۙ اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّاۤ
اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ -- “Kami
telah mendengar. Jika kami ingin niscaya kami pun dapat mengatakan serupa itu, tidak
lain Al-Quran ini melainkan
dongeng-dongengan orang-orang dahulu!”
Tetapi ini hanya bualan
hampa yang mereka tidak berani mewujudkan dalam bentuk kenyataan. Tantangan bahwa mereka sekali-kali tidak
akan mampu mengemukakan satu Surah pendek
sekali pun, seperti Surah Al-Quran
tetap tidak pernah mendapat jawaban (QS.2:24; QS.10:39; QS.11:14; QS.17:89;
QS.52:34-35).
Ketakaburan
Abu Jahal dan kawan-kawannya tidak hanya sekedar mendustakan dan menentang
Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran
yang beliau saw. kemukakan kepada mereka, bahkan kesombongan
mereka pun semakin meluap dengan menantang Allah Swt. agar segera menurunkan azab kepada mereka: اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ
فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ
اَلِیۡمٍ
-- “Ya Allah, jika
Al-Quran ini benar-benar
kebenaran dari Engkau maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”
Kira-kira seperti kata-kata itu jugalah Abu Jahal mendoa di medan perang Badar (Bukhari — Kitab Tafsir). Doa itu dikabulkan secara harfiah. Abu Jahal bersama beberapa pemimpin
Quraisy yang lain, terbunuh dan ayat-ayat
mereka dilemparkan ke dalam sebuah lubang.
Orang-orang Mekkah mendapat hukuman Allah Swt. setelah Nabi Besar
Muhammad saw. hijrah meninggalkan Mekkah. Sebab Rasul-rasul
Allah berfungsi semacam perisai
terhadap hukuman-hukuman dari langit,
itulah makna ayat وَ مَا کَانَ اللّٰہُ
لِیُعَذِّبَہُمۡ وَ اَنۡتَ
فِیۡہِمۡ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ – “Tetapi Allah sekali-kali tidak akan mengazab
mereka selama engkau berada di
tengah-tengah mereka, dan
Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan mereka meminta ampun.” (Al-Anfāl [8]:34).
Perumpamaan dalam Surah Yā
Sīn Tentang Sikap Degil
Penduduk Suatu Kota Terhadap Para Rasul Allah
Melanjutkan masalah tuduhan para pemuka kaum
terhadap Rasul Allah dan pengikutnya sebagai penyebab timbulnya bala bencana
dan kemalangan lainnya yang
menimpa mereka, mengani hal tersebut Allah Swt. dalam Surah Yā Sīn mengemukakan perumpamaan mengenai
sikap degil dan provokatif serta ancaman
melakukan perajaman dan siksaan
oleh penduduk “suatu kota” terhadap
para Rasul Allah yang diutus kepada
mereka, firman-Nya:
وَ اضۡرِبۡ لَہُمۡ مَّثَلًا
اَصۡحٰبَ الۡقَرۡیَۃِ ۘ اِذۡ جَآءَہَا
الۡمُرۡسَلُوۡنَ ﴿ۚ﴾ اِذۡ اَرۡسَلۡنَاۤ
اِلَیۡہِمُ اثۡنَیۡنِ فَکَذَّبُوۡہُمَا فَعَزَّزۡنَا بِثَالِثٍ
فَقَالُوۡۤا اِنَّاۤ اِلَیۡکُمۡ مُّرۡسَلُوۡنَ
﴿﴾ قَالُوۡا مَاۤ اَنۡتُمۡ
اِلَّا بَشَرٌ مِّثۡلُنَا ۙ وَ مَاۤ اَنۡزَلَ الرَّحۡمٰنُ
مِنۡ شَیۡءٍ ۙ اِنۡ اَنۡتُمۡ اِلَّا تَکۡذِبُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا رَبُّنَا یَعۡلَمُ اِنَّاۤ
اِلَیۡکُمۡ لَمُرۡسَلُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَا عَلَیۡنَاۤ
اِلَّا الۡبَلٰغُ الۡمُبِیۡنُ ﴿﴾ قَالُوۡۤا اِنَّا تَطَیَّرۡنَا بِکُمۡ ۚ لَئِنۡ لَّمۡ
تَنۡتَہُوۡا لَنَرۡجُمَنَّکُمۡ وَ لَیَمَسَّنَّکُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾ قَالُوۡا طَآئِرُکُمۡ مَّعَکُمۡ ؕ اَئِنۡ ذُکِّرۡتُمۡ
ؕ بَلۡ اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ
مُّسۡرِفُوۡنَ ﴿﴾
Dan kemukakanlah bagi mereka misal
(perumpamaan) mengenai penduduk sua-tu kota
ketika orang-orang yang diutus (rasul-rasul) datang kepada mereka. Ketika
Kami mengirimkan kepada mereka dua orang
rasul, maka mereka
mendustakan keduanya, maka Kami
memperkuat dengan yang ketiga, lalu
mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus
kepada kamu.” Mereka
berkata: ”Kamu sekali-kali tidak lain melainkan hanya manusia
seperti kami, dan Tuhan Yang
Maha Pemurah sekali-kali tidak menurunkan sesuatu, kamu tidak lain hanya berdusta belaka.” Mereka berkata:
“Rabb (Tuhan) kami mengetahui sesungguhnya kami benar-benar diutus kepada kamu,
dan tugas kami
sekali-kali tidak lain hanya
menyampaikan dengan jelas.” Mereka berkata: “Sesungguhnya kemalangan kami karena kamu, jika kamu tidak benar-benar berhenti niscaya kami akan merajam kamu, dan niscaya
azab yang pedih akan menimpa kamu dari
kami.” Mereka, para rasul, berkata: “Kemalangan kamu itu bersama diri kamu
sendiri. Apakah jika
kamu diperingatkan kamu mengancam
kami? Bahkan kamu adalah kaum yang melampaui batas.” (Yā
Sīn [36]:14-20).
Qaryah
dapat berarti sesuatu kota atau tempat, atau secara kiasan dapat dipakai dalam arti seluruh
dunia. Jadi ash-hab-al-qaryah dapat berarti umat manusia umumnya. Atau kata yang berarti kota tertentu itu dapat mengisyaratkan kepada kota Mekkah, ialah Pusat dan Benteng Islam.
Dalam hal ini kata “orang-orang yang diutus”
akan berlaku untuk Nabi Besar Muhammad saw. yang
menampilkan di dalam diri beliau saw. pribadi (sifat-sifat) semua rasul dan nabi Allah (QS.77:12).
Ayat اِذۡ
اَرۡسَلۡنَاۤ اِلَیۡہِمُ اثۡنَیۡنِ
فَکَذَّبُوۡہُمَا -- “Ketika
Kami mengirimkan kepada mereka dua orang
rasul, maka mereka
mendustakan keduanya,” dapat
ditujukan kepada Nabi Musa a.s. dan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., atau
Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s.
Sedangkan makna ayat فَعَزَّزۡنَا
بِثَالِثٍ فَقَالُوۡۤا اِنَّاۤ اِلَیۡکُمۡ
مُّرۡسَلُوۡنَ -- “maka
Kami memperkuat dengan yang ketiga,
lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepada kamu” adalah
Nabi Besar Muhammad saw. sebab beliau
saw. “memperkuat” kebenaran nubuatan-nubuatan
Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. mengenai kedatangan beliau saw. (Ulangan
18:18 & Matius 21:33-46;
QS.46:11; QS.61:6-7). Dan beliau saw. pun “memperkuat” Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s., karena dalam
wujud beliau saw. telah menjadi sempurna doa
mereka pada waktu pembangunan kembali Ka’bah di Mekkah yang tercantum dalam
QS.2:129-130.
Ancaman Akan Melakukan Perajaman
dan Penyiksaan
Makna kata rajam
dalam ayat قَالُوۡۤا اِنَّا
تَطَیَّرۡنَا بِکُمۡ ۚ لَئِنۡ لَّمۡ تَنۡتَہُوۡا لَنَرۡجُمَنَّکُمۡ وَ
لَیَمَسَّنَّکُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ
اَلِیۡمٌ -- “Mereka
berkata: “Sesungguhnya kemalangan kami
karena kamu, jika kamu tidak
benar-benar berhenti niscaya kami
akan merajam kamu, dan niscaya azab yang pedih akan menimpa kamu
dari kami” (QS.36:19). Rajama-hu berarti: ia merajamnya; ia
melempari dan membunuh dia (Lexicon
Lane), atau berarti pula melakukan "pengusiran dengan cara kekerasan" (QS.7:89; QS.14:12-14; QS.11:92), sebagaimana halnya Allah Swt. telah "mengusir" Iblis dari "surga keridhaan-Nya" (QS.7:14; QS.15:34-36; QS.38:76-79).
Ancaman mereka dalam ayat selanjutnya: ۚ لَئِنۡ لَّمۡ تَنۡتَہُوۡا لَنَرۡجُمَنَّکُمۡ
وَ لَیَمَسَّنَّکُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ
اَلِیۡمٌ -- “Mereka berkata: “jika kamu tidak benar-benar berhenti niscaya
kami akan merajam kamu, dan niscaya
azab yang pedih akan menimpa kamu dari
kami.” (Yā Sīn [36]:19), hal tersebut mengisyaratkan kepada “parit api” yang mereka nyalakan untuk “mambakar”
Rasul Allah dan para pengikutnya (QS.85:1-11)
Pendek kata, sebagaimana telah
dikemukakan dalam Bab-bab sebelumnya, bahwa sesuai dengan firman Allah Swt.
dalam QS.62:3-4 mengenai dua kali pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw. di masa awal dan di Akhir Zaman maka tuduhan-tuduhan provokatif dan ancaman “parit api” seperti itu terjadi juga di Akhir Zaman terhadap Jemaat
Muslim Ahmadiyah, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ
وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا
مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ
مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata. Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya
kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
Mengisyaratkan kepada pengutusan kedua kali Nabi Besar
Muhammad saw. secara ruhani dalam wujud Rasul Akhir Zaman itulah ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- “Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ”
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 11
Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar