Rabu, 19 November 2014

"Neraka Jahannam" Sebagai Mirshaad (Tempat Pengintaian) dan "Tempat Kembali" Orang-orang Berdosa



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   360

Neraka Jahannam   Sebagai Mirshād  (Tempat Pengintaian) dan Tempat Kembali   Orang-orang Berdosa

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian   Bab sebelumnya  telah dijelaskan    mengenai   berbagai makna “sumpah” Allah Swt. dalam Surah Al-Fajr, di antaranya makna ayat  وَّ الشَّفۡعِ وَ الۡوَتۡرِ  --  “dan yang genap dan yang ganjil.  Melanjutkan bahasa tamsil itu  makna kata kata asy-syaf (yang genap) dalam ayat   وَّ الشَّفۡعِ وَ الۡوَتۡرِ --  dan yang genap serta yang ganjil” dapat mengisyaratkan kepada Nabi Besar Muhammad saw.  dan   Abu Bakar Shiddiq r.a.  – sahabat beliau saw. yang setia. Keduanya membuat angka genap, dan Allah Yang menyertai mereka dalam saat percobaan adalah al-watr (yang ganjil) – terutama ketika keduanya bersembunyi dalam gua Tsaur  pada saat hijrah ke Medinah (QS.9:40). Kepada angka “genap dan ganjil” ini terdapat pula penunjukan yang jelas dalam QS.9:40, firman-Nya:
اِلَّا تَنۡصُرُوۡہُ فَقَدۡ  نَصَرَہُ  اللّٰہُ  اِذۡ اَخۡرَجَہُ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا ثَانِیَ اثۡنَیۡنِ اِذۡ ہُمَا فِی الۡغَارِ اِذۡ یَقُوۡلُ لِصَاحِبِہٖ لَا تَحۡزَنۡ اِنَّ اللّٰہَ مَعَنَا ۚ فَاَنۡزَلَ اللّٰہُ سَکِیۡنَتَہٗ عَلَیۡہِ وَ اَیَّدَہٗ  بِجُنُوۡدٍ لَّمۡ تَرَوۡہَا وَ جَعَلَ کَلِمَۃَ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوا السُّفۡلٰی ؕ وَ کَلِمَۃُ  اللّٰہِ ہِیَ الۡعُلۡیَا ؕ وَ اللّٰہُ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ  ﴿﴾
Jika kamu tidak menolongnya maka  sungguh Allah  telah menolongnya ketika ia (Rasulullah) diusir oleh orang-orang kafir, sedangkan ia kedua dari yang dua ketika keduanya berada dalam gua, lalu ia berkata kepada temannya:  لَا تَحۡزَنۡ اِنَّ اللّٰہَ مَعَنَا  -- Janganlah engkau sedih sesungguhnya Allah beserta kita”, فَاَنۡزَلَ اللّٰہُ سَکِیۡنَتَہٗ عَلَیۡہِ  -- lalu Allah menurunkan ketenteraman-Nya kepadanya, وَ اَیَّدَہٗ  بِجُنُوۡدٍ لَّمۡ تَرَوۡہَا -- dan menolongnya dengan lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya, وَ جَعَلَ کَلِمَۃَ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوا السُّفۡلٰی  --  dan Dia menjadikan perkataan orang-orang yang kafir itu rendah, وَ کَلِمَۃُ  اللّٰہِ ہِیَ الۡعُلۡیَا ؕ وَ اللّٰہُ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ  --sedangkan Kalimah Allah itulah yang tertinggi, dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (At-Taubah [9]:40).

Ketinggian Martabat Ruhani Abu Bakar Shiddiq r.a. & Al-Masih Mau’ud a.s.

        Kata pengganti nama  (nya) dalam anak kalimat  فَاَنۡزَلَ اللّٰہُ سَکِیۡنَتَہٗ عَلَیۡہِ  -- “lalu  Allah menurunkan ketenteraman-Nya kepadanya   dapat mengisyaratkan kepada   Abubakar Shiddiuq r.a.,     karena selama itu Nabi Besar Muhammad  saw.  sendiri senantiasa dalam keadaan setenang-tenangnya.
     Sedangkan kata pengganti “nya” dalam anak kalimat وَ اَیَّدَہٗ  بِجُنُوۡدٍ لَّمۡ تَرَوۡہَا --    dan menolongnya dengan lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya“  bagaimanapun juga mengisyaratkan kepada Nabi Besar Muhammad  saw.. Dipergunakannya kata-kata pengganti nama dengan cara berpencaran ini, dikenal sebagai Intisyar al-Dhama’ir dan sudah lazim dalam bahasa Arab. Lihat QS.48:10.
       Yang dimaksud oleh ayat ini ialah hijrah Nabi Besar Muhammad saw.  saw. dari Mekkah ke Medinah ketika beliau didampingi oleh   Abubakar Shiddiq r.a. berlindung di sebuah gua   Tsaur. Ayat ini menjelaskan martabat ruhani amat tinggi  Abubakar Shiddiq r.a. yang telah disebut sebagai “salah satu di antara dua orang” dengan disertai Allah Swt.,     dan  Allah Swt.   Sendiri meredakan rasa ketakutannya.
      Telah tercatat dalam sejarah bahwa ketika berada dalam gua  Abubakar Shiddiq r.a. mulai menangis, dan ketika ditanya oleh Nabi Besar Muhammad saw.  mengapa beliau menangis, beliau menjawab: “Saya tidak menangis untuk hidupku, ya Rasulullāh, sebab jika saya mati, ini hanya menyangkut satu jiwa saja, tetapi jika Anda mati, ini akan merupakan kematian Islam dan kematian seluruh umat Islam.” (Zurqani).
  Atau, ayat وَّ الشَّفۡعِ وَ الۡوَتۡرِ --  dan yang genap serta yang ganjil” dapat mengisyaratkan kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Masih Mau’ud a.s. (QS.62:3-4), sebab keduanya   dapat dianggap membentuk angka genap sedangkan Allah Swt.  sebagai angka ganjil.
    Atau juga makna ayat وَّ الشَّفۡعِ وَ الۡوَتۡرِ   -- “yang genap dan yang ganjil” itu dapat berarti bahwa sekalipun  Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Masih Mau’ud a.s.  secara jasmani  merupakan   itu dua pribadi terpisah, namun  karena  Al-Masih Mau’ud a.s.  begitu larut sirna (fana)  dalam pribadi Nabi Besar Muhammad saw. (fana firrasul). sehingga seolah-olah keduanya telah menjadi satu  atau  manunggal  dengan beliau saw.   – walau pun secara jasmani keduanya dipisahkan rentang waktu 1400 tahun   -- firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --   dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allāh mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).

Genapnya Nubuatan Nabi Yesaya a.s. Mengenai Keturunan Kedar  & “Cemeti Azab Ilahi” yang Menimpa Kaum-kaum Purbakala

     Makna  “malam” dalam ayat  وَ الَّیۡلِ  اِذَا یَسۡرِ  -- “dan malam apabila berlalu” dapat juga menggambarkan tahun pertama hijrah  di Madinah, yang menampakkan tiada redanya kecemasan  Nabi Besar Muhammad saw.., Sebab meskipun sesudah hijrah ke Medinah “fajar” telah menyingsing bagi orang-orang Islam, namun mereka masih belum sama sekali keluar dari hutan belukar penderitaan, mereka harus menghadapi kesulitan-kesulitan semalam lagi, yaitu  satu tahun kesusahan lagi sesudah lepas dari Pertempuran Badar ketika kaum Quraisy mengalami kekalahan yang meremuk-redamkan, sehingga nubuatan Nabi Yesaya (Yesaya 21:16) menjadi sempurna secara harfiah: “Karena demikian inilah firman Tuhan kepadaku: Lagi setahun seperti setahun orang upahan, maka habislah binasa segala kemuliaan Kedar itu.”
       Setelah mengemukakan berbagai “sumpah” tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman  ہَلۡ فِیۡ ذٰلِکَ قَسَمٌ  لِّذِیۡ حِجۡرٍ --  Tidakkah dalam hal itu ada sumpah bagi orang berakal?”  Kemudian Allah Swt. berfirman mengenai kaum-kaum purbakala yang diazab Allah Swt. akibat   kedurhakaan kepada Allah Swt. dan Rasul-rasul Allah yang diutus kepada mereka masing-masing:
اَلَمۡ  تَرَ  کَیۡفَ فَعَلَ  رَبُّکَ بِعَادٍ ۪ۙ﴿﴾  اِرَمَ ذَاتِ الۡعِمَادِ ۪ۙ﴿﴾  الَّتِیۡ  لَمۡ یُخۡلَقۡ مِثۡلُہَا فِی الۡبِلَادِ ۪ۙ﴿﴾  وَ ثَمُوۡدَ  الَّذِیۡنَ جَابُوا الصَّخۡرَ بِالۡوَادِ ۪ۙ﴿﴾  وَ  فِرۡعَوۡنَ ذِی الۡاَوۡتَادِ ﴿۪ۙ﴾  الَّذِیۡنَ طَغَوۡا فِی الۡبِلَادِ ﴿۪ۙ﴾  فَاَکۡثَرُوۡا فِیۡہَا الۡفَسَادَ ﴿۪ۙ﴾  فَصَبَّ عَلَیۡہِمۡ رَبُّکَ سَوۡطَ عَذَابٍ ﴿ۚۙ﴾  اِنَّ رَبَّکَ لَبِالۡمِرۡصَادِ ﴿ؕ﴾
 اَلَمۡ  تَرَ  کَیۡفَ فَعَلَ  رَبُّکَ بِعَادٍ --  Tidakkah engkau   memperhatikan bagaimana Rabb (Tuhan) engkau telah berbuat terhadap kaum ‘Ād? اِرَمَ ذَاتِ الۡعِمَادِ --  juga suku Iram, pemilik gedung-gedung yang megah itu? الَّتِیۡ  لَمۡ یُخۡلَقۡ مِثۡلُہَا فِی الۡبِلَادِ -- yang seperti itu tidak pernah diciptakan  di negeri-negeri lain.  وَ ثَمُوۡدَ  الَّذِیۡنَ جَابُوا الصَّخۡرَ بِالۡوَادِ -- dan kaum Tsamud yang memahat batu di lembah itu, وَ  فِرۡعَوۡنَ ذِی الۡاَوۡتَادِ --   dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak yakni lasykar yang banyak.  الَّذِیۡنَ طَغَوۡا فِی الۡبِلَادِ --  yang berlaku sewenang-wenang (melampaui batas) dalam negeri-negeri itu, فَاَکۡثَرُوۡا فِیۡہَا الۡفَسَادَ  --  lalu  banyak melakukan   kerusakan dalam negeri-negeri itu?  فَصَبَّ عَلَیۡہِمۡ رَبُّکَ سَوۡطَ عَذَابٍ  --  Maka Rabb (Tuhan) engkau menimpakan atas mereka cambuk azab,  اِنَّ رَبَّکَ لَبِالۡمِرۡصَادِ  -- sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau benar-benar  mengawasi (mengintai) (Al-Fajr [98]:5-15).
   Kaum ‘Ād itu suatu kaum yang sangat berkuasa di zaman mereka. Mereka mengungguli bangsa-bangsa sezaman dengan mereka, dalam sarana-sarana dan sumber-sumber daya kebendaan (QS.26:124-141). Demikian pula halnya dengan kaum-kaum purbakala yang disebut secara berurutan, lalu Allah Swt. berfirman: فَصَبَّ عَلَیۡہِمۡ رَبُّکَ سَوۡطَ عَذَابٍ  --  Maka Rabb (Tuhan) engkau menimpakan atas mereka cambuk azab.”       
      Sauth  dalam ayat فَصَبَّ عَلَیۡہِمۡ رَبُّکَ سَوۡطَ عَذَابٍ  berarti: cemeti; cambuk; kehebatan (Lexicon Lane),  jadi terjemahan ayat  tersebut  adalah   “maka Rabb (Tuhan) engkau menimpakan atas mereka cambuk azab.”

Mirshād (Tempat Pengintaian) & Perekam Amal Perbuatan

    Selanjutnya Allah Swt. berfirman: اِنَّ رَبَّکَ لَبِالۡمِرۡصَادِ  -- sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau benar-benar  mengawasi (mengintai). Mengenai kata mirshād (tempat pengintaian) dalam Surah lainnya Allah Swt. berfirman:
اِنَّ  جَہَنَّمَ  کَانَتۡ مِرۡصَادًا ﴿۪ۙ﴾  لِّلطَّاغِیۡنَ مَاٰبًا ﴿ۙ﴾  لّٰبِثِیۡنَ فِیۡہَاۤ  اَحۡقَابًا ﴿ۚ﴾  لَا یَذُوۡقُوۡنَ فِیۡہَا بَرۡدًا  وَّ  لَا  شَرَابًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا  حَمِیۡمًا  وَّ  غَسَّاقًا ﴿ۙ﴾  جَزَآءً   وِّفَاقًا  ﴿ؕ﴾ اِنَّہُمۡ  کَانُوۡا  لَا  یَرۡجُوۡنَ  حِسَابًا ﴿ۙ﴾  وَّ  کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا کِذَّابًا ﴿ؕ﴾  وَ کُلَّ شَیۡءٍ  اَحۡصَیۡنٰہُ  کِتٰبًا ﴿ۙ﴾   فَذُوۡقُوۡا  فَلَنۡ نَّزِیۡدَکُمۡ  اِلَّا عَذَابًا﴿٪﴾
Sesungguhnya Jahannam itu مِرۡصَادًا  -- adalah tempat pengintai, لِّلطَّاغِیۡنَ مَاٰبًا -- tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas,  لّٰبِثِیۡنَ فِیۡہَاۤ  اَحۡقَابًا  --   yang akan tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya.   لَا یَذُوۡقُوۡنَ فِیۡہَا بَرۡدًا  وَّ  لَا  شَرَابًا  -- mereka tidak merasakan   kesejukan di dalamnya dan tidak pula  minuman.   اِلَّا  حَمِیۡمًا  وَّ  غَسَّاقًا  -- kecuali air mendidih dan cairan busuk yang sangat dingin. جَزَآءً   وِّفَاقًا    -- pembalasan yang setimpal. اِنَّہُمۡ  کَانُوۡا  لَا  یَرۡجُوۡنَ  حِسَابًا  --    sesungguhnya mereka tidak takut kepada penghisaban,  وَّ  کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا کِذَّابًا  --   dan mereka telah mendustakan Tanda-tanda Kami dengan sedusta-dustanya.  وَ کُلَّ شَیۡءٍ  اَحۡصَیۡنٰہُ  کِتٰبًا  -- dan segala sesuatu telah Kami mencatatnya dalam sebuah kitab. فَذُوۡقُوۡا  فَلَنۡ نَّزِیۡدَکُمۡ  اِلَّا عَذَابًا -- maka rasakanlah oleh kamu, dan sekali-kali Kami tidak akan menambahkan bagimu kecuali azab. (An-Nabā [78]:22-31).
     Bard  dalam ayat  لَا یَذُوۡقُوۡنَ فِیۡہَا بَرۡدًا  وَّ  لَا  شَرَابًا  -- mereka tidak merasakan   kesejukan di dalamnya dan tidak pula  minuman.”  berarti: kesejukan; kenyamanan; kemudahan hidup; tidur (Lexicon Lane).  Makna ayat اِلَّا  حَمِیۡمًا  وَّ  غَسَّاقًا  --  kecuali air mendidih dan cairan busuk yang sangat dingin”, bahwa pelampiasan nafsu angkara murka serta sikap dingin dan tidak acuh terhadap kebajikan dan ketakwaan yang diperagakan  orang-orang berdosa di dunia,  akan mengambil bentuk seperti air mendidih dan minuman yang sangat dingin dan berbau busuk di akhirat.
   Makna kata “kitab” dalam ayat  وَ کُلَّ شَیۡءٍ  اَحۡصَیۡنٰہُ  کِتٰبًا  -- “dan segala sesuatu telah Kami mencatatnya dalam sebuah kitab,”  mengisyaratkan kepada penemuan alat-alat perekam amal  antara lain berupa penemuan televisi, radio, pita suara serta alat-alat perekam serupa itu, yang  telah membuktikan kenyataan  bahwa bukan saja perbuatan-perbuatan manusia, bahkan kata-kata yang diucapkannya pun dapat disimpan dan pada hakikatnya  dapat diulang (ditayangkan/diperagakan) kembali.

Tidak Memiliki Hujah Untuk Membela Diri

  Mengisyaratkan kepada kenyataan itu pulalah firman Allah  dalam Surah berikut ini:
وَ لَقَدۡ اَضَلَّ  مِنۡکُمۡ  جِبِلًّا کَثِیۡرًا ؕ اَفَلَمۡ  تَکُوۡنُوۡا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾ ہٰذِہٖ  جَہَنَّمُ  الَّتِیۡ  کُنۡتُمۡ  تُوۡعَدُوۡنَ ﴿﴾ اِصۡلَوۡہَا الۡیَوۡمَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾  اَلۡیَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلٰۤی اَفۡوَاہِہِمۡ وَ تُکَلِّمُنَاۤ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ تَشۡہَدُ اَرۡجُلُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  ﴿﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ  لَطَمَسۡنَا عَلٰۤی  اَعۡیُنِہِمۡ فَاسۡتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰی یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ لَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنٰہُمۡ عَلٰی مَکَانَتِہِمۡ فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِیًّا وَّ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿٪﴾ 
Dan  sungguh  syaitan benar-benar telah menyesatkan sebagian besar dari antara kamu, maka apakah kamu tidak mau berpikir? Inilah Jahannam yang telah dijanjikan kepada kamu. Masukilah itu pada hari ini, disebabkan kamu dahulu selalu mengingkari.  Pada hari ini Kami akan memeterai mulut mereka, sedangkan  tangan mereka akan berbicara kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi mengenai apa yang dahulu mereka usahakan. Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami dapat melenyapkan penglihatan mata mereka maka mereka akan berlomba-lomba mencari jalan, tetapi bagaimanakah mereka dapat melihat?  Dan seandainya Kami menghendaki  niscaya Kami dapat mengubah keadaan mereka pada tempat mereka, maka mereka tidak mampu maju ke depan dan tidak pula mereka kembali ke belakang. (Yā Sīn [36]:66-68).
       Apabila  kejahatan-kejahatan orang-orang kafir telah dibuktikan dan dinyatakan senyata-nyatanya, mereka akan bungkammulutnya seolah-olah termeterai dan mereka tidak akan mampu menyatakan sesuatu guna membela diri dan memperkecil dosa mereka, dan tangan serta kaki mereka pun akan memberikan persaksian terhadap mereka, karena tangan dan kaki merupakan alat utama guna melaksanakan perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk.
        Ucapan dan gerak gerik seseorang sekarang dapat direproduksi dengan persis oleh alat perekam (tape-recorder/kamera) dan pada layar televisi dari jarak bermil-mil jauhnya. Itulah sebabnya mengapa lidah dan anggota-anggota tubuh manusia bahkan di alam dunia ini pun telah menjadi saksi terhadap dia.
   Karena manusia telah dianugerahi kebebasan melakukan sesuatu dan kebebasan mengikuti kemauan sendiri, ia harus bertanggungjawab atas perbuatannya. Orang-orang kafir dengan gigih menolak melihat kebenaran, dengan akibat mereka sama sekali kehilangan kemampuan melihat kebenaran itu. Itulah juga arti dan maksud kata-kata  “Pada hari ini Kami akan mencap pada mulut mereka” dalam ayat sebelum ini.
     Makna ayat وَ لَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنٰہُمۡ عَلٰی مَکَانَتِہِمۡ فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِیًّا وَّ لَا یَرۡجِعُوۡنَ --  “Dan seandainya Kami menghendaki  niscaya Kami dapat mengubah keadaan mereka pada tempat mereka, maka mereka tidak mampu maju ke depan dan tidak pula mereka kembali ke belakang.” Menurut Ibn ‘Abbas ungkapan itu berarti  Tentu Kami akan membinasakan mereka di rumah mereka;” dan menurut Hasan, ungkapan itu berarti bahwa segala kemampuan jasmani dan ruhani mereka akan menjadi lumpuh (Tafsir Ibnu Jarir).

Makna  Kesaksian  Telinga, Mata  dan Kulit Manusia & Akan Saling Mengutuk

     Sehubungan dengan Kitab catatan amal tersebut, dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
وَ یَوۡمَ یُحۡشَرُ اَعۡدَآءُ  اللّٰہِ  اِلَی النَّارِ فَہُمۡ  یُوۡزَعُوۡنَ ﴿﴾  حَتّٰۤی  اِذَا مَا جَآءُوۡہَا شَہِدَ عَلَیۡہِمۡ سَمۡعُہُمۡ وَ اَبۡصَارُہُمۡ وَ جُلُوۡدُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡا لِجُلُوۡدِہِمۡ  لِمَ شَہِدۡتُّمۡ  عَلَیۡنَا ؕ قَالُوۡۤا اَنۡطَقَنَا اللّٰہُ  الَّذِیۡۤ  اَنۡطَقَ کُلَّ شَیۡءٍ وَّ ہُوَ خَلَقَکُمۡ  اَوَّلَ مَرَّۃٍ  وَّ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ﴿﴾  وَ مَا کُنۡتُمۡ تَسۡتَتِرُوۡنَ اَنۡ یَّشۡہَدَ عَلَیۡکُمۡ سَمۡعُکُمۡ وَ لَاۤ  اَبۡصَارُکُمۡ وَ لَا جُلُوۡدُکُمۡ وَ لٰکِنۡ ظَنَنۡتُمۡ  اَنَّ اللّٰہَ  لَا یَعۡلَمُ  کَثِیۡرًا  مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  وَ ذٰلِکُمۡ ظَنُّکُمُ الَّذِیۡ ظَنَنۡتُمۡ بِرَبِّکُمۡ اَرۡدٰىکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ مِّنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾  فَاِنۡ یَّصۡبِرُوۡا فَالنَّارُ مَثۡوًی لَّہُمۡ ۚ وَ  اِنۡ یَّسۡتَعۡتِبُوۡا فَمَا ہُمۡ مِّنَ الۡمُعۡتَبِیۡنَ ﴿﴾  وَ قَیَّضۡنَا لَہُمۡ قُرَنَآءَ فَزَیَّنُوۡا لَہُمۡ مَّا بَیۡنَ  اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ وَ حَقَّ عَلَیۡہِمُ  الۡقَوۡلُ فِیۡۤ  اُمَمٍ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ  مِّنَ  الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ ۚ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا خٰسِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan ingatlah hari ketika  musuh-musuh Allah dihimpun kepada Api, lalu mereka akan dibagi dalam kelompok-kelompok.  Hingga apabila mereka sampai kepadanya  telinga mereka,  mata mereka, dan kulit mereka  menjadi saksi atas mereka mengenai apa yang selalu mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: ”Mengapa kamu   memberi kesaksian terhadap kami?” قَالُوۡۤا اَنۡطَقَنَا اللّٰہُ  الَّذِیۡۤ  اَنۡطَقَ کُلَّ شَیۡءٍ وَّ ہُوَ خَلَقَکُمۡ  اَوَّلَ مَرَّۃٍ  وَّ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ  -- Kulit mereka akan menjawab: ”Allah-lah Yang telah membuat kami berbicara seperti Dia telah membuat berbicara segala sesuatu, dan Dia-lah Yang pertama kali telah menciptakan kamu dan kepada Dia-lah kamu di-kembalikan.  وَ مَا کُنۡتُمۡ تَسۡتَتِرُوۡنَ اَنۡ یَّشۡہَدَ عَلَیۡکُمۡ سَمۡعُکُمۡ وَ لَاۤ  اَبۡصَارُکُمۡ وَ لَا جُلُوۡدُکُمۡ وَ لٰکِنۡ ظَنَنۡتُمۡ  اَنَّ اللّٰہَ  لَا یَعۡلَمُ  کَثِیۡرًا  مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ  -- Dan kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi bahwa telingamu, dan tidak pula  matamu, dan tidak pula kulitmu, tetapi kamu menyangka bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. وَ ذٰلِکُمۡ ظَنُّکُمُ الَّذِیۡ ظَنَنۡتُمۡ بِرَبِّکُمۡ اَرۡدٰىکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ مِّنَ الۡخٰسِرِیۡنَ --  ”Dan itulah sangkaanmu yang kamu sangkakan kepada Rabb (Tuhan) kamu yang telah membinasakanmu  maka jadilah kamu termasuk  orang-orang yang rugi.”  فَاِنۡ یَّصۡبِرُوۡا فَالنَّارُ مَثۡوًی لَّہُمۡ ۚ وَ  اِنۡ یَّسۡتَعۡتِبُوۡا فَمَا ہُمۡ مِّنَ الۡمُعۡتَبِیۡنَ  -- Lalu jika mereka bersabar  maka Api tempat-tinggal bagi mereka, dan jika mereka mengemukakan alasan  maka sekali-kali mereka tidak termasuk orang-orang yang diterima alasan-alasannya. وَ قَیَّضۡنَا لَہُمۡ قُرَنَآءَ فَزَیَّنُوۡا لَہُمۡ مَّا بَیۡنَ  اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ وَ حَقَّ عَلَیۡہِمُ  الۡقَوۡلُ فِیۡۤ  اُمَمٍ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ  مِّنَ  الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ --  Dan Kami menetapkan bagi mereka teman-teman yang menampakkan indah  bagi mereka apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan genaplah atas mereka firman Allah di kalangan  umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia, اِنَّہُمۡ کَانُوۡا خٰسِرِیۡنَ  --   se-sungguhnya mereka itu orang-orang yang  rugi. (Al-Fushshilat [41]:20-26).

Peran Besar Kulit Sebagai “Indera

    Jadi, mata dan telinga orang-orang berdosa akan menjadi saksi terhadap orang-orang ingkar dengan tiga jalan:
(1)  Akibat-akibat buruk perbuatan mereka   di akhirat akan mengambil bentuk fisik.
(2)  Anggota-anggota tubuh mereka sendiri rusak akibat penyalahgunaan, keadaan demikian di akhirat menjadi saksi terhadap mereka,  misalnya mereka akan dibangkitkan dalam keadaan  buta, tuli dan bisu serta lumpuh.
(3)  Segala gerak-gerik anggota-anggota tubuh  mereka yang diabadikan akan diperlihatkan pada Hari Kiamat.
 Kulit memainkan peranan paling penting dalam perbuatan-perbuatan manusia. Kulit bukan saja mencakup indera peraba, melainkan juga semua indera lainnya. Kalau dosa mata dan telinga terbatas pada penglihatan dan pendengaran saja maka dosa-dosa ”kulit” meluas ke segala anggota atau bagian tubuh lainnya.
  Ayat-ayat selanjutnya menjelaskan bahwa sesungguhnya segala dosa merupakan akibat kekurangan iman yang hidup kepada Allah Swt..   Keburukan orang-orang kafir itu begitu busuk dan menjijikan sehingga mereka tidak akan dianugerahi atau dikembalikan ke dalam haribaan karunia Ilahi; atau artinya ialah  orang-orang ingkar malahan tidak akan diizinkan mendekati 'atabah (ambang pintu)  'Arasy Ilahi untuk memohon kasih-Nya.
  Kawan-kawan buruk orang-orang kafir mengagumi dan memuji perbuatan-perbuatan buruk mereka, dengan demikian membuat perbuatan-perbuatan itu bagi mereka nampak terpuji (QS.6:43-46; QS.8:49; QS.16:64; QS.22:53-54; QS.27:25-27). Sekutu-sekutu yang buruk itu kelak akan memperoleh porsi hukuman, bersama orang-orang yang terpedaya dan tertipu oleh mereka.
  Kata-kata  apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka,” dapat berarti perbuatan-perbuatan yang dilakukan mereka meniru perbuatan-perbuatan buruk bapak-bapak (nenek-moyang) mereka, sehingga di akhirat mereka akan bertengkar saling menyalahkan dan saling mengutuk (QS.7:39-40; QS.14:22; QS.25:26-32).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                              ***
Pajajaran Anyar, 4 November    2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar