Sabtu, 08 November 2014

Muslim dan Mukmin Hakiki & Hamba-hamba Allah Swt. "Pewaris" Al-Quran



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   351

Muslim  dan Mukmin  Hakiki & Hamba-hamba Allah Swt.  “Pewaris Al-Quran

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya  telah dijelaskan ayat  mengenai  pentingnya menjadikan agama Islam sebagai syir’ah dan minhāj, firman-Nya:
وَ مَنۡ یَّبۡتَغِ غَیۡرَ الۡاِسۡلَامِ دِیۡنًا فَلَنۡ یُّقۡبَلَ مِنۡہُ ۚ وَ ہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾ کَیۡفَ یَہۡدِی اللّٰہُ  قَوۡمًا کَفَرُوۡا بَعۡدَ اِیۡمَانِہِمۡ وَ شَہِدُوۡۤا اَنَّ الرَّسُوۡلَ حَقٌّ وَّ  جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ ؕ وَ اللّٰہُ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾  اُولٰٓئِکَ جَزَآؤُہُمۡ  اَنَّ عَلَیۡہِمۡ لَعۡنَۃَ اللّٰہِ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ وَ النَّاسِ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾  خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ۚ لَا یُخَفَّفُ عَنۡہُمُ الۡعَذَابُ وَ لَا  ہُمۡ  یُنۡظَرُوۡنَ ﴿ۙ﴾ 
Dan   barangsiapa mencari agama yang bukan agama Islam, maka  agama itu tidak akan pernah diterima darinya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi.  Bagaimana mungkin Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman, dan mereka telah menjadi saksi pula bahwa sesungguhnya  rasul itu benar, dan juga telah datang kepada mereka bukti-bukti  yang nyata?  وَ اللّٰہُ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ  -- dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.  اُولٰٓئِکَ جَزَآؤُہُمۡ  اَنَّ عَلَیۡہِمۡ لَعۡنَۃَ اللّٰہِ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ وَ النَّاسِ اَجۡمَعِیۡنَ   -- Mereka inilah orang-orang yang atas mereka balasannya   adalah   laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya. خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ۚ لَا یُخَفَّفُ عَنۡہُمُ الۡعَذَابُ وَ لَا  ہُمۡ  یُنۡظَرُوۡنَ --   mereka kekal di dalamnya, azab tidak akan diringankan dari mereka, dan tidak pula mereka akan diberi tangguh,   (Ali ‘Imran [3]:86-89).

Pentingnya Beriman  yang Kaffah (Menyeluruh dan Seutuhnya) kepada Para Rasul Allah

      Tentu saja suatu kaum yang mula-mula beriman kepada kebenaran seorang nabi Allah dan menyatakan keimanan mereka kepada nabi Allah itu secara terang-terangan dan menjadi saksi atas Tanda-tanda Ilahi tetapi kemudian menolaknya karena takut kepada manusia atau karena pertimbangan duniawi lainnya, mereka kehilangan segala hak untuk mendapat lagi petunjuk kepada jalan yang lurus.
         Atau, ayat itu dapat pula mengisyaratkan kepada mereka yang beriman kepada para nabi terdahulu tetapi menolak beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw., padahal  Allah Swt. melarang membeda-bedakan para rasul Allah (QS.2:285-287), dan dilarang mengambil “jalan tengah”  --  dengan menyatakan “tidak beriman” tetapi “tidak menolak”  --  sebab sikap munafik seperti itu merupakan kekafiran  yang sebenarnya, firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یَکۡفُرُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ وَ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّفَرِّقُوۡا بَیۡنَ اللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ وَ یَقُوۡلُوۡنَ نُؤۡمِنُ بِبَعۡضٍ وَّ نَکۡفُرُ بِبَعۡضٍ ۙ وَّ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یَّتَّخِذُوۡا بَیۡنَ ذٰلِکَ  سَبِیۡلًا ﴿﴾ۙ  اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡکٰفِرُوۡنَ حَقًّا ۚ وَ اَعۡتَدۡنَا لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابًا مُّہِیۡنًا ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ وَ لَمۡ یُفَرِّقُوۡا بَیۡنَ اَحَدٍ مِّنۡہُمۡ اُولٰٓئِکَ سَوۡفَ یُؤۡتِیۡہِمۡ اُجُوۡرَہُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿﴾٪ 
Sesungguhnya  orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan mereka ingin membeda-bedakan antara Allah dan Rasul-rasul-Nya,  mereka mengatakan:  وَ یَقُوۡلُوۡنَ نُؤۡمِنُ بِبَعۡضٍ وَّ نَکۡفُرُ بِبَعۡضٍ ۙ وَّ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یَّتَّخِذُوۡا بَیۡنَ ذٰلِکَ  سَبِیۡلًا --  Kami beriman kepada sebagian dan  kafir kepada sebagian lain” serta  mereka ingin mengambil jalan tengah di antara hal demikian itu,  اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡکٰفِرُوۡنَ حَقًّا -   mereka itulah orang-orang yang sebenar-benarnya kafir,  وَ اَعۡتَدۡنَا لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابًا مُّہِیۡنًا  -- dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir azab yang menghinakan.   وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ وَ لَمۡ یُفَرِّقُوۡا بَیۡنَ اَحَدٍ مِّنۡہُمۡ ا -- Dan  orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya serta tidak membedakan seorang pun di antara mereka,  اُولٰٓئِکَ سَوۡفَ یُؤۡتِیۡہِمۡ اُجُوۡرَہُمۡ    -- kepada mereka inilah Allah segera akan memberikan ganjaran mereka,    وَ کَانَ اللّٰہُ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمً     -- dan Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang. (An-Nisa [4]:151-153).
  Ayat ini berarti bahwa mereka menerima Tuhan dan menolak nabi-nabi-Nya; atau menerima beberapa nabi dan menolak yang lainnya; atau menerima beberapa  dakwa seorang nabi dan menolak dakwa lainnya. Keimanan sejati nampak dari penyerahan diri seutuhnya dengan menerima Tuhan dan semua rasul-Nya beserta segala dakwa mereka. Tak diizinkan mengambil jalan tengah di antara hal demikian itu.
        Jadi, kembali kepada ucapan dusta golongan Ahli Kitab mengenai  yang berhak menjadi “penghuni surga”, firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَنۡ یَّدۡخُلَ الۡجَنَّۃَ اِلَّا مَنۡ کَانَ ہُوۡدًا اَوۡ نَصٰرٰی ؕ تِلۡکَ اَمَانِیُّہُمۡ ؕ قُلۡ ہَاتُوۡا بُرۡہَانَکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾  بَلٰی ٭  مَنۡ اَسۡلَمَ وَجۡہَہٗ  لِلّٰہِ وَ ہُوَ  مُحۡسِنٌ فَلَہٗۤ اَجۡرُہٗ عِنۡدَ رَبِّہٖ ۪ وَ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ  وَ لَا ہُمۡ  یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾٪
Dan mereka berkata:  Tidak akan pernah ada yang akan masuk surga, kecuali orang-orang Yahudi atau Nasrani.”  Ini hanyalah angan-angan mereka belaka. Katakanlah: “Kemukakanlah bukti-bukti kamu, jika kamu sungguh orang-orang yang benar.  بَلٰی ٭  مَنۡ اَسۡلَمَ وَجۡہَہٗ  لِلّٰہِ    --  Tidak demikian, bahkan yang benar ialah  barangsiapa berserah diri  kepada  Allah,  وَ ہُوَ  مُحۡسِنٌ فَلَہٗۤ اَجۡرُہٗ عِنۡدَ رَبِّہٖ  --  dan ia berbuat ihsan,     maka baginya ada ganjaran di sisi Rabb-nya (Tuhan-nya), وَ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ  وَ لَا ہُمۡ  یَحۡزَنُوۡنَ  --    tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih. (Al-Baqarah [112-113).

Tiga Tingkatan Suluk (Jalan Tempuhan Ruhani): Fana,   Baqa dan Liqa-iIllah

           Pengakuan mereka itu dibantah  Allah Swt. dalam ayat selanjutnya:     بَلٰی ٭  مَنۡ اَسۡلَمَ وَجۡہَہٗ  لِلّٰہِ    --  tidak demikian, bahkan yang benar ialah  barangsiapa berserah diri  kepada  Allah,  وَ ہُوَ  مُحۡسِنٌ فَلَہٗۤ اَجۡرُہٗ عِنۡدَ رَبِّہٖ  --  dan ia berbuat ihsan,     maka baginya ada ganjaran di sisi Rabb-nya (Tuhan-nya), وَ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ  وَ لَا ہُمۡ  یَحۡزَنُوۡنَ  --    tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih. (Al-Baqarah [112-113). 
        Makna   kalimat مَنۡ اَسۡلَمَ   bukanlah sekedar telah “beragama Islam” belaka – yakni “Islam KTP   --  sebagaimana yang dikemukakan oleh orang-orang Arab gurun yang jahil (bodoh) berikut ini,   mengenai hal tersebut berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
قَالَتِ الۡاَعۡرَابُ اٰمَنَّا ؕ قُلۡ لَّمۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ لٰکِنۡ  قُوۡلُوۡۤا  اَسۡلَمۡنَا وَ لَمَّا یَدۡخُلِ الۡاِیۡمَانُ فِیۡ  قُلُوۡبِکُمۡ ؕ وَ اِنۡ تُطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  لَا یَلِتۡکُمۡ مِّنۡ اَعۡمَالِکُمۡ شَیۡئًا ؕ اِنَّ اللّٰہَ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾  اِنَّمَا  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ  ثُمَّ لَمۡ یَرۡتَابُوۡا وَ جٰہَدُوۡا بِاَمۡوَالِہِمۡ وَ اَنۡفُسِہِمۡ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اُولٰٓئِکَ  ہُمُ  الصّٰدِقُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ اَتُعَلِّمُوۡنَ اللّٰہَ بِدِیۡنِکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ یَعۡلَمُ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ اللّٰہُ  بِکُلِّ  شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ ﴿﴾  یَمُنُّوۡنَ عَلَیۡکَ اَنۡ  اَسۡلَمُوۡا ؕ قُلۡ  لَّا تَمُنُّوۡا عَلَیَّ  اِسۡلَامَکُمۡ ۚ بَلِ اللّٰہُ یَمُنُّ عَلَیۡکُمۡ  اَنۡ ہَدٰىکُمۡ  لِلۡاِیۡمَانِ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّ  اللّٰہَ  یَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ اللّٰہُ  بَصِیۡرٌۢ  بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿٪﴾ 
Orang-orang Arab gurun berkata:  اٰمَنَّا -- “Kami telah beriman.” قُلۡ لَّمۡ تُؤۡمِنُوۡا  -- Katakanlah: “Kamu belum beriman,  وَ لٰکِنۡ  قُوۡلُوۡۤا  اَسۡلَمۡنَا وَ لَمَّا یَدۡخُلِ الۡاِیۡمَانُ فِیۡ  قُلُوۡبِکُمۡ   -- tetapi katakanlah:  اَسۡلَمۡنَا --  ‘Kami telah berserah diri’, karena keimanan belum masuk ke dalam hati kamu.” وَ اِنۡ تُطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  لَا یَلِتۡکُمۡ مِّنۡ اَعۡمَالِکُمۡ شَیۡئًا ؕ اِنَّ اللّٰہَ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ  --   tetapi jika kamu menaati Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sesuatu dari amal-amal kamu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Al-Hujurāt [49]:15).

Pentingnya Ke-Muslim-an dan Keimanan yang Hakiki

   Sekalian orang Muslim merupakan bagian tidak terpisahkan dari persaudaraan dalam Islam (QS.49:11), Islam memberikan hak sama kepada putra-putra padang pasir buta huruf dan biadab, seperti halnya kepada penduduk kota kecil maupun kota besar yang beradab dan berbudaya; hanya saja  oleh Islam dianjurkan kepada mereka yang disebut pertama (orang-orang Arab gurun) agar mereka berusaha lebih keras untuk belajar dan meresapkan ke dalam dirinya ajaran Islam dan membuat ajaran-ajaran itu menjadi pedoman hidup mereka (QS.29:70).
   Mengapa demikian? Sebab ajaran Islam (Al-Quran) yang sempurna (QS.5:4) bukan hanya untuk sekedar dikatakan (diucapkan) oleh orang-orang Islam seperti “burung beo”, melainkan untuk  diamalkan secara nyata dalam setiap segi  kehidupan (QS.61:3; QS.3:32; QS.33:22; QS.4:70-71).
    Selanjutnya Allah Swt.  berfirman kepada  Nabi Besar Muhammad saw. untuk memberikan pengertian kepada orang-orang  Arab gurun  tersebut mengenai makna hakiki beriman  kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya:
  اِنَّمَا  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ  ثُمَّ لَمۡ یَرۡتَابُوۡا وَ جٰہَدُوۡا بِاَمۡوَالِہِمۡ وَ اَنۡفُسِہِمۡ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اُولٰٓئِکَ  ہُمُ  الصّٰدِقُوۡنَ ﴿﴾     
Sesungguhnya orang beriman adalah  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ   -- orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ثُمَّ لَمۡ یَرۡتَابُوۡا  -- kemudian tidak ragu-ragu, وَ جٰہَدُوۡا بِاَمۡوَالِہِمۡ وَ اَنۡفُسِہِمۡ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ --  dan terus berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah.  اُولٰٓئِکَ  ہُمُ  الصّٰدِقُوۡنَ  -- mereka itulah orang-orang yang benar.  (Al-Hujurāt [49]:16).
      Lebih lanjut Allah Swt.  berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai  kebanggaan keliru  orang-orang jahil seperti itu, firman-Nya:
قُلۡ اَتُعَلِّمُوۡنَ اللّٰہَ بِدِیۡنِکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ یَعۡلَمُ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ اللّٰہُ  بِکُلِّ  شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ
Katakanlah, “Apakah kamu mengajarkan kepada Allah tentang agama kamu? Padahal  Allah mengetahui apa yang ada di seluruh langit dan bumi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”  (Al-Hujurāt [49]:17).
        Kemudian Allah Swt.  menjelaskan kepada  mereka mengenai karunia besar Allah Swt. kepada mereka  yang telah memberi petunjuk untuk  kepada ke-Muslim-an dan keimanan yang hakiki, firman-Nya:
  یَمُنُّوۡنَ عَلَیۡکَ اَنۡ  اَسۡلَمُوۡا ؕ قُلۡ  لَّا تَمُنُّوۡا عَلَیَّ  اِسۡلَامَکُمۡ ۚ بَلِ اللّٰہُ یَمُنُّ عَلَیۡکُمۡ  اَنۡ ہَدٰىکُمۡ  لِلۡاِیۡمَانِ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّ  اللّٰہَ  یَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ اللّٰہُ  بَصِیۡرٌۢ  بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿٪﴾ 
Mereka mengira telah memberi anugerah  kepada engkau karena mereka telah menjadi orang Islam. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa memberi anugerah kepadaku karena ke-Islam-an kamu, bahkan  Allah-lah Yang memberi anugerah terhadap kamu karena Dia telah memberi kamu petunjuk kepada iman, jika kamu orang-orang yang benar.”  Sesungguhnya Allah mengetahui yang gaib di seluruh langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Hujurāt [49]:15-19).

Makna Wajh (Wajah) &  Makna “Jiwa yang Tentram

        Jadi, itulah makna kata makna   kalimat مَنۡ اَسۡلَمَ  dalam  firman-Nya: بَلٰی ٭  مَنۡ اَسۡلَمَ وَجۡہَہٗ  لِلّٰہِ    --  tidak demikian, bahkan yang benar ialah  barangsiapa berserah diri kepada  Allah,” (QS.2:113),   bukanlah sekedar telah “beragama Islam” belaka. Makna kata   wajh  dalam kalimat  وَجۡہَہٗ  لِلّٰہِ    berarti: wajah (muka); wujud benda itu sendiri; tujuan dan motif; perbuatan atau tindakan yang kepadanya seseorang menujukan perhatian; jalan yang diinginkan, anugerah atau kebaikan (Aqrab-ul-Mawarid).
       Jadi Surah Al-Baqarah ayat 113 tersebut ini memberi isyarat kepada ketiga taraf penting ketakwaan sempurna dalam melakukan suluk (perjalanan ruhani)  yaitu yang harus ditempuh oleh hamba-hamba Allah yang ingin meraih “perjumpaan” dengan Allah Swt. (liqa-illah) Dalam kehidupan di dunia ini juga, yaitu: (1)  fana (menghilangkan diri), (2)  baqa (kelahiran kembali), dan (3)  liqa (memanunggal dengan Allah Swt.).
       Kata-kata “berserah diri kepada Allah” dalam ayat  بَلٰی ٭  مَنۡ اَسۡلَمَ وَجۡہَہٗ  لِلّٰہِ    --  tidak demikian, bahkan yang benar ialah  barangsiapa berserah diri  kepada  Allah,berarti  segala kekuatan dan anggota tubuh kita, dan apa-apa yang menjadi bagian diri kita, hendaknya diserahkan kepada kehendak  Allah Swt.  seutuhnya dan dibaktikan kepada-Nya. Keadaan itu dikenal sebagai fana atau kematian yang harus ditimpakan seorang Muslim atas dirinya sendiri.
       Anak-kalimat kedua     وَ ہُوَ  مُحۡسِنٌ  -- “dan ia berbuat ihsan” menunjuk kepada keadaan baqa atau kelahiran kembali, sebab bila seseorang telah melenyapkan dirinya (fana) dalam cinta Ilahi dan segala tujuan serta keinginan duniawi telah lenyap,   ia seolah-olah dianugerahi kehidupan baru yang dapat disebut baqa atau kelahiran kembali, maka ia hidup untuk Allah Swt.   dan bakti (berkhidmat) kepada umat manusia.
       Kata-kata penutup    وَ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ  وَ لَا ہُمۡ  یَحۡزَنُوۡنَ  --    tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih” menjelaskan taraf kebaikan ketiga dan tertinggi — taraf liqa atau memanunggal (menyatu) dengan Allah Swt.  yang dalam Al-Quran (QS.89:28) disebut pula “jiwa yang tenteram” atau nafs-al-Muthmainnah, firman-Nya:
یٰۤاَیَّتُہَا النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿٭ۖ﴾  ارۡجِعِیۡۤ  اِلٰی  رَبِّکِ رَاضِیَۃً  مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ﴾  فَادۡخُلِیۡ  فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿﴾
Hai jiwa yang tenteram!   Kembalilah kepada Rabb (Tuhan) engkau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia pun ridha kepada engkau.  Maka masuklah dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr [89]:28-31).
  Ini merupakan tingkat perkembangan ruhani tertinggi ketika manusia ridha kepada Tuhan-nya dan Tuhan pun ridha kepadanya (QS.58:23). Pada tingkat ini yang disebut pula tingkat surgawi, ia menjadi kebal terhadap segala macam kelemahan akhlak dan ruhani, diperkuat dengan kekuatan ruhani yang khusus. Ia “manunggal” dengan Allah Swt. dalam Sifat-sifat Tasybihiyyah-Nya dan tidak dapat hidup tanpa Dia. Di dunia inilah dan bukan sesudah mati  perubahan ruhani besar terjadi di dalam dirinya, dan di dunia inilah  dan bukan di tempat lain jalan dibukakan baginya untuk masuk ke surga.

Para “Pewaris” Al-Quran &  Tiga Tingkatan Keruhanian: Ammarah, Lawwāmah, Muthmainnah

       Mengisyaratkan kepada ketiga tingkatan suluk (perjalanan ruhani) itu pulalah firman Allah Swt. mengenai keadaan para pewaris Al-Quran, firman-Nya: 
ثُمَّ  اَوۡرَثۡنَا الۡکِتٰبَ الَّذِیۡنَ اصۡطَفَیۡنَا مِنۡ عِبَادِنَا ۚ فَمِنۡہُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِہٖ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مُّقۡتَصِدٌ ۚ وَ مِنۡہُمۡ سَابِقٌۢ بِالۡخَیۡرٰتِ بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَضۡلُ  الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ﴾  
Kemudian Kitab itu Kami   wariskan kepada orang-orang yang telah Kami pilih dari antara hamba-hamba Kami, maka dari antara mereka sangat zalim terhadap dirinya, dari antara mereka ada yang mengambil jalan tengah, dan dari antara mereka ada yang    unggul dalam kebaikan dengan izin Allah, itu adalah  karunia yang sangat besar. (Al-Fāthir [35]:33).
    Menurut ayat tersebut seorang beriman melampaui berbagai tingkat disiplin keruhanian yang ketat. Pada tingkat pertama ia melancarkan peperangan yang sungguh-sungguh terhadap keinginan dan nafsu rendahnya (QS.12:54) serta mengamalkan peniadaan diri (fana) secara mutlak. Itulah makna فَمِنۡہُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِہٖ   -- “maka dari antara mereka sangat zalim terhadap dirinya”. Itulah  peperangan sengit melawan hawa-nafsu pada tingkatan nafs  al- Ammarah.
   Pada tingkat selanjutnya, kemajuan ke arah tujuannya  hanya sebagian saja: وَ مِنۡہُمۡ مُّقۡتَصِدٌ   --  dari antara mereka ada yang mengambil jalan tengah”, yang disebut  tingkatan nafs  al- Lawwamah (QS.75:3),  dan pada tingkat terakhir ia mencapai taraf akhlak sempurna, dan kemajuan ke arah tujuannya yang agung itu berlangsung cepat sekali dan merata, itulah makna: وَ مِنۡہُمۡ سَابِقٌۢ بِالۡخَیۡرٰتِ بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَضۡلُ  الۡکَبِیۡرُ  - “dan dari antara mereka ada yang    unggul dalam kebaikan dengan izin Allah, itu adalah  karunia yang sangat besar  yang disebut tingkatan nafs  al-Muthmainnah (QS.89:27-29).
        Mereka itulah para hamba Allah yang   disebut memiliki “bekas-bekas sujud” yang hakiki pada wajah mereka berkat  kebersamaan” mereka dengan Nabi Besar Muhammad saw.., sebagaimana perumpamaan  mereka dalam Taurat dan Injil,  firman-Nya:
 مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ    -- dan orang-orang besertanya sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ -- engkau melihat mereka rukuk serta sujud   mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya,  سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ  -- ciri-ciri pe-ngenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud.  ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ  -- demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat,  وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ --  dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh  dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا --  Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:28).

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  17 Oktober     2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar