Kamis, 27 November 2014

Keserasian dan Keselarasan Sempurna Tatanan Alam Semesta Jasmani dan Tatanan "Alam Semesta Ruhani" Al-Quran



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   364

Keserasian  dan Keselarasan Sempurna Tatanan Alam Semesta Jasmani dan TatananAlam Semesta Ruhani” Al-Quran

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir bagian  akhir  Bab sebelumnya  telah dijelaskan  firman Allah Swt.  mengenai  perintah Allah Swt.  kepada Nabi Besar Muhammad saw. untuk tidak mentaati keinginan hawa-nafsu para penentang beliau pimpinan Abu Jahal, bagaimana pun zalimnya berbagai fitnah serta tindakan-tindakan yang mereka lakukan terhadap beliau saw. dan  orang-orang yang beriman kepada beliau saw.,  firman-Nya:  
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّکَ الَّذِیۡ خَلَقَ ۚ﴿﴾  خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍ ۚ﴿﴾ اِقۡرَاۡ وَ رَبُّکَ الۡاَکۡرَمُ ۙ﴿﴾   الَّذِیۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِ ۙ﴿﴾  عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ  یَعۡلَمۡ ؕ﴿﴾  کَلَّاۤ  اِنَّ  الۡاِنۡسَانَ  لَیَطۡغٰۤی ۙ﴿﴾  اَنۡ  رَّاٰہُ  اسۡتَغۡنٰی ﴿ؕ﴾  اِنَّ  اِلٰی رَبِّکَ  الرُّجۡعٰی ؕ﴿﴾  اَرَءَیۡتَ الَّذِیۡ یَنۡہٰی ۙ﴿﴾  عَبۡدًا اِذَا صَلّٰی ﴿ؕ﴾  اَرَءَیۡتَ  اِنۡ کَانَ عَلَی الۡہُدٰۤی ﴿ۙ﴾  اَوۡ  اَمَرَ  بِالتَّقۡوٰی ﴿ؕ﴾  اَرَءَیۡتَ  اِنۡ کَذَّبَ وَ تَوَلّٰی ﴿ؕ﴾  اَلَمۡ یَعۡلَمۡ بِاَنَّ اللّٰہَ یَرٰی ﴿ؕ﴾  کَلَّا لَئِنۡ لَّمۡ یَنۡتَہِ ۬ۙ  لَنَسۡفَعًۢا بِالنَّاصِیَۃِ ﴿ۙ﴾  نَاصِیَۃٍ کَاذِبَۃٍ خَاطِئَۃٍ ﴿ۚ﴾  فَلۡیَدۡعُ نَادِیَہٗ ﴿ۙ﴾  سَنَدۡعُ  الزَّبَانِیَۃَ ﴿ۙ﴾ کَلَّا ؕ لَا تُطِعۡہُ وَ اسۡجُدۡ وَ اقۡتَرِبۡ ﴿٪ٛ﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّکَ الَّذِیۡ خَلَقَ  -- Bacalah dengan nama Rabb (Tuhan) engkau Yang  menciptakan, menciptakan manusia  dari  segumpal darah.  اِقۡرَاۡ وَ رَبُّکَ الۡاَکۡرَمُ  --    Bacalah, dan  Rabb (Tuhan) engkau   Maha Mulia,  Yang mengajar dengan pena,   mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.   کَلَّاۤ  اِنَّ  الۡاِنۡسَانَ  لَیَطۡغٰۤی   --  Sekali-kali tidak, sesungguhnya manusia itu pelampau batas, karena ia menganggap dirinya berkecukupan. اِنَّ  اِلٰی رَبِّکَ  الرُّجۡعٰی --   Sesungguhnya  kepada Rabb (Tuhan) engkaulah tempat kembali. اَرَءَیۡتَ الَّذِیۡ یَنۡہٰی  -- apakah engkau melihat orang yang  melarang,  عَبۡدًا اِذَا صَلّٰی  --   seorang hamba Kami  ketika ia shalat?  اَرَءَیۡتَ  اِنۡ کَانَ عَلَی الۡہُدٰۤی  -- Bagaimanakah pendapat engkau jika ia mengikuti petunjuk, اَوۡ  اَمَرَ  بِالتَّقۡوٰی  -- atau ia menyuruh bertakwa.  اَرَءَیۡتَ  اِنۡ کَذَّبَ وَ تَوَلّٰی  --  Bagaimanakah pendapat engkau jika ia mendustakan dan berpaling? اَلَمۡ یَعۡلَمۡ بِاَنَّ اللّٰہَ یَرٰی   --  Apakah ia tidak mengetahui, bahwa sesungguhnya Allah melihat? کَلَّا لَئِنۡ لَّمۡ یَنۡتَہِ ۬ۙ  لَنَسۡفَعًۢا بِالنَّاصِیَۃِ     -- Sekali-kali tidak! Jika ia tidak berhenti  niscaya Kami akan menarik dia pada jambulnya, نَاصِیَۃٍ کَاذِبَۃٍ خَاطِئَۃٍ  --   Jambul orang yang mendustakan lagi  berdosa.  فَلۡیَدۡعُ نَادِیَہٗ   -- Maka hendaklah ia memanggil teman-temannya, سَنَدۡعُ  الزَّبَانِیَۃَ --   Kami pun segera akan memanggil para malaikat pelaksana hukuman.  کَلَّا ؕ لَا تُطِعۡہُ وَ اسۡجُدۡ وَ اقۡتَرِبۡ   -- sekali-kali tidak! Janganlah engkau taat kepadanya, melainkan bersujudlah dan mendekatlah kepada Allah. (Al-‘Alāq [96]:1-20). 

Mereka yang Akan Diseret Pada Jambulnya ke Dalam Kehinaan di Dunia dan Akhirat

   Kata ‘abdan (hamba)  dalam ayat عَبۡدًا اِذَا صَلّٰی  --   seorang hamba Kami  ketika ia shalat?” ditujukan kepada setiap orang Islam yang melakukan ibadah, tetapi terutama kepada Nabi Besar Muhammad saw. sebagai hamba Allah yang paling sempurna.
   Ayat-ayat 10-18:  کَلَّا لَئِنۡ لَّمۡ یَنۡتَہِ ۬ۙ  لَنَسۡفَعًۢا بِالنَّاصِیَۃِ     -- Sekali-kali tidak! Jika ia tidak berhenti  niscaya Kami akan menarik dia pada jambulnya, نَاصِیَۃٍ کَاذِبَۃٍ خَاطِئَۃٍ  --  Jambul orang yang mendustakan lagi  berdosa.  فَلۡیَدۡعُ نَادِیَہٗ   --  Maka hendaklah ia memanggil teman-temannya,” meskipun biasanya dikenakan kepada setiap orang kafir yang sombong lagi keras hati, tetapi oleh sebagian ahli tafsir dianggap tertuju kepada Abu Jahal, pemimpin suku Quraisy Mekkah. Ia senantiasa ada di garis depan dalam menjengkelkan, melawan, dan menganiaya Nabi Besar Muhammad saw.   serta orang-orang Muslim. 
     Beberapa budak yang telah memeluk Islam  -- di antaranya Bilal r.a. --  atas perintahnya telah diseret pada jambul mereka di lorong-lorong Mekkah. Dan sebagai bukti kebenaran ancaman Allah Swt. tersebut,  sesudah kekalahan di Perang Badar mayat sebagian pemimpin suku Quraisy, termasuk Abu Jahal di antara mereka, diseret-seret pada jambulnya dan dilemparkan ke dalam sebuah lubang yang telah digali khusus untuk tujuan itu. Yang demikian itu merupakan hukuman yang setimpal atas perlakuan zalim  mereka kepada orang-orang Islam yang tidak berdaya itu  beberapa tahun sebelumnya di Mekkah.
  Kata Zabaniyah   dalam ayat فَلۡیَدۡعُ نَادِیَہٗ   -- Maka hendaklah ia memanggil teman-temannya, سَنَدۡعُ  الزَّبَانِیَۃَ --   Kami pun segera akan memanggil para malaikat pelaksana hukuman   berarti: perwira-perwira angkatan bersenjata atau pembesar kepolisian; para malaikat atau penjaga neraka; malaikat-malaikat pelaksana hukuman (Lexicon Lane). 
       Jadi, menurut firman Allah Swt. tersebut,  siapa pun  dan fihak mana pun yang melakukan pelarangan terhadap umat beragama untuk beribadah di tempat-tempat peribadahan mereka – terutama di mesjid-mesjid Islam (QS.2:115) --  maka pasti Allah  Swt. akan “menyeret mereka” pada jambulnya ke dalam kehinaan martabat – baik di dunia mau pun di akhirat nanti, sebagaimana yang dialami oleh Abu Jahal dan kawan-kawannya,  firman-Nya:
وَ مَنۡ اَظۡلَمُ  مِمَّنۡ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللّٰہِ اَنۡ یُّذۡکَرَ فِیۡہَا اسۡمُہٗ وَ سَعٰی فِیۡ خَرَابِہَا ؕ اُولٰٓئِکَ مَا کَانَ لَہُمۡ اَنۡ یَّدۡخُلُوۡہَاۤ اِلَّا خَآئِفِیۡنَ ۬ ؕ لَہُمۡ  فِی الدُّنۡیَا خِزۡیٌ وَّ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menghalangi orang yang menyebut nama-Nya di dalam mesjid-mesjid Allah dan berupaya merobohkannya? Mereka itu tidak layak masuk ke dalamnya kecuali dengan rasa takut.  لَہُمۡ  فِی الدُّنۡیَا خِزۡیٌ وَّ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ --   bagi mereka ada kehinaan di dunia,  dan bagi mereka azab yang besar di akhirat. (Al-Baqarah [2]:115).
       Ayat ini merupakan tudingan keras terhadap mereka yang membawa perbedaan-perbedaan agama mereka sampai ke titik runcing, sehingga malahan tidak segan-segan merobohkan atau menodai tempat-tempat beribadah milik agama-agama lain. Mereka menghalang-halangi orang menyembah Tuhan di tempat-tempat suci mereka sendiri dan malahan bertindak begitu jauh, hingga membinasakan rumah-rumah ibadah mereka. Tindakan kekerasan demikian di sini dicela dengan kata-kata keras dan di samping itu ditekankan ajaran toleransi dan berpandangan luas.
       Al-Quran mengakui adanya kebebasan dan hak yang tidak dibatasinya bagi semua orang untuk menyembah Tuhan di tempat ibadah, sebab  kuil, gereja atau masjid adalah tempat yang dibuat untuk beribadah kepada Allah Swt., sedangkan orang yang menghalangi orang lain beribadah kepada Tuhan dalam tempat itu, pada hakikatnya telah membantu kehancuran dan kebinasaan tempat tersebut.

Golongan yang Dimuliakan Allah Swt. di Akhirat

        Sebaliknya, “golongan  minoritas   -- yang hanya karena mereka telah  beriman kepada Allah Swt. dan kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan  (QS.3:191-196) --  mereka terus menerus diperlakukan secara zalim oleh para penentang mereka, insya Allah, mereka  akan termasuk  ahli surga dari “golongan kanan” dan golongan    Al-Muqarrabūna (orang-orang yang dekat dengan Allah Swt. – QS.56:8-11), dan mereka  akan memperoleh “rawhun (kesenangan), rīhānun  (keharuman) dan  jannatu na’īm    (surga kenikmatan QS.56:89-90), sebagaimana firman-Nya: اِنَّ  الۡاَبۡرَارَ لَفِیۡ نَعِیۡمٍ --   sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan benar-benar  dalam kenikmatan, عَلَی الۡاَرَآئِکِ یَنۡظُرُوۡنَ  -- mereka duduk di atas dipan-dipan sambil memandang.  (Al-Muthaffifīn [83]:23-24).
  Kata-kata عَلَی الۡاَرَآئِکِ یَنۡظُرُوۡنَ  -- “mereka duduk di atas dipan-dipan sambil memandang   dapat berarti:
(1) sambil duduk di atas singgasana kemuliaan, orang beriman akan menyaksikan nasib sedih yang akan menimpa orang-orang kafir sombong para penentang rasul Allah  sebagaimana dijanjikan Allah Swt. terhadap para rasul-Nya  (QS.58:21-23).
(2) sambil duduk di atas singgasana kekuasaan mereka akan berlaku adil terhadap orang banyak (QS.22:40-42).
(3) mereka akan menaruh perhatian yang layak terhadap keperluan orang lain (QS.76:9-12; QS.92:18-22), itu pula arti kata nazhara (Lexicon Lane).
(4) mereka di dalam surge akan “memandang” penampakan Wajah (Wujud) Allah Swt. yang merupakan nikmat surgawi  yang tertinggi, firman-Nya:
وُجُوۡہٌ   یَّوۡمَئِذٍ  نَّاضِرَۃٌ ﴿ۙ﴾  اِلٰی رَبِّہَا نَاظِرَۃٌ ﴿ۚ﴾
Wajah-wajah pada hari itu berseri-seri,  kepada Rabb-Nya (Tuhan-nya) mereka memandang.  (Al-Qiyamah [75]:23-24).
  Orang-orang beriman yang bertakwa akan memandang kepada Rabb (Tuhan) mereka, sambil mengharapkan memperoleh ganjaran untuk amal saleh mereka, atau mereka akan dianugerahi mata ruhani istimewa agar dapat melihat Allah Swt.  dengan “mata ruhaninya” (bashirah).
     Penampakkan (Tajjaliyyat) Allah Swt. tersebut akan merupakan penjelmaan istimewa Allah Swt.  yang akan disingkapkan kepada ruh manusia tidak terhalang oleh hijab duniawinya, terutama dalam surga di akhirat.  Ada pun orang-orang yang tidak termasuk ulul-albāb  atau golongan al-muqarrabīn   (yang memperoleh kedekatan dengan Allah Swt.)   -- terutama para penentang rasul Allah – mereka di Akhirat akan dibangkitkan dalam keadaan buta (QS.17:73;  QS.20:125-129).

Rezeki Ruhani dari Al-Quran & “Orang-orang yang Disucikan” Allah Swt.

   Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai para penghuni surga yang memiliki martabat ruhani yang  istimewa tersebut: تَعۡرِفُ فِیۡ  وُجُوۡہِہِمۡ نَضۡرَۃَ  النَّعِیۡمِ -- engkau dapat mengenal  kesegaran nikmat itu pada wajah mereka.  یُسۡقَوۡنَ مِنۡ  رَّحِیۡقٍ مَّخۡتُوۡمٍ  --  mereka akan diberi minum  minuman murni yang bermeterai.  خِتٰمُہٗ  مِسۡکٌ  --  meterainya kesturi.  وَ فِیۡ ذٰلِکَ فَلۡیَتَنَافَسِ الۡمُتَنَافِسُوۡنَ -- dan  yang demikian itu mereka yang menginginkan  hendaknya menginginkannya. وَ مِزَاجُہٗ  مِنۡ تَسۡنِیۡمٍ   --  dan  campurannya adalah tasnīm,  وَ مِزَاجُہٗ  مِنۡ تَسۡنِیۡمٍ -- mata air yang minum darinya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.  (Al-Muthaffifīn [83]:26-29).
   Jika “minuman murni  yang bermeterai   dimaksudkan Al-Quran maka tasnīm dapat dianggap wahyu Ilahi yang dianugerahkan kepada orang-orang pilihan Tuhan atau golongan al-muqarrabīn   (yang memperoleh kedekatan dengan Allah Swt.), yaitu para pengikut  hakiki Nabi Besar Muhammad saw.   yang bertakwa (QS.3:32; QS.4:70-71),  sebab tanpa keberadaan wahyu Ilahi  maka manusia tidak akan mengetahui  makna-maknanya yang    hakiki serta berbagai hikmah mendalam yang terkandung dalam Al-Quran (QS.42:52-54).
   Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman mengenai kesempurnaan wahyu Al-Quran:
فَلَاۤ   اُقۡسِمُ  بِمَوٰقِعِ  النُّجُوۡمِ ﴿ۙ﴾  وَ  اِنَّہٗ  لَقَسَمٌ  لَّوۡ  تَعۡلَمُوۡنَ عَظِیۡمٌ ﴿ۙ﴾  اِنَّہٗ   لَقُرۡاٰنٌ   کَرِیۡمٌ ﴿ۙ﴾  فِیۡ  کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ ﴿ۙ﴾  لَّا  یَمَسُّہٗۤ  اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  تَنۡزِیۡلٌ  مِّنۡ  رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
Maka Aku benar-benar bersumpah demi bintang-bintang berjatuhan. Dan sesungguhnya itu benar-benar  kesaksian agung, seandainya kamu mengetahui. Sesungguhnya itu  benar-benar   Al-Quran yang mulia,   dalam  suatu kitab yang sangat terpelihara, yang tidak  dapat menyentuhnya kecuali orang-orang  yang disucikan, wahyu yang diturunkan   dari Rabb (Tuhan) seluruh alam  (Al-Wāqi’ah [56]:76-81).       
    Bahwa Al-Quran itu sebuah Kitab wahyu Ilahi yang terpelihara dan terjaga baik (QS.15:10) merupakan tantangan terbuka kepada seluruh dunia, tetapi selama 14 abad, tantang-an itu tetap tidak terjawab atau tidak mendapat sambutan. Tidak ada upaya yang telah disia-siakan para pengecam yang tidak bersahabat untuk mencela kemurnian teksnya.
  Tetapi semua daya upaya ke arah ini telah membawa kepada satu-satunya hasil yang tidak terelakkan – walaupun tidak enak dirasakan oleh musuh-musuh – bahwa kitab yang disodorkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. – seorang nabi yang ummi (butahuruf  – QS.7:158-159) -- kepada dunia empat belas abad yang lalu, telah sampai kepada kita tanpa perubahan barang satu huruf pun (Williams Muir).
   Al-Quran adalah sebuah Kitab yang sangat terpelihara  dalam pengertian bahwa hanya orang-orang beriman yang hatinya bersih dapat meraih khazanah keruhanian seperti diterangkan dalam ayat berikutnya:  لَّا  یَمَسُّہٗۤ  اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ  -- yang tidak  dapat menyentuhnya kecuali orang-orang  yang disucikan.”  

Keselaran  Sempurna Tatanan Ruhani Al-Quran dengan Tatanan Alam Semesta Jasmani

  Ayat  اِنَّہٗ   لَقُرۡاٰنٌ   کَرِیۡمٌ  --  sesungguhnya itu  benar-benar   Al-Quran yang mulia,  -- فِیۡ  کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ dalam  suatu kitab yang sangat terpelihara,” ini pun dapat berarti bahwa cita-cita dan asas-asas yang terkandung dalam Al-Quran itu tercantum di dalam kitab alam, yaitu cita-cita dan asas-asas itu sepenuhnya serasi dengan hukum alam. Seperti hukum alam, cita-cita dan asas-asas itu juga kekal dan tidak berubah serta hukum-hukumnya tidak dapat dilanggar tanpa menerima hukuman (QS.4:83; QS.21:23; qs.67:1-13).
  Atau, ayat ini dapat diartikan bahwa Al-Quran dipelihara dalam fitrat yang telah dianugerahkan Allah Swt.  kepada manusia (QS.30:31). Fitrat insani berlandaskan pada hakikat-hakikat dasar dan telah dilimpahi kemampuan untuk sampai kepada keputusan yang benar.
Orang yang secara jujur bertindak sesuai dengan nauri atau fitratnya  ia dengan mudah dapat mengenal kebenaran Al-Quran, yaitu “orang-orang yang mempergunakan akalnya” dengan  benar (QS.3:191-196)
   Hanya  orang yang bernasib baik sajalah yang  diberi pengertian  yang benar mengenai dan   dapat mendalami kandungan arti Al-Quran yang hakiki, melalui cara menjalani kehidupan bertakwa lalu meraih kebersihan hati dan dimasukkan ke dalam alam rahasia ruhani makrifat Ilahi, yang tertutup bagi orang-orang yang hatinya tidak bersih, firman-Nya:
اَللّٰہُ  نَزَّلَ  اَحۡسَنَ الۡحَدِیۡثِ کِتٰبًا مُّتَشَابِہًا  مَّثَانِیَ ٭ۖ تَقۡشَعِرُّ مِنۡہُ جُلُوۡدُ الَّذِیۡنَ یَخۡشَوۡنَ  رَبَّہُمۡ ۚ ثُمَّ  تَلِیۡنُ جُلُوۡدُہُمۡ وَ قُلُوۡبُہُمۡ  اِلٰی ذِکۡرِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ ہُدَی اللّٰہِ یَہۡدِیۡ بِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ مَنۡ یُّضۡلِلِ اللّٰہُ  فَمَا لَہٗ مِنۡ ہَادٍ ﴿﴾
Allah telah menurunkan sebaik-baik firman, sebuah Kitab  yang ayat-ayatnya saling menguatkan serta  diulang-ulang. تَقۡشَعِرُّ مِنۡہُ جُلُوۡدُ الَّذِیۡنَ یَخۡشَوۡنَ  رَبَّہُمۡ   -- Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabb (Tuhan) mereka, ثُمَّ  تَلِیۡنُ جُلُوۡدُہُمۡ وَ قُلُوۡبُہُمۡ  اِلٰی ذِکۡرِ اللّٰہِ -- kemudian kulit dan hati mereka menjadi lembut karena   mengingat Allah. Demikianlah petunjuk Allah, dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.  Dan barangsiapa disesatkan Allah maka baginya tidak ada seorang pemberi petunjuk. (Az-Zumar [39]:24).
   Wahyu Ilahi telah diungkapkan dengan selengkap-lengkapnya dan sesempurna-sempurnanya dalam Al-Quran. Dalam ayat yang sedang dibahas ini Al-Quran telah disebut kitāban mutasyābihan, yang berarti bahwa Al-Quran itu sebuah kitab yang mudah diberi bermacam-macam penafsiran, yang semuanya saling menyelarasi dan saling menguatkan.  tempat mana pun dalam Al-Quran tidak terdapat pertentangan atau ketidak-serasian (QS.4:83). Hal itu merupakan salah satu dari keutamaan-keutamaannya yang tidak ada tara bandingannya.

Hikmah Berbagai Perumpamaan (Misal) Dalam Al-Quran

   Keutamaan Al-Quran yang lainnya lagi terletak pada kenyataan bahwa Al-Quran telah menggunakan kiasan, perlambang, dan perumpamaan atau tamsilan. Hal itu menambah keindahan dan keluwesan gaya bahasanya, dan menjamin keluasan arti dalam jumlah perkataan yang seminimal-minimalnya. Tetapi justru hal tersebut menjadi celaan  san menjadi batu sandungan  bagi orang-orang kafir (QS.2:27).
   Al-Quran pun disebut matsāni, yang maksudnya bahwa Al-Quran menjelaskan kepercayaan-kepercayaan yang asas-asas pokoknya berulang-ulang dan dengan cara dan bentuk yang berbeda untuk menegaskan kepentingan, keperluan, dan tujuannya. Kata matsāni   berarti pula bahwa sebagian ajaran Al-Quran menyerupai ajaran-ajaran Bibel dan Kitab-kitab suci lainnya dan sebagian lagi ada yang menerangkan topik baru dan tidak terjangkau dan tidak tertandingi dalam keutamaan-keutamaan dan keindahan-keindahannya oleh Kitab-kitab suci lainnya, berikut adalah firman-Nya tentang perumpamaan surga:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿ ﴾ اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ﴿ۙ﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya  untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci,  dan mereka akan kekal di dalamnya. اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا  --   sesungguhnya Allah  tidak malu  mengemukakan suatu perumpamaan  sekecil nyamuk   bahkan  yang lebih kecil dari itu,   ada pun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan itu  kebenaran  dari Rabb (Tuhan) mereka,   وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا -- sedangkan orang-orang kafir maka mereka mengatakan: “Apa  yang dikehendaki Allāh dengan  perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ  --  dengannya   Dia menyesatkan banyak orang  dan de-ngannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang,  وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ  -- dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasik.   (Al-Baqarah [2]:26-27).
  Dengan demikian benarlah firman-Nya berikut ini mengenai orang-orang yang buta mata ruhaninya, walau pun setiap hari “menggeluti” Al-Quran jika mereka itu dalam kenyataannya bukan saja tidak mampu mengenali    -- bahkan mendustakan serta menentang -- Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37; QS.61:10), firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ  کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ  اَبۡوَابُ السَّمَآءِ  وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ  وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan  takabur berpaling darinya,   لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ  اَبۡوَابُ السَّمَآءِ  وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ  -- tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit ruhani dan tidak pula mereka akan masuk surga  hingga unta masuk ke lubang jarum, وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ -- dan demikianlah Kami membalas  orang-orang  yang  berdosa.  لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ  وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ -- bagi mereka ada hamparan  Jahannam sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam, وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ  -- dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim. (Al-A’rāf [7]:41-42).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                             ***
Pajajaran Anyar, 12 November    2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar