Rabu, 12 November 2014

Makna Lain "Penghakiman" Allah Swt. di "Hari Kiamat" Melalui Pengutusan Rasul Allah yang Dijanjikan



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   355

Makna Lain Penghakiman Allah Swt. di Hari Kiamat Melalui Pengutusan Rasul Allah yang Dijanjikan

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya  telah dijelaskan ayat mengenai  perpecahan dan saling hujat di kalangan berbagai firqah Islam, yang bukan saja  satu sama lain  saling mengkafirkan  dan saling menyatakan pihak lain sebagai  golongan yang sesat dan menyesatkan, tetapi juga mereka satu sama lain saling mendakwakan bahwa “tidak akan ada yang masuk surga kecuali firqah (sekte) mereka”, karena masing-masing firqah Islam tersebut  meyakini bahwa mereka itulah fihak yang paling benar pemahaman dan pengamalannya mengenai Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw..
      Keadaan yang terjadi di kalangan umat Islam tersebut membuktikan kebenaran sabda Nabi Besar Muhammad saw. yang telah bersabda  mengenai akan terjadinya persamaan antara Bani Ismail (umat Islam dengan Bani Israil, seperti persamaan sepasang sepatu”, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ  لَیۡسَتِ النَّصٰرٰی عَلٰی شَیۡءٍ ۪ وَّ قَالَتِ النَّصٰرٰی لَیۡسَتِ الۡیَہُوۡدُ عَلٰی شَیۡءٍ ۙ وَّ ہُمۡ یَتۡلُوۡنَ الۡکِتٰبَ ؕ کَذٰلِکَ قَالَ الَّذِیۡنَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ مِثۡلَ قَوۡلِہِمۡ ۚ فَاللّٰہُ یَحۡکُمُ بَیۡنَہُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فِیۡمَا کَانُوۡا فِیۡہِ یَخۡتَلِفُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang Yahudi mengatakan: لَیۡسَتِ النَّصٰرٰی عَلٰی شَیۡءٍ  --  Orang-orang Nasrani sekali-kali  tidak berdiri di atas sesuatu kebenaran,” dan orang-orang Nasrani mengatakan:  النَّصٰرٰی لَیۡسَتِ الۡیَہُوۡدُ عَلٰی شَیۡءٍ --  Orang-orang Yahudi sekali-kali tidak berdiri di atas  sesuatu kebenaran.”   وَّ ہُمۡ یَتۡلُوۡنَ الۡکِتٰبَ -- padahal mereka membaca Alkitab yang sama. کَذٰلِکَ قَالَ الَّذِیۡنَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ مِثۡلَ قَوۡلِہِمۡ  -- demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui berkata  seperti ucapan mereka itu, فَاللّٰہُ یَحۡکُمُ بَیۡنَہُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فِیۡمَا کَانُوۡا فِیۡہِ یَخۡتَلِفُوۡنَ  -- maka pada Hari Kiamat Allah akan menghakimi di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. (Al-Baqarah [2]:114).

Makna  Lain “Hari Kiamat

         Pada hakikatnya yang dimaksud dengan ayat    فَاللّٰہُ یَحۡکُمُ بَیۡنَہُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فِیۡمَا کَانُوۡا فِیۡہِ یَخۡتَلِفُوۡنَ  -- maka pada Hari Kiamat Allah akan menghakimi di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan”  dapat tertuju pada saat munculnya rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37), sehingga pada saat itu terlihat  jelas yakni  pihak mana yang keimanannya benar dan yang keimanan dusta, firman-Nya:
مَا  کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ  اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ  اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ  اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan  membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya    hingga  Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih  di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, karena itu berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar. (Ali ‘Imran [3]:180).
         Makna ayat حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ  -- “hingga  Dia memisahkan yang buruk dari yang baik”,  maksudnya adalah  bahwa percobaan (ujian keimanan) dan kemalangan yang telah dialami kaum Muslimin hingga saat itu tidak akan segera berakhir. Masih banyak lagi percobaan (ujian keimanan) yang tersedia bagi mereka, dan percobaan-percobaan itu akan terus-menerus datang, hingga orang-orang beriman  sejati, akan benar-benar dibedakan dari kaum munafik dan yang lemah iman.
        Sedangkan makna ayat  وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ  -- “Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih  di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki”, berarti bahwa karena masalah iman (keimanan)  bersifat gaib,  karena itu   Allah Swt. tidak pernah menyerahkan masalah benar-tidaknya keimanan seseorang atau suatu kaum (komunitas)  diserahkan kepada fatwa   seorang mufti atau lembaga fatwa buatan manusia, melainkan selalu melalui pengutusan rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada Bani Adam (QS.7:35-37)
       Kata-kata  وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ    -- “tetapi Allah memilih  di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki    tidaklah berarti bahwa sebagian rasul-rasul Allah terpilih dan sebagian lagi tidak. Kata-kata itu berarti bahwa dari orang-orang yang ditetapkan Allah Swt.    sebagai rasul-rasul-Nya, Dia memilih yang paling sesuai untuk zaman tertentu, di zaman rasul Allah  itu dibangkitkan.

Peristiwa ”The Big Bang” (Ledakan Besar) Dalam  Alam Keruhanian 

        Dengan demikian  jelaslah,  bahwa  berdasarkan firman Allah Swt. tersebut (QS.3:180) pada hakikatnya pengutusan para rasul Allah pada zamannya masing-masing merupakan semacam peristiwa “the big bang” (ledakan besar) pada peristiwa awal penciptaan tatanan alam semesta jasmani.
       Peristiwa “ledakan besar” (the Big Bang) dalam alam keruhanian melalui pengutusan Rasul Allah  disebut fataq (pemisahan) dimulai pembentukan tatanan “alam semesta baru” dibentuk dari  keadaan sebelumnya yang   kacau-balau” (QS.30:42) --  yang disebut ratqan (keadaan padu)  --  firman-Nya:
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu کَانَتَا رَتۡقًا -- suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا --  lalu Kami pisahkan keduanya? وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ  -- dan Kami   jadikan segala sesuatu yang hidup dari air,  اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ   --  tidakkah  mereka   mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).
       Ayat ini mengisyaratkan landasan agung kepada satu kebenaran ilmiah. Agaknya ayat itu menunjuk kepada alam semesta, ketika masih belum mempunyai bentuk benda, dan ayat itu bermaksud menyatakan bahwa seluruh alam semesta khususnya tata surya, telah berkembang dari “gumpalan” (ratqan)  yang belum mempunyai bentuk atau segumpal kabut.
        Kemudian selaras dengan asas yang Allah Swt. lancarkan Dia memecahkan gumpalan zat itu dan pecahan-pecahan yang cerai-berai menjadi kesatuan-kesatuan wujud tata-surya (“The Universe Surveyed” oleh Harold   Richards dan “The Nature of the Universe” oleh Fred Hoyle). Sesudah itu Allah  Swt. menciptakan seluruh kehidupan itu dari air.
        Ayat ini nampaknya mengandung arti bahwa seperti alam kebendaan, demikian pula alam keruhanian pun berkembang dari “gumpalan” yang belum mempunyai bentuk (ratqan), yang terdiri dari alam pikiran yang kacau-balau dan kepercayaan-kepercayaan yang bukan-bukan.
      Sebagaimana Allah Swt. dengan hikmah-Nya yang tidak pernah meleset dan sesuai dengan rencana agung telah memecahkan gumpalan zat itu s sebagaimana diisyaratkan dalam kalimat فَفَتَقۡنٰہُمَا --   “lalu Kami pisahkan keduanya”, dan pecahan-pecahan yang bertebaran  tersebut melalui Sifat Rabbubiyat-Nya menjadi kesatuan wujud berbagai tata surya (QS.1:2),  maka persis seperti itu pula Allah Swt. mewujudkan suatu tertib ruhani yang baru dalam suatu alam yang berguling-gantang di dalam paya-paya cita-cita yang kacau-balau.
       Bila umat manusia tenggelam ke dalam kegelapan akhlak yang keruh  serta angkasa keruhanian menjadi tersaput oleh awan yang padat dan sesak lalu Allah Swt.  menyebabkan munculnya suatu cahaya berupa seorang utusan Ilahi Rasul Allah) – terutama Nabi Besar Muhammad saw. -- yang mengusir kegelapan ruhani yang telah menyebar luas itu (QS.30:42),  dan dari “gumpalan” yang tidak berbentuk dan tanpa kehidupan, yang berupa kerendahan akhlak dan ruhani, lahirlah suatu alam semesta ruhani yang mulai meluas dari pusatnya dan akhirnya melingkupi seluruh bumi, menerima kehidupan dan pengaraha  dari tenaga penggerak yang berada di belakangnya.

Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw. Peristiwa “The Big Bang” Paling Sempurna

    Contoh yang paling sempurna pembentukan tatanan alam semesta ruhani tersebut adalah berubahnya bangsa Arab jahiliyah melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.  hanya dalam waktu 23 tahun menjadi “umat terbaik” yang dibangkitkan untuk kemanfaatan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111).
        Mengisyaratkan kepada keadaan ratqan (gumpalan tanpa bentuk) yang terjadi di kalangan seluruh umat manusia   -- termasuk di kalangan umat beragama -- di masa menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. itulah firman Allah Swt. berikut ini:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya. قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ -- Katakanlah:  ”Berjalanlah di bumi  فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ --  lalu  lihatlah bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ  -- kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.” (Ar-Rum [30]:43-45).
     Masalah pokok dalam ayat-ayat sebelumnya (QS.30:29-41) berkisar dalam menimbulkan dan meresapkan pada manusia, keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa, Yang menciptakan, mengatur, dan membimbing segala kehidupan. Dalam ayat 42   diberi tahu, bahwa bila kegelapan menyelimuti muka bumi dan manusia melupakan Allah Swt. dan menaklukkan diri sendiri kepada penyembahan tuhan-tuhan yang dikhayalkan dan diciptakan oleh mereka sendiri, maka sesusai Sunnah-Nya Allah Swt. membangkitkan seorang Rasul Allah  untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat dari jalan-Nya ke haribaan Majikan-nya  yakni Allah Swt..
        Mengenai hal tersebut penulis non-Muslim terkenal berkomentar dalam bukunya:
Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan agama sebagai kekuatan akhlak, telah lenyap dan telah jatuh, menjadi hanya semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama besar di dunia sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan para penganutnya. Api suci yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa a.m.s.  di dalam aliran darah manusia telah padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........ Peradaban laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan, kesusatraan, sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan mengalirkan sari pengabdian dan pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya” (“Emotion as the Basis of Civilization” dan “Spirit of Islam”).
       Demikianlah keadaan umat manusia pada waktu Nabi Besar Muhammad saw. --  Guru terbesar umat manusia   -  muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir diturunkan dalam bentuk Al-Quran (QS.5:4), sebab  syariat yang sempurna hanya dapat diturunkan bila semua atau kebanyakan keburukan   --  teristimewa yang dikenal sebagai akar keburukan   --  menampakkan diri telah menjadi mapan.

Makna Kerusakan di “Daratan” dan ”Lautan” & Penegakan Kembali  Tauhid Ilahi

        Kata-kata “daratan dan lautan” dalam ayat  ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ     --   Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan perbuatan tangan manusia” dapat diartikan:
       (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman manusia, dan bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi;
      (b) orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di pulau-pulau.
        Menurut ayat tersebut berarti, bahwa semua bangsa di dunia telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki. Dan keadaan seperti itu kembali terjadi di Akhir Zaman ini   -- termamsuk di kalangan umumnya umat Islam.
         Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai pentingnya beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan tersebut – yakni pencetus awal  terjadi peristiwa “the Big Bang” alam ruhani, firman-Nya:
فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾   مَنۡ کَفَرَ فَعَلَیۡہِ کُفۡرُہٗ ۚ وَ مَنۡ عَمِلَ صَالِحًا  فَلِاَنۡفُسِہِمۡ  یَمۡہَدُوۡنَ ﴿ۙ﴾    لِیَجۡزِیَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡ فَضۡلِہٖ ؕ  اِنَّہٗ  لَا یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat dihindarkan,  pada hari itu orang-orang beriman  dan kafir akan terpisah.   Barangsiapa yang kafir maka dia menanggung kekafirannya, dan barangsiapa yang beramal shalih maka mereka menyediakan faedah bagi diri mereka   لِیَجۡزِیَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡ فَضۡلِہٖ  --   supaya Dia memberi pahala kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari karunia-Nya,  اِنَّہٗ  لَا یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ  -- sesungguhnya Dia tidak mencintai orang-orang yang kafir.  (Ar-Rum [30]:43-45).
   Dengan demikian benarlah  peristiwa  penghakimanperselisihan di kalangan umat manusia – termasuk umat beragama  yang dilakukan Allah Swt, melalui pengutusan Rasul Allah yang kedatanganmnya dijanjikan    (QS.3:180) merupakan  peristiwa “the Big Bang” (ledakan Besar – QS.21:31), sehingga terciptakan tatanan “langit baru dan bumi baru  di atas puing-puing  tatatan langit lama dan bumi lama. (QS.14:43-53; QS.39:69-71).
Firman-Nya lagi:
فَاَقِمۡ  وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ  الَّتِیۡ فَطَرَ  النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ  لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah kamu kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu  Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah,  itulah agama yang lurus,  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.    Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat,  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ   -- dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik. مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا  --    yaitu orang-orang yang me-mecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ --  tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm [30]:31-32).

Fitrah Allah” dan “Dīnul Fitrah” (Agama Fitrah)

          Ayat 31 menjelaskan bahwa  Tuhan adalah  Esa dan kemanusiaan itu satu, inilah fithrat Allah dan dīnul-fithrah — satu agama yang berakar dalam fitrat manusia (QS.7:173-175) — dan terhadapnya manusia menyesuaikan diri dan berlaku secara naluri.
        Menurut Nabi Besar Muhammad saw. di dalam “agama“ inilah seorang bayi dilahirkan  dalam keadaan suci, akan tetapi lingkungannya, cita-cita dan kepercayaan-kepercayaan orang tuanya, serta didikan dan ajaran yang diperolehnya dari mereka itu, kemudian membuat dia Yahudi, Majusi atau Kristen (Bukhari), yang kemudian berpecah-belah dan  saling mengkafirkan, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ  لَیۡسَتِ النَّصٰرٰی عَلٰی شَیۡءٍ ۪ وَّ قَالَتِ النَّصٰرٰی لَیۡسَتِ الۡیَہُوۡدُ عَلٰی شَیۡءٍ ۙ وَّ ہُمۡ یَتۡلُوۡنَ الۡکِتٰبَ ؕ کَذٰلِکَ قَالَ الَّذِیۡنَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ مِثۡلَ قَوۡلِہِمۡ ۚ فَاللّٰہُ یَحۡکُمُ بَیۡنَہُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فِیۡمَا کَانُوۡا فِیۡہِ یَخۡتَلِفُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang Yahudi mengatakan:  Orang-orang Nasrani sekali-kali  tidak berdiri di atas sesuatu kebenaran,” dan orang-orang Nasrani mengatakan: Orang-orang Yahudi sekali-kali tidak berdiri di atas  sesuatu kebenaran.” وَّ ہُمۡ یَتۡلُوۡنَ الۡکِتٰبَ  -- padahal mereka membaca Kitab yang sama.  کَذٰلِکَ قَالَ الَّذِیۡنَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ مِثۡلَ قَوۡلِہِمۡ  -- demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui berkata  seperti ucapan mereka itu, فَاللّٰہُ یَحۡکُمُ بَیۡنَہُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فِیۡمَا کَانُوۡا فِیۡہِ یَخۡتَلِفُوۡنَ  -- maka pada Hari Kiamat Allah akan menghakimi di antara mereka tentang apa yang mereka per-selisihkan. (Al-Baqarah [112-113).
       Surah Ar- Rūm ayat 32 lebih jauh menjelaskan, bahwa hanya semata-mata percaya (iman) kepada Kekuasaan mutlak dan Keesaan Tuhan   --  yang sesungguhnya hal itu merupakan asas pokok agama yang hakiki   -- adalah tidak cukup. Suatu agama yang benar harus memiliki peraturan-peraturan dan perintah-perintah tertentu. Dari semua peraturan dan perintah itu shalatlah yang harus mendapat prioritas utama, firman-Nya:
مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ
Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat,  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ   -- dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik. (Ar-Rūm [30]:32).

Allah Swt.  Kemurkaan  Terhadap  Para  Perusak “Rumah-rumah Ibadah”

        Ayat 33 mengemukakan keburukan yang ditimbulkan   perpecahan umat  -- yang merupakan suatu bentuk kemusyrikan  --  bahwa penyimpangan dari agama sejati (agama fitrah) menjuruskan umat di zaman lampau kepada perpecahan dalam bentuk aliran-aliran (sekte dan firqah) yang saling memerangi dan menyebabkan sengketa berkepanjangan di antara mereka,  firman-Nya: مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا  --  yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ --      tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm [30]:33).
       Terjadinya kemusyrikan jenis perpecahan umat beragama tersebut  sering kali berujung kepada tindak kekerasan terhadap harta dan jiwa sesama umat beragama, yakni timbul   pertumpahan darah dan korban jiwa yang tak terhingga, sebagaimana dikemukakan Allah Swt. dalam  firman-Nya berikut ini:
وَ مَنۡ اَظۡلَمُ  مِمَّنۡ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللّٰہِ اَنۡ یُّذۡکَرَ فِیۡہَا اسۡمُہٗ وَ سَعٰی فِیۡ خَرَابِہَا ؕ اُولٰٓئِکَ مَا کَانَ لَہُمۡ اَنۡ یَّدۡخُلُوۡہَاۤ اِلَّا خَآئِفِیۡنَ ۬ؕ لَہُمۡ  فِی الدُّنۡیَا خِزۡیٌ وَّ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menghalangi orang yang menyebut nama-Nya di dalam mesjid-mesjid Allah dan berupaya merobohkannya? Mereka itu tidak layak masuk ke dalamnya kecuali dengan rasa takut. لَہُمۡ  فِی الدُّنۡیَا خِزۡیٌ وَّ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ  -- bagi mereka ada kehinaan di dunia,  dan bagi mereka azab yang besar di akhirat. (Al-Baqarah [2]:115). 
       Ayat ini merupakan tudingan keras terhadap mereka yang membawa perbedaan-perbedaan agama mereka sampai ke titik runcing, sehingga malahan tidak segan-segan merobohkan atau menodai tempat-tempat beribadah milik agama-agama lain.
      Mereka menghalang-halangi orang menyembah Tuhan di tempat-tempat suci mereka sendiri dan malahan bertindak begitu jauh, hingga membinasakan rumah-rumah ibadah mereka. Tindakan kekerasan demikian di sini dicela llah Swt. dengan kata-kata keras dan di samping itu ditekankan ajaran toleransi dan berpandangan luas.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                             ***
Pajajaran Anyar,  25 Oktober     2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar