Minggu, 16 November 2014

"Muhsin" (Orang yang berbuat Ihsan) Martabatnya Lebih Tinggi daripada Muttaqi (Orang yang Bertakwa)



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   357

Muhsin (Orang yang Berbuat  Ihsan)    Martabatnya Lebih Tinggi daripada Muttaqi (Orang-orang   Bertakwa)

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian   Bab sebelumnya  telah dijelaskan    mengenai   tujuan mulia pemberian izin berperang oleh Allah Swt. kepada umat Islam, yang selama puluhan tahun terus menerus mengalami berbagai bentuk  kezaliman dari para penentang Nabi Besar Muhammad saw. yang haus darah, terutama para pemuka kaum Mekkah pimpinan Abu Jahal, firman-Nya:
 اُذِنَ لِلَّذِیۡنَ یُقٰتَلُوۡنَ بِاَنَّہُمۡ ظُلِمُوۡا ؕ وَ اِنَّ  اللّٰہَ  عَلٰی  نَصۡرِہِمۡ  لَقَدِیۡرُۨ  ﴿ۙ ﴾ الَّذِیۡنَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ  بِغَیۡرِ  حَقٍّ اِلَّاۤ  اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا رَبُّنَا اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ لَا دَفۡعُ اللّٰہِ النَّاسَ بَعۡضَہُمۡ بِبَعۡضٍ لَّہُدِّمَتۡ صَوَامِعُ وَ بِیَعٌ وَّ صَلَوٰتٌ وَّ مَسٰجِدُ یُذۡکَرُ فِیۡہَا اسۡمُ اللّٰہِ کَثِیۡرًا ؕ وَ لَیَنۡصُرَنَّ اللّٰہُ مَنۡ یَّنۡصُرُہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾  اَلَّذِیۡنَ  اِنۡ مَّکَّنّٰہُمۡ  فِی الۡاَرۡضِ اَقَامُوا الصَّلٰوۃَ وَ اٰتَوُا الزَّکٰوۃَ وَ اَمَرُوۡا بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ  نَہَوۡا عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ لِلّٰہِ  عَاقِبَۃُ  الۡاُمُوۡرِ ﴿ ﴾
Diizinkan berperang bagi mereka yang telah diperangi, karena mereka telah dizalimi, dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka.   Yaitu orang-orang yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa haq  hanya karena mereka berkata: رَبُّنَا اللّٰہُ --  Rabb (Tuhan) kami Allah.”  Dan seandainya Allah tidak menangkis   sebagian manusia oleh sebagian yang lain niscaya akan hancur  biara-biara, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama  Allah,  وَ لَیَنۡصُرَنَّ اللّٰہُ مَنۡ یَّنۡصُرُہٗ  --     dan  Allah pasti akan menolong siapa yang menolong-Nya, اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ --  sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa, Maha Perkasa.    اَلَّذِیۡنَ  اِنۡ مَّکَّنّٰہُمۡ  فِی الۡاَرۡضِ --  orang-orang yang jika Kami meneguhkannya di bumi اَقَامُوا الصَّلٰوۃَ وَ اٰتَوُا الزَّکٰوۃَ وَ اَمَرُوۡا بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ  نَہَوۡا عَنِ الۡمُنۡکَرِ   -- mereka mendirikan shalat, membayar zakat,  menyuruh berbuat kebaikan dan melarang dari keburukan. وَ لِلّٰہِ  عَاقِبَۃُ  الۡاُمُوۡرِ --  dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Al-Hajj [22]:40-41).

Larangan Keras Merobohkan Tempat-tempat Ibadah

        Dari ayat  وَ لَوۡ لَا دَفۡعُ اللّٰہِ النَّاسَ بَعۡضَہُمۡ بِبَعۡضٍ لَّہُدِّمَتۡ صَوَامِعُ وَ بِیَعٌ وَّ صَلَوٰتٌ وَّ مَسٰجِدُ یُذۡکَرُ فِیۡہَا اسۡمُ اللّٰہِ کَثِیۡرًا  -- dan seandainya Allah tidak menangkis   sebagian manusia oleh sebagian yang lain niscaya akan hancur  biara-biara, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama  Allah,  وَ لَیَنۡصُرَنَّ اللّٰہُ مَنۡ یَّنۡصُرُہٗ  --  dan  Allah pasti akan menolong siapa yang menolong-Nya, اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ -- sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa, Maha Perkasa”, diketahui bahwa terlepas  apakah keadaan  agama-agama yang diturunkan sebelum agama Islam keadaannya masih terpelihara atau pun sudah mengalami berbagai penyimpangan dari ajaran aslinya, tetapi Allah Swt. melalui agama Islam (Al-Quran) tidak mengizinkan bagi siapa pun  -- termasuk umat Islam – untuk merusak atau menghancurkan tempat-tempat peribadahan agama-agama tersebut, sebagaimana dikemukakan Allah Swt. dalam  firman-Nya berikut ini:
وَ مَنۡ اَظۡلَمُ  مِمَّنۡ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللّٰہِ اَنۡ یُّذۡکَرَ فِیۡہَا اسۡمُہٗ وَ سَعٰی فِیۡ خَرَابِہَا ؕ اُولٰٓئِکَ مَا کَانَ لَہُمۡ اَنۡ یَّدۡخُلُوۡہَاۤ اِلَّا خَآئِفِیۡنَ ۬ؕ لَہُمۡ  فِی الدُّنۡیَا خِزۡیٌ وَّ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menghalangi orang yang menyebut nama-Nya di dalam mesjid-mesjid Allah dan berupaya merobohkannya? Mereka itu tidak layak masuk ke dalamnya kecuali dengan rasa takut. لَہُمۡ  فِی الدُّنۡیَا خِزۡیٌ وَّ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ  -- bagi mereka ada kehinaan di dunia,  dan bagi mereka azab yang besar di akhirat. (Al-Baqarah [2]:115). 
       Ayat ini merupakan tudingan keras terhadap mereka yang membawa perbedaan-perbedaan agama mereka sampai ke titik runcing, sehingga malahan tidak segan-segan merobohkan atau menodai tempat-tempat beribadah milik agama-agama lain. Mereka menghalang-halangi orang menyembah Tuhan di tempat-tempat suci mereka sendiri dan malahan bertindak begitu jauh, hingga membinasakan rumah-rumah ibadah mereka. Tindakan kekerasan demikian di sini dicela Allah Swt.  dengan kata-kata keras dan di samping itu ditekankan ajaran toleransi dan berpandangan luas.

Para Syuhada dari Kalangan  Hafidz (Penghapal)  Al-Quran & Penghuni  ‘Illiyyūn

          Perlu diketahui  bahwa dalam berbagai peperangan yang dilakukan umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw. banyak sekali para hafidz (hufadz) Al-Quran yang menjadi syuhada, padahal mereka itulah merupakan hamba-hamba  Allah para pewaris hakiki Al-Quran.
       Mereka itulah para hamba Allah yang   disebut memiliki “bekas-bekas sujud” yang hakiki pada wajah mereka berkat  kebersamaan” mereka dengan Nabi Besar Muhammad saw., sebagaimana perumpamaan  mereka dalam Taurat dan Injil,  firman-Nya:
 مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا﴿٪﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ    -- dan orang-orang besertanya sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ -- engkau melihat mereka rukuk serta sujud   mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya,  سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ  -- ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud.  ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ  -- demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat,  وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ --  dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh  dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا --  Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:30).
       Kedua perumpamaan dalam Taurat dan Injil mengenai  orang-orang Muslim hakiki yang “bersama” Nabi Besar Muhammad saw.   tersebut erat hubungannya dengan dua kali kedatangan Nabi Besar Muhammad saw. secara jasmani di masa awal dan secara ruhani di Akhir Zaman  pada  kaum yang lain” di  lingkungan umat Islam, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --   dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).

Misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  &    Makna   Illiyyīn (’Illiyyūn)

       Oleh karena itu guna mewujudkan kejayaan Islam kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10),  umat Islam tidak perlu menunggu-nunggu turunnya Nabi Isa Ibnu Maryam Israili  a.s. dari langit, sebab selain beliau adalah rasul Allah hanya untuk kalangan Bani Israil (QS.3:45-50; QS.61:7) juga beliau pun telah wafat seperti halnya semua rasul Allah yang diutus sebelum Nabi Besar Muhammad saw. telah wafat (QS.3:56 & 145; QS.5:117-119; QS.21:35).
      Itulah sebabnya Allah Swt. telah berfirman dalam Al-Quran,  bahwa yang dimaksud dengan kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam hadits oleh Nabi Besar Muhammad saw. maksudnya adalah misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,  yakni  Al-Masih Mau’ud a.s., salah seorang dari  para pengikut sejati Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
 وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ  مَثَلًا  اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ  یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ  لَکَ  اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿﴾  اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ  مَثَلًا   لِّبَنِیۡۤ   اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ﴾
Dan apabila   Ibnu Maryam dikemukakan  sebagai misal اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ  یَصِدُّوۡنَ  --  tiba-tiba kaum engkau meneriakkan  penentangan terhadapnya, dan mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" مَا ضَرَبُوۡہُ  لَکَ  اِلَّا جَدَلًا -- mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ   -- bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah.  اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ  مَثَلًا   لِّبَنِیۡۤ   اِسۡرَآءِیۡلَ --  Ia tidak lain melainkan seorang hamba yang telah Kami  anugerahi nikmat kepadanya, dan Kami menjadikan dia suatu perumpamaan  bagi Bani Israil. (Az-Zukhruf [43]:58-60).
        Berikut firman Allah Swt. mengenai  para penghuni  surga yang disebut   ‘Illiyyīn yang  memiliki “bekas-bekas sujud” hakiki   --  bukan sekedar berupa noda (bercak) hitam pada jidat  yang  dapat terjadi akibat seringnya bergesekan dengan tempat sujud (sajadah/lantai)  -- firman-Nya:
کَلَّاۤ  اِنَّ  کِتٰبَ الۡاَبۡرَارِ لَفِیۡ عِلِّیِّیۡنَ ﴿ؕ﴾  وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا عِلِّیُّوۡنَ ﴿ؕ﴾  کِتٰبٌ مَّرۡقُوۡمٌ ﴿ۙ﴾  یَّشۡہَدُہُ  الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اِنَّ  الۡاَبۡرَارَ لَفِیۡ نَعِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ عَلَی الۡاَرَآئِکِ یَنۡظُرُوۡنَ ﴿ۙ﴾  تَعۡرِفُ فِیۡ  وُجُوۡہِہِمۡ نَضۡرَۃَ  النَّعِیۡمِ ﴿ۚ﴾  یُسۡقَوۡنَ مِنۡ  رَّحِیۡقٍ مَّخۡتُوۡمٍ ﴿ۙ﴾  خِتٰمُہٗ  مِسۡکٌ ؕ وَ فِیۡ ذٰلِکَ فَلۡیَتَنَافَسِ الۡمُتَنَافِسُوۡنَ ﴿ؕ﴾  وَ مِزَاجُہٗ  مِنۡ تَسۡنِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ عَیۡنًا یَّشۡرَبُ بِہَا الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Sekali-kali tidak,  اِنَّ  کِتٰبَ الۡاَبۡرَارِ لَفِیۡ عِلِّیِّیۡنَ  -- sesungguhnya  kitab (rekaman amal) orang-orang yang berbuat kebajikan  (al-abrār) itu لَفِیۡ عِلِّیِّیۡنَ – benar-benar   di dalam ‘illiyyīn,  وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا عِلِّیُّوۡنَ --  dan tahukah  engkau   apa  ’Illiyyūn  itu?  کِتٰبٌ مَّرۡقُوۡمٌ  --  yaitu sebuah Kitab tertulis (rekaman).  یَّشۡہَدُہُ  الۡمُقَرَّبُوۡنَ -- orang-orang didekatkan kepada Allah  akan  menyaksikannya. اِنَّ  الۡاَبۡرَارَ لَفِیۡ نَعِیۡمٍ --   sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan benar-benar  dalam kenikmatan, عَلَی الۡاَرَآئِکِ یَنۡظُرُوۡنَ  -- mereka duduk di atas dipan-dipan sambil memandang, تَعۡرِفُ فِیۡ  وُجُوۡہِہِمۡ نَضۡرَۃَ  النَّعِیۡمِ -- engkau dapat mengenal  kesegaran nikmat itu pada wajah mereka.  یُسۡقَوۡنَ مِنۡ  رَّحِیۡقٍ مَّخۡتُوۡمٍ  -- mereka akan diberi minum dari minuman yang bermeterai.  خِتٰمُہٗ  مِسۡکٌ  -- meterainya kesturi.  وَ فِیۡ ذٰلِکَ فَلۡیَتَنَافَسِ الۡمُتَنَافِسُوۡنَ -- dan  yang demikian itu mereka yang meng-inginkan  hendaknya menginginkannya. وَ مِزَاجُہٗ  مِنۡ تَسۡنِیۡمٍ   --  dan campurannya adalah tasnīm,  وَ مِزَاجُہٗ  مِنۡ تَسۡنِیۡمٍ -- mata air yang minum darinya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.  (Al-Muthaffifīn [83]:19-29).

Doa Ulul-Albāb (Orang-orang yang Mempergunakan Akal)

       Mengenai keistimewaan pelaku perbuatan baik  atau amal shaleh yang disebut birr (al-abrār/mabrūr)  yang dikemukakan ayat  19, Allah Swt. berfirman mengenai   doa ulul albūb (orang-orang yang mempergunakan akal):
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ  لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ۚۙ الَّذِیۡنَ یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ  قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ  الۡاَبۡرَارِ﴿﴾ۚ
Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta   pertukaran malam dan siang benar-benar terdapat Tanda-tanda  لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ -- bagi orang-orang yang berakal,     yaitu   orang-orang yang  mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil  berbaring atas rusuk mereka,  وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ  -- dan mereka memikirkan (bertafakkur) mengenai penciptaan seluruh langit dan bumi  seraya berkata: رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا  --- “Ya Rabb (Tuhan) kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan  semua ini  sia-sia,  سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ  -- Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab Api. رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا --   “wahai Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya  kami telah mendengar seorang Penyeru kepada keimanan seraya berkata: “Berimanlah kepada kepada Rabb (Tuhan) kamumaka kami telah beriman, رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا      -- wahai Rabb (Tuhan) kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami,  وَ تَوَفَّنَا مَعَ  الۡاَبۡرَارِ -- dan wafatkanlah kami bersama  orang-orang yang berbuat kebajikan (abrār).” (Āli ‘Imran [3]:191-194).
   Jadi, seorang  beriman pelaku amal shaleh yang disebut birr (abrar)   -- yakni  orang yang mabrūr – erat kaitannya dengan sebutan  ulul albāb,   yaitu orang-orang yang mempergunakan akal atau bashirat  (penglihatan  ruhani) anugerah Allah Swt. (QS.76:1-4), yang Nabi Besar Muhammad saw. menyebutnya sebagai pelaku perbuatan baik (amal shaleh) yang disebut ihsan, dan pelaku ihsan tersebut dinamakan  muhsin, yang derajat ruhaninya lebih tinggi dari muttaqi  (orang yang bertakwa).

Makna Ihsan  (Muhsin)

       Hadits yang berkenaan tentang ihsan terdapat dalam Shahih Muslim dari Umar bin Khattab r.a. dan dua riwayat dari Abu Hurairah r.a.  pada Shahihain. Bunyi teks berdasarkan hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah adalah:
Dari Abu Hurairah, ia berkata: "Pada suatu hari, Rasulullah saw. muncul di antara kaum Muslimin. Lalu datang seseorang dan berkata: 'Wahai Rasulullah, apakah Iman itu?” Rasulullah  saw.   bersabda: 'Yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan beriman kepada Hari Kebangkitan akhir'.
Orang itu bertanya lagi: 'Wahai Rasulullah, apakah Islam itu?' Rasulullah saw.  bersabda: “Islam, yaitu engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, mendirikan salat fardhu, memberikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadhan”.
Orang itu kembali bertanya: 'Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu?' Rasulullah saw. bersabda: “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia selalu melihat engkau.”
   Jadi,  hamba-hamba Allah golongan ulul albāb mereka memiliki kemampuan  membaca tanda-tanda   kekuasaan Allah Swt.  yang terdapat di alam semesta dan di dalam Kitab-kitab suci   terutama Al-Quran   --  mau pun membaca Tanda-tanda zaman, bahkan  para pelaku  perbuatan ihsan (muhsin) atau orang yang amal-amal shalehnya mencapai  mabrur tersebut mampu  mendengar dan mengenali  kebenaran  seruan seorang Penyeru dari Allah Swt. yakni Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. (QS.7:35-37), firman-Nya: رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا --   “wahai Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya  kami telah mendengar seorang Penyeru kepada keimanan seraya berkata: “Berimanlah kepada kepada Rabb (Tuhan) kamumaka kami telah beriman, رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا      -- wahai Rabb (Tuhan) kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami,  وَ تَوَفَّنَا مَعَ  الۡاَبۡرَارِ -- dan wafatkanlah kami bersama  orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Āli ‘Imran [3]:191-194).
   Menurut Allah Swt.  bashirah (penglihatan ruhani)  yang dimiliki oleh golongan ulul albāb tersebut pada hakikatnya merupakan “bekas-bekas sujud” yang hakiki, sebagai akibat “kebersamaan” mereka secara ruhani dengan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32; QS.4:70-71; QS.48:30).

Perumpamaan Para Penentang Rasul Allah & Lecutan “Cemeti Azab Ilahi

 Jadi, hamba-hamba Allah Swt. yang hakiki tersebut  sama sekali berbeda dengan orang-orang yang indera-indera ruhaninya tidak berfungsi, seperti dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini:
وَ مَثَلُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا کَمَثَلِ الَّذِیۡ یَنۡعِقُ بِمَا لَا یَسۡمَعُ اِلَّا دُعَآءً  وَّ  نِدَآءً ؕ صُمٌّۢ  بُکۡمٌ عُمۡیٌ  فَہُمۡ  لَا  یَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Dan perumpamaan  keadaan orang-orang kafir itu seperti  seseorang yang berteriak kepada sesuatu yang tidak dapat mendengar kecuali hanya panggilan dan seruan belaka. Mereka tuli, bisu, dan buta, karena itu  mereka tidak mengerti. (Al-Baqarah [2]:172).
       Para Rasul Allah – terutama Nabi Besar Muhammad saw.   --  menyampaikan Amanat Allah Swt. kepada   umat manusia, tetapi  mereka yang mendustakan dan menentang Rasul Allah   -- yang merupakan Penyeru dari Allah Swt.  --    mereka itu mendengar suara beliau saw. tetapi tidak berusaha menangkap maknanya.
      Jadi, kata-kata (seruan) Nabi Besar Muhammad saw. seolah-olah sampai kepada telinga orang tuli dengan berakibat bahwa kemampuan ruhani mereka menjadi sama sekali rusak dan martabat mereka jatuh sampai ke taraf keadaan hewan dan binatang buas (QS.7:180; QS.25:45) yang hanya mendengar teriakan si pengembala, tetapi tak mengerti apa yang dikatakannya.
      Itulah sebabnya bagi orang-orang yang indera-indera ruhaninya  telah rusak seperti itu peringatan bagi mereka itu tidak lagi kata-kata  melainkan tongkat pemukul berupa “cemeti azab”,  sebagaimana yang  dilakukan para pengembala ternak, apabila ternak gembalaannya sudah tidak dapat lagi diatur melalui “seruan”, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ وَ  الۡفَجۡرِ ۙ﴿﴾  وَ  لَیَالٍ عَشۡرٍ ۙ﴿﴾  وَّ الشَّفۡعِ وَ الۡوَتۡرِ ۙ﴿﴾  وَ الَّیۡلِ  اِذَا یَسۡرِ ۚ﴿﴾  ہَلۡ فِیۡ ذٰلِکَ قَسَمٌ  لِّذِیۡ حِجۡرٍ ؕ﴿﴾ اَلَمۡ  تَرَ  کَیۡفَ فَعَلَ  رَبُّکَ بِعَادٍ ۪ۙ﴿﴾  اِرَمَ ذَاتِ الۡعِمَادِ ۪ۙ﴿﴾  الَّتِیۡ  لَمۡ یُخۡلَقۡ مِثۡلُہَا فِی الۡبِلَادِ ۪ۙ﴿﴾  وَ ثَمُوۡدَ  الَّذِیۡنَ جَابُوا الصَّخۡرَ بِالۡوَادِ ۪ۙ﴿﴾  وَ  فِرۡعَوۡنَ ذِی الۡاَوۡتَادِ ﴿۪ۙ﴾  الَّذِیۡنَ طَغَوۡا فِی الۡبِلَادِ ﴿۪ۙ﴾  فَاَکۡثَرُوۡا فِیۡہَا الۡفَسَادَ ﴿۪ۙ﴾  فَصَبَّ عَلَیۡہِمۡ رَبُّکَ سَوۡطَ عَذَابٍ ﴿ۚۙ﴾  اِنَّ رَبَّکَ لَبِالۡمِرۡصَادِ ﴿ؕ﴾
Aku baca adengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Demi fajar,   dan sepuluh malam,  dan yang genap serta yang ganjil,  dan malam itu ketika ia berlalu.  ہَلۡ فِیۡ ذٰلِکَ قَسَمٌ  لِّذِیۡ حِجۡرٍ --  Tidakkah dalam hal itu ada sumpah bagi orang berakal? اَلَمۡ  تَرَ  کَیۡفَ فَعَلَ  رَبُّکَ بِعَادٍ --  Tidakkah engkau   memperhatikan bagaimana Rabb (Tuhan) engkau telah berbuat terhadap kaum ‘Ād? اِرَمَ ذَاتِ الۡعِمَادِ --  juga suku Iram, pemilik gedung-gedung yang megah itu? الَّتِیۡ  لَمۡ یُخۡلَقۡ مِثۡلُہَا فِی الۡبِلَادِ -- yang seperti itu tidak pernah diciptakan  di negeri-negeri lain.  وَ ثَمُوۡدَ  الَّذِیۡنَ جَابُوا الصَّخۡرَ بِالۡوَادِ -- dan kaum Tsamud yang memahat batu di lembah itu, وَ  فِرۡعَوۡنَ ذِی الۡاَوۡتَادِ --   dan kaum Fir’aun yang me-punyai pasak-pasak yakni lasykar yang banyak.  الَّذِیۡنَ طَغَوۡا فِی الۡبِلَادِ --  yang berlaku sewenang-wenang (melampaui batas) dalam negeri-negeri itu, فَاَکۡثَرُوۡا فِیۡہَا الۡفَسَادَ  --  lalu  banyak melakukan   kerusakan dalam negeri-negeri itu?  فَصَبَّ عَلَیۡہِمۡ رَبُّکَ سَوۡطَ عَذَابٍ  --  Maka Rabb (Tuhan) engkau menimpakan atas mereka cambuk azab,  اِنَّ رَبَّکَ لَبِالۡمِرۡصَادِ  -- sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau benar-benar  mengawasi (mengintai) (Al-Fajr [98]:1-15).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                              ***
Pajajaran Anyar,  29 Oktober     2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar