بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 357
Muhsin (Orang
yang Berbuat Ihsan) Martabatnya Lebih Tinggi daripada Muttaqi (Orang-orang Bertakwa)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai tujuan
mulia pemberian izin berperang
oleh Allah Swt. kepada umat Islam,
yang selama puluhan tahun terus menerus mengalami berbagai bentuk kezaliman
dari para penentang Nabi Besar
Muhammad saw. yang haus darah, terutama
para pemuka kaum Mekkah pimpinan Abu
Jahal, firman-Nya:
اُذِنَ لِلَّذِیۡنَ یُقٰتَلُوۡنَ بِاَنَّہُمۡ ظُلِمُوۡا ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ
عَلٰی نَصۡرِہِمۡ لَقَدِیۡرُۨ ﴿ۙ ﴾ الَّذِیۡنَ
اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ
بِغَیۡرِ حَقٍّ اِلَّاۤ اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا رَبُّنَا اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ
لَا دَفۡعُ اللّٰہِ النَّاسَ بَعۡضَہُمۡ بِبَعۡضٍ لَّہُدِّمَتۡ صَوَامِعُ وَ
بِیَعٌ وَّ صَلَوٰتٌ وَّ مَسٰجِدُ یُذۡکَرُ فِیۡہَا اسۡمُ اللّٰہِ کَثِیۡرًا ؕ وَ
لَیَنۡصُرَنَّ اللّٰہُ مَنۡ یَّنۡصُرُہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾ اَلَّذِیۡنَ
اِنۡ مَّکَّنّٰہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ
اَقَامُوا الصَّلٰوۃَ وَ اٰتَوُا الزَّکٰوۃَ وَ اَمَرُوۡا بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ نَہَوۡا عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ لِلّٰہِ عَاقِبَۃُ
الۡاُمُوۡرِ ﴿ ﴾
Diizinkan berperang bagi mereka yang telah diperangi, karena mereka telah dizalimi, dan
sesungguhnya Allah berkuasa menolong
mereka. Yaitu orang-orang yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa haq hanya karena mereka berkata: رَبُّنَا اللّٰہُ -- “Rabb (Tuhan) kami Allah.” Dan
seandainya Allah tidak menangkis sebagian manusia oleh sebagian yang lain niscaya akan hancur biara-biara, gereja-gereja, rumah-rumah
ibadah, dan masjid-masjid yang
di dalamnya banyak disebut nama Allah,
وَ لَیَنۡصُرَنَّ اللّٰہُ مَنۡ یَّنۡصُرُہٗ -- dan Allah
pasti akan menolong siapa yang menolong-Nya, اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ -- sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa, Maha
Perkasa. اَلَّذِیۡنَ اِنۡ مَّکَّنّٰہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ -- orang-orang yang jika Kami meneguhkannya di bumi اَقَامُوا
الصَّلٰوۃَ وَ اٰتَوُا الزَّکٰوۃَ وَ اَمَرُوۡا بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ نَہَوۡا عَنِ الۡمُنۡکَرِ -- mereka mendirikan shalat, membayar zakat, menyuruh berbuat
kebaikan dan melarang dari keburukan.
وَ لِلّٰہِ
عَاقِبَۃُ الۡاُمُوۡرِ -- dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Al-Hajj [22]:40-41).
Larangan Keras Merobohkan Tempat-tempat Ibadah
Dari ayat وَ لَوۡ لَا
دَفۡعُ اللّٰہِ النَّاسَ بَعۡضَہُمۡ بِبَعۡضٍ لَّہُدِّمَتۡ صَوَامِعُ وَ بِیَعٌ
وَّ صَلَوٰتٌ وَّ مَسٰجِدُ یُذۡکَرُ فِیۡہَا اسۡمُ اللّٰہِ کَثِیۡرًا -- dan seandainya Allah tidak menangkis sebagian manusia oleh sebagian yang lain niscaya akan hancur biara-biara, gereja-gereja, rumah-rumah
ibadah, dan masjid-masjid yang
di dalamnya banyak disebut nama Allah,
وَ لَیَنۡصُرَنَّ اللّٰہُ مَنۡ یَّنۡصُرُہٗ -- dan Allah
pasti akan menolong siapa yang menolong-Nya, اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ -- sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa, Maha
Perkasa”, diketahui bahwa terlepas
apakah keadaan agama-agama yang diturunkan sebelum agama Islam keadaannya masih terpelihara atau pun sudah mengalami
berbagai penyimpangan dari ajaran aslinya, tetapi Allah Swt.
melalui agama Islam (Al-Quran) tidak mengizinkan bagi siapa pun -- termasuk umat Islam – untuk merusak
atau menghancurkan tempat-tempat
peribadahan agama-agama tersebut, sebagaimana dikemukakan Allah Swt.
dalam firman-Nya berikut ini:
وَ مَنۡ
اَظۡلَمُ مِمَّنۡ مَّنَعَ مَسٰجِدَ
اللّٰہِ اَنۡ یُّذۡکَرَ فِیۡہَا اسۡمُہٗ وَ سَعٰی فِیۡ خَرَابِہَا ؕ اُولٰٓئِکَ
مَا کَانَ لَہُمۡ اَنۡ یَّدۡخُلُوۡہَاۤ اِلَّا خَآئِفِیۡنَ ۬ؕ لَہُمۡ فِی الدُّنۡیَا خِزۡیٌ وَّ لَہُمۡ فِی
الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menghalangi orang yang menyebut
nama-Nya di dalam mesjid-mesjid
Allah dan berupaya merobohkannya?
Mereka itu tidak layak masuk ke
dalamnya kecuali dengan rasa takut.
لَہُمۡ فِی
الدُّنۡیَا خِزۡیٌ وَّ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ -- bagi mereka ada kehinaan di dunia, dan bagi
mereka azab yang besar di akhirat. (Al-Baqarah
[2]:115).
Ayat
ini merupakan tudingan keras terhadap
mereka yang membawa perbedaan-perbedaan
agama mereka sampai ke titik runcing,
sehingga malahan tidak segan-segan merobohkan
atau menodai tempat-tempat beribadah
milik agama-agama lain. Mereka menghalang-halangi orang menyembah Tuhan di tempat-tempat suci mereka sendiri dan malahan bertindak begitu
jauh, hingga membinasakan rumah-rumah
ibadah mereka. Tindakan kekerasan
demikian di sini dicela Allah Swt. dengan kata-kata keras dan di samping itu ditekankan ajaran toleransi dan berpandangan
luas.
Para Syuhada dari Kalangan Hafidz (Penghapal) Al-Quran &
Penghuni ‘Illiyyūn
Perlu diketahui bahwa dalam berbagai peperangan yang dilakukan umat
Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw. banyak sekali para hafidz (hufadz) Al-Quran yang menjadi syuhada, padahal mereka itulah merupakan
hamba-hamba Allah para pewaris hakiki Al-Quran.
Mereka itulah para hamba Allah yang disebut memiliki “bekas-bekas sujud” yang hakiki pada wajah mereka berkat “kebersamaan” mereka dengan Nabi Besar Muhammad saw., sebagaimana perumpamaan mereka dalam Taurat dan Injil, firman-Nya:
مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ
اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا سُجَّدًا
یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ
اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا ۫
سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ
اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ
فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ
فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ
اَخۡرَجَ شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ
فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ بِہِمُ الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا﴿٪﴾
Muhammad itu
adalah Rasul Allah, وَ الَّذِیۡنَ
مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَی
الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ -- dan orang-orang
besertanya sangat keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka,
فَضۡلًا
مِّنَ اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ -- engkau melihat mereka
rukuk serta sujud mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ
اَثَرِ السُّجُوۡدِ -- ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ
-- demikianlah perumpamaan mereka
dalam Taurat, وَ مَثَلُہُمۡ فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ اَخۡرَجَ
شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ
یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ
بِہِمُ الۡکُفَّارَ -- dan perumpamaan
mereka dalam Injil adalah laksana tanaman
yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi
kuat, kemudian menjadi kokoh dan berdiri
mantap pada batangnya, menyenangkan
penanam-penanamnya supaya Dia
membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. وَعَدَ اللّٰہُ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً
وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا -- Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:30).
Kedua
perumpamaan dalam Taurat dan Injil mengenai orang-orang
Muslim hakiki yang “bersama” Nabi
Besar Muhammad saw. tersebut erat
hubungannya dengan dua kali kedatangan Nabi
Besar Muhammad saw. secara jasmani di
masa awal dan secara ruhani di Akhir Zaman pada “kaum yang lain” di lingkungan umat Islam, firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
-- dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
ذٰلِکَ
فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Misal Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. & Makna ‘Illiyyīn (’Illiyyūn)
Oleh karena itu guna mewujudkan kejayaan Islam kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10), umat Islam tidak perlu menunggu-nunggu turunnya
Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. dari langit,
sebab selain beliau adalah rasul Allah
hanya untuk kalangan Bani Israil
(QS.3:45-50; QS.61:7) juga beliau pun telah wafat
seperti halnya semua rasul Allah yang
diutus sebelum Nabi Besar Muhammad saw. telah wafat (QS.3:56 & 145; QS.5:117-119; QS.21:35).
Itulah sebabnya Allah Swt. telah
berfirman dalam Al-Quran, bahwa yang
dimaksud dengan kedatangan kedua kali Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. dalam hadits oleh Nabi Besar Muhammad saw. maksudnya
adalah misal Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s., yakni Al-Masih
Mau’ud a.s., salah seorang dari para
pengikut sejati Nabi Besar Muhammad
saw., firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا
اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ
﴿﴾ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا
ضَرَبُوۡہُ لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ
﴿﴾ اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ
جَعَلۡنٰہُ مَثَلًا لِّبَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ﴾
Dan
apabila Ibnu Maryam dikemukakan
sebagai misal اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ -- tiba-tiba kaum engkau meneriakkan penentangan
terhadapnya, dan mereka berkata: "Apakah
tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?"
مَا ضَرَبُوۡہُ
لَکَ اِلَّا جَدَلًا -- mereka tidak
menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. بَلۡ ہُمۡ
قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ -- bahkan
mereka adalah kaum yang biasa berbantah. اِنۡ ہُوَ
اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ مَثَلًا
لِّبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ -- Ia tidak lain
melainkan seorang hamba yang telah
Kami anugerahi nikmat kepadanya, dan
Kami menjadikan dia suatu perumpamaan bagi Bani
Israil. (Az-Zukhruf [43]:58-60).
Berikut
firman Allah Swt. mengenai para penghuni
surga yang disebut ‘Illiyyīn
yang memiliki “bekas-bekas sujud” hakiki -- bukan
sekedar berupa noda (bercak) hitam pada jidat yang dapat terjadi akibat seringnya bergesekan dengan tempat sujud (sajadah/lantai) -- firman-Nya:
کَلَّاۤ اِنَّ
کِتٰبَ الۡاَبۡرَارِ لَفِیۡ عِلِّیِّیۡنَ ﴿ؕ﴾ وَ مَاۤ
اَدۡرٰىکَ مَا عِلِّیُّوۡنَ ﴿ؕ﴾ کِتٰبٌ مَّرۡقُوۡمٌ ﴿ۙ﴾ یَّشۡہَدُہُ
الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اِنَّ الۡاَبۡرَارَ لَفِیۡ نَعِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ عَلَی
الۡاَرَآئِکِ یَنۡظُرُوۡنَ ﴿ۙ﴾ تَعۡرِفُ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ نَضۡرَۃَ النَّعِیۡمِ ﴿ۚ﴾ یُسۡقَوۡنَ مِنۡ
رَّحِیۡقٍ مَّخۡتُوۡمٍ ﴿ۙ﴾ خِتٰمُہٗ
مِسۡکٌ ؕ وَ فِیۡ ذٰلِکَ فَلۡیَتَنَافَسِ الۡمُتَنَافِسُوۡنَ ﴿ؕ﴾ وَ مِزَاجُہٗ
مِنۡ تَسۡنِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ عَیۡنًا یَّشۡرَبُ بِہَا الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Sekali-kali
tidak, اِنَّ
کِتٰبَ الۡاَبۡرَارِ لَفِیۡ عِلِّیِّیۡنَ
-- sesungguhnya kitab (rekaman amal) orang-orang yang berbuat kebajikan (al-abrār) itu لَفِیۡ عِلِّیِّیۡنَ –
benar-benar di dalam ‘illiyyīn, وَ مَاۤ
اَدۡرٰىکَ مَا عِلِّیُّوۡنَ -- dan tahukah engkau
apa ’Illiyyūn itu? کِتٰبٌ مَّرۡقُوۡمٌ -- yaitu sebuah
Kitab tertulis (rekaman). یَّشۡہَدُہُ الۡمُقَرَّبُوۡنَ -- orang-orang
didekatkan kepada Allah akan menyaksikannya.
اِنَّ الۡاَبۡرَارَ لَفِیۡ نَعِیۡمٍ -- sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan benar-benar dalam kenikmatan,
عَلَی
الۡاَرَآئِکِ یَنۡظُرُوۡنَ -- mereka
duduk di atas dipan-dipan sambil
memandang, تَعۡرِفُ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ نَضۡرَۃَ النَّعِیۡمِ -- engkau dapat mengenal
kesegaran nikmat itu pada wajah
mereka. یُسۡقَوۡنَ
مِنۡ رَّحِیۡقٍ مَّخۡتُوۡمٍ -- mereka
akan diberi minum dari minuman yang bermeterai. خِتٰمُہٗ
مِسۡکٌ -- meterainya
kesturi. وَ فِیۡ ذٰلِکَ
فَلۡیَتَنَافَسِ الۡمُتَنَافِسُوۡنَ -- dan yang
demikian itu mereka yang meng-inginkan hendaknya menginginkannya. وَ مِزَاجُہٗ
مِنۡ تَسۡنِیۡمٍ -- dan campurannya adalah tasnīm, وَ مِزَاجُہٗ مِنۡ تَسۡنِیۡمٍ -- mata air yang minum
darinya orang-orang yang didekatkan kepada
Allah. (Al-Muthaffifīn
[83]:19-29).
Doa Ulul-Albāb
(Orang-orang yang Mempergunakan Akal)
Mengenai keistimewaan pelaku perbuatan baik atau amal
shaleh yang disebut birr (al-abrār/mabrūr) yang dikemukakan ayat 19, Allah Swt. berfirman mengenai doa ulul
albūb (orang-orang yang mempergunakan akal):
اِنَّ فِیۡ
خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ
لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ۚۙ الَّذِیۡنَ
یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ قِیٰمًا وَّ
قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ
الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ
اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ
لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ
فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا
سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ
الۡاَبۡرَارِ﴿﴾ۚ
Sesungguhnya
dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta pertukaran malam dan siang benar-benar terdapat Tanda-tanda لِّاُولِی
الۡاَلۡبَابِ -- bagi orang-orang
yang berakal, yaitu
orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil berbaring atas rusuk mereka, وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- dan mereka memikirkan (bertafakkur) mengenai penciptaan seluruh langit dan bumi
seraya berkata: رَبَّنَا مَا
خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا --- “Ya
Rabb (Tuhan) kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ -- Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab Api. رَبَّنَاۤ اِنَّنَا
سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ فَاٰمَنَّا -- “wahai
Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru kepada keimanan seraya berkata: “Berimanlah kepada kepada
Rabb (Tuhan) kamu” maka kami telah beriman, رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ
لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا -- wahai Rabb (Tuhan) kami, ampunilah bagi kami
dosa-dosa kami, hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan
kami, وَ تَوَفَّنَا
مَعَ الۡاَبۡرَارِ -- dan wafatkanlah kami bersama orang-orang
yang berbuat kebajikan (abrār).” (Āli ‘Imran [3]:191-194).
Jadi, seorang beriman
pelaku amal shaleh yang disebut birr (abrar) -- yakni orang yang mabrūr – erat kaitannya dengan sebutan ulul
albāb, yaitu orang-orang yang mempergunakan akal atau bashirat (penglihatan ruhani) anugerah Allah Swt. (QS.76:1-4), yang
Nabi Besar Muhammad saw. menyebutnya sebagai pelaku perbuatan baik (amal shaleh) yang disebut ihsan, dan pelaku ihsan tersebut
dinamakan muhsin, yang derajat ruhaninya
lebih tinggi dari muttaqi (orang yang bertakwa).
Makna
Ihsan
(Muhsin)
Hadits yang berkenaan tentang ihsan terdapat dalam Shahih Muslim dari Umar bin Khattab r.a. dan dua riwayat dari Abu Hurairah r.a. pada Shahihain. Bunyi teks berdasarkan hadist
riwayat Muslim dari Abu Hurairah adalah:
Dari Abu Hurairah, ia
berkata: "Pada suatu hari, Rasulullah saw. muncul di antara kaum Muslimin.
Lalu datang seseorang dan berkata: 'Wahai Rasulullah, apakah Iman itu?” Rasulullah saw. bersabda: 'Yaitu engkau beriman kepada
Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan beriman kepada Hari Kebangkitan akhir'.
Orang itu bertanya
lagi: 'Wahai Rasulullah, apakah Islam
itu?' Rasulullah saw. bersabda: “Islam, yaitu engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan
apapun, mendirikan salat fardhu, memberikan zakat
wajib dan berpuasa di bulan Ramadhan”.
Orang itu kembali
bertanya: 'Wahai Rasulullah, apakah Ihsan
itu?' Rasulullah saw. bersabda: “Yaitu engkau
beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka
ketahuilah bahwa Dia selalu melihat
engkau.”
Jadi, hamba-hamba
Allah golongan ulul albāb mereka
memiliki kemampuan membaca tanda-tanda
kekuasaan Allah Swt. yang
terdapat di alam semesta dan di dalam Kitab-kitab suci terutama Al-Quran -- mau
pun membaca Tanda-tanda zaman,
bahkan para pelaku perbuatan ihsan
(muhsin) atau orang yang amal-amal
shalehnya mencapai mabrur tersebut mampu mendengar
dan mengenali kebenaran seruan
seorang Penyeru dari Allah Swt.
yakni Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. (QS.7:35-37), firman-Nya: رَبَّنَاۤ اِنَّنَا
سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ فَاٰمَنَّا -- “wahai
Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru kepada keimanan seraya berkata: “Berimanlah kepada kepada
Rabb (Tuhan) kamu” maka kami telah beriman, رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ
لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا -- wahai Rabb (Tuhan) kami, ampunilah
bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah
dari kami kesalahan-kesalahan kami, وَ تَوَفَّنَا
مَعَ الۡاَبۡرَارِ -- dan wafatkanlah kami bersama orang-orang
yang berbuat kebajikan.” (Āli ‘Imran [3]:191-194).
Menurut Allah Swt. bashirah
(penglihatan ruhani) yang dimiliki oleh
golongan ulul albāb tersebut pada
hakikatnya merupakan “bekas-bekas sujud”
yang hakiki, sebagai akibat “kebersamaan”
mereka secara ruhani dengan Nabi
Besar Muhammad saw. (QS.3:32; QS.4:70-71; QS.48:30).
Perumpamaan Para Penentang Rasul Allah & Lecutan “Cemeti Azab Ilahi”
Jadi, hamba-hamba
Allah Swt. yang hakiki tersebut sama
sekali berbeda dengan orang-orang
yang indera-indera ruhaninya tidak berfungsi, seperti dikemukakan dalam
firman-Nya berikut ini:
وَ مَثَلُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا کَمَثَلِ
الَّذِیۡ یَنۡعِقُ
بِمَا لَا یَسۡمَعُ اِلَّا دُعَآءً وَّ نِدَآءً ؕ صُمٌّۢ بُکۡمٌ عُمۡیٌ فَہُمۡ لَا یَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Dan perumpamaan keadaan orang-orang
kafir itu seperti seseorang yang berteriak kepada sesuatu yang tidak dapat mendengar
kecuali hanya panggilan dan seruan belaka. Mereka
tuli, bisu, dan buta,
karena itu mereka tidak mengerti. (Al-Baqarah
[2]:172).
Para Rasul Allah –
terutama Nabi Besar Muhammad saw. -- menyampaikan Amanat Allah Swt. kepada umat manusia, tetapi mereka yang mendustakan dan menentang Rasul Allah -- yang merupakan Penyeru dari Allah Swt.
-- mereka itu mendengar
suara beliau saw. tetapi tidak berusaha menangkap
maknanya.
Jadi, kata-kata (seruan) Nabi Besar Muhammad
saw. seolah-olah sampai kepada telinga
orang tuli dengan berakibat bahwa kemampuan
ruhani mereka menjadi sama sekali rusak
dan martabat mereka jatuh sampai ke
taraf keadaan hewan dan binatang buas (QS.7:180; QS.25:45) yang
hanya mendengar teriakan si pengembala, tetapi tak mengerti apa yang dikatakannya.
Itulah sebabnya bagi orang-orang
yang indera-indera ruhaninya telah rusak
seperti itu peringatan bagi mereka
itu tidak lagi kata-kata melainkan tongkat
pemukul berupa “cemeti azab”, sebagaimana yang dilakukan para pengembala ternak, apabila ternak
gembalaannya sudah tidak dapat lagi diatur
melalui “seruan”, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
وَ الۡفَجۡرِ ۙ﴿﴾ وَ لَیَالٍ
عَشۡرٍ ۙ﴿﴾ وَّ الشَّفۡعِ وَ الۡوَتۡرِ ۙ﴿﴾ وَ الَّیۡلِ
اِذَا یَسۡرِ ۚ﴿﴾ ہَلۡ فِیۡ ذٰلِکَ
قَسَمٌ لِّذِیۡ حِجۡرٍ ؕ﴿﴾ اَلَمۡ تَرَ
کَیۡفَ فَعَلَ رَبُّکَ بِعَادٍ
۪ۙ﴿﴾ اِرَمَ ذَاتِ الۡعِمَادِ ۪ۙ﴿﴾ الَّتِیۡ لَمۡ
یُخۡلَقۡ مِثۡلُہَا فِی الۡبِلَادِ ۪ۙ﴿﴾ وَ ثَمُوۡدَ
الَّذِیۡنَ جَابُوا الصَّخۡرَ بِالۡوَادِ ۪ۙ﴿﴾ وَ فِرۡعَوۡنَ
ذِی الۡاَوۡتَادِ ﴿۪ۙ﴾ الَّذِیۡنَ طَغَوۡا
فِی الۡبِلَادِ ﴿۪ۙ﴾ فَاَکۡثَرُوۡا
فِیۡہَا الۡفَسَادَ ﴿۪ۙ﴾ فَصَبَّ عَلَیۡہِمۡ
رَبُّکَ سَوۡطَ عَذَابٍ ﴿ۚۙ﴾ اِنَّ رَبَّکَ
لَبِالۡمِرۡصَادِ ﴿ؕ﴾
Aku baca
adengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Demi fajar, dan
sepuluh malam, dan yang genap
serta yang ganjil, dan malam
itu ketika ia berlalu. ہَلۡ فِیۡ ذٰلِکَ قَسَمٌ لِّذِیۡ حِجۡرٍ -- Tidakkah dalam hal itu ada sumpah bagi orang berakal? اَلَمۡ
تَرَ کَیۡفَ فَعَلَ رَبُّکَ بِعَادٍ -- Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Rabb (Tuhan) engkau
telah berbuat terhadap kaum ‘Ād? اِرَمَ ذَاتِ
الۡعِمَادِ -- juga
suku Iram, pemilik gedung-gedung yang megah itu? الَّتِیۡ لَمۡ یُخۡلَقۡ مِثۡلُہَا فِی الۡبِلَادِ -- yang seperti itu tidak pernah diciptakan di negeri-negeri
lain. وَ ثَمُوۡدَ الَّذِیۡنَ جَابُوا الصَّخۡرَ بِالۡوَادِ -- dan kaum Tsamud yang memahat batu di lembah itu, وَ
فِرۡعَوۡنَ ذِی الۡاَوۡتَادِ -- dan kaum Fir’aun yang me-punyai pasak-pasak yakni lasykar
yang banyak. الَّذِیۡنَ طَغَوۡا
فِی الۡبِلَادِ -- yang berlaku sewenang-wenang (melampaui
batas) dalam negeri-negeri itu,
فَاَکۡثَرُوۡا
فِیۡہَا الۡفَسَادَ -- lalu banyak melakukan kerusakan dalam negeri-negeri itu? فَصَبَّ عَلَیۡہِمۡ رَبُّکَ سَوۡطَ
عَذَابٍ -- Maka Rabb
(Tuhan) engkau menimpakan atas mereka
cambuk azab, اِنَّ رَبَّکَ
لَبِالۡمِرۡصَادِ -- sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau benar-benar
mengawasi (mengintai) (Al-Fajr [98]:1-15).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor:
Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 29 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar