بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 365
Al-Quran Bukan Saja Merupakan Petunjuk
Paling Sempurna Bagi Orang-orang yang Bertakwa Tetapi Juga Mampu Menyesatkan
Orang-orang yang Berhati Bengkok
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir
bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan firman Allah Swt. mengenai orang yang bernasib baik sajalah yang
diberi pengertian yang benar mengenai dan dapat
mendalami kandungan arti Al-Quran yang hakiki, melalui cara
menjalani kehidupan bertakwa lalu
meraih kebersihan hati dan dimasukkan ke dalam alam rahasia ruhani makrifat Ilahi, yang tertutup bagi orang-orang yang
hatinya tidak bersih, firman-Nya:
اَللّٰہُ نَزَّلَ
اَحۡسَنَ الۡحَدِیۡثِ کِتٰبًا مُّتَشَابِہًا مَّثَانِیَ ٭ۖ تَقۡشَعِرُّ مِنۡہُ جُلُوۡدُ
الَّذِیۡنَ یَخۡشَوۡنَ رَبَّہُمۡ ۚ
ثُمَّ تَلِیۡنُ جُلُوۡدُہُمۡ وَ
قُلُوۡبُہُمۡ اِلٰی ذِکۡرِ اللّٰہِ ؕ
ذٰلِکَ ہُدَی اللّٰہِ یَہۡدِیۡ بِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ مَنۡ یُّضۡلِلِ
اللّٰہُ فَمَا لَہٗ مِنۡ ہَادٍ ﴿﴾
Allah telah menurunkan sebaik-baik firman, sebuah Kitab yang ayat-ayatnya saling menguatkan serta diulang-ulang.
تَقۡشَعِرُّ
مِنۡہُ جُلُوۡدُ الَّذِیۡنَ یَخۡشَوۡنَ
رَبَّہُمۡ -- Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabb (Tuhan) mereka, ثُمَّ
تَلِیۡنُ جُلُوۡدُہُمۡ وَ قُلُوۡبُہُمۡ
اِلٰی ذِکۡرِ اللّٰہِ -- kemudian kulit dan hati mereka menjadi lembut karena mengingat
Allah. Demikianlah petunjuk Allah,
dengannya Dia memberi petunjuk
kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa disesatkan Allah maka baginya tidak ada seorang pemberi petunjuk. (Az-Zumar [39]:24).
Wahyu
Ilahi telah diungkapkan dengan selengkap-lengkapnya dan
sesempurna-sempurnanya dalam Al-Quran.
Dalam ayat yang sedang dibahas ini Al-Quran telah disebut kitāban
mutasyābihan, yang berarti bahwa Al-Quran itu sebuah kitab yang mudah
diberi bermacam-macam penafsiran,
yang semuanya saling menyelarasi dan saling menguatkan. tempat mana pun dalam Al-Quran tidak terdapat pertentangan atau ketidak-serasian (QS.4:83). Hal itu merupakan salah satu dari keutamaan-keutamaannya yang tidak ada
tara bandingannya.
Perumpamaan Gambaran Surga
Keutamaan Al-Quran
yang lainnya lagi terletak pada kenyataan bahwa Al-Quran telah menggunakan kiasan, perlambang, dan perumpamaan
atau tamsilan. Hal itu menambah keindahan dan keluwesan gaya bahasanya, dan menjamin keluasan arti dalam jumlah perkataan yang seminimal-minimalnya.
Tetapi justru hal tersebut menjadi celaan dan menjadi batu sandungan bagi
orang-orang kafir (QS.2:27).
Al-Quran pun disebut matsāni, yang
maksudnya bahwa Al-Quran menjelaskan kepercayaan-kepercayaan
yang asas-asas pokoknya
berulang-ulang dan dengan cara dan bentuk yang berbeda untuk menegaskan kepentingan,
keperluan, dan tujuannya. Kata matsāni berarti
pula bahwa sebagian ajaran Al-Quran menyerupai
ajaran-ajaran Bibel dan Kitab-kitab suci lainnya dan sebagian
lagi ada yang menerangkan topik baru
dan tidak terjangkau dan tidak tertandingi dalam keutamaan-keutamaan dan keindahan-keindahannya oleh Kitab-kitab
suci lainnya, berikut adalah firman-Nya tentang perumpamaan surga:
وَ بَشِّرِ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ کُلَّمَا
رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا
مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ
مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿ ﴾ اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ
اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ وَ اَمَّا
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ
اَرَادَ اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ﴿ۙ﴾
Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal
saleh bahwa sesungguhnya untuk
mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai. کُلَّمَا
رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا -- setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu
sebagai rezeki, قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ -- mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, بِہٖ مُتَشَابِہًا وَ اُتُوۡا -- akan
diberikan kepada mereka yang serupa
dengannya, وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ
مُّطَہَّرَۃٌ -- dan bagi mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh yang suci, وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ -- dan mereka akan kekal di dalamnya. اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ
یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا -- sesungguhnya Allah tidak malu mengemukakan suatu perumpamaan sekecil nyamuk bahkan yang lebih
kecil dari itu, ada pun
orang-orang yang beriman maka mereka
mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan itu kebenaran
dari Rabb (Tuhan) mereka, وَ اَمَّا
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ
اَرَادَ اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا -- sedangkan orang-orang
kafir maka mereka mengatakan: “Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dengannya Dia
menyesatkan banyak orang dan de-ngannya pula Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan sekali-kali tidak ada yang Dia sesatkan dengannya
kecuali orang-orang fasik. (Al-Baqarah
[2]:26).
Ayat
ini memberikan gambaran singkat berupa
perumpamaan (misal/tamsil) mengenai ganjaran yang akan diperoleh orang-orang beriman di akhirat. Para kritikus Islam telah
melancarkan berbagai keberatan atas lukisan itu. Kecaman-kecaman itu disebabkan
oleh karena sama sekali, tidak memahami ajaran
Islam tentang hakikat nikmat-nikmat surgawi.
Diluar Jangkauan Imajinasi
Manusia
Al-Quran dengan tegas
mengemukakan bahwa ada di luar kemampuan alam
pikiran manusia untuk dapat mengenal hakikatnya,
firman-Nya:
فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ
اُخۡفِیَ لَہُمۡ مِّنۡ قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ جَزَآءًۢ بِمَا
کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Maka tidak ada sesuatu jiwa
mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan. (As-Sajdah [32]:18).
Sesuai
dengan firman Allah Swt. tersebut, sewaktu Nabi Besar Muhammad saw. menggambarkan bentuk dan sifat nikmat dan kesenangan surga, beliau saw. diriwayatkan pernah bersabda:
“Tiada
mata pernah melihatnya (nikmat surga itu) dan tiada pula telinga pernah
mendengarnya, tidak pula pikiran manusia dapat membayangkannya” (Bukhari, Kitab Bad’al-Khalaq).
Hadits
itu menunjukkan bahwa nikmat kehidupan
ukhrawi tidak akan bersifat kebendaan. Nikmat-nikmat
itu akan merupakan penjelmaan-keruhanian
perbuatan dan tingkah-laku baik yang
telah dikerjakan orang-orang bertakwa
di alam dunia ini.
Kata-kata yang dipergunakan untuk
menggambarkan nikmat-nikmat itu dalam
Al-Quran telah dipakai hanya dalam arti kiasan.
Ayat yang sekarang pun dapat berarti bahwa karunia dan nikmat Ilahi yang akan dilimpahkan kepada orang-orang beriman
yang bertakwa di alam akhirat bahkan jauh lebih baik dan jauh lebih berlimpah-limpah daripada yang dikhayalkan atau dibayangkan.
Nikmat-nikmat surgawi itu akan berada jauh di luar
batas jangkauan daya cipta manusia.
Dengan sendirinya timbul
pertanyaan: Mengapa nikmat-nikmat surga diberi nama yang biasa dipakai untuk
benda-benda di bumi ini? Hal demikian adalah karena seruan Al-Quran itu tidak
hanya semata-mata tertuju kepada orang-orang yang maju dalam bidang ilmu,
karena itu Al-Quran mempergunakan kata-kata sederhana yang dapat dipahami semua
orang.
Dalam menggambarkan karunia Ilahi, Al-Quran telah
mempergunakan nama benda yang pada umumnya dipandang baik di bumi ini, dan orang-orang beriman diajari bahwa mereka
akan mendapat hal-hal itu semuanya dalam bentuk
yang lebih baik di alam yang akan datang.
Untuk menjelaskan perbedaan
penting itulah maka dipakainya kata-kata yang telah dikenal, selain itu tidak
ada persamaan antara kesenangan duniawi dengan karunia-karunia ukhrawi. Tambahan pula
menurut Islam kehidupan di akhirat itu tidak ruhaniah dalam artian bahwa hanya akan terdiri atas keadaan ruhani, bahkan dalam kehidupan
di akhirat pun ruh manusia akan mempunyai semacam tubuh tetapi tubuh itu
tidak bersifat benda.
Orang dapat membuat tanggapan
terhadap keadaan itu dari gejala-gejala mimpi.
Pemandangan-pemandangan yang
disaksikan orang dalam mimpi tidak
dapat disebut keadaan pikiran atau ruhani belaka, sebab dalam keadaan itu
pun ia punya jisim dan kadang-kadang ia mendapatkan dirinya berada dalam kebun-kebun dengan sungainya, makan buah-buahan,
dan minum susu.
Sukar untuk mengatakan bahwa isi mimpi itu hanya keadaan alam pikiran belaka. Susu
yang dinikmati dalam mimpi tidak ayal
lagi merupakan pengalaman yang
sungguh-sungguh, tetapi tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan bahwa minuman itu susu biasa yang ada di dunia ini dan diminumnya.
Nikmat-nikmat ruhani kehidupan di akhirat
bukan akan berupa hanya penyuguhan subyektif dari anugerah Allah
Swt. yang kita nikmati di
dunia ini, bahkan apa yang kita peroleh di sini hanyalah gambaran anugerah nyata dan benar dari Allah Swt. yang akan dijumpai orang di akhirat.
Tambahan pula bahwa “kebun-kebun“ adalah gambaran (perumpamaan) iman,
sedangkan “sungai-sungai” adalah gambaran amal
saleh. Jadi, sebagaimana halnya di dunia ini kebun-kebun tidak dapat tumbuh
subur tanpa sungai-sungai, begitu
pula iman tidak dapat segar dan sejahtera tanpa perbuatan
baik (amal shalih), dengan demikiam iman
dan amal shalih tidak dapat
dipisahkan untuk mencapai najat (keselamatan).
Di akhirat, kebun-kebun
itu akan mengingatkan orang beriman
akan imannya dalam kehidupan ini,
sedangkan sungai-sungai akan mengingatkan
kembali kepada amal salehnya
maka ia akan mengetahui bahwa iman dan amal salehnya tidak sia-sia.
Hikmah Berbagai Perumpamaan
(Misal) Dalam Al-Quran
Jadi, keliru sekali mengambil
kesimpulan dari kata-kata: ہٰذَا
الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ -- "Inilah
yang telah diberikan kepada kami dahulu", bahwa di surga orang-orang beriman akan dianugerahi buah-buahan semacam yang dinikmati mereka di bumi ini, sebab
seperti telah diterangkan di atas keduanya tidak
sama. Buah-buahan di akhirat sesungguhnya akan berupa gambaran mutu keimanannya sendiri.
Ketika mereka hendak memakannya
mereka segera akan mengenali dan ingat kembali bahwa buah-buahan surgawi itu adalah hasil
imannya di dunia, dan karena rasa
syukur atas nikmat itu mereka akan berkata: “inilah yang telah diberikan
kepada kami dahulu.” Ungkapan ini dapat pula berarti “apa yang telah dijanjikan kepada kami dahulu.”
Kata-kata “yang hampir serupa” dalam ayat بِہٖ
مُتَشَابِہًا وَ اُتُوۡا – “akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya”, tertuju kepada persamaan antara amal ibadah
yang dilakukan oleh orang-orang beriman
di bumi ini dan buah atau hasilnya di surga.
Amal ibadah dalam kehidupan
sekarang akan nampak kepada orang-orang beriman
sebagai hasil atau buah di akhirat. Makin sungguh-sungguh
dan makin sepadan ibadah manusia,
makin banyak pula ia menikmati buah-buah
yang menjadi bagiannya di surga
dan makin baik pula buah-buah itu dalam nilai
dan mutunya. Jadi untuk meningkatkan mutu buah-buahan surgawi yang dikehendakinya terletak
pada kekuatannya sendiri.
Ayat ہٰذَا
الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ -- "Inilah
yang telah diberikan kepada kami dahulu" berarti
pula bahwa makanan ruhani orang-orang
beriman di surga akan sesuai dengan selera
tiap-tiap orang dan taraf kemajuan
serta tingkat perkembangan ruhaninya
masing-masing.
Makna ayat وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ – “dan bagi
mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh yang suci”, bahwa orang-orang beriman juga akan mempunyai jodoh-jodoh
suci di surga. Istri yang baik
adalah sumber kegembiraan dan kesenangan.
Orang-orang beriman berusaha mendapatkan
istri yang baik di dunia ini dan
mereka akan mempunyai jodoh-jodoh baik
dan suci di akhirat.
Kata-kata وَّ ہُمۡ
فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- “mereka akan kekal di dalamnya” berarti
bahwa orang-orang beriman di surga tidak akan pernah mengalami
sesuatu perubahan atau kemunduran. Orang akan mati hanya jika
ia tidak dapat menyerap zat makanan atau bila orang lain membunuhnya.
Tetapi karena makanan surgawi akan benar-benar cocok untuk setiap orang dan
karena orang-orang di sana akan mempunyai kawan-kawan
yang suci dan suka damai (QS.7:43-44;
QS.10:10-11) maka kematian dan kemunduran dengan sendirinya akan
lenyap.
Meskipun demikian kesenangan di surga tidak bersifat kebendaan.
Untuk penjelasan lebih lanjut tentang sifat
dan hakikat nikmat-nikmat surga,
lihat pula Surah Al-Thūr, Al-Rahmān, dan Al-Wāqi’ah.
Menjawab Kritikan Pihak
Non-Muslim
Setelah mengemukakan perumpamaan
mengenai surga, selanjutnya Allah Swt. menjawab keberatan (kritikan) para pengkritik Al-Quran (ajaran Islam) dari kalangan Non-Muslim, firman-Nya:
اِنَّ
اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا
ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ
ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ اَرَادَ
اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ﴿ۙ﴾
Sesungguhnya
Allah tidak malu mengemukakan suatu perumpamaan sekecil nyamuk فَمَا فَوۡقَہَا -- bahkan yang lebih kecil dari itu, فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ
رَّبِّہِمۡ -- ada pun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan
itu kebenaran dari Rabb (Tuhan) mereka, وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ اَرَادَ اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا -- sedangkan
orang-orang kafir maka mereka
mengatakan: “Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dengannya Dia
menyesatkan banyak orang dan dengannya pula Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan sekali-kali tidak ada yang Dia sesatkan dengannya
kecuali orang-orang fasik. (Al-Baqarah
[2]:27).
Dharaba
al-matsala berarti: ia memberi gambaran atau pengandaian; ia membuat
pernyataan; ia mengemukakan perumpamaan (Lexicon
Lane; Taj-al-‘Arus,
dan QS.14:46). Jadi, Allah Swt. telah menggambarkan surga dan neraka dalam Al-Quran dengan
perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan.
Perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan melukiskan mendalamnya
arti yang tidak dapat diungkapkan sebaik-baiknya dengan jalan lain, dan dalam
hal-hal keruhanian
perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan tersebut memberikan satu-satunya cara untuk dapat
menyampaikan buah pikiran dengan
baik.
Kata-kata yang dipakai untuk menggambarkan surga, mungkin tidak cukup dan tidak berarti bagaikan nyamuk yang dianggap oleh orang-orang
Arab sebagai makhluk yang lemah dan memang pada hakikatnya demikian.
Orang-orang Arab berkata: Adh-‘afu min ba’udhatin, artinya "ia
lebih lemah dari nyamuk".
Meskipun demikian, perumpamaan-perumpamaan
dan tamsilan-tamsilan itu membantu
untuk memunculkan dalam
angan-angan gambaran nikmat-nikmat surga itu. Orang-orang beriman
mengetahui bahwa kata-kata itu hanya perumpamaan
dan mereka berusaha menyelami kedalaman
artinya, tetapi orang-orang kafir
mulai mencela perumpamaan-perumpamaan
itu dan makin bertambah dalam kesalahan
dan kesesatan, firman-Nya: وَ اَمَّا
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ
اَرَادَ اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا -- sedangkan orang-orang
kafir maka mereka mengatakan: “Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dengannya Dia
menyesatkan banyak orang dan dengannya pula Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan sekali-kali tidak ada yang Dia sesatkan dengannya
kecuali orang-orang fasik. (Al-Baqarah
[2]:27).
Dengan demikian benarlah firman-Nya berikut
ini mengenai orang-orang yang buta mata
ruhaninya, walau pun setiap hari “menggeluti” Al-Quran jika mereka itu
dalam kenyataannya bukan saja tidak mampu mengenali -- bahkan mendustakan serta menentang
-- Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37;
QS.61:10), firman-Nya:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ
اَبۡوَابُ السَّمَآءِ وَ لَا
یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ
کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ لَہُمۡ مِّنۡ
جَہَنَّمَ مِہَادٌ وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ
غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan
takabur berpaling darinya, لَا تُفَتَّحُ
لَہُمۡ اَبۡوَابُ السَّمَآءِ وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ
الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ -- tidak
akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit ruhani dan tidak pula mereka akan masuk surga hingga unta
masuk ke lubang jarum, وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ -- dan demikianlah Kami
membalas orang-orang yang
berdosa. لَہُمۡ مِّنۡ
جَہَنَّمَ مِہَادٌ وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ
غَوَاشٍ -- bagi
mereka ada hamparan Jahannam
sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam,
وَ کَذٰلِکَ
نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ -- dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim. (Al-A’rāf [7]:41-42).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran
Anyar, 14 November 2014